OLEH:
KENDARI
2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan karunia-
Nya sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi
Keperilakuan tentang “Aspek Keperilakuan Pada Perencanaan Laba dan
Penganggaran”.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
memberikan materi dan mendukung dalam penyusunan makalah ini. Penulis sadar
makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu
kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
semua pihak. Kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih.
Penyusun
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Aspek perilaku yang terkait dengan anggaran merujuk pada perilaku manusia
yang terlibat pada saat anggaran tersebut disusun dan diimplemetasikan.
Anggaran dapat mempengaruhi perilaku manusia. Adanya anggaran
mengakibatkan manusia membatasi tindakannya. Anggaran pula yang
menyebabkan kinerja manajer selalu dan secara kontinyu dipantau serta
dibandingkan. Hal ini pula yang mengakibatkan timbulnya tekanan. Manajer
seringkali menghadapi permasalahan akibat adanya anggaran seperti misalnya
timbulya over atau under budget, penyimpangan dari anggaran yang diharapkan,
dan sebagainya. Akibatnya anggaran kemudian dianggap sebagai sesuatu yang
dapat menghambat atau mengancam karir.
1
efisien, perusahaan perlu mempertimbangkan aspek etika dan perilaku dalam
penganggaran.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
departemen ke departemen berfungsi untuk mengoordinasikan dan
memfasilitasi aktivitas organisasi secara keseluruhan.
4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur, anggaran
berfungsi sebagai standar terhadap mana hasil operasi actual dapat
dibandingkan.
Ada tiga tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran, yaitu sebagai
berikut :
b. Tahap Implementasi
4
setelah itu baru rencana formal kemungkinan akan menerima kerjasama penuh
dari berbagai kelompok yang ingin di motivasi olehnya.
3. Suatu anggaran atau rencana laba yang komprehensif harus disusun, kemudian
disetujui oleh manajemen puncak. Setelah disetujui, anggaran harus
dikomunikasikan kepada penyelia dan karyawan yang kinerjanya
dikendalikan.
5
a. Rasa Tidak Percaya
Alasan dari rasa tidak percaya ini didasarkan pada keyakinan penyelia :
b. Resistensi
6
Alasan lain dari resistensi anggaran adalah bahwa proses anggaran
memerlukan waktu dan perhatian yang besar. Mereka sering kali takut untuk
mengakuinya atau tidak mau cukup mempelajari mengenai proses perencanaan
dan penyusunan anggaran guna memberikan kontribusi yang berarti.
c. Konflik Internal
7
diciptakan oleh anggaran tersebut. Tujuan mereka adalah untuk mengurangi
ketegangan. Tetapi, tujuan mereka dapat berlawanan dengan tujuan organisasi,
dan dampak yang tidak diinginkan dari aktivitas mereka bias juga berlawanan
dengan tujuan yang mereka maksudkan sebelumnya, yaitu untuk mengurangi
ketegangan.
Anggaran juga dapat menghambat inisiatif individual dan inovasi yang efektif
biaya, karena metode bisnis yang telah ada dengan probabilitas keberhasilan yang
diketahui lebih dipilih dibandingkan dengan metode baru dengan peluang
keberhasilan yang belum terbukti. Dengan demikian, individu seringkali tidak
berani berinovasi. Untuk membuat anggaran berhasil, karyawan harus dibuat
untuk menyadari bahwa fungsi anggaran sebagai wahana yang positif untuk
operasi organisasi yang mulus. Daripada memandang anggaran sebagai cara yang
mengerikan untuk memeras keringat karyawan sampai ke titik penghabisan,
orang harus belajar untuk memandang anggaran sebagai alat untuk menciptakan
keselarasan tujuan dan sebagai standar kinerja yang dimaksudkan untuk
memberikan manfaat kepada seluruh karyawan perusahaan.
8
perencanaan. Lingkungan perencanaan mengacu pada struktur, proses, dan pola-
pola interaksi dalam penetapan kerja. Hal tersebut kadangkala disebut dengan
budaya penerimaan manajemen puncak terhadap ide-ide baru, prosedur dan
perangkat untuk membuat agar pekerjaan dilakukan, perasaan identifikasi dengan
organisasi, tingkat kohesi dari tenaga kerja, dan seterusnya.
Ukuran dan struktur dari suatu organisasi memengaruhi perilaku manusia dan
pola interaksi dalam tahap penetapan tujuan, implemetasi, dan pengendalian serta
evaluasi terhadap proses perencanaan. Ukuran organisasi mungkin dipandang
sebagai jumlah karyawan, nilai dollar dari pabrik fisik, volume penjualan, jumlah
kantor cabang, atau ukuran kuantitatif lainnya yang membedakan organisasi.
9
penyusunan anggaran yang efektif dianggap lebih sulit karena potensi inefisiensi
dalam komunikasi didalam organisasi, kurangnya keselarsan tujuan, dan
ketidakmampuan dari banyak orang untuk melihat hubungan antara peran kerja
mereka dengan tujuan organisasi secara keseluruhan
C. Gaya Kepemimpinan
10
menimbulkan tekanan anggaran yang berlebihan, kegelisahan, dan rusaknya
motivasi.
11
2.5 Konsep-konsep Keperilakuan yang Relevan dalam Proses Penyusunan
Anggaran
Tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh tujuan dari anggota organisasi yang
dominan, yang secara kolektif mempunyai kendali yang mencukupi atas sumber
daya organisasi untuk membuat komitmen atasnya kearah tertentu atau untuk
menahannya dari yang lain. Tujuan dipandang sebagai suatu kesepakatam yang
kompleks, yang kadangkala mencerminkan kebutuhan individual dan tujuan
pribadi yang saling bertentangan dari anggota organisasi yang dominan. Tujuan
organisasi ditentukan melalui negosiasi.
B. Keselarasan Tujuan
Masalah utama yang dijumpai dalam tahap penetapan tujuan adalah mencapai
suatu tingkat keselarasan tujuan atau kompatibilitas yang mungkin diantara
tujuan-tujuan organisasi, sub unit-sub unitnya (divisi atau departemen), dan
anggota-anggotanya yang berpartisipasi. Keselarasan tujuan atau kompatibilitas
akan terjadi ketika individu memandang bahwa kebutuhan pribadinya dapat
dipenuhi dengan mencapai tujuan organisasi. Jika tujuan organisasi dipandang
sebagai alat untuk mencapai tujuan pribadi atau untuk memenuhi kebutuhan
pribadi, maka tujuan organisasi akan memotivasi karyawan untuk menyelesaikan
tindakan yang diinginkan.
12
bekerjasama, atau perasaan putus asa dapat menyerap kedalam tingkatan
manajerial.
C. Partisipasi
13
(kedalaman), jenis keputusan dimana mereka sebaiknya berpartisipasi (lingkup),
atau tingkat kekuasaan partisipan dalam keputusan akhir (bobot).
Dalam pengertian yang lebih luas, partisipasi merupakan inti dari proses
demokratis dan oleh karena itu tidaklah alamiah jika diterapkan dalam struktur
organisasi yang otoriter. Dengan demikian, dalam organisasi besar dan birokratis
yang di kelola secara sentral, partisipasi dalam menentukan tujuan dan
menetapkan sasaran akan berdasarkan definisi terbatas pada sekelompok
eksklusif puncak. Perusahaan dengan gaya kepemimpinan demokratis dan/atau
organisasi yang terdesentralisasi memungkinkan partisipasi manajemen yang
lebih besar dalam keputusan penetapan anggaran. Banyak dari perusahaan ini
mendorong baik manajer tingkat bawah maupun karyawan untuk memberikan
kontribusi kepada proses perencanaan. Salah satu alasannya adalah bahwa orang
bereaksi secara berbeda terhadap kemungkinan untuk berperan dalam menetapkan
standar kinerja mereka sendiri. Karyawan yang otoriter dan/atau sangat
bergantung dapat merasa terancam oleh kemungkinan untuk menjadi bagian dari
proses pengambilan keputusan. Mereka akan merasa lebih nyaman jika mereka
menerima instruksi yang jelas dan tegas mengenai batas pengeluaran dan standar
kinerja. Di pihak lain, orang dengan independensi yang kuat dan kebutuhan akan
harga diri akan maju ketika diperbolehkan untuk berpartisipasi dalam
memformulasikan sasaran kinerja mereka sendiri. Alasan lain mengapa partisipasi
mungkin tidak berhasil adalah bahwa tidak ada usaha serius yang dibuat untuk
menjamin partisipasi dan kerjasama dari para manajer tingkat bawah dan
karyawan.
D. Manfaat Partisipasi
Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipan
menjadi terlibat secara emosi dan bukan hanya secara tugas dalam pekerjaan
mereka. Partisipasi dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih
besar pada semua tingkatan manajemen. Partisipasi yang berarti juga
meningkatkan rasa kesatuan kelompok, yang pada gilirannya cenderung untuk
meningkatkan kerjasama antar anggota kelompok dalam penetapan tujuan.
14
Tujuan organisasi yang dibantu penetapannya oleh orang-orang tersebut
kemudian akan dipandang sebagai tujuan yang selaras dengan tujuan pribadi
mereka. Proses ini disebut dengan internalisasi tujuan.
15
tujuan dianggarkan terlalu sulit untuk dicapai dan kinerja aktual mulai
menyimpang secara tidak menguntungkan dari standar, orang akan mencoba
memperbaiki kinerja mereka pada awalnya. Akan tetapi, jika penyimpangan
anggaran menjadi semakin besar, maka orang pada akhirnya akan menjadi kecil
hati dan menyerah untuk memperbaiki situasi tersebut. Jelas bahwa bukanlah
kepentingan perusahaan untuk membuat orang menjadi begitu kecil hati. Intinya,
anggaran yang terlalu ketat atau terlalu longgar atau disusun dengan slack yang
berlebihan atau tanpa slack sama sekali dapa menciptakan tanggapan
keperilakuan yang berlawanan dengan kepentingan perusahaan.
F. Tahap Implementasi
G. Pengkomunikasian Anggaran
16
“menjual” anggaran kebawah. Banyak masalah komunikasi yang kompleks dapat
berkembang dalam tugas menjual ini karena pesan tersebut harus dipahami oleh
orang yang memiliki latar belakang dan pelatihan yang beragam serta yang
bekerja ditingkatan organisasi yang berbeda. Untuk menghilangkan beberapa dari
masalah potensial, kontroler harus menerjemahkan sasaran organisasi secara
keseluruhan kedalam sasaran yang dapat dipahami bagi setiap sub unit organisasi.
17
mencapai tujuan yang sama. Untuk melaksanakan ini, pelaksana harus berhasil
mengkomunikasikan bahwa bagaimana pekerjaan setiap orang memberikan
kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi. Lebih dari itu direktur perencanaan
sebaiknya mengidentifikasikan departemen mana yang bertanggungjawab untuk
aspek tertentu dan pekerjaan yang harus dilakukan, dimana individu-individu
dalam departemen tersebut bertanggungjawab, dan kemana mereka dapat meminta
tujuan.
J. Laporan-laporan Kinerja
Untuk mempertahankan kendali atas biaya dan untuk menjaga agar karyawan
termotivasi kearah pencapaian sasaran, laporan kinerja sebaiknya disusun dan di
distribusikan paling tidak secara bulanan. Pentingnya komunikasi berkala atas
hasil kinerja telah berulang kali ditunjukan dalam studi-studi empiris. Penerbitan
laporan kinerja yang tepat waktu memiliki dampak mendorong pada moral
karyawan.
Evaluasi dan umpan balik kinerja yang berkala akan meningkatkan efisiensi
organisasi dengan mengidikasikan sasaran yang harus direvisi untuk siklus
perencanaan yang berikutnya. Dengan demikian, umpan balik kinerja secara
periodik memicu perasaan subjektif akan keberhasilan atau kegagalan. Laporan
kinerja juga dapat mendorong karyawan untuk merasakan tekanan, kegelisahan,
iri hati, kemarahan, kecil hati, penyesalan, kegembiraan dan seterunya. Harus
18
ditekankan bahwa perasaan sukses atau gagal yang dipicu oleh laporan kinerja
tersebut adalah pada kenyataannya “subjektif”.
19
BAB III
KESIMPULAN
20
DAFTAR PUSTAKA
21