Disusun Oleh:
Kelompok 11
UNIVERSITAS JAMBI
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Sistem Pengendalian Stratejik – Proses Pembangunan
Awareness dan Keselarasan (Alignment)’’ tepat waktunya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
penulis sangat menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
agar makalah ini dapat lebih baik lagi.
Hormat Kami,
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
3.1 Kesimpulan............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah :
1
2. Untuk dapat memahami apa yang dimaksud dengan vertikal dan horizontal
aligment dan bagaimana prosesnya
3. Untuk dapat memahami proses pembangunan awarness dalam balanced
scorecard
4. Untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan dalam scorecard
2
2.1. Membangun Keselarasan (Alignment)
Berarti keselarasan, hal ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki
tujuan, strategi bahkan tolak ukur yang selaras untuk setiap bagian yang ada
dalam perusahaan. Untuk melihat apakah ada keselarasan dalam perusahaan,
maka harus terdapat delapan elemen yang diuji, yaitu:
1. Enterprise Value Proporsition. Dalam hal ini perusahaan (dalam tingkatan
korporasi) harus membuat strategi yang selaras antara satu sama lain, yang
nantinya dapat dijadikan dasar untuk pembuatan strategi pada tingkatan yang
lebih bawah. Untuk mencapai hal ini, maka korporasi harus membagi strategi
menjadi empat perspektif, dan memetakannya dalam bentuk peta strategi,
seperti yang telah dibahas dalam modul balanced scorecard.
2. Board and Shareholders Alignment. Dalam hal ini Dewan Komisaris
mewakili kepentingan pemegang saham harus mengkaji ulang, menyetujui
dan memonitor rencana stratejik dan pelaksanaan rencana stratejik dalam
perusahaan.
3. Keselarasan antara strategi korporasi dengan unit penunjang yang terdapat di
kantor pusat. Strategi yang telah ditentukan korporasi tentunya akan
dilaksanakan. Salah satu yang akan melaksanakan adalah unit-unit penunjang
yang terdapat di kantor pusat tersebut. Karena itu, harus terdapat keselarasan
antara strategi, peta strategi, dan tolak ukur secara korporasi dengan unit-unit
penunjang di kantor pusat yang akan melaksanakan.
4. Keselarasan antara kantor pusat dengan unit-unit bisnisnya. Hal ini pada
prinsipnya sama dengan point 3, dimana harus ada keselarasan antara strategi
korporasi dengan strategi unit bisnis dibawahnya. Misalkan, Citibank USA,
harus menjamin bahwa terdapat keselarasan strategi antara strategi kantor
pusat dengan strategi dari Citibank yang tedapat diseluruh dunia. Hal ini
berarti, penyusunan strategi, strategi map, dan balanced scorecard Citi Bank
Indonesia misalnya harus, mengacu dan selaras dengan Citibank Pusat.
5. Keselerasan antara unit bisnis dengan unit penunjang yang terdapat dalam unit
bisnis tersebut. Keselarasan ini mirip dengan persyaratan keselarasan yang
terdapat pada poin 3, hanya bedanya penekanan keselarasan ini terjadi pada
unit
1
bisnis. Misalkan, pada poin 3, harus dijamin ada keselarasan antara strategi
korporasi dengan unit penunjang di kantor pusat Citibank, maka dalam point 5
ini harus ada keselarasan antara strategi Citibank Indonesia dengan unit bisnis
yang menunjang atau melaksanakan strategi tersebut di Indonesia.
6. Keselarasan antara unit bisnis dengan pelanggan. Seperti yang dijelaskan
dalam modul balanced scorecard, salah satu hal yang paling penting dalam
penyusunan peta strategi dan balanced scorecard salah satu hal yang paling
penting dalam penyusunan peta strategi dan balanced scorecard adalah
customer value proposition yang berisi mengenai hal-hal yang dijanjikan oleh
perusahaan pada customer agar customer mau membeli produk atau jasa
perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus meyakinkan agar customer value
proposition ini benar-benar disampaikan pada customer, dan hasilnya dapat
diukur dan tercermin dalam tolak ukur yang terdapat pada balanced scorecard
perusahaan. Bagian ini juga telah dibahas dalam modul balanced scorecard.
7. Keselarasan antara unit bisnis dengan pemasok dan rekanan eksternal
perusahaan lainnya.
8. Keselarasan antara unit penunjang yang terdapat dalam unit bisnis dengan unit
penunjang yang terdapat di kantor pusat. Pembahasan akan difokuskan ada
pembangunan keselarasan antara unit-unit yang terdapat dalam perusahaan.
Dalam hal ini, maka proses penyelarasan dapat dibagi menjadi dua bagian,
yaitu
:
a. Vertical Alignment
b. Horizontal Alignment
3
3. Terdapat pula tujuan stratejik yang muncul pada tingkatan departemen, tapi
tidak ada pada tingkatan korporasi. Misalnya pada departemen seumber daya
manusia terdapat tujuan stratejik perhitungan biaya gaji yang akurat. Tujuan
stratejik ini tidak akan muncul pada tingkatan korporasi, karena tujuan stratejik
tersebut penting pada tingkatan departemen, namun bukan merupakan prioritas
pada tingkatan korporasi.
4. Untuk departemen-departemen penunjang, customer value proposition pada
perspektif pelanggan merupakan apa yang dijanjikan oleh departemen
penunjang pada departemen yang dilayaninya. Prinsip yang sama akan
diberlakukan untuk proses cascading pada tingkatan-tingkatan berikutnya.
Proses alignment terakhir adalah dengan meningkatkan KPIKPI tersebut
dengan sistem kompensasi perusahaan.
4
Penyelarasan horizontal memungkinkan organisasi secara keseluruhan
menikmati sinergi yang datang saat unit bisnis berkolaborasi:
untuk menyampaikan pengalaman dan nilai pelanggan secara terpadu.
untuk memperkuat nilai merek.
untuk mencapai skala ekonomi.
untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik.
untuk memberikan pelatihan yang baik dan jalur pengembangan karir.
dengan menggunakan peta strategi cascading dan balanced scorecard dengan
cara ini:
1. Kantor pusat perusahaan menentukan proposisi nilai perusahaan dan
menjelaskan bahwa dalam peta strategi dan balanced scorecard.
2. Setiap unit bisnis kemudian mengartikulasikan proposisi nilainya sendiri dan
menyesuaikan peta strategi perusahaan dan balanced scorecard untuk
memenuhi kebutuhan dan persyaratan pasarnya sendiri juga.
3. Semua unit layanan salah satu mekanisme terbaik untuk menciptakan
kesejajaran vertikal dan horizontal adalah bersama juga mengambil peta
strategi perusahaan dan balanced scorecard dan mencari cara untuk
meminimalkan biaya dan mendukung strategi unit bisnis dan spesifik
perusahaan.
4. Karyawan dipelihara dalam lingkaran dengan menyadari apa yang dibutuhkan.
insentif dan program penghargaan kemudian bisa dilakukan. Karyawan dapat
fokus pada kinerja taktis yang sejajar.
Kelebihan gaya pelurusan cascading ini cukup jelas dan bermanfaat ketika
unit bisnis diselaraskan dengan strategi organisasi tunggal yang koheren, semua
jenis sinergi berbeda masuk ke dalam bingkai:
Sinergi keuangan - setiap orang menggunakan modal secara efisien.
Sinergi pelanggan - pengalaman konsisten terjadi.
Proses sinergi - skala ekonomi bisa terjadi.
Belajar sinergi - tahu - bagaimana menyebar di sekitar.
Sinergi platform - teknologi umum mendapat leveraged.
5
Cascading peta strategi dan balanced scorecardswork sangat baik dalam
hal ini. Mereka adalah alat yang sangat baik bagi perusahaan untuk
mengkomunikasikan apa yang diinginkannya terhadap karyawannya. Komunikasi
semacam ini bisa membentuk budaya yang ada di dalam perusahaan juga. Ketika
kompensasi insentif kemudian dikaitkan dengan ukuran scorecard, karyawan
secara alami menjadi sangat bersemangat mengenai rincian strategi. Keterkaitan
ini juga membuat perusahaan ini serius mengenai strategi yang ditunjukkan oleh
scorecard. ketika ini dilengkapi dengan kesempatan bagi karyawan untuk
berpartisipasi dalam program pelatihan yang akan membantu mereka
mengembangkan kompetensi yang akan membantu mereka berprestasi, siklus
kebajikan yang hebat diciptakan. karyawan akan menjadi lebih termotivasi untuk
berkontribusi terhadap keberhasilan unit bisnis mereka dan perusahaan secara
keseluruhan.
2.1.3. Awareness
Awareness adalah kemampuan calon pembeli atau konsumen untuk
mengenali maupun mengingat sebuah merek. Dalam hal ini tentunya bisa melipti
nama, gambar/logo, serta slogan tertentu yang digunakan para pelaku pasar untuk
mempromosikan produk-produknya.
Bisa dikatakan, brand awareness menjadi salah satu faktor penting yang
dibutuhkan para pelaku usaha untuk memperkuat brand produknya. Sebab, tak
bisa kita pungkiri bila semakin banyak konsumen yang mengingat brand produk,
maka semakin besar pula intensitas pembelian yang akan mereka lakukan.
Brand awareness sendiri didefinisikan menjadi 4 tingkatan, yakni sebagai
berikut:
1. Unaware brand (tidak menyadari merek) adalah tingkat terendah dalam
piramida merek, dimana konsumen tidak menyadari adanya suatu merek.
2. Brand recognition (pengenalan), dimana para konsumen baru mengenal sebuah
merek dan masih membutuhkan alat bantu untuk bisa mengenal merek
tersebut.
6
3. Brand recall (mengingat kembali), kesadaran merek langsung muncul dibenak
para konsumen setelah merek tertentu disebutkan.
4. Top of mind (puncak) adalah tingkatan tertinggi dimana merek tertentu telah
mendominasi benak para konsumen, sehingga dalam level ini mereka tidak
membutuhkan pengingat apapun untuk bisa mengenali merek produk tertentu.
Semakin tinggi level brand awareness berarti suatu merek makin diingat
atau berada di benak konsumen dibandingkan merek lainnya. Membangun brand
awareness biasanya dilakukan dalam waktu yang lama, karena penghafalan bisa
berhasil dengan repetisi dan penguatan. Dalam kenyataannya merek-merek
dengan tingkat pengingat kembali yang tinggi merupakan merek-merek yang
berusia lama.
Top Brand
Brand Recall
Brand Recognition
Unaware of a Brand
7
Semakin jelas target market yang dimiliki, tentu membuat kita menjadi
semakin mudah untuk membangun bisnis. Kita tentu paham siapa yang menjadi
pengguna produk atau jasa yang kita tawarkan. Bedakan dengan melihat secara
spesifik elemen berikut ini
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Penghasilan
Kebutuhan,
Hobi
dll
Dengan mengetahui target market yang kita miliki, proses membangun
brand bisa menjadi semakin mudah. Kita bisa langsung tepat sasaran ketika
melakukan promosi. Promosi memang termasuk kedalam brand awarness. Yaitu
meningkatkan kesadaran merek atau bisnis yang kita milik.
b. Desain logo sebaik mungkin
Sebelum McDonald’s begitu popular seperti sekarang ini, orang tidak akan
ambil pusing dengan merek huruf M. Akan tetapi, karena logo tersebut telah
popular, huruf tersebut mengandung arti bukan? Orang bisa langsung
membayangkan dan mengerti apa itu logo M pada merek McDonald’s.
Nah dari sini kita bisa mengetahui bahwa, logo merupakan sesuatu yang
sangat penting untuk diperhatikan. Tidak memandang berapa pun sekala usaha
Anda, baik itu untuk usaha kecil, menengah ataupun besar. Logo memegang
peranan penting.
c. Buat tagline yang menarik
Slogan bisa sangat membatu brand awarness. Ia berfungsi sebagai anchor
atau kalimat menarik yang bisa mendeskripsikan produk atau jasa yang ada pada
brand Anda.
Sebagai contoh, coba perhatikan slogan yamaha “semakin didepan”, Nike dengan
slogan “Just do it” dan masih banyak contoh tagline yang bisa Anda perhatikan
untuk dijadikan pedoman dalam membuat slogan.
8
Slogan yang menarik, bisa membantu tingkat awarness yang tinggi dan
dapat menimbulkan desire atau keinginan bagi calon konsumen.
Jangan sembarangan membuat slogan, perhatikan dan pilih tagline yang
sangat menarik Agar bisa menambah kekuatan nama brand Anda. Jangan anggap
remeh karena bisa berdampak tidak baik. Buatlah slogan yang simple dan mudah
diingat pada kehidupan sehari-hari audien.
d. Iklan sesuai budget
Sekarang ini banyak sekali tempat yang bisa kita manfaatkan untuk
meningkatkan brand awarness. Tak ada batasan media yang bisa Anda gunakan,
bisa menggunakan media online dan offline.
Untuk menggunakan jasa media online, anda bisa mencoba iklan dengan
menggunakan Google Adword. Google Adword merupakan media iklan yang bisa
menargetkan kemana iklan Anda akan tayang. Berdasarkan lokasi, hobi dan
semacamnya.
Akan tetapi, yang menjadi catatan penting adalah, Anda harus bisa
memperhitungkan budget yang anda miliki. Perhatikan manajemen keuangan
Anda agar budget antara iklan dan biasanya operasional tetap terjaga dengan baik
dan bisa memberikan profit untuk Anda.
e. Gunakan media sosial
Bagi Anda yang memiliki bisnis dengan jenis penjualan langsung ke
konsumen. Anda bisa memanfaatkan media sosial untuk berinteraksi dengan
konsumen Anda. Cara ini memang cukup efektif mengingat pengguna media
sosial di Indonesia terbilang cukup tinggi.
Ada banyak sekali jenis media sosial yang bisa dimanfaatkan. Seperti,
Google plus, Facebook, Instagram dan Twitter. Agar interaksi terjalin dengan
baik, buatlah posting yang menarik. Tanggapi semua pertanyaan dan komentar
dari para audien Anda.
f. Buat website
Cara yang memang cukup efektif adalah dengan membuat website, Anda
bisa membuat website yang menyajikan informasi terkait dengan bisnis Anda.
Akan
9
tetapi, agar website mampu menjaring banyak pengunjung kita harus tahu
bagaimana cara optimasinya.
Inti sebuah website yang bisa mendatangkan pembaca atau audien terletak
pada konten yang disediakan. Apalagi jika Anda mengharapkan visitor datang
dari search engine. Kontenlah yang menjadi rajanya.
Konten harus selalu update dan terbaik dari yang lain agar anda bisa
merajai mesin pencari. Bukan seperti dulu lagi, siapa yang paling banyak backlink
itu yang menang, kalau sekarang sudah canggih, siapa yang berkualitas dan
disukai pembaca itulah yang menang dan bisa tampil nomor satu di search engine.
Memang ada beberapa teknik yang bisa dipelajari dengan belajar dari brand
sukses seperti OLX, lazada atau tokobagus. Anda bisa mencari referensi
bagaimana cara optimasi situs. Ada beberapa jenis website, diantaranya blog atau
e-commerce. Karena akan beda caranya. Saya tidak bisa menulis tentang hal ini,
karena belum begitu mengerti.
Anda bisa belajar dengan membaca artikel – artikel yang ada di internet.
Gunakan saja Google sebagai pembantu Anda untuk menemukan artikel tutorial
tentang bagaimana membangun website atau blog yang menarik.
10
uang. Oleh karena itu, semua pekerja harus berinisiatif bekerja efektif dan efisien
dan juga berpikir strategis (jangka panjang).
Finansial
(berapa Return
Pemegang
Saham)
Pembelajaran &
pertumbuhan
(produktivitas
dan loyalitas
SDM)
11
BALANCED
SCORECARD
Semua pekerja harus mengetahui dan memahami visi, misi, tujuan, dan
sasaran perusahaan. Top manajemen harus menerjemahkannya dalam strategi dan
kebijakan; manajemen madya harus membuat program kerja dan anggaran; dan
manajemen pertama (lini) harus melaksanakannya.
13
Sejauh ini, sumber kegagalan terbesar terjadi ketika proyek Balanced
Scorecard atau didelegasikan kepada tim proyek manajemen tingkat
menengah.sering kali cikal – bakal sistem pengukuran kinerja baru muncul
dari kelompok kualitas atau fungsi keuangan. Orang- orang dalam kelompok
ini melihat keterbatasan dari berusaha mengelola dengan hanya ukuran
keuangan dan menginginkan organisasi mengadopsi sistem pengukuran
kinerja yang lebih terkait dengan operasi, tidak hanya hasil keuangan. Mereka
berupaya mendapat persetujuan dari manajemen senior unutk mengeksplorasi
sistem kinerja baru, namun manajemen senior memperlakukan hal ini sebagai
proyek lokal dan operasional serta belum memehami perlunya mereka
mengubah sistem pengukuran baru.
Tim manajemen senior harus terlibat aktif ke proyek Balanced Scorecard
karena beberpa alas an. Pertama, sedikit manajer tingkat menengah yang
memahami strategi organisasi secara keseluruhan. Mereka bergantung pada
manajemen senior untuk mengkomunikasikan strategi organisai. Jika
manajemen senior tidak terlibat aktif ke proyek tersebut, pengukuran baru
akan terfokus ke perbaikan operasi local dan tidak menjadi sistem
komprehensif yang dapat digunakan eksekutif senior untuk mengelola
keberhasilan penerapan strategi mereka.
Kedua, dikebanyakan perusahaan, hanya tim manajemen senior yang
memiliki wewenang membuat keputusan yang dibutuhkan untuk strategi yang
efektif. Jika tidak ada pengetahuan yang komprehensif dan wewenang
membuat keputusan mengenai strategi organisasi secara keseluruhan, tim
manajer tingkat mengengah kemungkinan besar tidak akan menghasilkan
Balanced Scorecard yang mencerminkan strategi organisasi.
Ketiga, komitmen emosi manajemen senior sama pentingnya dengan
pengetahuan dan wewenang mereka. Ketika manajemen senior
menginvestasikan waktu untuk mengambil keputusan mengenai sejumlah
segmen pelanggan, memeliki proposisi nilai yang akan disampaikan secara
lebih baik daripada pesaing, dan mengidentifikasi hubungan sebab akibat yang
menghubungkan ukuran di antara keempat perspektif Balanced Scorecard,
14
mereka juga membangun komitmen emosi terhadap strategi itu, terhadap
Scorecard yang mengkomunikasikan strategi itu, dan terhadap proses
manajemen yang berjalan untuk perbaikan dan penerapan strategi itu. Tanpa
komitmen emosi dari manajemen senro, proyek tersebut akan segera
menghilang, dan manfaat dari ukuran dan sistem manajemen baru tidak akan
pernah terealisasi.
b. Tanggung jawab Scorecard tidak mangalir ke bawah
Di beberapa perusahaan, eksekutif senior merasa hanya mereka yang perlu
mngetahui dan memahami strategi. Mereka gagal membagi pengetahuan
tentang strategi dan Scorecard dengan manajer tingkat menengah dan
karyawan tingkat lebih rendah di bagian muka dan belakang kantor.
Penerapan Balanced Scorecard yang sukses, di samping membutuhkan
komitmen tim manajemen senior, harus melibatkan lebih dari mereka. Tim
eksekutif harus memberitahukan Balanced Scorecard kepada seluruh orang di
organisasi sehingga karyawan memelajari strategi dan memahami cara mereka
berkontribusi terhadap kesuksesan penerapannya.
c. Solusi dirancang berlebihan atau Scorecard diperlakukan sebagai
peristiwa satu kali.
Beberapa kegagalan terjadi ketika tim proyek memberi kesempatan “yang
terbaik menjadi musuh bagi yang baik”. Tim ini ingin memiliki scorecard
sempurna. Mereka tidak ingin memulai scorecard hingga mereka yakin
mereka benar telah memiliki ukuran yang tepat dan data yang valid untuk
setiap ukuran di scorecard.
Tim ini percaya bahwa mereka akan memiliki hanya satu peluang untuk
memulai scorecard, dan mereka menginginkan ini menjadi yang terbaik.
Sehingga mereka menghabiskan berbulan bulan merevisi ukuran,
memperbaiki proses pengumpulan data, dan membuat dasar pengukuran
scorecard. Delapan belas bulan setelah dimulainya proyek Balanced
Scorecard, manajemen harus menggunakannya ke dalam beberapa pertemuan
atau mendukung proses keputusan mereka. Ketika diwawancara, beberapa
eksekutif di perusahaan ini menjawab, “Saya rasa kami telah mencoba
Balanced Scorecard tersebut tahun
15
lalu, namun itu tidak bertahan”. Masalahnya bukan karena tidak bertahan.
Balanced Scorecard itu tidak pernah dimulai!
Semua Balanced Scorecard dimulai dengan beberapa ukuran baru yang
belum ada data mengenai ukuran itu. Kadang-kadang, hingga sepertiga ukuran
tersebut tidak tersedia dalam beberapa bulan pertama, terutama ukuran yang
berhubungan dengan keterampilan karyawan, ketersediaan teknologi
informasi, dan loyalitas pelanggan. Manajer harus memulai proses
pengumpulan data baru atas ukuran yang tidak ada dan selain itu
menggunakan scorecard untuk proses evaluasi dan alokasi sumber daya,
meskipun tanpa data mengenai ukuran baru tersebut.
Seiring dengan semakin tersedianya data, manajer akan memiliki dasar
yang lebih baik untuk diskusi dan keputusan mereka. Namun, sistem
manajemen sebaiknya dinamis, dan proses tujuan, ukuran, dan pengumpulan
data dapat dimodifikasi dari waktu ke waktu berdasarkan pembelajaran
organisasi.
d. Balanced Scorecard diperlakukan sebagai sistem atau proyek konsultasi.
Beberapa kegagalan termahal Balanced Scorecard terjadi ketika
perusahaan menerapkan Balanced Scorecard sebagai proyek sistem bukannya
sebagai proyek manajemen. Perusahaan nampaknya yakin mereka bisa
mendapatkan sistem pengukuran baru dari perangkat lunak yang disediakan
oleh pemasok atau konsultan eksternal. Kegagalan ini biasanya terjadi ketika
organisasi konsultan eksternal, terutama yang memiliki spesialisasi memasang
sistem informasi besar, meyakinkan seseorang di perusahaan untuk
mempekerjakan mereka memasang sistem Balanced Scorecard. Konsultan
menghabiskan 12 sampai 18 bulan kemudian dan beberapa juta dollar
mengotomatisasi seluruh sistem pengumpulan data yang ada untuk
memberikan sistem informasi eksekutif yang dibuat umum disetiap deskjob
manajer.sistem informasi eksekutif ini membuat manajer dapat mengakses
bagian data apapun dan mengatur banyak sekali database ke dalam berbagai
cara. Selain itu, nyatanya, jarang sekali ada orang yang menggunakan sistem
baru tersebut. otomatisasi dan fasilitasi akses ke ribuan (atau jutaan) data
observasi yang dikumpulkan perusahaan tidak menghasilkan Balanced
16
Scorecard.
17
Hal yang paling penting, pikirkan kelemahan pertama. Dengan
mendelegasikan Scorecard pada konsultan eksternal dan perusahaan integrasi
sistem, proses mengikat tim manajemen senior dalam dialog strategis menjadi
terlewatkan sepenuhnya. Scorecard harus dimulai dengan proses manajemen,
bukan mendapatkan sistem baru.
Source:
18