DISUSUN OLEH :
FIRDAYANTI
NPM : 18310645
2021
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan luar biasa dalam
persaingan, produksi, pemasaran, pengelolahan sumber daya manusia dan penanganan transaksi
antara perusahaan dengan pelanggan dan perusahaan dengan perusahaan lain. Perubahan-
perubahan ini mendorong perusahaan agar mempersiapkan diri agar bisa diterima di lingkungan
global. Keadaan ini mendorong pihak manajement perusahaan untuk memperhatikan dua hal
peting, yaitu strategi dan kegiatan operasional. Dengan strategi dan kegiatan operasional yang
baik, perusahaan dapat terus bertahan dan berkembang mengikuti perkembangan dunia bisnis
yang ada.Untuk dapat menjalankan strategi dan kegiatan operasional yang baik, diperlukan suatu
mekanisme perusahaan, sehingga sasaran strategis beserta target yang sudah ditetapkan dapat
tercapai secara efektif dan efisien.
Penilaian atau pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai
aktiftas dalam rantai nilai yang ada dalam peusahaan. Hasil Pengukuran tersebut kemudian
digunakan sebagai umpan balik yang ada dalam perusahaan memerlukan penyesuaian-
penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian
Kinerja atau performance merupakan gambaran hasil kerja yang dihasilkan oleh pegawai secara
kualitas dan kuantitas untuk mencapai tujuan yang diharapkan perusahaan. Kinerja dapat diukur
dalam kurun waktu periode tertentu untuk mengetahui hasil kerja yang dilakukan oleh
perusahaan. Di dalam pengukuran kinerja tolok ukur akan menjadi sangat penting, karena
merupakan suatu pembanding antara target yang telah ditetapkan oleh perusahaan dengan hasil
pencapaian yang telah dilakukan oleh karyawan.
Gambaran mengenai kinerja perusahaan bisa didapatkan dari dua sumber, yakni informasi
finansial dan informasi nonfinansial. Informasi finansial didapatkan dari penyusunan anggaran
untuk mengendalikan biaya. Sedangkan informasi nonfinansial merupakan faktor kunci untuk
menetapkan strategi yang dipilih guna melaksanakan tujuan yang telah ditetapkan.
Akan tetapi, menilai kinerja perusahaan semata-mata dari sisi keuangan akan dapat
menyesatkan, karena kinerja keuangan yang baik dapat dicapai dengan mengorbankan
kepentingan-kepentingan jangka panjang perusahaan. Dan sebaliknya, kinerja keuangan yang
kurang baik dalam jangka pendek dapat terjadi karena perusahaan melakukan investasi-
investasi demi kepentingan jangka panjang. Untuk mengatasi kekurangan ini, perusahaan
membutuhkan tolok ukur yang baru yang lebih baik dalam penilaian kinerja yang dapat
1
menunjukkan kemana perusahaan akan berjalan dan seberapa baik perusahaan mampu
menciptakan nilai keuangan jangka panjang sebagai tujuan perusahaan, maka diciptakan
suatu metode pendekatan yang mengukur kinerja perusahaan dengan mempertimbangkan 4
aspek yaitu aspek keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta proses belajar dan
berkembang. Metode ini berusaha untuk menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan
dengan aspek non keuangan yang secara umum dinamakan Balanced Scorecard. Dengan
menerapkan metode Balanced Scorecard para manajer perusahaan akan mampu mengukur
bagaimana unit bisnis mereka melakukan penciptaan nilai saat ini dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan- kepentingan masa yang akan datang. Balanced Scorecard
memiliki keunggulan yang menjadikan sistem manajemen strategik sekarang berbeda
secara. signifikan dengan sistem manajemen dalam manajemen tradisional. Balanced
Scorecard menjadikan sistem manajemen kontemporer memiliki karakteristik yang tidak
dimiliki oleh sistem manajemen tradisional yaitu karakteristik keterukuran dan
keseimbangan. Balanced Scorecard sebagai inti sistem manajemen strategik mempunyai
keunggulan yaitu memotivasi personel untuk berpikir dan bertindak strategik dalam
membawa perusahaan menuju masa depan, menghasilkan laba yang maksimal serta
menghasilkan sasaran-sasaran strategik yang terukur.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pada latar belakang diatas sehingga dapat diuraikan masalah yang akan dibahas
yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan kinerja dan pengukuran kinerja perusahaan.
2. Apa yang dimaksud dengan balanced scorecard.
3. Apa tujuan dan manfaat pengukuran kinerja perusahaan
4. bagaimana analisis balanced scorecard dapat mengukur kinerja perusahaan.
C. TUJUAN MASALAH
Tujuan masalah dalam hal ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kinerja dan pengukuran kinerja perusahaan.
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan balanced scorecard.
3. Untuk mengetahui apa tujuan dan manfaat pengukuran kinerja perusahaan.
4. Untuk mengetahui bagaimana analisis balanced scorecard dapat mengukur kinerja perusahaan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja
a. Definisi kinerja
Menurut : ( Stephen Robins, 2010 dalam Rai, 2008) Kinerja merupakan hasil dari evaluasi terhadap
pekerjaan yang telah dilakukan dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama
Menurut : (Kaplan dan Norton 2000) mengemukakan, kinerja perusahaan merupakan sesuatu yang
dihasilkan oleh suatu perusahaandalam periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.
Menurut : Tika (2006), kinerja merupakan hasil-hasil fungsi pekerjaan atau kegiatan seseorang atau
kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi
dalam waktu tertentu.Kinerja perusahaan hendaknya merupakan hasil yang dapat diukur dan
menggambarkan kondisi empirik suatu perusahaan dari berbagai ukuran yang disepakati. Jadi, kinerja
merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh perusahaan atau organisasi dalam periode tertentu yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah sesuatu yang dihasilkan
dan dicapai oleh suatu perusahaan untuk mencapai profit, tujuan visi dan misi perusahaan dan dapat
diukur dalam waktu periode tertentu secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan
etika.
b. Pengukur kinerja
Menurut Larry D. Stout (dalam Yuwono, 106: 2006) menyatakan bahwa pengukuran kinerja merupakan
proses mencatat dan mengukur pencapaian pelaksanaan kegiatan dalam arah pencapaian misi perusahaan
melalui hasil-hasil yang ditampilkan berupa produk, jasa ataupun suatu proses.
Menurut Kaplan dan Norton (2000) mengemukakan, pengukuran Kinerja perusahaan merupakan bagian
dari sstem pengendalian manajemen yang mencakup, baik tindakan yang mengimplikasikan keputusan
perencanaan maupun penilaian kinerja pegawai serta proses operasinya.
Menurut Tangkilisan (2003) mengemukakan, pengukuran kinerja adalah penentuan secara periodik
efektifitas operasional suatu organisasi bagian oprasional dankaryawannya berdasarkan sasaran, standar,
dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Mardiasmo (2003: 9) Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen untuk meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas.
Sedangkan menurut Lohaman dalam Muhammad Mahsun (2013: 25), Pengukuran kinerja merupakan
suatu aktivitas penilaian pencapaian target-target tertentu yang telah ditetakan dalam tujuan strategi
organisasi.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja merupakan dasar untuk menilai
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
3
Pengukuran kinerja suatu perusahaan sangat berguna untuk perencanaan perusahaan di masa yang akan
datang untuk membuat kinerja perusahaan lebih baik dari sebelumnya. Sistem pengukuran kinerja dalam
manajemen tradisional ditekankan pada aspek keuangan, karena ukuran keuangan ini mudah dilakukan
sehingga kinerja personal yang diukur hanya berkaitan dengan aspek keuangan. Sistem pengukuran
kinerja pada aspek keuangan memang umum dilakukan, ada beberapa kelebihan dan kelemahan dalam
sistem pengukuran tradisional yang menitikberatkan pada aspek keuangan. Kelebihannya adalah
orientasinya pada keuntungan jangka pendek dan hal ini akan mendorong manajer lebih banyak
memperbaiki kinerja perusahaan jangka pendek (Wardani dalam Sulastri, 94: 2004).
Kelemahannya adalah terbatas dengan waktu, mengungkapkan prestasi keuangan yang nyata tanpa
dengan adanya suatu pengharapan yang dapat dilihat dari faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
prestasi itu sendiri, dan ketidakmampuan dalam mengukur kinerja harta tak tampak (intangible asset) dan
harta intelektual (sumberdaya manusia) perusahaan (Soetjipto, 164: 2006).
Oleh karena adanya beberapa kelemahan tersebut, maka muncul ide untuk mengukur kinerja non
keuangan. Penilaian kinerja dengan menggunakan data non keuangan, antara lain meliputi: besarnya
pangsa pasar dan tingkat pertumbuhannya, kemampuan perusahaan dalam menyediaan produk ke para
pelanggan, pengembangan dan penilaian karyawan termasuk tingkat perputaran karyawan, citra
perusahaan di mata masyarakat, tingkat ketepatan waktu perusahaan untuk menepati jadwal yang telah
ditetapkan, persentase barang rusak selama pendistribusian, banyaknya keluhan pelanggan dan pemberian
garansi bagi pelanggan (Yuwono, 366: 2003).
Melihat hal ini mendorong Kaplan dan Norton untuk merancang suatu system pengukuran kinerja yang
lebih komprehensif yang disebut dengan Balanced Scorecard. Kaplan dan Norton. Kaplan dan Norton
(1993) menyatakan bahwa: “Balanced Scorecard provides executives with a comprehensive framework
that translates a company’s strategic objectives into a coherentset of performance measures”.
Dari pernyataan di atas dapat diketahui bahwa Balanced Scorecard menyediakan tujuan-tujuan strategis
organisasi kedalam seperangkat tolak ukur kinerja yang saling berhubungan. Balanced
Scorecard merupakan suatu metode pengukuran kinerja yang tidak hanya berfokus pada kinerja keuangan
saja, tetapi juga kinerja non keuangan. Aspek non keuangan mendapat perhatian yang cukup serius karena
pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan bersumber dari aspek non keuangan, sehingga apabila
perusahaan akan melakukan peningkatan kinerja maka fokus perhatian perusahaan akan ditujukan kepada
peningkatan kinerja non keuangan, karena dari situlah sumber asal mula keuangan diperoleh. Balanced
Scorecard memberikan suatu kerangka kerja bagi pihak manajemen untuk menerjemahkan misi dan
strategi organisasi kedalam tujuan – tujuan dan ukuran-ukuran yang dapat dilihat dari empat perspektif
(Kaplan dan Norton, 44: 2009). Keempat perspektif itu dimaksudkan untuk menjelaskan penampilan suatu
organisasi dari empat titik pandang berikut ini (Kaplan dan Norton, 22: 2009).
1. Perspektif Keuangan, untuk menjawab pertanyaan : untuk mencapai sukses secara finansial, kinerja
keuangan organisasi yang bagaimanakah yang patut ditunjukkan kepada pemilik organisasi?
4
2. Perspektif Pelanggan, untuk menjawab pertanyaan : bagaimana penampilan organisasi di mata
pelanggan?
3. Perspektif Proses Bisnis Internal, untuk menjawab pertanyaan : untuk memuaskan para pemilik
organisasi dan para pelanggan, proses bisnis mana yang harus diunggulkan?
4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan, untuk menjawab pertanyaan : bagaimana organisasi
mempertahankan kemampuan sehingga organisasi terus berubah dan menjadi lebih baik?
Dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja merupakan suatu proses
analisis dalam menilai perubahan perusahaan dilihat dari pencapaian tujuan dan sasaran bisnis yang
tertuang dalam strategi bisnis yang telah ditetapkan oleh organisasi guna mendukung pencapaian misi
organisasi, termasuk menilai efisiensi dan efektifitas dari aktivitas-aktivitas organisasi
B. Pengertian Perusahaan
Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengolah sumber-sumber ekonomi untuk
menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan dan agar
dapat memuaskan kebutuhan masyarakat (Sumarni dan Soeprihanto,29: 2006).
Terdapat beberapa tipe perusahaan. Pertama, perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang
kegiatan utamanya adalah mengelola bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi dan kemudian
perusahaan tersebut menjual barang jadi tersebut. Kedua adalah perusahaan dagang, yaitu perusahaan
yang kegiatan utamanya adalah membeli barang jadi dan menjualnya kembali tanpa melakukan
pengolahan. Ketiga, perusahaan jasa yang merupakan perusahaan yang kegiatannya menjual jasa.
5
D. Tujuan Pengukuran Kinerja perusahaan
Secara umum, tujuan pengukuran kinerja perusahaan adalah sebagai Berikut (Mardiasmo, 122: 2002):
a. Mengkomunikasikan strategi secara lebih mantap
b. Mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusuri
perkembangan pencapaian strategi.
c. Mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi
untuk mencapai goal congruence.
d. Alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan individual dan kemampuan kolektif rasional.
6
Hal ini menyebabkan manajer tidak mengetahui sampai seberapa jauh pengaruh yang ditimbulkan akibat
strategi yang telah diterapkan. Adanya beberapa kritik terhadap penggunaan penilaian kinerja tradisional,
menurut (Kaplan dan Norton, 6: 2009), yaitu:
a. Adanya ketidakcukupan dalam pendokumentasian dari sistem pengukuran finansial tersebut.
Kesulitan dalam menghitung nilai finansial untuk aktiva-aktiva seperti kapabilitas proses,
keahlian dan motivasi, loyalitas customer dan sistem database akan membuat aktiva-aktiva ini
tidak dicantumkan dalam neraca.
b. Memfokuskan pada ukuran masa lalu. Ukuran finansial hanya menjelaskan beberapa perstiwa
masa lalu yang cocok untuk perusahaan abad industry dimana investasi dalam kapabilitas jangka
panjang dan hubungan dengan pelanggan bukanlah faktor penting dalam mencapai keberhasilan.
c. Ketidakmampuan merefleksikan nilai-nilai yang diciptakan dari tindakan kontemporer. Ukuran
finansial oleh manajer senior seolah-olah mampu menjelaskan hasil operasi yang dilakukan oleh
karyawan tingkat rendah dan menengah. Pengukuran kinerja keuangan akan mendorong manajer
lebih banyak memperbaiki kinerja jangka pendek dan seringkali mengorbankan tujuan jangka
panjang. Kinerja keuangan yang baik saat ini boleh jadi mengorbankan kepentingan-kepentingan
jangka panjang perusahaan. Sebaliknya kinerja keuangan yang kurang baik saat ini bisa terjadi
karena perusahaan melakukan investasi demi kepentingan jangka panjangnya . Banyaknya
kelemahan dalam sistem pengukuran kinerja tradisional mendorong Kaplan dan Norton untuk
mengembangkan suatu sistem pengukuran kikerja yang memperhatikan empat perspektif yaitu
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal serta perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan. Pendekatan ini secara umum dikenal dengan konsep Balanced
Scorecard. Balanced Scorecard diterapkan berdasarkan visi dan misi yang telah dimiliki
organisasi yang selanjutnya visi dan misi tersebut dituangkan dalam bentuk strategi untuk
mencapai tujuan organisasi.
7
G. Visi, Misi dan Strategi
Pengertian visi adalah keadaan organisasi yang diharapkan terwujud dimasa depan. Visi mengarahkan
kepada organisasi, ingin menjadi apa organisasi di masa mendatang.
Sedangkan Mulyadi dan Johny Setiawan (222: 2004) mendefinisikan sebagai “gambaran kondisi
organisasi yang akan diwujudkan di masa depan”. Visi akan mengarahkan organisasi pada saat ini untuk
berjalan kearah yang dicita - citakannya tersebut. Visi yang baik adalah yang realistis untuk dicapai,
mempersatukan dan memotivasi seluruh anggota
(Stoner, et.al dalam Saptono dan Widanarto, 12: 2004). Visi yang baik akan berperan sebagai sumber
inspirasi dan komitmen yang mendorong perilaku dan kinerja baru bagi setiap personel organisasi dan
menunjukkan jalan mereka mencapai solusi. Karenanya, tantangan terbesar bagi organisasi pada dekade
mendatang adalah bagaimana menerjemahkan visi strategiknya ke dalam berbagai praktek yang dapat
dieksekusi di semua jajaran perusahaan. Sedangkan misi itu adalah tujuan yang unik yang dimiliki
organisasi yang membedakan dari organisasi lain yang sejenis. Selanjutnya misi organisasi akan
mencerminkan cakupan organisasi kegiatan/operasi dari organisasi yang bersangkutan. Perbedaan antara
visi dan misi adalah bahwa visi yang telah ditetapkan dapatlah berganti, bila entitas sudah dapat
mencapainya, sedangkan misi lebih menekankan pada situasi masa kini, tetapi cenderung relatif tetap dan
relevan di sepanjang waktu. Strategi adalah cara yang dipilih oleh manajemen puncak untuk mewujudkan
visi organisasi melalui misi. Strategi yang baik adalah adanya tindakan fungsional, bukan memberikan
gambaran rinci tentang apa yang harus dilakukan pada setiap keadaan dan kontijensi.
Menurut Carrison/ Noreen (422: 2000), Balanced Scorecard merupakan kumpulan ukuran kinerja yang
terintegrasi yang diturunkan dari strategi perusahaan yang mendukung strategi perusahaan secara
keseluruhan.
Menurut mulyadi (6: 2009), Balanced Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer yang didesain
untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kinerja keuangan luar biasa secara
berkesinambungan.
10
c. Cara Pengukuran dalam Balanced Scorecard
Sasaran strategik yang dirumuskan untuk mencapai visi dan tujuan organisasi melalui strategi yang
telah dipilih perlu ditetapkan ukuran pencapaiannya. Ada dua ukuran yang perlu ditetapkan untuk
mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategik, yaitu: ukuran hasil dan ukuran pemacu kinerja.
Ukuran hasil merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat keberhasilan pencapaian sasaran strategik,
sedangkan ukuran pemacu kinerja merupakan ukuran yang menyebabkan hasil yang dicapai. Cara
pengukuran dalam Balanced Scorecard adalah mengukur secara seimbang antara perspektif yang satu
dengan perspektif yang lainnya dengan tolok ukur masing-masing perspektif. Menurut Mulyadi (188:
2009), kriteria keseimbangan digunakan untuk mengukur sampai sejauh mana sasaran strategik kita
capai seimbang di semua perspektif.
11
BAB III
PEMBAHASAN
A. Studi kasus
1. Analisis balanced scorecard pada kinerja perusahan PT. aneka adhilogam
Agar suatu perusahaan bisa berkembang, maka perusahaan dituntut untuk terus menerus meningkatkan
kinerjanya. PT Aneka Adhilogam merupakan salah satu perusahaan pengecoran logam yang sedang
berkembang di daerah Ceper, Klaten. Untuk meningkatkan kinerja PT Aneka Adhilogam, maka perlu
dilakukan pengukuran kinerja PT Aneka Adhilogam. Salah satu metode pengukuran kinerja adalah
dengan Balance Scorecard. (BSC). Metode BSC mengukur kinerja dalam empat perspektif yaitu
perspektif finansial, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, perspektif proses bisnis internal, dan
perspektif pelanggan. Hasil dari pengolahan data menunjukkan bahwa dilihat dari perspektif keuangan
yang terdiri dari analisis Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), Total Asset Turnover
(TATO) dan Profit Margin On Sales (PMS) menunjukkan nilai yang baik. Perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan mengukur langkah-langkah perusahaan menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kinerja
karyawannya. Pengukuran ini dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi 12 pernyataan
mengenai perspektif pembelajaran dan pertumbuhan kepada 40 karyawan. Berdasarkan hasil pengisian
kuesioner yang telah disebarkan dan di isi oleh para karyawan, didapat indek pembelajaran dan
pertumbuhan 1780 (baik). Perspektif bisnis internal dilakukan dengan menyebarkan kuesioner yang berisi
20 pernyataan mengenai proses bisnis internal kepada 40 karyawannya. Berdasarkan kuesioner yang telah
disebarkan dan di isi oleh para karyawan, didapat indek sebesar 3137 (baik), sehingga dapat dikatakan
bahwa proses kegiatan bisnis internal yang telah perusahaan terapkan saat ini sudah baik. Perspektif
Pelanggan menunjukan bahwa, kinerja perusahaan pada tahun 2011-2013 menunjukkan nilai yang baik.
Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya jumlah pelanggan baru dan bertambahnya pelanggan tetap
sedangkan jumlah pelanggan yang melakukan komplain menurun. Hasil analisis perhitungan customer
satification berdasarkan kuesioner yang telah disebarkan dan di isi oleh para pelanggan, menunjukan nilai
indek sebesar 2034 (baik), sehingga bisa dikatakan bahwa pelanggan sudah puas dengan pelayanan yang
diberikan perusahaan.
12
2. Analisis balanced scorecard terhadap kinerja puskesmas junawa
kinerja Puskesmas Juwana sudah dapat dikatakan baik, untuk lebih jelasnya diuraikan dari tiap perspektif
sebagai berikut :
a. Dilihat dari perspektif keuangan bahwa kinerja yang dicapai Puskesmas Juwana sudah dapat dikatakan
sangat baik, namun dari instrumen yang digunakan yaitu rasio ekonomis yang menghitung realisasi
penggunaan anggaran terlihat masih belum digunakan secara maksimal, karena dari tahun 2010 –
2014 realisasi anggaran belum ada yang mencapai 100%, jika ini mampu dipertahankan atau
dimaksimalkan akan dapat mendanai segala kegiatan yang menunjang pelayanan, sehingga dapat
meningkatkan pelayanan dan menarik pelanggan lebih banyak.
b. Dilihat dari perspektif pelanggan bahwa kinerja yang dicapai Puskesmas Juwana termasuk dalam
kategori kurang baik, ini terlihat dari hasil pencapaian akuisisi pelanggan yang cenderung rendah dan
fluktuatif dari tahun 2010 – 2014, jika ini tidak ditingkatkan maka akan dapat membuat pendapatan
Puskesmas akan semakin menurun.
c. Dari perspektif proses bisnis internal bahwa kinerja Puskesmas Juwana termasuk dalam kategori
sangat baik, ini terlihat dari kinerja pelayanan puskesmas yang dihitung dari kinerja rawat inap yaitu
Bed Occupancy Rate (BOR), Bed Turn Over (BTO), Turn Over Interval (TOI), Average Length of
Stay (ALOS),Gross Death Rate (GDR), dan net Death Rate (NDR) menunjukkan hasil yang sesuai
standar yang ditetapkan dan dari tahun 2010 – 2014 kinerjanya cenderung tetap. Pelayanan yang
diberikan itu harus menciptakan rasa nyaman bagi pasien dan keluarganya, sehingga dapat dijadikan
sebagai nilai jual tersendiri oleh Puskesmas Juwana.
d. Hasil dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan bahwa kinerja Puskesmas Juwana
tidak baik, dari indikator yang digunakan yaitu tingkat pelatihan karyawan didapatkan hasil yang
masih rendah dari standar yang ditetapkan, jika tingkat pelatihan yang diberikan pada karyawan itu
kurang akan berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pelanggan.
13
IV
KESIMPULAN
SARAN
Semogah kedepannya analisis balanced scorecard dapat digunakan untuk mengukur kinerja
suatu perusahaan dengan lebih akurat.
14
DAFTAR PUSTAKA
https://www.yrnrn.com/2015/03/analisis-laporan-keuangan-dan-balanced.html?m=1
https://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/5881
Ekha rini ardiyanti. 2010. Pengukuran kinerja tentang balanced scorecard. Ekonomi. Akuntansi.
Universitas sanata dharma. Yogyakarta.
Iman wiodo. 2011. Analisi kinerja perusahaan menggunakan pendekatan balanced scorecard.
Ekonomi. Akuntansi. Universitas diponegoro. Semarang.
Maryudi. 2015. Kinerja puskesmas dengan menggunakan metode balanced scorecard. Ekonomi.
Manajemen. Universitas negri semarang. Semarang.
Rizky solikhah. 2018. Implementasi balanced scorecard sebagai pengukuran kinerja rumah sakit.
Ekonomi. Akuntansi. Universitas negri Yogyakarta. Yogyakarta.
Periana mangidasari. 2017. Analisi balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja karyawan pada
rumah sakit umum. Ekonomi dan bisnis. Akuntansi. Universitas medan area. Medan.
15
16