Anda di halaman 1dari 24

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

ASPEK KEPERILAKUAN PADA AUDIT INTERNAL

Dosen Pengampu :

Wirmie Eka Putra, S.E., M.Si.

Disusun oleh :

Hasbi Ashshiddiqi C1C020073


Hari Anugrah C1C020077
Bobi Sadli C1C020081

KELAS R-10

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Rahmat dan Hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah Akuntansi Keperilakuan ini tepat

waktu. Makalah ini disusun untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan Aspek

Keperilakuan pada Audit Internal.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak

yang telah membantu dan mendukung kami dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.

Terutama kepada Dosen Pengampu yang telah membimbing dan memberi arahan kepada

kami.

Kami selaku penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih minim dan

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami senantiasa mengharapkan masukan

yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah kami di masa yang akan datang.

Terima kasih.

Jambi, 01 Novemberr 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan...........................................................................................2
1.5 Metode Penulisan............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Audit Internal..................................................................................................4


2.2 Program dan Langkah Kerja Audit Internal....................................................5
2.3 Peran Auditor Internal.....................................................................................8
2.4 Jenis Peran Auditor Internal............................................................................9
2.5 Memotivasi Pihak Yang Diaudit....................................................................11

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan....................................................................................................20
3.2 Saran..............................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pengambilan setiap keputusan oleh stakeholder, pasti dibutuhkan yang namanya

analisis laporan keuangan yang menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Dalam

menganalisis laporan keuangan perusahaan tentu dibutuhkan analis yang memang benar-

benar mumpuni dalam menangani hal tersebut. Bisa dikatakan bahwa, analis yang memang

benar-benar menguasai bidangnya haruslah memiliki keperilakuan atau behavior yang

memang sesuai dan tidak bertentangan dengan hal tersebut.

Singkatnya, bisa dikatakan bahwa ilmu akuntansi itu fleksibel yang maksudnya bisa

dikaitkan dan dikombinasikan dengan bidang ilmu yang lainnya, seperti ilmu analisis, ilmu

sosial dan psikologi. Karena adanya situasi seperti inilah yang menjadikan Akuntansi

Keperilakuan menjadi suatu sistem yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan

karena semua bidang ilmu yang dikombinasikan tentunya saling terkait satu sama lain.

1.2 Rumusan Masalah

 Apa yang dimaksud dengan audit internal?

 Bagaimana program dan langkah kerja audit internal?

 Bagaimana peran auditor internal?

 Apa saja jenis peran auditor internal?

 Bagaimana cara memotivasi pihak yang diaudit?

1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui bagaimana aspek keperilakuan pada audit internal.

 Untuk mengetahui apa saja kaitannya dengan sub bidang ilmu lainnya.

1
1.4 Manfaat Penulisan

 Dapat memberikan pemahaman lebih mengenai Akuntansi Keperilakuan.

 Dapat dijadikan referensi pembelajaran mata kuliah Akuntansi Keperilakuan,

khususnya materi Aspek Keperilakuan pada Audit Internal.

1.5 Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam makalah ini adalah metode pustaka, yaitu metode yang

dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan data dari pustaka yang berhubungan

dengan alat baik berupa buku maupun informasi dari internet (e-book).

2
BAB II

ASPEK KEPERILAKUAN PADA AUDIT INTERNAL

Permintaan audit eksternal dan internal bersumber pada kebutuhan untuk memiliki

beberapa alat verifikasi independen untuk mengurangi kesalahan pencatatan, penyalahgunaan

aset dan kecurangan dalam organisasi bisnis dan nonbisnis. Akar audit, secara umum dan

secara intuitif digambarkan oleh sejarawan akuntansi Richard Brown (1905) yang dikutip

dalam Mautz & Sharaf, 1961 adalah asal mula auditing kembali ke waktu yang hampir tidak

jauh dari akuntansi. Kapanpun kemajuan peradaban membawa perlunya seseorang sampai

batas tertentu dengan milik orang lain, kelayakan semacam pemeriksaan yang pertama akan

menjadi jelas.

Pada tahun 1957, Pernyataan Tanggung Jawab Audit Internal telah diperluas untuk

mencakup banyaknya layanan kepada manajemen, seperti :

1. Meninjau dan menilai kecukupan, keakuratan dan penerapan pengendalian akuntansi,

keuangan dan operasi.

2. Memastikan tingkat kepatuhan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah

ditetapkan.

3. Memastikan sejauh mana aset perusahaan dipertanggungjawabkan dan dijaga dari

kerugian semua jenis.

4. Memastikan keandalan data akuntansi dan data lain yang dikembangkan dalam

organisasi.

5. Menilai kualitas kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan.

Pada tahun 1978, IIA secara formal menyetujui standar untuk Praktik Profesional Audit

Internal (Standar) yang memiliki tujuan sebagai berikut :

1. Membantu dalam mengomunikasikan kepada orang lain peran, ruang lingkup, kinerja

dan tujuan audit internal.

3
2. Menyatukan audit internal di seluruh dunia.

3. Mendorong peningkatan audit internal.

4. Menetapkan dasar pengukuran konsistensi operasi audit internal.

5. Menyediakan kendaraan di mana audit internal dapat dikenali sepenuhnya sebagai

profesi.

2.1 Audit Internal

Audit Internal adalah suatu aktivitas independen yang memberikan jaminan keyakinan

serta konsultasi yang dirancang untuk memberikan suatu nilai tambah serta meningkatkan

kegiatan operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi dalam suatu usaha mencapai

tujuannya dengan cara memberikan suatu pendekatan disiplin yang sistematis untuk

mengevaluasi dan meningkatkan keefektifan manajemen risiko, pengendalian dan proses

pengaturan dan pengelolaan organisasi.

Menurut IIA (Institute of Internal Auditor) yang dikutip oleh Boynton dkk. (2001)

menjelaskan bahwa audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan

konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit

internal ini membantu organisasi mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan

sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko,

pengendalian dan proses tata kelola.

Untuk mencapai tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal berupa

membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan tanggung

jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan

yang diperiksanya, maka auditor internal harus melakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem

pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional lainnya

4
serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu

mahal.

2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan

oleh manajemen.

3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi

dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan

penyalahgunaan.

4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat

dipercaya.

5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh

manajemen.

6. Menyarankan perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan

efektivitas.

Fungsi audit internal adalah sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisiensi

dan keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian internal perusahaan, kemudian

memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi dan memberi nilai tambah bagi manajemen

yang akan dijadikan landasan mengambil keputusan atau tindakan selanjutnya.

2.2 Program dan Langkah Kerja Audit Internal

Untuk memperoleh hasil audit yang baik dan berkualitas, pelaksanaan audit harus

direncanakan sebaik-baiknya. Audit internal harus menyusun terlebih dahulu rencana

pemeriksaan yang memadai serta diatur secara sistematis mencakup semua unit yang akan

diperiksa, sehingga seluruh pekerjaan dapat dilaksanakan secara berhasil guna dan berdaya

guna. Program audit adalah tindakan-tindakan atau langkah-langkah terperinci yang akan

dilaksanakan dalam pemeriksaan. Selain sebagai petunjuk mengenai langkah-langkah yang

5
harus dilaksanakan, program pemeriksaan juga merupakan alat pengendali audit internal.

Program disusun dengan manfaat sebagai berikut :

1. Menetapkan tanggung jawab untuk setiap prosedur pemeriksaan.

2. Pembagian kerja yang rapi sehingga seluruh unit terperiksa secara menyeluruh.

3. Menghasilkan pelaksanaan pemeriksaan yang tepat dan hemat waktu.

4. Menekankan prosedur yang paling penting untuk setiap pemeriksaan.

5. Berfungsi sebagai pedoman pemeriksaan yang dapat digunakan secara

berkesinambungan.

6. Mempermudah penilaian manajemen terhadap pelaksanaan pemeriksaan.

7. Memastikan dipatuhinya norma-norma pemeriksaan dan prinsip-prinsip akuntansi

yang diterima umum.

8. Memastikan bahwa pemeriksa internal memperhatikan alasan-alasan dilaksanakannya

berbagai prosedur.

Adapun isi program adalah meliputi pernyataan tujuan, dalam hal ini harus dipaparkan

dengan jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, dikaitkan dengan kendala-kendala yang

mungkin dihadapi, serta pendekatan pemeriksaan yang digunakan. Langkah kerja

pemeriksaan yang memuat pengarahan khusus dalam melaksanakan pemeriksaan meliputi

langkah-langkah sebagai berikut :

1. Perencanaan Pemeriksaan

a. Penetapan tujuan dan sasaran pemeriksaan secara efektif dan efisien, serta ruang

lingkup kerja.

b. Memperoleh informasi pendahuluan atas aktivitas yang akan diperiksa.

c. Menetapkan sumber daya yang perlu untuk mendukung pelaksanaan pemeriksaan.

d. Komunikasi dengan semua pihak yang memerlukan pemeriksaan.

6
e. Melaksanakan survei lapangan untuk lebih mengenal kegiatan dan pengendalian

yang akan diaudit, serta mendapatkan saran dari pihak yang diaudit mengenai

pelaksanaan pemeriksaan tersebut.

f. Menetapkan prosedur pemeriksaan.

g. Penetapan bagaimana, bilamana dan kepada siapa pemeriksaaan tersebut akan

dilakukan.

2. Pemeriksaan dan Evaluasi Informasi

a. Informasi dikumpulkan dari semua pihak yang terlibat dengan sasaran dan ruang

lingkup pemeriksaan.

b. Informasi harus cukup, dapat dipercaya, relevan dan berguna sebagai dasar

temuan pemeriksaan dan rekomendasi.

c. Prosedur pemeriksaan meliputi teknik pengujian dan teknik pengambilan sampel

yang digunakan.

d. Mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan dan mendokumentasikan

informasi yang diperoleh.

e. Menyiapkan kertas kerja pemeriksaan.

3. Komunikasi Hasil Pemeriksaan

a. Mendiskusikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan pemeriksaan dan

rekomendasinya.

b. Menerbitkan laporan hasil pemeriksaan yang objektif, jelas, bersifat konstruktif

dan tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.

4. Tindak Lanjut

Audit internal harus memonitor dan mengawasi apakah tindak lanjut yang harus

dilaksanakan atau apakah manajemen perusahaan telah mempertimbangkan dengan

matang semua risiko yang mungkin timbul jika ternyata tindakan yang diambil tidak

7
sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut. Selain itu, tindak lanjut juga

dilaksanakan sebagai alat ukur dalam menilai efektivitas pemeriksaan yang telah

dijalankan.

2.3 Peran Auditor Internal

Peran auditor internal sangat unik karena auditor internal adalah agen yang memantau

tindakan agen lain (manajemen), keduanya dipekerjakan oleh pimpinan yang sama.

Auditor internal memainkan peran penting dalam mengevaluasi efektivitas sistem

pengendalian dan memberikan kontribusi untuk efektivitas organisasi yang sedang

berlangsung. Sebelum berlakunya (SOX) 2002, jasa audit internal berfokus pada deteksi

bukan pencegahan.

Peran auditor internal meningkat secara dramatis karena kepatuhan Sarbanes-Oxley.

Auditor internal sekarang tidak hanya berfokus pada informasi keuangan seperti yang

biasanya menjadi prioritas di banyak perusahaan, tetapi saat ini, auditor internal memiliki

tanggung jawab yang lebih luas. Manajemen saat ini bergantung pada auditor internal tidak

hanya dalam hal mengurangi biaya audit eksternal, tetapi untuk memberikan jaminan,

keyakinan dan kepercayaan bahwa pengendalian internal beroperasi secara efektif dan bahwa

bisnis itu sendiri adalah efisien. Auditor internal juga memainkan peran penting dalam

penyebaran praktik terbaik melalui jaringan perusahaan mereka sendiri yang

dikembangkan lebih luas (risiko dan komunikasi pengendalian). Manajemen sering

mengambil manfaat dari auditor internal sebagai sumber benchmarking untuk efektivitas dan

efisiensi penilaian risiko dan praktik pengendalian internal. Peran komunikasi memberikan

kontribusi pada penciptaan atau peningkatan lebih lanjut dari risiko dan kesadaran

pengendalian.

Peran auditor internal dalam manajemen risiko dari studi perbandingan antara perusahaan

Belgia dan AS mengungkapkan bahwa keterlibatan proaktif auditor internal dalam

8
pengembangan dan peningkatan pengendalian internal dianggap sebagai aspek penting

dari peran perintis mereka. Auditor internal memainkan peran berharga karena secara aktif

meningkatkan kesadaran risiko dan pengendalian atas nama manajemen. Pengendalian

internal merupakan bagian integral dari tanggung jawab auditor internal, karena tingkat

manajemen tertentu tidak menyadari bahwa mereka bertanggung jawab untuk pengendalian

internal.

2.4 Jenis Peran Auditor Internal

2.4.1 Peran Pengendalian Pengawasan

Untuk dianggap sebagai penambah nilai, fungsi strategis Internal Auditor (IAF) harus

menyelaraskan dengan kebutuhan dan prioritas dari semua stakeholder kunci, termasuk

komite audit, manajemen eksekutif dan auditor eksternal. Komite Basel (1999)

mendefinisikan manajemen senior adalah komponen kunci dalam tata kelola perusahaan.

Sementara dewan direksi menyediakan check and balance untuk manajer senior. Demikian

pula, manajer senior harus mengasumsikan bahwa peran pengawasan sehubungan dengan

manajer lini di bidang kegiatan bisnis yang spesifik. Hubungan antara komite audit dan

auditor internal mencakup hubungan pelaporan dan hubungan pengawasan. Efektivitas

tanggung jawab auditor internal dalam hal-hal tertentu berkaitan dengan pelaporan keuangan,

tata kelola perusahaan dan pengendalian perusahaan yang mewajibkan pelaporan terkait

dengan komite audit. Jika hubungan seperti ini tidak ada, harus ada jalan lain bagi auditor

internal menangani kasus pelanggaran atau penipuan yang melibatkan manajemen senior

sendiri.

2.4.2 Peran Pendukung Keputusan

Auditor internal dilengkapi dengan wewenang yang dapat meningkatkan akses terhadap

manajer senior yang mengandalkan masukan mereka untuk membuat keputusan strategis

yang cerdas. Auditor internal di tempat yang harus memastikan bahwa kerangka kerja yang

9
efektif adalah memastikan komitmen yang tepat dan akuntabilitas dari semua pihak yang

terlibat dalam rangka menciptakan kualitas dukungan keputusan. Laporan yang ditulis oleh

auditor internal dan evaluasi sistem pengendalian internal di antara pilar utama dari komite

audit adalah jaminan kebutuhan dalam proses pengawasan.

Audit internal dilakukan dalam asosiasi lingkungan yang kompleks dan kadang-kadang

tergantung pada manajemen. Hubungan audit internal dengan manajemen yang dipertanyakan

adalah yang terbaik. Fungsi audit internal perlu mendukung manajemen, tetapi tetap harus

independen pada saat yang sama. Ada juga peningkatan tekanan pada audit internal untuk

menambah nilai organisasi.

2.4.3 Peran Komunikasi

Auditor internal mungkin memiliki semua keterampilan keuangan dan keterampilan

teknis di dunia, tetapi jika mereka tidak dapat mengembangkan hubungan dengan klien dan

meyakinkan manajemen untuk melaksanakan ide-idenya, mereka sangat tidak efektif.

Meskipun demikian, menulis merupakan keterampilan penting bagi auditor internal, sama

pentingnya dengan keterampilan komunikasi lisan. Jadi, hal ini menunjukkan bahwa

komunikasi auditor internal adalah kemampuan untuk menangani keterlibatan klien. Peran

komunikasi auditor internal dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti sifat dan ruang lingkup

penugasan audit, pengaturan organisasi dan struktur, jalur kewenangan, baik formal maupun

informal dan jenis komunikasi dalam rangka memenuhi permintaan berbagai tingkat

manajemen untuk tugas tertentu. Struktur organisasi dan garis wewenang, baik formal

maupun informal menentukan saluran untuk komunikasi audit.

2.4.4 Peran Manajemen Intimidasi

Mengapa peran manajemen intimidasi dianggap penting oleh auditor internal? Selama

auditor internal terlibat dalam audit, keinginan pengendalian preventif bukan merupakan

detektif atau pengendalian korektif. Mereka berharap organisasinya tidak terinfeksi oleh

10
praktik intimidasi dan memperkenalkan pencegahan pengendalian untuk mengurangi praktik

dalam organisasi yang mereka layani. Stella dkk. (2005) menganalisis perlindungan untuk

independensi auditor dan studinya mengungkapkan bahwa motivasi manajemen ditemukan

menjadi pendorong utama tekanan. Untuk menghindari tekanan, bagian 406 dari Sarbanses-

Oxley Act (SOX, 2002) memerlukan adopsi kode etik atau standar kinerja formal dengan

pengendalian yang diperlukan untuk membantu organisasi dalam mempromosikan iklim etis.

2.5 Memotivasi Pihak Yang Diaudit

2.5.1 Kebutuhan Menjadi Bagian Dari Organisasi

Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk

memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa

pendapatnya akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam pertimbangan

keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi. Para auditor diminta

untuk mendekati pihak-pihak yang diaudit dengan bahasa yang memperkuat kebutuhan ini

dan potensi penyelesaian serta dengan memercayai pihak yang diaudit untuk membantu atau

mengambil bagian atas pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai

melalui jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positifnya akan dicerminkan secara

langsung atau tidak langsung dalam laporan audit.

2.5.2 Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain

Kebutuhan akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit

untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasi bidang-

bidang yang bermasalah, membantu dalam investigasi terhadap kinerja, serta

mengembangkan tindakan-tindakan korektif. Aspek terpenting disini adalah bahwa auditor

mengidentifikasi tindakan-tindakan pihak yang diaudit secara langsung sebagai bagian dari

usaha audit. Pihak yang diaudit biasanya akan menerima rasa hormat dan respons manajemen

11
melalui penerapan audit, yang merupakan bagian dari manajemen, yang berpengaruh dalam

melakukan perbaikan operasional manajemen.

2.5.3 Hubungan Dengan Gaya Manajemen

Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Keempat gaya

manajemen tersebut meliput :

1. Gaya Mengarahkan

Gaya mengarahkan berarti pemmpin memberikan instruksi spesifik dan mengawasi

penyelesaian pekerjaan (tugas) dari dekat.

2. Gaya Melatih

Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan mengawasi

penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan, menawarkan saran

dan mendukung kemajuan bawahannya.

3. Gaya Mendukung

Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya bawahan

untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam pembuatan keputusan

dengan bawahan.

4. Gaya Mendelegasikan

Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung jawab pembuatan

keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara relatif utuh.

Masing-masing gaya manajemen tersebut mempunyai perbedaan yang luas dan semuanya

mencerminkan filosofi serta pendekatan manajemen terhadap para manajemen.

2.5.4 Perubahan Manajemen

Salah satu masalah terbesar yang dimiliki oleh auditor adalah menjual perubahan-

perubahan yang akan dijalankan melalui implementasi dan temuan audit. Ilmu sosial telah

mengidentifikasi sejumlah alasan mengapa orang tidak menginginkan perubahan metode

12
operasi mereka. Namun, terdapat tiga hal yang mungkin merupakan faktor terpenting yang

menimbulkan keengganan untuk melakukan perubahan, yaitu sebagai berikut :

1. Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui, yaitu apa yang akan dibawa oleh

perubahan tersebut.

2. Aspek birokrasi dari kenyataan perubahan, baik secara horizontal maupun vertikal.

3. Aspek ego, bahwa dengan adanya perubahan maka metode sekarang dianggap tidak

efisien atau tidak layak.

Oleh sebab itu, auditor seharusnya mengambil tindakan pasti untuk menghilangkan

ketakutan atau pertentangan dari pihak yang diaudit. Dalam kasus ketakutan dari

ketidaktahuan, auditor seharusnya berhati-hati dalam menelaah kemungkinan dari pihak yang

diaudit untuk menghasilkan perubahan, baik berdampak baik maupun yang tidak begitu baik.

Terkait dengan masalah ini, beberapa pendekatan yang dapat diambil oleh auditor antara lain

sebagai berikut :

1. Auditor internal seharusnya melihat perubahan audit dengan cara pandang manajer.

2. Konsep auditor terhadap pengendalian seharusnya sejauh mungkin menyerupai

konsep manajemen.

3. Auditor seharusnya mengutamakan suatu pendekatan partisipatif.

4. Audit seharusnya menjadi suatu audit yang seimbang, tidak sebagai suatu yang

menghakimi.

5. Auditor seharusnya melengkapi kegagalan dari suatu pendekatan manajemen.

6. Auditor internal seharusnya mencoba untuk bertindak sebagai seorang penasihat dan

bukan sebagai seorang pengambil kebijakan.

Guna mengurangi konfrontasi dan sifat statis, auditor internal seharusnya meyakinkan

bahwa perubahan adalah evolusi, bukan revolusi.

13
2.5.5 Pengelolaan Konflik

Dalam hal perubahan, konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada

proses audit. Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak

ditangani lebih awal maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik dapat terjadi

dalam beberapa hal berikut :

1. Lingkup, seperti manajemen.

2. Tujuan, sebagaimana terhadap auditor eksternal.

3. Tanggung jawab, seperti layanan manajemen.

4. Nilai, dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang diaudit.

Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung

mempertahankan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung

mempertahankan lembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang

auditor bekerja pada suatu lembaga bisnis profesional, yang dikelilingi oleh suatu birokrasi,

konflik dan hilangnya nilai-nilai serta norma-norma profesionalisme akan muncul. Ada

empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik, yaitu :

1. Arbitrase.

2. Mediasi.

3. Kompromi.

4. Langsung.

Keempat metode tersebut mencoba untuk mencapai suatu posisi yang dianggap paling

baik bagi organisasi. Metode tersebut tidak selalu mencoba untuk meredakan perasaan dari

masing-masing kelompok yang mengalami konflik. Metode yang paling baik adalah yang

paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan, yaitu metode kompromi, jika

perbedaan masih dapat dikompromikan.

14
2.5.6 Masalah-Masalah Hubungan

Ilmuwan mempuyai daftar konsep yang akan membantu untuk memperlakukan orang

dengan lebih baik. Konsep tersebut merupakan perilaku langsung dan kemungkinan dapat

dimanfaatkan untuk semua hubungan singkat perusahaan. Konsep-konsep tersebut meliputi

sebagai berikut :

1. Ingat bahwa terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu.

2. Pengaruh terbesar terhadap perasaan dan emosi seharusnya juga dipertimbangkan.

3. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan.

4. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.

5. Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagai suatu variasi akhir.

2.5.7 Karakteristik Umum Individu

Pada umumnya, sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individu dari

pihak yang diaudit adalah sebagai berikut :

1. Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan yang bermakna.

2. Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang dianggap penting.

3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu lain.

4. Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dan kebebasan pilihan.

5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.

6. Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji daripada

dikritik.

7. Mencari kepuasan diri sendiri.

8. Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usahanya.

9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik.

10. Menjadi bagian dari tim yang sukses.

11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.

15
12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.

13. Lebih cenderung untuk sensitif daripada membantu orang lain.

2.5.8. Kesadaran Pada Diri Sendiri

Elemen-elemen utama dari aspek kesadaran pada diri sendiri ini adalah sebagai berikut :

1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam

berhubungan secara mental, fisik, emosional dan karakteristik pribadi.

2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.

3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalam lingkungan relatif yang dimiliki seseorang

dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok organisasi yang

luas.

4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan orang lain.

5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang.

6. Suatu perasaan keterpaduan yang berasal dari kepercayaan bahwa seseorang

berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.

2.5.9 Komunikasi Secara Efektif

Komunikasi terdiri dari wawancara, musyawarah, laporan lisan dan laporan tertulis.

Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan cara yang

positif untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dalam menjalankan audit. Terdapat

unsur-unsur yang dipresentasikan, baik secara lisan maupun tulisan, yang dipertimbangkan

untuk memiliki hubungan perilaku yang baik. Beberapa dari hal tersebut adalah sebagai

berikut :

1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukan bagian dari

manajemen.

16
2. Jangan menggunakan istilah yang berimplikasi pada kesalahan kerja dari pihak yang

diaudit.

3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara verbal atau

tertulis.

4. Ketika memberikan saran, pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit, sebab hal ini

berimplikasi pada anggapan mereka.

5. Mengizinkan pihak yang diaudit untuk melakukan perubahan dalam bahasan laporan

sepanjang tidak mengubah substansinya.

6. Jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas, karena auditor mencari

fakta dan tidak bertindak sebagai seorang penasihat yang berhubungan dengan moral.

7. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.

8. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuannya.

9. Mengizinkan pihak yang diaudit, sepanjang proses penyusunan laporan untuk

mengungkapkan pendapat.

10. Sopan dengan seluruh tingkatan staf pihak yang diaudit dan menyambut manajemen

pihak yang diaudit dengan rasa hormat.

11. Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit.

12. Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang

diaudit.

2.5.10 Menghadapi Banyaknya Oposisi

Terdapat tiga jenis pokok dari banyaknya oposisi, yaitu :

1. Suatu indikasi yang menunjukkan kurang pentingnya audit. Manajemen puncak dari

pihak yang diaudit menolak untuk berpartisipasi dalam pertemuan untuk

mempertimbangkan isi laporan.

17
2. Pihak yang diaudit bertindak dalam suatu gaya konfrontasional, misalnya catatan-

catatan tidak tersedia.

3. Pihak yang diaudit menolak untuk mengambil berbagai tindakan selama atau setelah

audit dan operasi terus dijalankan seperti sebelumnya.

2.5.11 Pelaksanaan Audit Partisipatif

Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang baik

berasal dari pendekatan keperilakuan. Pada dasarnya, audit merupakan usaha kerja sama

antara auditor dan pihak yang diaudit. Elemen-elemen keperilakuan tersebut meliputi :

1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diaudit bidang mana yang akan diaudit.

2. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai

pemrograman audit dan pelaksanaan audit.

3. Peroleh persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi.

4. Dapatkan persetujuan atas isi laporan.

5. Memasukkan informasi nyata pada laporan audit.

Partisipasi di dalam audit membantu memecahkan berbagai permasalahan dan

mengoordinasikan tindakan korektif. Seluruh keberhasilan di atas tergantung pada

kredibilitas auditor atas kejujuran.

2.5.12 Penggunaan Pengetahuan Keperilakuan Dalam Audit

Secara umum, penanganan keperilakuan organisasi adalah akibat dari berbagai hal berikut

ini :

1. Kondisi, pada umumnya kualitas dari struktur pengendalian internal.

2. Motivasi atau kebutuhan dari karyawan kantor untuk membentuk etika dan kejujuran

atau sebaliknya.

3. Sikap atas dasar karakteristik pribadi dari seluruh tingkatan karyawan.

18
Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami budaya

organisasi. Budaya organisasi memengaruhi sikap dan perilaku auditor. Untuk budaya

organisasi, unsur-unsurnya tercermin dalam hal berikut :

1. Komitmen karyawan.

2. Kualitas pelatihan dan pengembangan staf.

3. Identitas perusahaan seperti kebijakan.

4. Pembuatan keputusan.

5. Fokus manajemen.

Oleh karena itu, suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika laporan audit dapat

diterima dan diimplementasikan. Posisi budaya mencerminkan keyakinan dan kondisi dari

para karyawan organisasi. Budaya selalu dipertimbangkan dalam pembahasan mengenai

organisasi. Ilmuwan melakukan suatu studi yang membandingkan bagian dari sikap pihak

yang diaudit yang dipengaruhi oleh budaya negaranya masing-masing. Pratt mengemukakan

bahwa perbedaan struktur nilai, tingkat motivasi dan persepsi antara auditor Amerika dan

Jepang menyebabkan perbedaan sikap yang signifikan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya dibicarakan

tentang teknik-teknik audit, tetapi juga bagaimana auditor mengambil kebijakan untuk

menentukan suatu fakta. Sering kali, pertimbangan yang diambil oleh auditor menjadi

penentu dalam memutuskan suatu masalah, terutama dalam hal penetapan pendapat. Untuk

itu, sikap, persepsi dan perilaku menjadi acuan dalam pembahasan mengenai pertimbangan

seorang auditor, baik auditor internal maupun auditor eksternal.

3.2 Saran

Dalam implementasi akuntansi keperilakuan ini diharapkan nantinya bisa menjadi acuan

bagi para karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja dan kemampuan diri sendiri (self

ability) agar mampu menghasilkan keputusan yang optimal bagi organisasi atau perusahaan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2017. Akuntansi Keperilakuan; Akuntansi Multiparadigma Edisi 3.


Jakarta: Salemba Empat

21

Anda mungkin juga menyukai