Segala puji serta syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala, karena
berkat pertolongan dan rahmat-Nya kami berhasil menyelesaikan makalah “Evaluasi
Balance Scorecard” ini dengan baik dan berjalan dengan lancar. Adapun makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah manajemen stratejik dan kami juga berterima
kasih kepada dosen kami, yaitu kepada ibu Raida Fuadi SE,AK,MM. selaku dosen
mata kuliah manajemen stratejik karena telah membimbing kami dalam pembuatan
makalah ini, sehingga mempermudah dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk melengkapi segala kekurangan dan
kesalahan dari makalah ini. Mengingat kritik dan saran nantinya akan membuat kami
lebih baik kedepannya. Semoga makalah yang kami buat ini dapat dipahami dan berguna
bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Demikian yang dapat kami
sampaikan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk kami dan saudara/i sekalian.
Kelompok 5
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan
perubahan besar luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber
daya manusia, dan penanganan transaksi antara perusahaan dengan pelanggan
dan perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam
menyebabkan terjadinya penciutan laba yang diperoleh perusahaan-perusahaan yang
memasuki persaingan tingkat dunia. Hanya perusahaan-perusahaan yang memiliki
keunggulan pada tingkat dunia yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan
konsumen, mampu menghasilkan produk yang bermutu, dan cost effevtive. Perubahan-
perubahan tersebut mendorong perusahaan untuk mempersiapkan dirinya agar bisa
diterima di lingkungan global. Keadaan ini memaksa manajemen untuk berupaya
menyiapkan, menyempurnakan ataupun mencari strategi-strategi baru yang menjadikan
perusahaan mampu bertahan dan berkembang dalam persaingan tingkat dunia. Oleh
karena itu perusahaan dalam hal ini manajemen harus mengkaji ulang prinsip-prinsip
yang selama ini digunakan agar dapat bertahan dan bertumbuh dalam persaingan yang
semakin ketat untuk dapat menghasilkan produk dan jasa bagi masyarakat. Kunci
persaingan dalam pasar global adalah kualitas total yang mencakup penekanan-
penekanan pada kualitas produk, kualitas biaya atau harga, kualitas pelayanan, kualitas
penyerahan tepat waktu, kualitas estetika dan bentuk-bentuk kualitas lain yang terus
berkembang guna memberikan kepuasan terus menerus kepada pelanggan agar tercipta
pelanggan yang loyal.
Sehingga meningkatnya persaingan bisnis memacu manajemen untuk lebih
memperhatikan sedikitnya dua hal penting yaitu "keunggulan" dan "nilai". Penilaian atau
pengukuran kinerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam perusahaan. Selain
digunakan untuk menilai keberhasilan perusahaan, pengukuran kinerja juga dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusaan, misalnya
untuk menentukan tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak. Pihak manajemen
1
juga dapat menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk
mengevaluasi pada periode yang lalu.
Dalam akuntansi manajemen dikenal alat analisis yang bertujuan untuk
menunjang proses manajemen yang disebut dengan Balanced Scorecard. Balanced
Scorecard tidak hanya sekedar alat pengukur kinerja perusahaan tetapi merupakan suatu
bentuk transformasi strategik secara total kepada seluruh tingkatan dalam organisasi.
Dengan pengukuran kinerja yang komprehensif tidak hanya merupakan ukuran-ukuran
keuangan tetapi penggabungan ukuran-ukuran keuangan dan non keuangan maka
perusahaan dapat menjalankan bisnisnya dengan lebih baik.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana kerangka kerja evaluasi?
2) Bagaimana mengukur kinerja organisasi?
3) Bagaimana mengambil tindakan korektif?
4) Bagaimana Balance Scorecard model?
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui bagaimana kerangka kerja evaluasi
2) Untuk mengetahui bagaimana mengukur kinerja organisasi
3) Untuk mengetahui bagaimana mengambil tindakan korektif
4) Untuk mengetahui apa itu balance scorecard model
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
informasi evaluasi mungkin sering kali dibutuhkan. Namun dalam departemen Riset dan
Pengembangan, informasi harian atau mingguan dapat menjadi tidak berguna atau akan
bermasalah. Informasi yang kira-kira yang tepet waktu secara umum lebih diperlukan
sebagai dasar evaluasi strategi daripada informasi akurat yang tidak menggambarkan
keadaan sekarang. Pengukuran yang sering dan pelaporan yang cepat dapat mengganggu
control daripada member control yang baik. Dimensi waktu control harus bertepatan
dengan jangka waktu kejadian diukur.
4 Tahapan evaluasi strategi bisnis perusahaan an cara mengevaluasi pesaingnya,
yaitu (1) Konsistensi : sasaran dan kebijakan saling konsisten. (2) Kesesuaian, mudah
menyesuaikan terhadap perubahan lingkungan. (3) Keunggulan, memberikan
keunggulan kompetitif. (4) Kelayakan, memungkinkan dengan sumber daya yang ada.
Evaluasi strategi harus dirancang untuk menyediakan gambaran sesungguhnya
dari apa yang terjadi. Sebagai contoh, dalam penurunan ekonomi yang parah, rasio
produktifitas dan profitabilitas dapat jatuh dengan menghawatirkan walaupun karyawan
dan manajer sesungguhnya bekerja lebih keras. Evaluasi strategi harus melukiskan situasi
jenis ini dengan sebagaimana mestinya. Informasi yang didapat dari proses evaluasi
strategi harus memfasilitasi tindakan dan harus diarahkan pada orang yang harus
mengambil tindakan berdasarkan itu. Manajer umumnya mengabaikan lapuran evaluative
yang disediakan hanya untuk kepentingan informasi, tidak semua manajer perlu
menerima semua laporan. Pengandalian perlu berorientasi tindakan daripada berorientasi
informasi.
Proses evaluasi strategi harus tidak mendominasi keputusan, melainkan harus
membantu pengertian, kepercayaan dan akal sehat bersama. Tidak boleh ada departemen
yang gagal bekerjasama dengan departemen lain untuk mengevaluasi strategi. Evaluasi
strategi harus sederhana, tidak terlalu sulit, dan tidak terlalu membatasi. Sistem evaluasi
strategi yang rumit seringkali membingungkan dan sedikit pencapaiannya. Yang penting
dalam keefektifan evaluasi strategi adalah kegunaannya, bukan pada kerumitannya.
Perusahaan besar membutuhkan system evaluasi strategi yang lebih rumit dan
detail karena lebih sulit untuk mengkoordinasi pencapaian diantara divisi dan area
fungsional yang berbeda. Manajer perusahaan lain sering berkomunikasi satu sama lain
dan pada karyawan dan tidak tidak memerlukan system evaliasi strategi yang luan.
4
Keakraban dengan lingkungan sekitar biasanya mempermudah pengumpulan dan
pengevaluasian informasi pada perusahaan kecil daripada perusahaan besar. Tapi, kunci
dari system evaluasi strategi efektif mungkin adalah kemampuan meyakinkan pesertanya
bahwa kegagalan menyelesaikan tugas tertentu dalam waktu tertentu mencerminkan
kinerja mereka.
Tidak ada system evaluasi strategi yang ideal. Karakteristik unik organisasi;
termasuk ukuran, gaya manajemen, tujuan, masalah, dan kekuatan dapat menentukan
desain terakhir control system dan evaluasi strategi. Robert Waterman menawarkan
observasi berikut mengenai kesuksesan control system dan evaluasi strategi:
Perusahaan yang sukses memperlakukan fakta sebagai teman dan control sebagai
membebaskan. Morgan Guaranty dan Wells Fargo tidak hanya bertahan tapi juga
tumbuh dari masalah deregulasi bank, karena evaluasi strategi dan system control
mereka baik, resiko mereka tersimpan, dan mereka mengenali diri mereka dan
situasi persaingan dengan baik.
Perusahaan sukses sangat lapat akan fakta. Mereka melihat informasi dimana
orang lain melihat hanya data. Mereka menyukai perbandingan, peringkat, dan
segala hal yang menghilangkan pengambilan keputusan dari lingkup pendapat.
Perusahaan yang sukses menjaga ketat control keuangan yang akurat. Orang
mereka tidak menganggap control sebagai pembebanan otokrasi melainkan
sebagai check and balances yang mendukung mereka untuk kreatif dan bebas.
Evaluasi strategi harus mempertanyakan harapan dan asumsi manjerial, harus
memicu tinjauan sasaran dan nilai dan harus merangsang kreativitas dalam menghasilkan
alternative dan memformulasikan kreteria evaluasi.Evaluasi strategi harus dilaksanakan
secara berkelanjutan, bukannya diakhir periode waktu tertentu atau hanya setelah terjadi
masalah
5
1) pembandingan kinerja perusahaan dari waktu ke waktu,
2) pembandingan kinerja perusahaan dengan kinerja pesaing, dan
3) pembandingan kinerja perusahaan dengan rata – rata industry.
Beberapa rasio keuangan penting yang sangat berguna sebagai kriteria evaluasi
strategi adalah:
1) Pengembalian atas investasi (ROI)
2) Pengembalian atas ekuitas (ROE)
3) Margin laba
4) Pangsa pasar
5) Utang terhadap ekuitas
6) Laba per saham
7) Pertumbuhan penjualan
8) Pertumbuhan asset
Kriteria kualitatif juga penting dalam mengvaluasi strategi. Faktor manusia seperti
tingkat kemangkiran dan perputaran karyawan (turnover) yang tinggi, tingkat kualitas
dan kuantitas produksi yang buruk, atau kepuasan karyawan yang rendah bisa menjadi
penyebab yang melandasi penurunan kinerja.
6
secara berbeda, atau pengembangan insetif kinerja yang baru. Mengambil tindakan
korektif tidak selalu bahwa strategi yang ada saat ini ditinggalkan atau bahkan strategi
baru harus dirumuskan.
Salah satu aktivitas evaluasi strategi adalah mengambil tindakan korektif yaitu
melakukan perubahan untuk memposisikan kembali perusahaan ketempat yang lebih
kompetitif untuk masa depan. Ada beberapa tindakan korektif yang mungkin dibutuhkan
mengkoreksi varian yang tak menguntungkan, yaitu:
1. Mengubah struktur perusahaan
2. Menggantikan satu atau lebih individu penting
3. Melepaskan sebuah divisi
4. Mengubah visi dan misi perusahaan
5. Merevisi sasaran
6. Mengubah strategi-strategi
7. Merancang kebijakan-kebijakan baru
8. Merencanakan insentif kinerja yang baru
9. Menambah modal dengan saham atau utang
10. Menambah atau menghilangkan tenaga penjualan, karyawan, atau manajer
11. Mengalokasikan sumberdaya secara berbeda
12. Mengalih fungsi-fungdi bisnis
7
korektif seharusnya memiliki kerangka waktu dan perhitungan risiko yang memadai. Hal-
hal tersebut seharusnya konsisten secara internal dan dapat dipertanggungjawabkan
secara social. Tindakan korektif memperkuat posisi bersaing sebuah organisasi dalam
industri.
8
berorientasi kepada pelanggan, memperpendek waktu menanggapi, memperbaiki kualitas
terhadap team, mengurangi waktu meluncurkan produk, dan mengelola untuk jangka
waktu panjang; 2) scorecard menjadi pedoman untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan.
Sejak 1992, konsep ini terus dikembangkan tidak saja oleh Kaplan dan Norton bahkan
oleh penulis lain. Demikian juga dengan bidang yang mengadopsi BSC, semakin lama
semakin banyak. Karathonous, D., and P. Karathonous (2005), meggunakan BSC untuk
pendidikan, Kocakulah, M.C dan Austill, A.D.( 2007) di bidang Kesehatan.
Mutasowifin (2002), Purwanto, A.T (2003) masing-masingnya menggagas
penerapan BSC pada koperasi dan pengelolaan sumberdaya alam. Artinya, karena dinilai
bahwa konsep ini baik maka banyak organisasi mengadopsinya. Apapun terjemahannya
di dalam Bahasa Indonesia, ide utama BSC adalah adanya satu Papan Nilai yang
seimbang yang dapat digunakan sebagai alat ukur mementnukan apakah satu organisasi
dinilai berhasil atau tidak. Dari definisi tersebut pengertian sederhana dari Balanced
Scorecard adalah kartu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan
memperhatikan keseimbangan antara sisi keuangan dan non keuangan, antara jangka
pendek dan jangka panjang serta melibatkan faktor internal dan eksternal. Berdasarkan
konsep balanced scorecard ini kinerja keuangan sebenarnya merupakan akibat atau hasil
dari kinerja non keuangan (customer, proses bisnis, dan pembelajaran).
Dari perkembangan awal dapat digarisbawahi bahwa peran BSC adalah sebagai
alat ukur hasil, dimaksudkan untuk evaluasi, jauh dari posisi strategis. Akan tetapi dari
seri buku-buku dan riset yang ditawarkan oleh Kaplan dan Norton akhirnya diakui bahwa
permasalahan BSC bukan pada level evaluasi semata, akan tetapi harus dimulai dari
penyusunan strategi. Karena dalam series buku dan eksperimen yang dikeluarkan oleh
Kaplan dan Norton, permasalahan BSC harus menjadi kesepakatan (komitmen)
manajemen puncak sejak dari awal.
Bagaimana balanced scorecard ditinjau dari sistem manajemen strategik
perusahaan? Di dalam sistem manajemen strategik (strategic management system), ada 2
tahapan penting, yaitu tahapan perencanaan dan implementasi. Posisi balanced scorecard
awalnya berada pada tahap implementasi. Fungsi balanced scorecard di sini hanya
sebagai alat ukur kinerja secara komprehensif kepada para eksekutif dan memberikan
feedback tentang kinerja manajemen. Dampak dari keberhasilan penerapan balanced
9
scorecard memicu para eksekutif untuk menggunakan balanced scorecard pada tahapan
perencanaan strategik. Mulai saat itu, balanced scorecard tidak lagi digunakan sebagai
alat pengukur kinerja namun berkembang menjadi strategik management sistem.
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategik atau lebih tepat
dinamakan " Strategic Based Responsibility Accounting System ” yang menjabarkan misi
dan strategi suatu organisasi ke dalam tujuan operasional dan tolok ukur kinerja
perusahaan tersebut. Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yaitu balanced dan
scorecard. Scorecard artinya kartu skor, maksudnya adalah kartu skor yang akan
digunakan untuk merencanakan skor yang diwujudkan di masa yang akan datang,
sedangkan Balanced artinya berimbang, maksudnya adalah untuk mengukur kinerja
seseorang atau organisasi diukur secara berimbang dari dua perspektif yaitu keuangan
dan non keuangan, jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern (Mulyadi,
2005).
Balanced Scorecard merupakan suatu system management strategi yang
menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak
ukur. Tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap 4 (empat) perspektif yaitu :
Perspektif Keuangan, Perspektif Pelanggan, Perspektif Proses Usaha Internal dan
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan.
2.4.2. Empat perspektif balance scorecard
Balanced scorecard adalah sistem manajemen strategis yang mendefinisikan
sistem akuntansi pertanggungjawaban berdasarkan strategi. Balanced scorecard
menerjemahkan misi dan strategi organisasi dalam tujuan operasional dan ukuran kinerja
dalam 4 perspektif, yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (infrastruktur). Keempat
perspektif ini mendefinisikan strategi organisasi. Dengan peranan yang dimainkan
keempat perspektif ini dalam pengembangan ukuran kinerja, pengujian perspektif yang
lebih detail akan lebih terjamin.
Perspektif Keuangan
Perspektif Keuangan menetapkan tujuan kinerja keuangan jangka npendek
dan jangka panjang yang mengacu pada konsekuensi keuangan global dari ketiga
10
perspektif lainnya. Jadi, tujuan dan ukuran perspektif lain harus dihubungkan
dengan tujuan keuangan. Perspektif keuangan memiliki tiga tema strategis yang
merupakan elemen penting bagi pengembangan tujuan dan ukuran operasional
spesifik.
Pertumbuhan Pendapatan
Beberapa kemungkinan tujuan berhubungan dengan pertumbuhan
pendapatan, diantaranya : meningkatkan jumlah produk baru, menciptakan
aplikasi baru bagi produk yang sudah ada, mengembangkan pelanggan dan
pasar yang baru, serta pengadopsian strategi penentuan harga baru. Setelah
tujuan operasional diketahui, ukuran kinerja dapat dirancang, misalnya :
persentase pendapatan dari produk baru, persentase pendapatan dari
aplikasi baru, persentase pendapatan dari pelanggan dan segmen pasar
baru, serta profitabilitas produk atau pelanggan.
Penurunan Biaya
Penurunan biaya per unit produk, per pelanggan atau per jalur
distribusi adalah contoh tujuan penurunan biaya. Ukuran yang tepat sudah
jelas, yaitu biaya per unit dari obyek biaya tertentu. Tren dalam ukuran ini
akan menyatakan apakah biaya telah berkurang atau tidak. Untuk tujuan
ini, keakuratan pembebanan biaya berperan penting. Perhitungan biaya
berdadarkan aktivitas dapat memainkan peranan pengukuran yang penting,
khususnya biaya penjualan dan administrasi, biaya yang biasanya tidak
dibebankan pada obyek biaya seperti pelanggan dan jalur distribusi.
Penggunaan Aset
Perbaikan pemanfaatan aset adalah tujuan utama. Ukuran
keuangan seperti laba atas investasi dan nilai tambah ekonomi digunakan.
Perspektif Pelanggan
11
Perspektif Pelanggan adalah sumber komponen pendapatan dari tujuan
keuangan. Perspektif ini mendefinisikan dan memilih pelanggan dan segmen
pasar dimana perusahaan memutuskan untuk bersaing.
Perspektif Proses
12
Proses adalah sarana menciptakan nilai pelanggan dan pemegang saham.
Perspektif proses mencakup identifikasi proses yang diperlukan untuk mencapai
tujuan pelanggan dan keuangan. Untuk memberikan kerangka kerja yang
diperlukan perpspektif ini haus mendefinisikan rantai nilai proses yang terdiri dari
3 proses, yaitu : proses inovasi, proses operasi dan proses pascapenjualan.
13
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan adalah sumber kemampuan
yang memungkinkan penyelesaian atau pencapaian tujuan tiga perspektif lainnya.
Perspektif ini mempunyai 3 tujuan utama, yaitu : penigkatan kemampuan
pegawai, penigkatan motivasi, pemberdayaan, dan pelibatan pegawai, serta
peningkatan kemampuan sistem informasi.
Kemampuan Karyawan
Pengukuran hasil utama bagi kemampuan karyawan adalah tingkat
kepuasan karyawan, persentase pergantian karyawan, dan produktivitas
karyawan. Ketika proses baru dibuat, keahlian baru sering diperlukan.
Pelatihan dan perekrutan adalah sumber keahlian baru dan persentase
karyawan yang dibutuhkan di area-area kunci tertentu dengan keahlian
yang diminta menandakan kemampuan organisasi untuk memenuhi tujuan
3 perspektif lainnya.
14
strategis. Contohnya : kemungkinan ukuran meliputi persentase proses
dengan kemampuan memberi balikan secara instan dan persentase
karyawan menghadapi pelanggan dengan akses online ke informasi
pelanggan dan produk.
2.4.3. Manfaat Balance Scorecard
Manfaat Balanced Scorecard bagi perusahaan menurut Kaplan dan Norton (2000:
122) adalah sebagai berikut :
Balanced Scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk
mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.
Balanced Scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam
perspektif keuangan dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan
belajar dan bertumbuh)
Balanced Scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka
investasikan dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur
demi perbaikan kinerja perusahaan dimasa mendatang.
Koheren
15
Koheren berarti Balanced Scorecard mewajibkan personel untuk
membangun hubungan sebab akibat (causal relationship) diantara berbagai
sasaran strategis yang dihasilkan dalam perencanaan strategis. Setiap sasaran
strategis yang ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus memiliki
hubungan kausal dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tak
langsung. Kekoherenan strategis yang dihasilkan dalam sistem perencanaan
strategis memotivasi personel untuk bertanggungjawab dalam mencari inisiatif
strategis yang bermanfaat untuk menghasilkan kinerja keuangan.
Keseimbangan
Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategik penting untuk menghasilkan kinerja keuangan yang berkesinambungan.
Dengan demikian, nilai keempat perspektif tersebut dalam Balanced Scorecard
adalah seimbang, di mana perspektif yang satu tidak melebihi perspektif yang
lainnya.
Terukur
Keterukuran sasaran strategis yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategis menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategis yang dihasilkan oleh
sistem tersebut. Balanced Scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik yang
sulit untuk diukur. Sasaran strategik pada perspektif pelanggan, proses bisnis
internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan sasaran yang tidak
mudah diukur. Namun, dalam pendekatan Balanced Scorecard ketiga perspektif
nonkeuangan tersebut ditentukan ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat
diwujudkan untuk mengukur kinerja perusahaan. Dengan demikian, keterukuran
sasaran strategik pada ketiga perspektif tersebut menjanjikan perwujudan berbagai
sasaran strategik nonkeuangan, sehingga kinerja keuangan dapat berlipatganda
dan berkesinambungan.
16
Balanced Scored Card tidak hanya memiliki keunggulan, tetapi juga memiliki
kelemahan. Berikut ini beberapa kelemahan menurut Anthony dan Govindarajan
(2005:180).
- Terjadi hubungan yang buruk antara ukuran perspektif nonfinansial dengan
hasil yang diperoleh. Keuntungan di masa depan tidak terjamin selalu
mengikuti pencapaian target dalam perspektif non-finansial.
- Hanya terpaku pada hasil keuangan (fixation on financial result). Manajer
memiliki tanggung jawab terbesar terhadap kinerja keuangan sehingga
manajer lebih peduli terhadap aspek finansial perusahaan daripada aspek
lainnya.
- Tidak ada mekanisme perbaikan yang jelas (no mechnism for improvement)
untuk perusahaan. Banyak perusahaan yang tidak mempunyai alternative cara
untuk meningkatkan tujuannya sehingga hal ini menjadi kelemahan BCS.
Tanpa metode yang jelas maka peningkatan tujuan tidak dapat dicapai oleh
perusahaan.
- Tidak ada pembaharuan ukuran (measures are not up to date). Tidak memiliki
mekanisme formal untuk memperbarui ukuran menjadi kendala yang sering
dihadapi oleh banyak perusahaan sehingga masih memakai ukuran dengan
basis strategis lama.
- Terlalu banyak pengukuran yang dipakai oleh suatu perusahaan (measurement
overload). Ukuran yang dipakai oleh manajer biasanya akan menghilangkan
fokus sehingga kesuksesan perusahaan akan sulit tercapai. Kehilangan fokus
juga menyebabkan manajer melakukan terlalu banyak hal dalam waktu
bersamaan.
- Kesulitan dalam menetapkan trade-off pada sebuah perusahaan (difficult in
estabilishing trade off). Beberapa perusahaan akan menggabungkan ukuran
non-finansial dengan finansial pada suatu laporan sehingga setiap ukuran akan
diberi bobot . Tanpa bobot maka perusahaan akan sangat sulit untuk
menggabungkan aspek finansial dan non-finansial.
.
17
2.4.6. Kriteria Balance Scorecard
Balanced Scorecard yang baik harus memenuhi beberapa kriteria antara lain,
sebagai berikut:
Dapat mendefinisikan tujuan strategi jangka panjang dari masing-masing
perspektif (outcomes) dan mekanisme untuk mencapai tujuan tersebut
(performance driver).
Setiap ukuran kinerja harus merupakan elemen dalam suatu hubungan sebab
akibat (cause and effect relationship).
Terkait dengan keuangan, artinya strategi perbaikan seperti peningkatan kualitas,
pemenuhan kepuasan pelanggan, atau inovasi yang dilakukan harus berdampak
pada peningkatan pendapatan perusahaan.
18
3. Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif rencana
bisnis.
Memungkinkan organisasi mengintegrasikan antara rencana bisnis
dan rencana keuangan mereka. Balanced scorecard sebagai dasar untuk
mengalokasikan sumber daya dan mengatur mana yang lebih penting untuk
diprioritaskan, akan menggerakkan kearah tujuan jangka panjang perusahaan
secara menyeluruh.
4. Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategis
Proses keempat ini akan memberikan strategis learning kepada
perusahaan. Dengan balanced scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka
perusahaan melakukan monitoring terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan
dalam jangka pendek.
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Balance score card merupakan alat untuk mengukur kinerja suatu organisasi.
Yang di mana balance score card sebagai penyeimbang dalam pengukuran kinerja seperti
financial dengan non financial, jangka pendek dan jangka panjang. Balance score card
mempunyai peran penting terutama dalam strategi suatu organisasi. Yang di mana visi
dan misi suatu organisasi di terjemahkan ke dalam 4 perspektif yaitu, persepektif
pembelajaran dan pertumbuhan, persepektif proses, persepektif pelanggan, dan
persepektif keuangan. Artinya untuk mencapai visi dan tujuan suatu organisasi maka
keempat persepektif ini harus berhubungan satu dengan yang lain agar visi dan tujuan
suatu organsasi dapat tercapai.
Evaluasi strategi adalah tahap akhir dalam manajemen strategis. Para manajer
sangat perlumengetahui kapan strategi tertentu tidak berfungsi dengan baik, evaluasi
strategi berarti usaha untuk memperoleh informasi ini. Semua strategi dapat dimodifikasi
di masa depan karena faktor-faktor eksteral dan internal selalu berubah.
3.2 Saran
Diharapkan kepada setiap organisasi dapat menerapkan balance score card untuk
mencapai tujuan dan untuk mengukur kinerja. Karena sistem ini sangat baik, yang
dimana sistem pengukurannya tidak berdasarkan kinerja keuangan saja namun faktor non
keuangan juga di perhatikan seperti kinerja pegawai, inovasi, dan kepuasan pelanggan.
Dalam penggunaan balance score card perlu diperhatikan perspektif yang menjadi
pondasi ketiga persepektif lain. Yang di mana persepektif ini persepektif pembelajaran
dan pertumbuhan yang dimana perspektif ini terkait dengan pegawai. Persepektif ini
menjadi vital karena baik atau buruknya kinerja perusahaan ditentukan oleh persepektif
ini.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://sulut.kemenag.go.id/file/file/minahasa/dvnm1332830077.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126147-5677-Analisa%20penerapan
Literatur.pdf
https://www.academia.edu/9243704/makalah_akuntansi_manajemen_tentang_bal
ance_scorecard
21