Disusun oleh :
1. Putri Sriwahyuni (90400120087)
2. Amelia ( 90400120103)
3. Yuliani ( 90400120102)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Pembuatan
makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keprilakuan.
Adapun makalah ini berisi mengenai “Aspek Keperilakuan Pada Perencanaan Laba
dan Penganggaran”
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam penulisan selanjutnya serta
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi
kita semua.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan
demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
Hormat Kami,
Kelompok I
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................2
1.3. Tujuan.................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................4
2.6.1.2. Partisipasi................................................................................................11
3.1. Kesimpulan.......................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................22
iii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan dalam dunia usaha akhir-akhir ini berjalan dengan pesat,
sehingga mengakibatkan timbulnya persaingan yang semakin ketat. Gejala yang
demikian membawa permasalahan bagi suatu perusahaan agar mampu
mempertahankan diri dan mampu mencapai tujuan perusahaan. Oleh sebab itu
manajemen perusahaan harus mampu mengelola perusahaannya secara efektif dan
efisien untuk mengatasi keadaan tersebut. Perusahaan sangat memerlukan suatu alat
yang berfungsi sebagai perencanaan serta pengendalian. Untuk melakukan
perencanaan dan pengendalian diperlukan suatu alat yang baik, yang dapat
memberikan informasi yang diperlukan manajemen dalam menjalankan fungsinya.
Alat tersebut adalah anggaran. Anggaran berperan sebagai alat perencanaan dan
pengendalian. Sebagai sebuah rencana tindakan, anggaran dapat digunakan sebagai
alat untuk mengendalikan kegiatan organisasi atau unit organisasi dengan cara
membandingkan antara hasil sesungguhnya yang dicapai dengan rencana yang telah
ditetapkan.
Penyusunan anggaran merupakan kegiatan yang penting sekaligus kompleks,
karena anggaran mempunyai dampak fungsional maupun disfungsional terhadap
sikap dan perilaku anggota organisasi. Beberapa aspek keperilakuan dalam
penyusunan anggaran, antara lain: Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran Partisipasi
penyusunan anggaran adalah keikutsertaan seluruh tingkat manajemen dalam proses
penyusunan anggaran dan mereka mempunyai pengaruh dalam penentuan besarnya
anggaran.
Aspek perilaku yang terkait dengan anggaran merujuk pada perilaku manusia
yang terlibat pada saat anggaran tersebut disusun dan diimplemetasikan. Anggaran
dapat mempengaruhi perilaku manusia. Adanya anggaran mengakibatkan manusia
membatasi tindakannya. Anggaran pula yang menyebabkan kinerja manajer selalu
dan secara kontinyu dipantau serta dibandingkan. Hal ini pula yang mengakibatkan
timbulnya tekanan. Manajer seringkali menghadapi permasalahan akibat adanya
anggaran seperti misalnya timbulya over atau under budget, penyimpangan dari
anggaran yang diharapkan, dan sebagainya. Akibatnya anggaran kemudian dianggap
sebagai sesuatu yang dapat menghambat atau mengancam karir.
Keberhasilan anggaran terutama akan ditentukan oleh cara pembuatan
anggaran itu sendiri. Program anggaran yang paling berhasil harus melibatkan
manajer dalam tanggungjawab pengendalian biaya untuk membuat estimasi anggaran
mereka sendiri. Pendekatan dalam penyediaaan data anggaran ini penting terutama
apabila anggaran tersebut akan digunakan untuk mengendalikan dan mengevaluasi
aktivitas seorang manajer. Pendekatan penganggaran yang dianggap paling efektif
3
adalah anggaran yang dibuat dengan kerjasama dan partisipasi penuh dari manajer
pada semua tingkatan .
Manajemen harus selalu menyadari bahwa dimensi manusia dalam
penganggaran merupakan faktor kunci. Mudah bagi manajer untuk menguasai aspek
teknis dari program anggaran, tetapi tidak mudah dalam memasukkan aspek manusia.
Manajemen harus ingat bahwa maksud penyusunan anggaran adalah untuk
memotivasi karyawan dan mengkoordinasikan aktivitas.Untuk mendorong orang
supaya bertanggungjawab terhadap penyusunan anggaran dan terhadap implementasi
anggaran untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien, perusahaan
perlu mempertimbangkan aspek etika dan perilaku dalam penganggaran.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan anggaran ?
2. Apa fungsi dari perencanaan laba dan anggaran?
3. Bagaimana terjadinya disfungsional dari proses penyusunan anggaran ?
4. Bagaimana relevansi konsep keprilakuan dalam lingkungan perencanaan ?
5. Apa saja konsep-konsep keprilakuan yang relevan?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anggaran
2. Untuk mengetahui berbagai fungsi dari perencanaan laba dan anggaran
3. Untuk mengetahui konsekuensi disfungsional dari proses penyusunan
anggaran
4. Untuk mengetahui relevansi konsep keprilakuan dalam lingkungan
perencanaan
5. Untuk mengetahui konsep-konsep keprilakuan yang relevan
BAB II
PEMBAHASAN
4
5
2. Implementasi
Pada tahap implementasi, rencana formal tersebut digunakan untuk
mongomunikasikan tujuan dan strategi organisasi, serta memotivasi orang
secara positif dalam organisasi.
3. Pengendalian dan Evaluasi Kerja
Setelah anggaran di implementasikan, maka anggaran tersebut berfungsi
sebagai elemen kunci dalam sistem pengendalian.
2.4. Konsekuensi Disfungsional dan Proses Penyusunan Anggaran
Berbagai fungsi anggaran seperti penetapan tujuan, pengendalian, dan
mekanisme evaluasi kinerja dapat memicu berbagai konsekuensi disfungsional,
seperti rasa tidak percaya, resistensi, konflik internal, dan efek samping lainnya
yang tidak diinginkan.
1. Rasa Tidak Percaya
Anggaran merupakan suatu sumber tekanan yang dapat menimbulkan rasa
tidak percaya, rasa permusuhan, dan mengarah pada kinerja yang menurun.
Riset telah menemukan sejumlah besar rasa tidak percaya terhadap seluruh
proses anggaran pada tingkat penyelia. Alasannya adalah :
a. Anggaran cenderung untuk terlalu menyederhanakan atau mendistorsi
situasi “riil” dan gagal untuk memungkinkan dimasukannya variasi dalam
faktor-faktor eksternal.
b. Anggaran mencerminkan variabel-variabel kualitatif, seperti pengetahuan
mengenai tenaga kerja, kualitas bahan baku, dan efisiensi mesin, secara
tidak mencukupi.
c. Anggaran hanya mengonfirmasikan apa yang telah diketahui oleh
penyelia.
d. Anggaran sering kali digunakan untuk memanipulasi penyelia sehingga
ukuran kinerja yang diindikasikan dicurigai.
e. Laporan anggaran menekankan pada hasil, bukan pada alasan.
f. Anggaran mengganggu gaya kepemimpinan penyelia.
g. Anggaran cenderung untuk menekan pada kegagalan.
2. Resistensi
Meskipun anggaran telah digunakan secara luas dan manfaatnya sangat
didukung anggaran masih ditolak oleh banyak partisipan dalam suatu
organisasi.Salah satu alasan utama untuk hal itu adalah bahwa anggaran
menandai dan membawa perubahan, sehingga merupakan suatu ancaman
terhadap status quo.Literature dalam bidang ilmu social, manajemen, dan
perilaku organisasi telah menggambarkan fenomena dari resistensi karyawan
untuk berubah.Banyak orang menjadi terbiasa dengan cara-cara tertentu untuk
melakukan segala sesuatu dan dengan cara-cara tertentu untuk memandang
6
organisasi, dan dampak yang tidak diinginkan dari aktivitas mereka bisa juga
berlawanan dengan tujuan yang mereka maksudkan sebelumnya, yaitu untuk
mengurangi ketegangan. Kelompok karyawan ini kadang kala menggeser
tanggung jawab ke departemen lain, mempertanyakan validitas dari data yang
dianggarkan, dan melakukan lobi untuk menurunkan standar. Situasi semacam
ini menimbulkan kesulitan bagi fungsi staf akuntansi untuk melimpahkan
wewenang secara efektif, menciptakan iklim oganisasi yang penuh ketegangan,
dan merusak manfaat dari anggaran.
Anggaran sering kali dipandang sebagai alat tekanan manajerial.
Orang-orang merasakan tekanan ketika manajemen puncak berusaha untuk
memperbaiki efisiensi dengan cara memperoleh lebih banyak output dari
tingkat input yang ada (atau lebih rendah). Tekanan yang berlebihan dapat
dihubungkan dengan frustasi, emosi yang meningkat, dan penyakit fisik yang
ditimbulkan oleh stress.Efek samping lainnya yang tidak diinginkan yang
dapat berkembang adalah penekanan yang berlebihan pada kinerja
departemental dan kurang menekankan pada kinerja organisasi secara
keseluruhan.
Anggaran juga dapat menghambat inisiatif individual dan inovasi yang
efektif biaya, karena metode bisnis yang telah ada dengan probabilitas
keberhasilan yang diketahui lebih dipilih dibandingkan dengan metode baru
dengan peluang keberhasilan yang belum terbukti.Dengan demikian, individu
sering kali tidak berani berinovasi.
Untuk membuat anggaran berhasil, karyawan harus dibuat untuk
menyadari bahwa fungsi anggaran sebagai wahana yang positif untuk operasi
organisasi yang mulus. Dari pada memandang anggaran sebagai cara yang
mengerikan untuk memeras keringat karyawan sampai ke titik penghabisan,
orang harus belajar untuk memandang anggaran sebagai alat untuk
menciptakan keselarasan tujuan dan sebagai standar kinerja yang dimaksudkan
untuk memberikan manfaat kepada seluruh karyawan perusahaan. Manajemen
dan tenaga kerja yang berpendidikan kemungkinan besar akan bekerja sama
dalam menyusun anggaran dan rencana laba. Tanpa pendidikan anggaran,
kerja sama semacam itu mustahil akan terjadi. Tanpa mempedulikan seberapa
canggihnya tehnik anggaran, proses anggaran dapat menjadi pemborosan
terhadap dana perusahaan jika masalah potensial tidak dibahas sebelumnya dan
diselesaikan.
2.5. Relevansi Konsep Keprilakuan Dalam Lingkungan Perencanaan
1. Dampak dari lingkungan perencanaan
Sebelum konsep ilmu keperilakuan yang memengaruhi proses
perencanaan atau penyusunan anggaran dapat dibahas dengan berarti, adalah
8
orang untuk melihat hubungan antara peran kerja mereka dengan tujuan
organisasi secara keseluruhan. Dalam organisasi birokratis yang besar, system
perencanaan harus didesain untuk mengurangi kemampuan yang melekat dari
manajer yang tidak puas untuk mempraktikkan ketidakpatuhan yang tidak
dapat dideteksi.
Sistem perencanaan juga harus berusaha untuk menghilangkan atau
mengurangi ketidakselarasan tujuan yang serius.Ukuran dan kompleksitas dari
beberapa organisasi menimbulkan masalah besar dalam perencanaan,
implementasi, dan pengendalian. Ukuran organisasi mengacaukan proses
anggaran dengan cara-cara lain. Misalnya, manajer pada berbagai tingkatan
organisasi dapat menyaring informasi dan meneruskan ke atas atau ke bawah
hanya informasi yang menguntungkan bagi mereka.Manajer atau penyelia
dapat melaksanakan hanya bagian tanggung jawab mereka yang konsisten
dengan tujuan dan kepentingan mereka sendiri.
3. Gaya kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga memengaruhi lingkungan perencanaan
organisasi. Teori X dari Mc. Gregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang
otoriter dan dikendalikan secara ketat, dimana kebutuhan akan efisiensi dan
pengendalian mengharuskan pendekatan manajerial tersebut untuk berurusan
dengan bawahannya. Untuk memantau kinerja bawahan, para pemimpin ini
menugaskan staf mereka untuk mengumpulkan informasi yang
memungkinkan dilakukannya pengwasan secara tidak langsung. Filosofi
untuk mendorong perilaku bawahan yang diinginkan adalah : “gaji mereka
dengan baik dan awasi mereka dengan ketat”.
Teori X mengimplikasikan bahwa anggaran akan disusun oleh
manajemen puncak (kontroler atau direktur perencanaan) dan dikenakan pada
manajemen tingkat bawah. Dengan demikian, dalam gaya kepemimpinan
otoriter, anggaran dipandang sebagai alat pengendalian manajemen yang
didesain untuk memastikan kepatuhan karyawan terhadap harapan dari
manajemen puncak.
Gaya kepemimpinan otoriter secara nyata memfasilitasi koordinasi dan
pengendalian atas aktivitas, khususnya ketika tanggung jawab atas tugas
tersebut tidak jelas. Gaya kepemimpinan ini terutama efisien dalam kasus
perbedaan bahasa atau budaya. Tetapi, gaya kepemimpinan ini tidak
mendorong partisipasi dan dapat menimbulkan tekanan anggaran yang
berlebihan, kegelisahan, dan rusaknya motivasi.
Teori Y dari Mc. Gregor dan gaya kepemimpinan demokratis Likert
mendorong tingkat keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam penentuan
tujuan dan pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan demokratis
10
Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipan
menjadi terlibat secara emosi dan bukan hanya secara tugas dalam pekerjaan mereka.
Patisipasi dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar pada
semua tingkatan manajemen. Partisipasi yang berarti juga meningkatkan rasa
kesatuan kelompok, yang pada gilirannya cenderung untuk meningkatkan kerja sama
antar anggota kelompok dalam penetapan tujuan. Tujuan organisasi yang dibantu
penetapannya oleh orang-orang tersebut kemudian akan dipandang sebagai tujuan
yang selaras dengan tujuan pribadi mereka. Proses ini disebut dengan internalisasi
tujuan.
Kurangnya internalisasi tujuan dapat menimbulkan konflik antara tujuan
pribadi individual dan tujuan yang terkait dengan karyawan. Karena tujuan dan
kebutuhan pribadi biasanya mendominasi tujuan organisasi, kurangnya internalisasi
tujuan dapat dihubungkan dengan penurunan dalam moral produktivitas. Ketika
orang menginternalisasi dan menerima tujuan organisasi, dan ketika terdapat tingkat
kesatuan kelompok yang tinggi, maka persyaratan untuk efisiensi yang maksimal
dalam pencapaian tujuan akan tercapai.
2. Batasan dan permasalahan partisipasi
dari anggaran mereka. Kekuasaan ini bisa digunakan dengan cara yang memiliki
konsekuensi disfungsional bagi organisasi itu. Sebagai contoh, para manajer bisa
memasukkan “slack organisasional” ke dalam anggaran mereka. Slack adalah selisih
antara sumber daya yang sebenarnya diperlukan untuk secara efisien menyelesaikan
suatu tugas dan jumlah sumber daya yang lebih besar diperuntukkan bagi tugas
tersebut. Dengan kata lain, slack adalah penggelembungan anggaran. Beberapa orang
beragumentasi bahwa sejumlah kecil slack diperlukan karena mengurangi sebagian
tekanan dan memungkinkan berpadunya tujuan pribadi dan organisasi, sehingga
membuat keselarasan tujuan lebih mungkin terjadi. Tetapi, slack yang berlebihan
jelas merugikan kepentingan organisasi.
Slack yang berlebihan membuat batas pengeluaran, kuota produksi, dan
standar kinerja menjadi tidak berarti. Masalah slack yang berlebihan dapat diatasi jika
manajemen puncak menetapkan prosedur yang efektif untuk tinjauan mendalam
selama proses penyusunan anggaran. Jika tujuan anggaran terlalu mudah untuk
dicapai karena adanya slack atau factorfaktor lain yang ditimbulkan dari partisipasi
dalam proses penyusunan anggaran, maka manfaat motivasional menjadi minimal
atau tidak ada sama sekali. Jika di lain pihak, tujuan dianggarkan terlalu sulit untuk
dicapai dan kinerja actual mulai menyimpang secara tidak menguntungkan dari
standar, orang akan mencoba memperbaiki kinerja mereka pada awalnya. Akan
tetapi, jika penyimpangan anggaran menjadi semakin besar, maka orang pada
akhirnya akan menjadi kecil hati dan menyerah untuk memperbaiki situasi tersebut.
Jelas bahwa bukanlah kepentingan perusahaan untuk membuat orang menjadi begitu
kecil hati. Intinya, anggaran yang terlalu ketat atau terlalu longgar atau disusun
dengan slack yang berlebihan atau tanpa slack sama sekali dapat menciptakan
tanggapan keperilakuan yang berlawanan dengan kepentingan perusahaan.
2.6.2. Tahap Implementasi
Anggaran tersebut kemudian diimplementasikan melalui komunikasi kepada
karyawan kunci dalam organisasi. Hal ini menginformasikan kepada mereka
mengenai harapan manajemen, alokasi sumber daya, kuota produksi, dan tenggang
waktu. Untuk membuat anggaran bekerja, semua karyawan harus belajar untuk
melihatnya sebagai wahana positif untuk tindakan organisasi dan sebagai perbaikan
dan bukan sebagai beban atau senjata manajemen.
2.6.2.1. Pengkomunikasian Anggaran
Pengontrol atau direktur perencanaan bertanggung jawab
mengimplementasikan anggaran. Hal ini dicapai dengan mengkomunikasikan sasaran
operasional yang disetujui kepada orang-orang ditingkat organisasi yang lebih
rendah. Untuk menghilangkan beberapa masalah potensial, pengontrol harus
menerjemahkan sasaran organisasi secara keseluruhan kedalam sasaran yang dapat
dipahami bagi setiap subunit organisasi.
14
didistribusikan paling tidak secara bulanan. Penerbitan laporan kinerja yang tepat
waktu memiliki dampak mendorong pada moral karyawan. Efisisensi umpan balik
kinerja akan meningkatkan efisiensi organisasi dengan mengindikasikan sasaran yang
harus direvisi untuk siklus perencanaan yang berikutnya. Manajer dapat
menyimpulkan hal-hal tersebut dari yang diketahui mengenai tingkat aspirasi. Karena
tingkat aspirasi naik ketika kinerja yang berwujud berhadapan atau melebihi
anggaran, kinerja aktual memenuhi atau melampaui anggaran, kinerja yang
menguntungkan dapat menandai bahwa sasaran tersebut sebaiknya dinaikkan unti
menyesuaikan dengan tingkat aspirasi yang baru.
Laporan kinerja juga dapat mendororng karyawan untuk merasakan tekanan,
kegelisahan, iri hati, kemurahan, kecil hati, dan seterusnya. Kita mengetahui dari ilmu
pengetahuan sosial bahwa orang yang akan bertindak berdasarkan pada sesuatu yang
mereka pikirkan atau rasakan. Dengan demikian, direktur perencanaan sebaiknya
sangat sensitif terhadap reaksi manusia dengan laporan kinerja.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Anggaran merupakan suatu rencana yang disusun secara sistematis yang
meliputi seluruh kegiatan perusahaan dan dinyatakan dalam unit (satuan) moneter dan
berlaku untuk jangka waktu (periode) mendatang. Anggaran memiliki beberapa
fungsi yang menjadikan suatu kinerja organisasi dapat terlaksana dengan baik atau
dapat dikatakan bahwa anggaran bisa dijadikan sebagai alat pengendalian manajemen
dalam menemukan kekuatan serta kelemahan dari organisasi tersebut.
Terdapat tiga tahapan pandangan perilaku dalam proses penyusunan anggaran
diantaranya penetapan tujuan, implementasi, pengendalian dan evaluasi kinerja.
Tahapan tersebut arus dilakukan secara sistematis agar jika terjadi kesalahan akan
terdeteksi lebih awal. Dari penyusunan anggaran tersebut dapat memunculkan
konsekuensi disfungsional antara lain rasa tidak percaya, resistensi, konflik internal
serta efek samping lain yang tidak diinginkan.
21
DAFTAR PUSTAKA
http://irma-yuni.blogspot.co.id/2012/06/aspek-keperilakuan-pada-
perencanaan.html
https://prezi.com/zngqbd6j-qtb/aspek-keprilakuan-pada-perencanaan-laba-
dan-penganggaran/
http://taskseekers.blogspot.co.id/2013/12/aspek-keperilakuan-pada-
perencanaan.html
22