Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PENGAUDITAN

Dikumpulkan sebagai tugas Mata Kuliah Akuntansi Keprilakuan Program Studi


Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Disusun oleh :
1. Putri Sriwahyuni (90400120087)

2. Amelia ( 90400120103)

3. Yuliani ( 90400120102)

4. Ummi Rezki Amalia (90400120111)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milil Allah SWT, Rabb yang menguasai perbendaharaan di alam
semesta ini dan mengaruniakannya kepada setiap makhluk yang ia kehendaki. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada uswah kita, Rasulullah juga kepada segenap
keluarga, pada sahabat, serta umat beliau hingga akhir zaman, Aamiin.

Kami juga sadar bahwa di dalam isi makalah pada mata kuliah Akuntansi
Keperilakuan dengan judul “Aspek Keperilakuan dalam Pengauditan” yang kami buat ini
masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan yang seharusnya itu menjadi suatu hal yang
sangat subtansi dalam resume ini, oleh karena itu kami sebagai penyusun makalah ini sangat
mengharapkan masukan-masukan agar sekiranya makalah ini dapat sempurna sesuai apa
yang kita harapkan dan juga dapat bermanfaat.

Samata, 11 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 1

DAFTAR ISI .................................................................................................................. 2

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................. 3


A. Latar Belakang ................................................................................................. 3
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 3
C. Tujuan ............................................................................................................... 4

BAB II ............................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN ............................................................................................................ 5
A. Memotivasi Pihak Yang Diaudit....................................................................... 5
B. Hubungan dengan Gaya Manajemen ................................................................ 5
C. Pengelolaan Konflik ......................................................................................... 6
D. Masalah – Masalah Konflik.............................................................................. 6
E. Karakteristik Umum Individu........................................................................... 7
F. Kesadaran pada diri sendiri .............................................................................. 7
G. Komunikasi secara Efektif ............................................................................... 8
H. Pelaksanaan Audit Partisipatif .......................................................................... 8

BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 9


A. KESIMPULAN ................................................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 10

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Auditing merupakan suatu proses sistimatis untuk memperoleh serta mengevaluasi
bukti secara objektif mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang
berkepentingan.
Auditor atau orang yang mengaudit harus memiliki kualifikasi untuk memahami
kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang
akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut.
Auditor juga harus memiliki sikap mental yang independen. Kompetensi orang-orang yang
melaksanakan audit tidak akan ada nilainya jika mereka tidak independen dalam
menumpulkan dan mengevaluasi bukti. Auditor mempunyai tanggungjawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh tingkat keyakinan yang memadai
apakah laporan keuangan yang diaudit telah bebas dari kesalahan penyajian yang material,
baik disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.
Dalam SAS 1 (AU230) menyatakan tentang skeptisme profesional merupakan sikap
yang penuh dengan pertanyaan di benak serta sikap penilaian kritis atas setiap bukti audit
yang diperoleh. Auditor tidak boleh mengasumsikan manajemen tidak jujur, tetapi
kemungkinan mereka tidak jujur harus tetap dipertimbangkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa seorang auditor mempunyai batasan-
batasan dalam proses audit. Auditor mempunyai tanggungjawab dan tujuan, dengan begitu
proses audit berjalan dengan baik dan sesuai aturan atau standar auditing yang ada. Auditor
perlu memiliki pola perilaku yang sesuai dengan profesinya karena seorang auditor juga
manusia yang tidak mungkin terbebas dari kesalahan, yang mana profesinya mengharuskan
ia mencari kesalahan penyajian pada laporan yang dibuat oleh manusia di dalam suatu
organisasi misalnya, jika ada.
Dalam makalah ini akan membahas beberapa “Pola Perilaku Auditor” juga sifat
auditing, cakupan auditing, stereotip auditor, aspek perilaku auditing, dan hubungan
interpersonal auditor.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Memotivasi Pihak Yang Diaudit?
2. Bagaimanakah Hubungan dengan Gaya Manajemen?
3. Bagaimanakah Pengelolaan Konflik?
4. Apa saja Masalah – Masalah Konflik?
5. Apa saja Karakteristik Umum Individu?
6. Kesadaran pada diri sendiri?
7. Bagaimana Komunikasi secara Efektif?
8. Bagimana Pelaksanaan Audit Partisipatif?
3
C. Tujuan
1. Dapat Memotivasi Pihak Yang Diaudit?
2. Dapat mengetahui Hubungan dengan Gaya Manajemen?
3. Dapat memahami Pengelolaan Konflik?
4. Dapat mengetahui Masalah – Masalah Konflik?
5. Dapat mengetahui Karakteristik Umum Individu?
6. Dapat memahami Kesadaran pada diri sendiri?
7. Dapat memahami Komunikasi secara Efektif?
8. Dapat mengetahui Pelaksanaan Audit Partisipatif?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Memotivasi Pihak Yang Diaudit


Motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal. Dalam teori
motivasi, dikenal dengan lima kebutuhan pokok Maslow. Dua dari kebutuhan pokok tersebut
adalah keinginan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan
dikenal, sehingga dapat melayani auditorinternal secara baik.

1. Kebutuhan Menjadi Bagian dari Organisasi


Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi
untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan
bahwa pendapat mereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukan dalam
pertimbangan keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi.
2. Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain
Kebutuhan akan rasa dihormati ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak
yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk
mengidentifikasi bidang-bidang yang bermasalah, membantu dalam mengidentifikasi
kinerja, serta mengembangkan tindakan-tindakan korektif.

B. Hubungan dengan Gaya Manajemen


Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum.
Keempat gaya manajemen tersebut yaitu :
a. Gaya mengarahkan, berarti pemimpin memberikan intruksi spesifik dan
mengawasi penyelesaian pekerjaan dari dekat.
b. Gaya melatih, berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan
mengawasi penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan,
menawarkan saran, dan mendukung kemajuan bawahannya.
c. Gaya mendukung, berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya
bawahan untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam
pembuatan keputusan dengan bawahan.
d. Gaya mendelegasikan, berarti pemimpin menyerahkan tanggung jawab
pembuatan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara
relative utuh.

Dari empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang
terpenting. Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan
seluruh manajemen dalam proses audit sehingga dapat meyakinkan pihak manajeman
bahwa auditor berada di pihak mereka dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan
desain guna membantu memperbaiki operasi.
5
Pada gaya keempat, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka
merupakan bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan.

C. Pengelolaan Konflik
Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit
(Chambers at al., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi
jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik
dapat terjaadi dalam hal – hal seperti berikut :
1. Lingkup seperti terhadap manajemen.
2. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.
3. Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
4. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang
diaudit.

D. Masalah – Masalah Konflik


Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk
memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep – konsep tersebut merupakan perilaku
langsung dan kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk semua hubungan singkat perusahaan.
Konsep tersebut meliputi :

Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat – sifat dasar individu, yaitu:
a. Auditor seharusnya menyadari adanya perbedaan ini dan
mempertimbangkan dalam kaitannya dengan karyawan pihak yang diaudit.
b. Pengaruh terbesar terhadap perasaan - perasaan dan emosi seharusnya juga
dipertimbangkan. Auditor seharusnya mengidentifikasi keberagaman peranan
dan mencoba menangani hal tersebut secara efektif.
c. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan. Staf pihak yang
diaudit tidak memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh
stf audit. Beragam pengalaman, pendidikan, dan lingkungan dari kedua
kelompok menghasilkan dikotomi terhadap sikap dan interprestasinya.
Perbedaan ini dapat berdampak serius pada komunikasi dan dapat menjadi
sumber yang konstan dari sikap –sikap yang kurang menyenagkan jika tidak
di pertimbangkan secara hati – hati.
d. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.
Variasi dari apa yang disebut sebagai kelompok dinamis menghasruskan
auditor untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika melakukannya
dengan kelompok yang lebih luas. Hal disebabkan karena banyak pendekatan
teknis yang tidak mengintegrasikan seluruh variasi perilaku.
e. Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagi suatu variasi akhir. Setiap
perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang. Auditor
6
seharusnya memasukkan variasi ini ke dalam pertimbangan pada hubungan
interpersonal.

E. Karakteristik Umum Individu


Pada umumnya sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap
individudari pihak yang diaudit meliputi :

1. Menjadi Produktif, sibuk padapekerjaan-pekerjaan yang bermakna.


2. Mempunyai dorongan kearah dedikasi terhadap suatuusaha yang dianggap
penting.
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada
individu lain.
4. Bebas ubtukmemilihguna mendapatkan indenpendensi dan kebebasan pilihan.
5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.
6. Memiliki bias pada diri sendiri,tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji
dibandingkan dengan kritik.
7. Mencari kepuasan diri sendiri.
8. Memiliki nilai untukmendapatkan imbalan atas usahanya.
9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik.
10. Menjadi bagian tim yang sukses.
11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13. Lebih cenderung untuk sensitive dibandingkan dengan membantu orang.

F. Kesadaran pada diri sendiri


Dalam suatu situasi dimana terdapat banyak hubungan interpersonal sebagaimana
yang terdapat didalam audit internal, merupakan hal penting untuk menyadari dan
memegang teguh keseimbangan serta untuk memandabg diri sendiri sebagaimana orang lain
memandangnya (Ratclff et al,1988). Beberapa elemen utama dari aspek yang terpenting
kondisi ini adalah:

a. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam


berhubungan secara mental ,fisik dan karakterisrik pribadi.
b. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
c. Kesadaran terhadap perintah dasar dalamlingkungan relative yang dimilki
seseorang dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok
organisasi yang luas.
d. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan- kebutuhan orang lain
e. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego

7
seseorang.
f. Suatau perasaan keterpaduan yangberasal dari kepercayaan bahwa
seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.

G. Komunikasi secara Efektif


Terdapat unsur-unsur yang dipresentasikan baik secara lisan maupun tulisan yang
dipertimbangkan untuk memiliki hubungan perilaku yang baik unsur tersebut adalah :

1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian
dari manajemen.
2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahn- kesalahan
kerja dari pihak yang diaudit.
3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara verbal
atau tertulis.
4. Pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit ketika memberi saran.
5. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
6. Jangan berargunen mengenai moralitas.
7. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab daritemuanya.
8. Sepanjang proses penyusunan laporan mengizinkan pihak yang diaudit untuk
mengungkapkan pendapatnya.
9. Sopan dengan seluruh karyawan pihak yang diaudit dan menyambut manajemen
pihak yang diaudit dengan rasa hormat.
10. Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit.
11. Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang
diaudit.

H. Pelaksanaan Audit Partisipatif

Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang
baik berasal daripendekatan keprilakuan. Elemen keprilakuan tersebutmeliputi:

a. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diadit bidang mana yang akan
diaudit.
b. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam
menilai.
c. Perolehan persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi
d. Dapatkan persetujuan atas isi laporan
e. Memasukan informasi nyata pada laporan audit.

8
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya
dibicarakan tentang teknik – teknik audit tetapi juga bagaimana auditor mengambil
kebijakan untuk menentukan suatu fakta. Sering kali, pertimbangan – pertimbangan
yang diambil oleh auditor menjadi penentu dalam memutuskan suatu masalah,
terutama dalam hal menetapkan pendapat. Untuk itu, sikap, persepsi, dan perilaku
menjadi acuan dalam pembahasan mengenai pertimbangan seorang auditor, baik
auditor internal maupun eksternal.

9
DAFTAR PUSTAKA

Akuntansi Keperilakuan (akuntansi multiparadigma), Arfan Ikhsan Lubis, penerbit salemba


empat.
Suartana, IW. 2010. Akuntansi Keperilakuan Teori Dan Implementasi. Yogyakarta:Penerbit
Andi
http://adeladelia21.blogspot.com/2016/11/pola-perilaku-auditor.html
http://irma-yuni.blogspot.com/2012/06/pola-keperilakuan-auditor.html
https://www.academia.edu/44705702/makalah_ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_AUDI
T_INTERNAL

1
0

Anda mungkin juga menyukai