Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

AUDIT INTERNAL PEMERINTAH

Dosen Pengampu :
Drs. Sapto Hendri,BS,Ak.,M.Si
B. Rosyida Dwi Astuti, SE. M.Sc.,Ak

Disusun Oleh :
Kelompok 4 :

1. Baiq Sarah Fitria Febriani (A1C019045)


2. Dyah Sima Puspasari (A1C019067)
3. Eman Risviani (A1C019072)
4. Epa Pradila (A1C019074)

S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MATARAM
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
nikmatnya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Audit Internal Pemerintah”. Makalah ini disusun dalam rangka
memperdalam pemahaman tentang Audit Internal Pemerintah sekaligus dalam rangka
memenuhi penilaian mata kuliah Akuntansi Sektor Publik II.

Terimakasih kami sampaikan kepada Bapak Drs. Sapto Hendri,BS,Ak.,M.Si dan Ibu
B. Rosyida Dwi Astuti, SE. M.Sc.,Ak selaku dosen mata kuliah akuntansi manajemen
yang telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mengerjakan tugas ini sehingga
kami dapat memahami lebih dalam mengenai Bagaimana audit internal yang ada pada
pemerintah.
Kami berharap makalah ini dapat memberikna kontribusi yang bermanfaat
bagi peningkatan pembelajaran dan penambahan ilmu pengetahuan untuk mahasiswa
yang lain. Penulisan makalah ini tidak sempurna, maka dari itu penulis sangat
memerlukan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk menyempurnakan isi makalah.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Audit Internal Sektor Publik


Definisi audit internal menurut International Standards for the Professional

Practice of Internal Auditing (SPPIA) adalah suatu kegiatan assurance dan konsultasi

(consulting) yang independen dan objektif yang dirancang untuk menambah nilai dan

meningkatkan operasi suatu organisasi. Kegiatan-kegiatan tersebut membantu

organisasi yang bersangkutan mencapai tujuan-tujuannya dengan mengevaluasi dan

memperbaiki efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola

melalui pendekatan yang teratur dan sistematik.

Audit intern adalah audit yang dilakukan oleh pihak dari dalam organisasi

auditi. Pengertian organisasi auditi dalam hal ini harus dilihat dengan sudut pandang

yang tepat. Organisasi auditi misalnya adalah pemerintah daerah, kementerian negara,

lembaga negara, perusahaan, atau bahkan pemerintah pusat. Sebagai contoh, untuk

pemerintah daerah, maka audit intern adalah audit yang dilakukan oleh aparat

pengawasan intern daerah yang bersangkutan (Inspektorat). Sedangkan pada

organisasi kementerian negara audit intern dilakukan oleh inspektorat jenderal

departemen dan dalam organisasi pemerintah pusat audit intern dilakukan oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Audit intern dilaksanakan dalam

rangka pelaksanaan fungsi pengawasan dalam manajemen. Jadi pelaksanaan audit

intern lebih diarahkan pada upaya membantu

bupati/walikota/gubernur/menteri/presiden meyakinkan pencapaian tujuan organisasi.

2.2 Peran dan Kontribusi Auditor Internal


Menurut the International Standard for the Professional Practice of Internal

Auditing (SPPIA), peran yang dimainkan oleh auditor internal dibagi menjadi dua

kategori utama; jasa assurance dan jasa konsultansi. Jasa assurance merupakan
penilaian obyektif auditor internal atas bukti untuk memberikan pendapat atau

kesimpulan independen mengenai proses, sistem atau subyek masalah lain. Jenis dan

lingkup penugasan assurance ditentukan oleh auditor internal.

Jasa konsultansi merupakan pemberian saran, dan umumnya dilakukan

atas permintaan khusus dari klien (para auditi). Dalam melaksanakan jasa konsultansi,

auditor internal harus tetap menjaga obyektivitasnya dan tidak memegang tanggung

jawab manajemen. Disamping memberikan jasa audit (tepatnya assurance) dan jasa

konsultansi, auditor internal juga dapat berperan dalam berbagai hal lain yang

memberikan nilai tambah bagi organisasi:

a. Memberikan masukan kepada pimpinan mengenai berbagai hal terkait dengan

pelaksanaan fungsi manajemen, mulai dari perencanaan (misal: penyusunan

usulan rencana anggaran pendapatan dan belanja) sampai pada penyusunan

laporan pertanggung jawaban keuangan pemerintah daerah. Auditor internal

dapat memberi masukan yang komprehensif kepada manajemen karena dia

memiliki akses dan pengetahuan yang luas terhadap seluruh satuan kerja di

lingkungan pemerintahan daerah.

b. Sebagai counterpart (pendamping) auditor eksternal (BPK dan/atau kantor

akuntan publik yang ditunjuk) dan pejabat pengawas pemerintah lainnya yang

melakukan pengawasan di lingkungan pemerintah daerah tempat dia bekerja.

Pejabat Pengawas Pemerintah lainnya tersebut meliputi; BPKP, Inspektorat

Jenderal Departemen/Unit Pengawasan LPND. Peran ini dimaksudkan agar

pelaksanaan audit oleh pejabat pengawas lainnya tersebut dapat berjalan lancar

dan dapat dilaksanakan secara efisien. Disamping itu, jika ada permasalahan yang

perlu diperhatikan segera dapat dikomunikasikan dengan pejabat terkait,

termasuk dengan kepala daerah.


Dalam hal tertentu, bila independensi, kompetensi dan kecermatan profesional
inspektorat daerah dalam melaksanakan tugas dipandang memenuhi syarat,
dimungkinkan hasil pengawasannya akan dimanfaatkan oleh auditor eksternal,
sebagai pendukung terhadap laporan audit yang akan diterbitkannya. Dengan
demikian, luas pemeriksaan oleh auditor eksternal dapat dikurangi dan biaya
auditnya dapat lebih efisien.
2.3 Paradigma Baru Pengendalian Internal
Paradigma baru di Indonesia di sektor publik ataupun di sektor privat, dalam

menerapkan internal control di perusahaan ataupun di pemerintahan daerah sudah

menggunakan elemen-elemen internal control yang diperkenalkan oleh COSO,

demikian pula Auditor Internal, Auditor Eksternal termasuk BPK dalam melakukan

evaluasi pengendalian internal pada auditi/klien mengacu pada internal control

COSO. menurut pengertiannya, Internal Control adalah:

a. Sebuah proses

b. Dipengaruhi oleh manusia

c. Diharapkan dapat memberikan jaminan yang memadai

d. Untuk mencapai tujuan:

 Pelaporan keuangan yang handal

 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku

 Efektivitas dan efisiensi operasional

COSO (Committee of Sponsoring Organizations) menyatakan bahwa untuk

menyediakan suatu struktur dalam mempertimbangkan banyak kemungkinan

pengendalian yang berhubungan dengan tujuan entitas, laporan COSO

mengidentifikasi lima komponen pengendalian internal yang saling berhubungan,

yaitu :

a. Lingkungan Pengendalian (control environment)


Lingkungan pengendalian menetapkan suasana dari suatu organisasi yang

mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan

pengendalian merupakan pondasi dari semua komponen pengendalian intern

lainnya yang menyediakan disiplin dan struktur.

b. Penilaian Risiko (risk assessment)

Penilaian risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisis, dan

pengelolaan risiko suatu entitas yang relevan dengan penyusunan laporan

keuangan yang disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi

yang berlaku umum.

c. Informasi dan Komunikasi (information and communication)

Sistem informasi dan komunikasi yang relevan dengan tujuan pelaporan

keuangan, terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan yang diciptakan untuk

mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisis, mengklasifikasi, mencatat, dan

melaporkan transaksi-transaksi entitas, dan juga kejadian-kejadian serta kondisi-

kondisi dan untuk memelihara akuntabilitas dari aktiva-aktiva dan kewajiban-

kewajiban yang berhubungan. Sedangkan komunikasi melibatkan penyediaan

suatu pemahaman yang jelas mengenai peran dan tanggung jawab individu

berkenaan dengan pengendalian internal atas laporan keuangan

d. Aktivitas Pengendalian (controlling activities)

Aktivitas pengendalian merupakan kebijakan dan prosedur yang membantu

memastikan bahwa perintah manajemen telah dilaksanakan. Aktivitas

pengendalian membantu memastikan bahwa tindakan yang diperlukan berkenaan

dengan risiko telah diambil untuk pencapaian tujuan entitas. Aktivitas

pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan pada berbagai tingkatan

organisasional dan fungsional.


e. Pemantauan (monitoring)

Pemantauan (monitoring) adalah suatu proses yang menilai kualitas kinerja

pengendalian internal pada suatu waktu. Pemantauan melibatkan penilaian

rancangan dan pengoperasian pengendalian dengan dasar waktu dan mengambil

tindakan perbaikan yang diperlukan.

2.4 Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP)


Menurut Pasal 1 ayat 11 Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Aparat Pengawas Intern Pemerintah atau

pengawas intern pada institusi lain yang selanjutnya disebut APIP adalah aparat yang

melakukan pengawasan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan

pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) melakukan pengawasan

fungsional terhadap pengelolaan keuangan negara agar berdaya guna dan berhasil

guna untuk membantu manajemen pemerintahan dalam rangka pengendalian terhadap

kegiatan unit kerja yang dipimpinnya (fungsi quality assurance).

Kontribusi APIP diharapkan dapat memberi masukan kepada pimpinan

penyelenggara pemerintahan mengenai hasil, hambatan, dan penyimpangan yang

terjadi atas jalannya pemerintahan dan pembangunan yang menjadi tanggungjawab

para pimpinan penyelenggara pemerintahan tersebut.

Pada Tahun 1996, pertama kali diterbitkan mengenai Standar Audit Aparat

Pengawasan Fungsional Pemerintah (SA-APFP) dan pada 2002 diganti dengan nama

Standar Professional Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (SP-APIP), selanjutnya

digantikan oleh Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang mengatur tentang Lembaga Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (LAPIP) bertugas untuk melakukan audit atas

pengelolaan keuangan Negara meliputi audit kinerja dan audit dengan tujuan tertentu
diatur dalam Pasal 49 ayat (2) dan Pasal 50 ayat (1) Peraturan Pemerintah No. 60

Tahun 2008.

Sistem Pengendalian Intern berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun

2008 adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan

memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,

keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap

peraturan perundang-undangan. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang

selanjutnya disingkat SPIP, adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan

secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi,

pemantauan, dan kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan

fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan yang memadai bahwa

kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara

efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam mewujudkan tata

kepemerintahan yang baik.

Lembaga-lembaga yang berwenang melakukan fungsi sistem pengendalian

internal di Indonesia disebut Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP), antara

lain:

a. BPKP;

b. Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan

pengawasan intern;

c. Inspektorat Provinsi; dan

d. Inspektorat Kabupaten/Kota.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, yang selanjutnya disingkat

BPKP, adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab

langsung kepada Presiden. BPKP melakukan pengawasan intern terhadap

akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan tertentu yang meliputi:

a. kegiatan yang bersifat lintas sektoral;

b. kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri

Keuangan selaku Bendahara Umum Negara; dan

c. kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.

Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan

pengawasan intern adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung

jawab langsung kepada menteri/pimpinan lembaga.

Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan

pengawasan intern melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka

penyelenggaraan tugas dan fungsi kementerian negara/lembaga yang didanai dengan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang

bertanggung jawab langsung kepada gubernur. Inspektorat Provinsi melakukan

pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan

fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi yang didanai dengan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.

Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang

bertanggung jawab langsung kepada bupati/walikota. Inspektorat Kabupaten/Kota

melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan

tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang didanai dengan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.


Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) melakukan pengawasan intern

melalui:

a. Audit;

Adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi bukti yang

dilakukan secara independen, obyektif dan profesional berdasarkan standar

audit, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, efektivitas,

efisiensi, dan keandalan informasi pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi

Pemerintah.

b. Reviu;

Adalah penelaahan ulang bukti-bukti suatu kegiatan untuk memastikan

bahwa kegiatan tersebut telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan,

standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan.

c. Evaluasi;

adalah rangkaian kegiatan membandingkan hasil atau prestasi suatu

kegiatan dengan standar, rencana, atau norma yang telah ditetapkan, dan

menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau

kegagalan suatu kegiatan dalam mencapai tujuan.

d. Pemantauan;

Adalah proses penilaian kemajuan suatu program atau kegiatan dalam

mencapai tujuan yang telah ditetapkan

e. Kegiatan pengawasan lainnya.

Berupa sosialisasi mengenai pengawasan, pendidikan dan pelatihan

pengawasan, pembimbingan dan konsultansi, pengelolaan hasil

pengawasan, dan pemaparan hasil pengawasan.


Pelaksanaan audit intern di lingkungan Instansi Pemerintah dilakukan oleh

pejabat yang mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan yang telah memenuhi

syarat kompetensi keahlian sebagai auditor. Syarat kompetensi keahlian sebagai

auditor dipenuhi melalui keikutsertaan dan kelulusan program sertifikasi. Kebijakan

yang berkaitan dengan program sertifikasi ditetapkan oleh instansi pembina jabatan

fungsional sesuai peraturan perundang-undangan.

Setelah melaksanakan tugas pengawasan, aparat pengawasan intern

pemerintah wajib membuat laporan hasil pengawasan dan menyampaikannya kepada

pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi. Dalam hal BPKP melaksanakan

pengawasan atas kegiatan kebendaharaan umum negara, laporan hasil pengawasan

disampaikan kepada Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara dan kepada

pimpinan Instansi Pemerintah yang diawasi.

Secara berkala, berdasarkan laporan, BPKP menyusun dan menyampaikan

ikhtisar laporan hasil pengawasan kepada Presiden dengan tembusan kepada Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara. Sedangkan Inspektorat Jenderal atau nama

lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern, Inspektorat Provinsi,

dan Inspektorat Kabupaten/Kota menyusun dan menyampaikan ikhtisar laporan hasil

pengawasan kepada menteri/pimpinan lembaga, gubernur, atau bupati/walikota sesuai

dengan kewenangan dan tanggung jawabnya dengan tembusan kepada Menteri

Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

2.5 Jenis Audit Internal Sektor Publik


1. Audit Kinerja (Audit Operasional)
Adalah pemeriksaan secara objektif dan sistematik terhadap berbagai

macam bukti, untuk dapat melakukan penilaian secara independen atas kinerja

entitas atau program/kegiatan pemerintah yang diaudit. Audit kinerja

dimaksudkan untuk dapat meningkatkan tingkat akuntabilitas pemerintah dan


memudahkan pengambilan keputusan oleh pihak yang bertanggung jawab untuk

mengawasi atau memprakarsai tindakan koreksi. Audit kinerja mencakup audit

tentang ekonomi, efisiensi, dan program (efektivitas).

Audit Ekonomi dan Efisiensi menentukan apakah:

 Entitas telah memperoleh, melindungi dan menggunakan sumber dayanya (seperti

karyawan, gedung, ruang dan peralatan kantor) secara hemat dan efisien;

 Penyebab timbulnya ketidak hematan dan ketidak efisenan;

 Entitas tersebut telah mematuhi peratutran perundang-undangan yang berkaitan

dengan kehematan dan efisiensi.

Audit ekonomi dan efisiensi dapat mempertimbangkan apakah entitas yang

diaudit telah:

 Mengikuti ketentuan pelaksanaan pengadaan yang sehat.

 Melakukan pengadaan sumber daya (jenis, mutu, dan jumlah) yang sesuai dengan

kebutuhan dan dengan biaya yang wajar;

 Melindungi dan memelihara semua sumber daya negara yang ada secara

memadai;

 Menghindari duplikasi pekerjaan atau kegiatan yang tanpa tujuan dan kurang

jelas tujuannya;

 Menghindari adanya pengangguran atau jumlah pegawai yang berlebihan;

 Menggunakan prosedur kerja yang efisien;

 Menggunakan sumber daya (staf, peralatan dan fasilitas) secara optimum dalam

menghasilkan atau menyerahkan barang/jasa dengan kuantitas dan kualitas yang

baik serta tepat waktu;


 Mematuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan

perolehan, pemeliharaan dan penggunaan sumber daya negara;

 Telah memiliki suatu sistem pengendalian manajemen yang memadai untuk

mengukur, melaporkan, dan memantau kehematan dan efisiensi pelaksanaan

program;

 Telah melaporkan ukuran yang sah dan dapat dipertanggungjawabkan mengenai

penghematan dan efisiensi.

Audit program (Efektivitas) mencakup penentuan:

 Tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan atau manfaat yang telah

ditetapkan oleh undang-undang atau badan lain yang berwenang;

 Efektivitas kegiatan entitas, pelaksanaan program, kegiatan atau fungsi instansi

yang bersangkutan;

 Apakah entitas yang telah diaudit telah menaati peraturan perundang-undangan

yang berkaitan dengan pelaksanaan program/kegiatannya.

Contoh pelaksanaan audit program antara lain:

 Menilai tujuan program, baik yang baru maupun yang sudah berjalan, untuk

menentukan apakah tujuan tersebut sudah memadai dan tepat/relevan

 Menentukan tingkat pencapaian hasil program yang diinginkan.

 Menilai efektivitas program dan/atau unsur program secara sendiri - sendiri

 Mengidentifikasi faktor yang menghambat pelaksanaan kinerja yang baik dan

memuaskan

 Menentukan apakah manajemen telah mempertimbangkan alternatif - alternatif

lain untuk melaksanakan program tersebut yang mungkin dapat memberikan hasil

yang lebih baik dengan biaya rendah.


2. Audit Dengan Tujuan Tertentu
Audit (pemeriksaan) dengan tujuan tertentu adalah pemeriksaan yang

tidak termasuk dalam pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja/audit

operasional. Sesuai dengan definisinya, jenis audit ini dapat berupa semua jenis

audit selain audit keuangan dan audit operasional. Dengan demikian dalam jenis

audit tersebut termasuk diantaranya audit ketaatan dan audit investigatif

Audit Ketaatan

Audit ketaatan adalah audit yang dilakukan untuk menilai kesesuaian

antara kondisi/pelaksanaan kegiatan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku. Kriteria yang digunakan dalam audit ketaatan adalah peraturan

perundang-undangan yang berlaku bagi auditi. Perundangundangan di sini

diartikan dalam arti luas, termasuk ketentuan yang dibuat oleh yang lebih tinggi

dan dari luar auditi asal berlaku bagi auditi dengan berbagai bentuk atau

medianya, tertulis maupun tidak tertulis.

Audit Investigatif

Audit investigatif adalah audit yang dilakukan untuk membuktikan apakah

suatu indikasi penyimpangan/kecurangan apakah memang benar terjadi atau tidak

terjadi. Jadi fokus audit investigatif adalah membuktikan apakah benar

kecurangan telah terjadi. Dalam hal dugaan kecurangan terbukti, audit investigatif

harus dapat mengidentifikasi pihak yang harus bertanggung jawab atas

penyimpangan /kecurangan tersebut


REVIEW ARTIKEL

Judul : Peran Audit Internal Terhadap Kepatuhan Perangkat Daerah Dalam Pengelolaan
Keuangan Pada Kantor Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara

Nama Penulis: Thalia Amelia Costantie Rambing, Jantje J.Tinangon, Wisnton Pontoh

Sumber Artikel :

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/gc/article/download/21149/20859

Latar Belakang : Dalam pengelolaan negara, pasti membutuhkan dana yang banyak dalam
upaya pembangunan dan penataan negara, dimana dana ini nantinya harus didistribusikan
secara adil dan merata untuk seluruh masyarakat dan keentingan negara. Dimana setiap
penggunaan dari dana yang banyak tersebut pasti membutuhkan pertanggungjawaban serta
ada pengelolaan dan pengawasan dalam menjalankan pemerintahan untuk memperoleh
pertanggungjawaban yang efektif dan efisien. Untuk mencapai hal ini maka diperlukan
sebuah audit internal perusahaan atau sektor publik sebagai pengawasan dan nanti audit akan
memberikan opini terkait bagaimana pengelolaan dana.

Perumusan Masalah :

1. Bagaimana Peranan Inspektorat Sulawesi Utara Sebagai APIP (Aparat Pengawas


Intern Pemerintah) ?
2. Bagaimana Upaya dan Kinerja Inspektorat Sulawesi Utara?
3. Bagaimana Manfaat Audit Internal Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara?

Kajian Pustaka :

Internal Audit. Boynton, Johnson, dan Kell (2007:15) mengatakan bahwa audit merupakan
sebuah proses yang dilakukan secara sistematis yang bertujuan menetapkan tingkat
kesesuaian antara pelaksanaan dengan aturan yang telah diatur dan juga untuk menyampaikan
hasil untuk pihak yang memiliki kepentingan dalam memperoleh dan mengevaluasi bukti
secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi.
Jenis-Jenis Audit. Boynton et al. (2007:24) mengatakan bahwa jenis audit terbagi yaitu:

1. Financial Audit atau Audit Laporan Keuangan


2. Compliance Audit atau Audit Ketaatan
3. Operational Audit atau Audit Operasional.
Tanggung Jawab Dan Fungsi dari Audit Internal. Tunggal (2014:42) menyebutkan bahwa
tanggung jawab auditor internal yaitu:

1. Direktur audit internal bertanggung jawab dalam penerapan program internal audit,
2. Auditing Superior memiliki tanggungjawab dalam membantu direktur audit internal
3. Tanggung jawab dari senior auditing adalah mengikuti semua program audit

Perbedaan Antara Audit Internal dan Eksternal.

1. Internal audit dilaksanakan oleh pihak yang berasal dari dalam perusahaan sedangkan
eksternal audit dilaksanakan oleh pihak yang bukan dari dalam perusahaan.
2. Audit internal sering disebut tidak independen oleh pihak luar organisasi sedangkan audit
eksternal merupakan pihak yang bersifat independen.

Peraturan Perundang-undangan Mengenai Audit Internal. Yang menjadi acuan hukum


untuk penyusunan dan pelaksanaan teknis didalam mereviu laporan keuangan adalah sebagai
berikut:
1. UU RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
2. UU RI N0. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara,
3. UU RI No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
4. Keuangan Negara,
5. PP RI No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
6. PP RI No. 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;
7. PP RI No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah,
8. PP RI No. 60 Tahun 2008 tentang Sitem Pengendalian Intern Pemeritah.
9. Permendagri No. 4 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Review atas Laporan
10. keuangan Pemerintah Daerah.

Profesionalisme Auditor Internal. Menurut Wokas dan Karamoy (2015) mengatakan


bahwa dalam pendeteksian kecurangan dan penyimpangan yang terjadi dapat dipengaruhi
tentang profesionalitas seorang auditor.
Metode Penelitian :

Jenis Penelitian. Penelitian yang dilakukan ini memakai metode penelitian kualitatif.
Tempat dan Waktu Penelitian. Tempat penelitian dilakukan pada kantor Inspektorat
Daerah Provinsi Sulawesi Utara yang beralamat di jalan 17. Agustus, Teling Atas,
Kecamatan Wanea Kota Manado. Letaknya di samping kiri kantor Gubernur Sulawesi Utara.
Jenis, Sumber dan Metode Pengumpulan data
Jenis Data. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif yang
bersifat deskriptif.
Sumber data. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan sumber data primer.

Metode Pengumpulan Data. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:


1. Observasi. Pengempulan bukti melalui pengamatan, pada saat terjadinya aktivitas
seseorang, jalannya suatu mekanisme, dan kejadian disekitarnya.
2. Wawancara. Peneliti mewawancarai langsung pihak-pihak yang terkait mengenai data
yang diperlukan.

Metode Analisis. Sesuai dengan data yang digunakan yaitu data kualitatif, metode yang
digunakan yaitu menganalisis data dilakukan dengan cara menyusun hasil pengamatan secara
sistematis sehingga bisa mendapatkan data deskripsi yang baik. Penganalisisan data secara
kualitatif terbagi menjadi dua yakni analisis selama pengumpulan data dan analisis setelah
masa pengumpulan data.

Hasil Penelitian :

1. Peranan Inspektorat Sulawesi Utara Sebagai APIP (Aparat Pengawas Intern


Pemerintah) APIP (Aparat Pengawasan Intern Pemerintah) sangat berperan penting
dalam sistem pemerintah yaitu sebagai fungsi pengawasan (controlling) dimana APIP
diberikan tanggung jawab didalam mengevaluasi dan penilaian fungsi-fungsi
manajemen agar supaya tujuan dari organisasi dapat tercapai.

Analisis Peran Inspektorat Sulawesi Utara Sebagai APIP (Aparat Pengawas


Internal Pemerintah). Sesuai dengan Permendagri No. 64 Tahun 2007, pemerintah sudah
menetapkan kebijakan-kebijakan yang merupakan tugas dan fungsi dari Inspektorat. Ada
beberapa kebijakan yang harus dijalankan oleh Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara
dalam pengimplementasian kebijakan untuk mendukung terselenggaranya kegiatan
pengawasan yang efektif yang merupakan faktor utama yang sangat penting untuk
diperhatikan oleh Inspektorat Daerah sebagai pelaksana pengawasan pemerintah daerah.
Adapun yang telah dilaksanakan Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara sebagai
berikut :

1. Merencanakan program pengawasan


2. Merumuskan Kebijakan dan Fasilitas Pengawasan
3. Memeriksa, mengusut, menguji dan menilai tugas pengawasan

2. Upaya dan Kinerja Inspektorat Sulawesi Utara

Selaku audit internal Inspektorat Sulut melakukan pendeteksian kecurangan dengan


memperhatikan indikasi-indikasi kemungkinan terjadinya penyimpangan karena pada
dasarnya kecurangan tidak mudah ditemukan. Bukan hanya dengan menemukan indikasi-
indikasi terhadap kecurangan, tetapi juga dapat ditemukan dengan adanya informan dari
dalam manajemen. Itulah yang biasa disebut dengan whistleblower. Itulah yang menjadi
salah satu upaya Ispektorat Sulut yakni dengan menemukas whistleblower dalam objek
pemeriksaannya.

3. Manfaat Audit Internal Inspektorat Daerah Provinsi Sulawesi Utara

Manfaat audit internal terhadap pihak yang menjadi objek audit, yaitu untuk memperluas
kredibilitas laporan keuangan agar dapat lebih dipercaya dalam meyakinkan pihak ketiga atau
pihak luar entitas dalam pelaksanaan kepentingan. Kemudian dalam meminimalisir kelasahan
bahkan penyimpangan yang dilakukan didalam catatan keuangan sehingga menghasilkan
dasar yang dapat dipercayai.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai