DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
PEMBAHASAN MATERI...........................................................................................1
3.2 RESISTENSI.................................................................................................7
7 TAHAP IMPLEMENTASI..................................................................................................26
KESIMPULAN..........................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................35
PEMBAHASAN MATERI
1
2. Dalam metode posteriori, sasaran laba merupakan subordinasi dari
perencanaan dan dinyatakan sebagai suatu hasil dari perencanaan,
3. Dalam metode pragmatik, manajemen menggunakan suatu standar laba
yang telah diuji dan disetujui oleh pengalaman.
2
2. Anggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak yang
mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi.
Anggaran menunjukkan bagaimana beragam sub-unit organisasi harus
bekerja untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan.
3. Anggaran bertindak sebagai alat komunikasi internal yang menghubungkan
beragam departemen atau divisi organisasi antara yang satu dengan yang
lainnya dan dengan manajemen puncak. Arus informasi dari departemen ke
departemen berfungsi untuk mengoordinasikan dan memfasilitasi aktivitas
organisasi secara keseluruhan. Arus informasi dari manajemen puncak ke
tingkatan organisasi yang lebih rendah mengandung penjelasan
operasional mengenai pencapaian atau deviasi anggaran.
4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur,
anggaran berfungsi sebagai standar terhadap hasil operasi aktual yang
dapat dibandingkan. Hal ini merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja
dari manajer pusat biaya dan pusat laba.
5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan
manajemen untuk menemukan bidang yang menjadi kekuatan atau
kelemahan perusahaan. Hal Ini memungkinkan manajemen untuk
menentukan tindakan korektif yang tepat.
6. Anggaran mencoba untuk memengaruhi dan memotivasi manajer maupun
karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan
operasi yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi.
1. Penetapan tujuan
2. Implementasi.
3
3. Pengendalian dan evaluasi kinerja.
4
mungkin menerima tujuan yang telah diformulasikan Tujuan realistis yang
ditetapkan melalui partisipasi yang berarti akan memengaruhi tingkat aspirasi
manajer dan karyawan secara menguntungkan. Kurangnya partisipasi atau
hanya sekadar berbicara tanpa berbuat terhadap masalah itu, dapat
menimbulkan efek samping berupa berbagai perilaku disfungsional.
5
transfer pengetahuan dan telmologi ke operasi yang serupa. Selain itu, varians
yang menguntungkan dapat mengindikasikan kebutuhan akan penyesuaian
anggaran. Varians yang tidak menguntungkan dan kinerja di bawah standar
sebaiknya memicu tindakan korektif guna menghindari pengulangan yang
berbiaya mahal. Kebijakan, sikap, dan tindakan manajemen dalam evaluasi
kinerja dan tindak lanjut atas varians memiliki berbagai konsekuensi
keperilakuan yang jika tidak dipahami dan dikendalikan, dapat meniadakan
keberhasilan dari seluruh proses perencanaan dan pengendalian. Beberapa
konsekuensi keperilakuan yang mungkin muncul meliputi tekanan, motivasi,
aspirasi, dan kegelisahan.
Bagian pada bab ini akan dibahas mengenai siapa yang sebaiknya
memberikan input untuk pengambilan keputusan dalam tahap perencanaan,
menyetujui rencana tersebut. mengimplementasikan anggaran, bertanggung
jawab atas penyusunan laporan kinerja. mengevaluasi varians, dan
bertanggung jawab untuk menyarankan tindakan perbaikan dengan segera.
Selain itu, juga akan dibahas pola perilaku orang yang berinteraksi di setiap
tahap perencanaan. Dalam bab ini, juga akan diidentifikasi perilaku yang tidak
diinginkan dan ditunjukkan konsekuensi disfungsionalnya. Bab ini diharapkan
akan menunjukkan bahwa pemahaman yang menyeluruh atas perilaku manusia
adalah persyaratan penting untuk keberhasilan perencanaan keuangan.
6
mengarah pada lcinerja yang menurun. Riset telah menemukan sejumlah besar
rasa tidak percaya terhadap seluruh proses anggaran pada tingkat penyelia.
Alasan dari rasa tidak percaya ini didasarkan pada keyakinan penyelia bahwa:
3.2 RESISTENSI
Walaupun anggaran telah digunakan secara luas dan manfaatnya sangat
didukung anggaran masih ditolak oleh banyak partisipan dalam organisasi.
Salah satu alasan utama untuk hal itu adalah bahwa anggaran menandai dan
membawa perubahan sehingga merupakan ancaman terhadap status quo.
Literator dalam bidang ilmu sosial manajemen, dan perilaku organisasi telah
menggambarkan fenomena dari resistens karyawan untuk berubah. Banyak
orang menjadi terbiasa dengan cara-cara tertentu untuk melakukan segala
sesuatu dan dengan cara-cara tertentu untuk memandang kejadian, serta tidak
tertarik untuk berubah. Suatu tantangan bagi manajemen untuk mengatasi
resistensi untuk berubah ini dan untuk berhasil memperkenalkan inovasi yang
meningkatkan kinerja organisasi.
7
terlibat dalam proses penyusunan anggaran. Akhirnya, banyak manajer dan
penyelia kurang memahami seluk-beluk penyusunan anggaran. Mereka sering
kali takut untuk mengakuinya atau tidak mau cukup mempelajari mengenai
proses perencanaan dan penyusunan anggaran guna memberikan kontribusi
yang berarti. Terdapat banyak alasan untuk resistensi ini. "Mengapa saya
harus membuat anggaran? Saya bekerja dengan baik-baik saja." "Anda tidak
dapat memprediksikan masa depan dengan tingkat kepastian mana pun, jadi
mengapa membuat perencanaan?" "Penyusunan anggaran terlalu memakan
banyak waktu saya. Saya tidak punya waktu, bahkan jika saya ingin
melakukannya." "Saya berada dalam posisi di mana kas ketat dan hanya hal
tersebut yang dapat saya pikirkan." "Anggaran adalah terlalu rumit. Bisnis saya
sederhana dan saya tahu apa masalahnya." "Bisnis saya terlalu kecil untuk
memerlukan suatu anggaran. Saya dapat membuat semua perencanaan yang
saya inginkan di kepala saya." Alasan tersebut merupakan wujud nyata dari
penolakan mereka terhadap anggaran. Banyak dari alasan tersebut dapat
diatasi dengan mendidik manajer dan penyelia mengenal manfaat yang dapat
diperoleh dari penyusunan anggaran.
8
sehingga menimbulkan tekanan dan konflik yang lebih besar. Persaingan di
antara bawahan mungkin meningkat dan Jualitas kerja mungkin menurin. Untuk
menghilangkan tekanan, kesalahan alan ditimpalan kepada individu atau
kelompok tertentu. Semuanya akan mengarah pada konflik yang lebih besar di
antara individu dan organisasi.
9
memenuhi target tertentu. Oleh karena penyelia sering kali tidak mampu
melimpahkan tanggung jawab ini kepada bawahan, mereka akhirnya
melakukan berbagai tindakan yang disfungsional, yang salah satunya adalah
mendistorsi proses pengukuran. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
manipulasi secara terang-terangan terhadap data atau membuat keputusan
operasi yang meningkatkan kinerja dengan segera, tetapi dapat merugikan
perusahaan dalam jangka panjang. Misalnya, seorang mandor dapat menunda
aktivitas pemeliharaan yang dibutuhkan, mengenakan beban tertentu ke akun
yang berbeda, atau memasukkan faktor kelonggaran (slack) ke dalam
anggaran, guna meningkatkan kemungkinan untuk memenuhi atau melampaui
standar kinerja.
10
standar linerja yang dimaksudkan untuk memberikan manfaat kepada seluruh
karyawan perusahaan.
11
4.2 UKURAN DAN STRUKTUR ORGANISASI
Ukuran dan struktur organisasi memengaruhi perilaku manusia dan pola
interaksi dalam tahap penetapan tujuan, implementasi, dan pengendalian serta
evaluasi terhadap proses perencanaan. Ukuran organisasi mungkin dipandang
sebagai jumlah karyawan, nilai dolar dari pabrik fisik, volume penjualan, jumlah
kantor cabang, atau ukuran kuantitatif lainnya yang membedakan organisasi.
Struktur organisasi mengacu pada hubungan formal dan informal antaranggota
organisasi. Hal tersebut meliputi jumlah lapisan wewenang jumlah kantor atau
posisi pada setiap lapisan, tanggung jawab setiap kantor, dan prosedur untuk
membuat pekerjaan dilakukan.
12
Ukuran dan kompleksitas dari beberapa organisasi menimbulkan
masalah besar dalam perencanaan, implementasi, dan pengendalian. Misalnya,
direktur perencanaan harus mengoordinasikan tingkat produksi, penjualan, dan
persediaan dengan wakil direktur produksi, penjualan, keuangan, dan
pemasaran. Tingkat yang ditetapkan tersebut harus sesuai dengan batas
pengeluaran yang diusulkan untuk riset pasar dan ikian. Setiap wakil direktur
memiliki idenya sendiri mengenai berapa sebaiknya target volume, berdasarkan
pada pertimbangan pribadi atau departemental. Direktur perencanaan harus
menghasilkan konsensus organisasi dengan meminta semua pihak untuk
melakukan kompromi. Wakil direktur pada gilirannya harus mengoperasikan
departemen mereka sendiri dalam batasan uang yang dikenakan oleh
anggaran dan mereka harus menghasilkan konsensus di dalam departemennya
sendiri.
13
4.3 GAYA KEPEMIMPINAN
Gaya kepemimpinan juga memengaruhi lingkungan perencanaan
organisasi. Teori X dari McGregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang
otoriter dan dikendalikan secara ketat, di mana kebutuhan akan efisiensi dan
pengendalian mengharuskan pendekatan manajerial tersebut untuk berurusan
dengan bawahannya. Untuk memantau kinerja bawahan, pemimpin ini
menugaskan staf mereka untuk mengumpulkan informasi yang memungkinkan
dilakukannya pengawasan secara tidak langsung. Filosofi untuk mendorong
perilaku bawahan yang diinginkan adalah: gaji mereka dengan baik dan awasi
mereka dengan ketat!
14
perusahaan sebaiknya beroperasi, dan memanfaatkan bakat mereka secara
efektif.
15
eksak menggambarkan berbagai tingkah laku atau gaya yang berbeda dari
seorang pemimpin, Tabel 10.1 meringkas gaya kepemimpinan dan
kesesuaiannya dengan perkembangan bawahan.
TINGKAT PERKEMBANGAN
GAYA KEPEMIMPINAN YANG SESUAI
PENGIKUT
P1 G1
Kecakapan rendah MENGARAHKAN
Komitmen tinggi Struktur, pengendalian dan pengawasan
P2 G2
Sedikit kecakapan MELATIH
Komitmen Rendah Mengerahkan dan mendukung
P3 G3
Kecakapan tinggi MENDUKUNG
Komitmen bervariasi Memuji, mendengarkan dan memudahkan
P4 G4
Kecakapan tinggi MENDELEGASIKAN
Komitmen tinggi Menyerahkan tanggung jawab untuk
pembuatan keputusan sehari-hari
16
kepemimpinan otoriter telah terbukti lebih efisien dibandingkan dengan gaya
kepemimpinan yang demokratis dan partisipatif.
Pandangan ini ditantang pada awal tahun 1960-an oleh para teoretikus
organisasi modern. Teori organisasi modern mengasumsikan bahwa tujuan
organisasi bervariasi dan mencerminkan keputusan untuk membuat komitmen
atas organisasi tersebut terhadap suatu rangkaian tindakan tertentu. Para
pendukung filosofi baru ini mendefinisikan tujuan sebagai "kondisi yang
diinginkan yang dicoba untuk direalisasikan oleh organisasi tersebut," atau
dinyatakan secara berbeda "pencapaian masa depan terhadap usaha atau
komitmen saat ini yang dibuat. Kedua definisi ini menjelaskan bahwa untuk
menjadi tujuan yang "rill" (daripada tujuan yang hanya "dinyatakan" atau
"pengandaian"), dibutuhkan usaha manusia dan komitmen atas sumber daya
organisasi yang mencukupi.
17
Tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh tujuan anggota organisasi
yang dominan, yang secara kolektif mempunyai pengendalian yang mencukupi
atas sumber daya organisasi untuk membuat komitmen ke arah tertentu atau
untuk menahan dari yang lain. Tujuan dipandang sebagai kesepakatan yang
kompleks, yang terkadang mencerminkan kebutuhan individual dan tujuan
pribadi yang saling bertentangan dari anggota organisasi yang dominan. Tujuan
organisasi ditentukan melalui negosiasi. Tawar-menawar dan pengaruh
perdagangan adalah hambatan yang dikenakan oleh berbagai partisipan dan
oleh lingkungan eksternal maupun internal. Bobot setiap Input individu ke dalam
proses penyusunan anggaran bergantung pada kekuasaan dari orang tersebut
di dalam perusahaan.
18
berkepentingan dengan tujuan organisasi adalah sangat disarankan. Secara
serupa, keselarasan antara tujuan organisasi dan sub-unit harus ditetapkan
kembali secara periodik.
6.3 PARTISIPASI
Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran diklaim oleh sebagian
besar orang sebagai obat mujarab untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri
dan aktualisa diri dari anggota organisasi. Partisipasi adalah suatu proses
pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak di mana
keputusan tersebut akan memi dampak masa depan terhadap mereka yang
membuatnya. Dengan kata lain, peera dan manajer tingkat bawah memiliki
suara dalam proses manajemen. Ketika diterapkan kepada perencanaan,
partisipasi mengacu pada keterlibatan manajer tingkat menengah dan bawah
dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada penentuan tujuan
operasional dan penetapan sasaran kinerja. Keterlibatan tersebut dapat
bervariasi dari hanya sekadar hadir pada pertemuan anggaran sampai pada
partisipasi dalam diskus yang berkaitan dengan kewajaran kuota penjualan dan
target produksi dan pada hak untuk melakukan negosiasi dalam menetapkan
sasaran dari orang itu sendiri.
19
situasi yang salah, partisipasi dapat menurunkan motivasi dan usaha karyawan
untuk mencapai tujuan organisasi.
Dalam pengertian yang lebih luas, partisipasi merupakan inti dari proses
demokratis sehingga tidak alamiah jika diterapkan dalam struktur organisasi
yang otoriter. Dengan demikian, dalam organisasi besar dan birokratis yang
dikelola secara sentral, partisipasi dalam menentukan tujuan dan menetapkan
sasaran akan berdasarkan definisi terbatas pada sekelompok eksekutif puncak.
Manajemen puncak akan menyusun anggaran dan meneruskannya ke bawah
hierarki sebagai sekelompok perintah yang harus dipatuhi Anggaran akan
digunakan sebagai mekanisme untuk menginformasikan manajer tingkat bawah
20
mengenai apa yang ingin dicapai oleh manajemen puncak dan sebagai alat
untuk mengendalikan pengeluaran orang dan memotivasi kinerja yang
optimum.
21
manajerial semacam itu kurang. maka partisipasi yang sukses dapat menjadi
rusak bahkan dalam organisasi yang paling demokratis dan terdesentralisasi
sekalipun.
22
ketergantungan antardepartemen. Dengan demikian banyak masalah potensial
yang berkaitan deng anggaran dapat dihindar.
Jika tujuan anggaran terlalu mudah untuk dicapai karena adanya slack
atau faktor lain yang ditimbulkan dari partisipasi dalam proses penyusunan
23
anggaran, maka manfaat motivasi menjadi minimal atau tidak ada sama sekali.
Orang mungkin menghasilkan kurang dari tingkat kapabilitas optimalnya. Jika,
di lain pihak, tujuan yang dianggarkan terlalu sulit untuk dicapai dan kinerja
aktual mulai menyimpang secara tidak menguntungkan dari standar, orang
akan mencoba memperbaiki kinerja mereka pada awalnya. Akan tetapi, jika
penyimpangan anggaran menjadi semakin besar, maka orang pada akhirnya
akan menjadi kecil hati dan menyerah untuk memperbaiki situasi tersebut. Jelas
bahwa bukan kepentingan perusahaan untuk membuat orang menjadi begitu
kecil hati.
Intinya adalah bahwa anggaran yang terlalu ketat atau terlalu longgar
atau disusun dengan slack yang berlebihan atau tanpa slack sama sekali dapat
menciptakan tanggapan keperilakuan yang berlawanan dengan kepentingan
perusahaan. Ada kehati-hatian dalam memastikan bahwa dokumen anggaran
akhir menghindari kekurangan yang berkaitan dengan anggaran yang terlalu
ketat atau terlalu longgar. Sebagaimana kebanyakan hal lainnya, organisasi
sebaiknya mengambil arah tengah.
24
Misalnya, "Kami membawa mereka, kami memberitahu mereka bahwa
kami menginginkan pendapat jujur mereka, tetapi kebanyakan dari mereka
hanya duduk di sana dan menganggukkan kepala. Kami tahu bahwa mereka
tidak henar-benar menunjukkan perasaan mereka yang sebenarnya. Saya rasa
anggaran membuat mereka takut. Beberapa dari mereka tidak memiliki banyak
pendidikan. Kemudian, kami meminta penyelia lini untuk menandatangani
anggaran yang baru sehingga mereka tidak dapat mengatakan kepada kami
bahwa mereka tidak menyetujuinya. Kami menemukan bahwa tanda tangan
banyak membantu. Jika ada sesuatu yang salah, mereka tidak dapat datang
kepada kami, sebagaimana yang sering dilakukan, dan mengeluh. Kami hanya
menunjukkan kepada mereka tanda tangan mereka dan mengingatkan bahwa
mereka telah ditunjukkan apa saja yang menyusun anggaran tersebut”.
25
praktik penyusunan anggaran otoriter dan dengan jujur mengakuinya. Untuk
terlibat dalam kepura-puraan adanya partisipasi dapat membuat karyawan
memandang proses tersebut sebagai tipuan manajemen.
7 TAHAP IMPLEMENTASI
Setelah tujuan organisasi ditetapkan, direktur perencanaan
mengonsolidasikannya ke dalam anggaran formal yang komprehensif. Cetak
biru untuk tindakan di tingkat perusahaan ini kemudian disetujui oleh presiden
26
direktur atau dewan komisaris, Anggaran tersebut kemudian diimplementasikan
melalui komunikasi kepada karyawan kunci dalam organisasi. Hal ini
menginformasikan kepada mereka mengenai harapan manajemen, alokasi
sumber daya, kuota produksi, dan tenggang waktu.
27
tertentu digunakan. Demikian pula, orang-orang di tingkat bawah sebaiknya
diberitahu mengenai asumsi-asumsi alokasi biaya, prioritas pemasaran,
prediksi ekonomi, dan masalah-masalah lainnya yang diantisipasi oleh
perusahaan.
28
yang potensial bagi kinerja organisas keseluruhan karena sub-unit organisasi
kunci yang tidak bekerja sama dalam rencana keseluruhan akan merusak
koordinasi antardepartemen yang diharapkan. Koordinasi adalah seni
menggabungkan secara efektif seluruh sumber daya organisasi. Dari sudut
pandang keperilakuan, hal ini berarti menggabungkan bakat dan kekuatan dari
setiap partisipan organisasi dan membuatnya berjuang untuk mencapai tujuan
yang sama. Untuk melaksanakan ini, pelaksana harus berhasil
mengomunikasikan bagaimana pekerjaan setiap orang memberikan kontribusi
pada pencapaian tujuan organisasi Lebih dari itu, direktur perencanaan
sebaiknya mengindikasikan departemen mana yang bertanggung jawab untuk
aspek tertentu dari pekerjaan yang harus dilakukan, di mana individu dalam
departemen tersebut bertanggung jawab, dan ke mana mereka dapat meminta
bantuan.
29
tanggung jawab. Direktur perencanaan harus menuntut kinerja, tetapi bukan
sebagai tuan atas pekerjaan tersebut. Singkatnya, direktur perencanaan
memiliki tugas yang paling sulit untuk membuat beberapa manajer dan individu
yang berpusat pada diri sendiri, memiliki karakteristik yang unik, dan mencari
kekuasaan untuk bekerja sama dengan rencana yang tidak 100 persen disukai
oleh mereka.
30
perasaan gagal yang subjektif. Pergeseran dalam tingkat aspirasi dapat
disebabkan oleh perubahan dalam keyakinan karyawan mengenai
kemampuannya untuk mencapai sasaran kinerja. Hal tersebut telah ditunjukkan
secara empiris, misalnya, bahwa keberhasilan pada satu bidang biasanya
mengarah pada tingkat aspirasi yang lebih tinggi di bidang yang terkait. Secara
serupa, kegagalan pada satu bidang menyebabkan tingkat aspirasi yang
rendah di bidang lain.
31
Dengan demikian, umpan balik kinerja secara periodik memicu perasaan
subjektif akan keberhasilan atau kegagalan. Karyawan menghadapi laporan
dua mingguan atau laporan bulanan yang mengindikasikan apakah mereka
telah menghasilan sebanyak yang yang diwajibkan, dalam waktu yang
sesingkat mungkin, sementara pengeluaran serendah mungkin, dan tanpa
mengorbankan kualitas. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan jika kemudian
ketika orang “mencapai anggaran” yaitu, memenuhi semua sasaran tersebut,
mereka “merasa senang”. Mereka patut merasakan keberhasilan tersebut.
Hal ini harus ditekankan bahwa perasaan sukses atau gagal yang dipicu
oleh laporan kinerja tersebut adalah, pada kenyataannya, "subjektif”.
Keberhasilan atau kegagalan didefinisikan oleh hubungan antara kinerja aktual
bulan ini dengan standar yang ditetapkan di masa lalu. Berdasarkait pada
standar kinerja yang ditentukan sebelumnya inilah karyawan dinilai dengan cara
yang tegas dan absolut: Anda mencapai anggaran atau tidak. Anda berhasil
atau tidak. Namun, kategori keberhasilan dan kegagalan yang tampaknya tegas
ini dapat saling menggantikan satu sama lain hanya dengan mendefinisikan
ulang standar kinerja yang ditentukan sebelumnya, Hal ini mengimplikasikan
halwa perasaan orang orang mengenai harga diri atau tekanan, keprihatian,
kegelisahan, dan tingkat uspirasi mereka, motivasi dan perspektif umum atas
pekerjaan mereka tidaklah ditentukan hanya oleh kinerja aktual mereka. Sikap
dan perilaku karyawan yang didorong oleh anggaran bergantung pada standar
kinerja yang ditentukan sebelumnya. Dengan kata lain, kinerja aktual yang
sama dapat dinilai sebagai kesuksesan atau kegagalan dan karyawan dibuat
untuk merasa "baik atau "buruk bergantung pada standar tersebut.
32
Hal ini menunjukkan relevansi ekstrem dari penetapan tujuan, standar
kinerja yang ditentukan sebelumnya, dan slack terhadap perilaku manusia dan
membuat pentingnya pembaruan standar secara kontinu menjadi jelas. Hal itu
juga menunjukkan hakikat penting dari laporan kinerja sebagai alat komunikasi
yang memicu reaksi manusia. Hal tersebut mengungkapkan pentingnya
penetapan standar untuk pengendalian mutu serta untuk batas pengeluaran
dan produksi. Tingkat pengeluaran dan produksi orang dapat terlihat
menguntungkan dalam suatu laporan kinerja jika input berkualitas buruk
digantikan dengan input yang berkualitas lebih baik. Pada akhirnya, hal tersebut
menunjukkan bagaimana modifikasi dalam sistem akuntansi, melalui
penyesuaian anggaran, dan informasi yang dihasilkan oleh sistem tersebut,
dalam bentuk laporan kinerja, dapat mengubah perilaku manusia.
33
KESIMPULAN
Pada bab ini terdapat beberapa pertanyaan yang harus dijawab, seperti
pertanyaan siapa yang akan memberikan input keputusan pada tahap
perencanaan, menyetujur rencana tersebut mengimplementasikan anggaran,
mengevaluasi varians, dan bertanggung jawab untuk mengoreks inefisiensi
Jawabannya tergantung pada banyak variabel yang memengaruhi proses
penyusunan anggaran. Struktur organisasi, budaya organisasi, gaya
kepemimpinan, tingkat partisipasi karyawan dalam pengambilan keputusan,
jumlah slack yang diperbolehkan, dan tingkat tekanan yang akan didorong oleh
anggaran tersebut adalah beberapa faktor yang akan memengaruh
jawabannya. Meskipun tidak ada jawaban definitif yang dapat diterapkan pada
semua organisasi terdapat beberapa aturan umum yang berlaku. Partisipasi
angkatan kerja dalam pengambilan keputusan telah ditunjukkan memiliki
dampak psikologis positif terhadap angkatan kerja dan meningkatkan kuantitas
maupun kualitas dari output pekerja.
34
DAFTAR PUSTAKA
35