Anda di halaman 1dari 18

PERILAKU AUDITOR DALAM PELAKSANAAN AUDIT

MANAJEMEN

OLEH :

RIA HAFNNI NASUTION (183114109)

IDRIS SANI (183114141)

DEAN TIARA RAMADHANY (183114103)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARA AL-WASHLIYAH

MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT pemilik semesta alam dan segala
pengetahuan yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, Sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah pada mata kuliah Manajemen Resiko dengan judul
“Perilaku Auditor Dalam Pelaksanaan Audit Manajemen”.
Makalah ini kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan, bimbingan,serta
arahan dari berbagai pihak dengan tujuan untuk mempermudah pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Kami menyadari sepenuhnya masih banyak kekurangan baik itu pengetahuan,
pengalaman maupun kemampuan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran maupun kritik
membangun yang bertujuan agar hasil makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi semua
khalayak. Dan apabila dalam penyusunan makalah ini ada kesalahan dan kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya kami meminta maaf.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini digunakan sebagai pedoman dan dapat
memberikan manfaat dan keberkahan bagi para pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Medan, 17 februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang..................................................................................................................1

1.1. Rumusan Masalah.............................................................................................................1

1.2. Tujuan...............................................................................................................................2

BAB II.............................................................................................................................................3

PEMBAHASAN..............................................................................................................................3

2.1. Hubungan Antar Manusia Dalam Manajemen Audit.......................................................3

2.2. Hubungan Kerjasama Antara Manajemen Dan Eksternal Audit......................................3

2.3. Hubungan Kerjasama Antara Manajemen Auditor Dengan Auditee................................4

2.4. Komunikasi Dalam Manajemen Audit.............................................................................4

2.5.Studi Kasus............................................................................................................................5

BAB III............................................................................................................................................6

PENUTUP.......................................................................................................................................6

1.1. Kesimpulan.......................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia manajemen maupun
akuntansi, khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan
aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan.
Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam
pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor. Salah satu
karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal berkaitan dengan
keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan catatan-catatan suatu organisasi
dan prinsip-prinsip. Akuntansi yang dibangun oleh badan profesi akuntansi. Sebaliknya,
auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang
menjalankan operasi organisasi. Auditor merupakan profesi yang lahir dan besar dari
tuntutan publik akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi
dengan para stakeholder, terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang bersangkutan.
Jasa audit akuntan publik dibutuhkan oleh publik atau pengguna laporan keuangan, hal ini
disebabkan untuk menentukan keandalan pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh
manajemen dalam laporan keuangan.
Standar umum merupakan cerminan kualitas pribadi yang harus dimiliki oleh seorang
auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup
dalam melaksanakan prosedur audit. Sedangkan standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan mengatur auditor dalam hal pengumpulan data dan kegiatan lainnya yang
dilaksanakan selama melakukan audit serta mewajibkan auditor untuk menyusun suatu
laporan atas laporan keuangan yang diauditnya secara keseluruhan.

1.1. Rumusan Masalah


a. Apa Hubungan Antar Manusia Dalam Manajemen Audit ?
b. Apa Hubungan Kerjasama Antara Manajemen dan Eksternal Audit?
c. Apa Hubungan Kerjasama Antara Manajemen Auditor dengan Auditee?
d. Apa itu Komunikasi Dalam Manajemen Audit?

1
e. Studi Kasus Perilaku Auditor Dalam Pelaksanaan Audit Manajemen
1.2. Tujuan
a. Mengetahui Hubungan Antar Manusia Dalam Manajemen Audit
b. Mengetahui Hubungan Kerjasama Antara Manajemen dan Eksternal Audit
c. Mengetahui Hubungan Kerjasama Antara Manajemen Auditor dengan Auditee
d. Mengetahui Komunikasi Dalam Manajemen Audit
e. Mengetahui Studi Kasus Perilaku Auditor Dalam Pelaksanaan Audit Manajemen

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hubungan Antar Manusia Dalam Manajemen Audit


Hubungan antar manusia adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara seseorang
dengan orang lain untuk mendapatkan saling pengertian, kesadaran, dan kebutuhan psikologis
(O.U Effendi). Pengetahuan hubungan antar manusia dapat digunakan untuk memecahkan
berbagai masalah yang berhubungan dengan faktor manusia dalam manajemen.
Beberapa prinsip umum dari aspek hubungan antar manusia berlaku bagi setiap kejadian di
mana dua atau lebih orang saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Hal ini terjadi juga
dalam kegiatan audit intern, antara auditor dan auditee. Beberapa prinsip tersebut yang kiranya
berlaku dan berpengaruh dalam kegiatan audit intern, kegiatan itu menempatkan orang-orang
yang saling berhubungan dalam posisi tertentu dan khusus.
Bila kedua pihak tidak mampu membangun hubungannya secara baik, maka pintu konflik
yang berkepanjangan dan berakibat destruktif bagi organisasi makin terbuka. Karenanya perlu
menempatkan masalah ini pada proporsi yang benar, sehingga misi kerja dari para auditor dan
auditeenya dapat tercapai serta memberi kontribusi positif bagi organisasi.
Archie McGee pada tulisannya An Approach to Upgrade The Internal Audit Functions
menyatakan, auditor umumnya memiliki kelemahan :
- Kurang imajinatif, yang disebabkan oleh pekerjaan yang bersifat pengulangan dan cara-
cara audit adalah hal yang dianggap baku (tidak orisinil)
- Kurang praktis, yang disebabkan teknik pengumpulan bukti hanya menyesuaikan dengan
kuesioner audit yang ada pada textbook padahal pada setiap proses audit belum tentu
seluruh pertanyaan tersebut digunakan
- Kurang obyektif, yang disebabkan oleh auditor yang berfokus pada “fault findings” tanpa
memerhatikan keunggulan-keunggulan yang telah dilaksanakan manajemen
- Kurang dalam bertingkah laku, yang disebabkan kurangnya auditor dalam memahami
pelaksanaan hubungan manusiawi antar auditor-auditee

3
2.2. Hubungan Kerjasama Antara Manajemen Dan Eksternal Audit
Dalam beberapa hal,, manajemen dan auditor eksternal memiliki kesamaan. Keduanya
merupakan profesi yang memainkan peran penting dalam tata kelola organisasi serta memiliki
kepentingan bersama dalam hal efektivitas pengendalian internal keuangan. Keduanya
diharapkan memiliki pengetahuan yang luas tentang bisnis, industri, dan risiko strategis yang
dihadapi oleh organisasi yang mereka layani.
Dari sisi profesionalitas, keduanya juga memiliki persamaan yaitu kode etik dan standar
profesional yang ditetapkan oleh institusi profesional masing-masing yang harus dipatuhi, serta
sikap mental objektif dan posisi independen dari kegiatan yang mereka audit. Namun, selain
berbagai kesamaan tersebut, manajemen dan audit eksternal adalah dua fungsi yang memiliki
banyak pula perbedaan.
Perbedaan antara Pemeriksaan Management dengan Pemeriksaan Eksternal.
1. Perbedaan Misi
Tanggung jawab utama auditor eksternal adalah memberikan opini atas kewajaran
pelaporankeuangan organisasi, terutama dalam penyajian posisi keuangan dan hasil
operasi dalam suatu periode. Mereka juga menilai apakah laporan keuangan
organisasi disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang diterima secara
umum, diterapkan secara konsisten dari periode ke periode, dan seterusnya. Opini ini
akan digunakan para pengguna laporan keuangan, baik di dalam organisasi terlebih di
luar organisasi, antara lain untuk melihat seberapa besar tingkat reliabilitas laporan
keuangan yang disajikan oleh organisasi tersebut. Sementara itu, tanggung jawab
utama auditor audit manajemen tidak terbatas pada pengendalian internal berkaitan
dengan tujuan reliabilitas pelaporan keuangan saja, namun juga melakukan evaluasi
desain dan implementasi pengendalian internal, manajemen risiko, dan governance
dalam pemastian pencapaian tujuan organisasi. Selain tujuan pelaporan keuangan,
auditor internal juga mengevaluasi efektivitas dan efisiensi serta kepatuhan aktivitas
organisasi terhadap ketentuan perundang-undangan dan kontrak, termasuk ketentuan-
ketentuan internal organisasi.
2. Perbedaan Organisasional
Auditor audit manajemen merupakan bagian integral dari organisasi di mana klien
utama mereka adalah manajemen dan dewan direksi dan dewan komisaris, termasuk

4
komite-komite yang ada. Meskipun dalam perkembangannya pada saat ini
dimungkinkan untuk dilakukan outsourcing atau co-sourcing auditor audit
manajemen, namun sekurang-kurangnya penanggung jawab aktivitas audit
manajemen (CAE) tetaplah bagian integral dari organisasi. Sebaliknya, auditor
eksternal merupakan pihak ketiga alias bukan bagian dari organisasi. Mereka
melakukan penugasan berdasarkan kontrak yang diatur dengan ketentuan perundang-
udangan maupun standar profesional yang berlaku untuk auditor eksternal.
3. Perbedaan Pemberlakuan
Secara umum, fungsi audit manajemen tidak wajib bagi organisasi. Namun demikian
untuk perusahaan yang bergerak di industri tertentu, seperti perbankan, dan juga
perusahaan-perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia diwajibkan untuk
memiliki auditor audit manajemen. Perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN)
juga diwajibkan untuk memiliki auditor audit manajemen. Sementara itu,
pemberlakuan kewajiban untuk dilakukan audit eksternal lebih luas dibandingkan
audit internal. Perusahaan-perusahaan yang listing, badan-badan sosial, hingga partai
politik dalam keadaan-keadaan tertentu diwajibkan oleh ketentuan perundang-
undangan untuk dilakukan audit eksternal.
4. Perbedaan Kualifikasi
Kualifikasi yang diperlukan untuk seorang auditor internal tidak harus seorang
akuntan, namun juga teknisi, personil marketing, insinyur produksi, serta personil
yang memiliki pengetahuan dan pengalaman lainnya tentang operasi organisasi
sehingga memenuhi syarat untuk melakukan audit manajemen. Auditor eksternal
harus memiliki kualifikasi akuntan yang mampu memahami dan menilai risiko
terjadinya errors dan irregularities, mendesain audit untuk memberikan keyakinan
memadai dalam mendeteksi kesalahan material, serta melaporkan temuan tersebut.
Pada kebanyakan negara, termasuk di Indonesia, auditor perusahaan publik harus
menjadi anggota badan profesional akuntan yang diakui oleh ketentuan perundang-
undangan.
5. Perbedaan Focus Dan Orientasi
Auditor audit manajemen lebih berorientasi ke masa depan, yaitu kejaidan-peristiwa
yang diperkirakan akan terjadi, baik yang memiliki imbas positif (peluang) maupun

5
efek negatif (risiko), serta bagaimana organisasi bersiap terhadap segala kemungkinan
pencapaian tujuannya. Sedangkan auditor eksternal terutama berfokus pada akurasi &
bisa dipahaminya kejadian-kejadian historis sebagaimana terefleksikan pada laporan
keuangan organisasi.
6. Perbedaan Timing
Auditor internal melakukan review terhadap aktivitas organisasi secara berkelanjutan,
sedangkan auditor eksternal biasanya melakukan secara periodik atau tahunan.

2.3. Hubungan Kerjasama Antara Manajemen Auditor Dengan Auditee


Hubungan yang terjadi antara internal auditor dengan auditee-nya adalah hubungan kerja
biasa. Hubungannya seperti hubungan kerja antara satu bagian dengan bagian lainnya. Hubungan
ini mempunyai tujuan seperti apa yang diinginkan dalam suatu perusahaan adalah menciptakan
perusahaan yang sehat dan berkembang secara wajar. Walaupun dari pihak auditee terdapat
perbedaan sudut pandang tapi pada hakekatnya tujuannya adalah sama. Karena posisi auditor
audit manajemen merupakan staf darp pimpinan puncak (Dirut), ia tentunya diharapkan memiliki
pengetahuan dalam bidang :
- Teknis operasional
- Teknis operasional auditing
- Hubungan antar manusia yang efektif.
Keberhasilan tugasnya secara konsepsional merupakan penjabaran berdasarkan apa yang
dimilikinya itu. Dengan demikian keberhasilan pelaksanaan tugasnya akan sangat ditentukan
oleh :
1. Kemampuan masukan yang diperolehnya menjadi suatu keluaran yang bermakna
2. Cara/metode dalam melakukan pelaksanaan tugas
3. Proses interaksi kerja sama yang terjadi antara dirinya dengan kelompok
Auditor manajemen harus mengembangkan dan menjaga hubungan baik dengan auditee
untuk memperoleh informasi dan untuk memastikan tindakan korektif atas temuan audit. Namun,
citra umum bahwa auditor adalah bahwa ia adalah seorang kritikus, pencari kesalahan atau
otoritas mata-mata swasta dari manajemen puncak . Hal ini tentunya adalah “risiko pekerjaan”
dari manajemen auditor untuk menghadapi hubungan bermusuhan dan suasana yang tidak
diinginkan. Sedangkan posisi auditor manajemen tidak dilahirkan baru-baru ini adalah benar

6
bahwa masalah perilaku yang berhubungan dengan peran manajemen auditor ini telah ada untuk
waktu yang lama dan akan terus ada. Terdapat banyak penyebab untuk masalah perilaku yang
timbul dalam tinjauan fungsi manajemen atau audit operasional. Terutama, ketika auditor
manajemen melakukan audit komprehensif  atas operasi, mereka seringkali tidaklah mendapat
informasi secara baik sebagaimana auditor keuangan dapatkan pada audit di departemen
keuangan. Proses operasi mungkin tidak lazim dan kompleks. Orang-orang yang beroperasi
dapat berbicara dengan bahasa dan menggunakan istilah yang asing bagi pengalaman auditor.
Namun harus ditekankan bahwa departemen lain yang hanya memiliki fungsi staf untuk
dijalankan juga memiliki masalah perilaku yang sama. Saran apapun yang dibuat oleh mereka
mungkin tidak dapat diterima atau jika upaya paksa dalam pelaksanaannya kemungkinan besar
akan membuat mereka menjadi gagal.

Tugas fungsional sedapat mungkin diusahakan hanya untuk mencari dan menyediakan
informasi secara obyektif. Khusus bagi auditor, maka pengolahan dan penilaian hasil harus
didasarkan pada standar dan penilaian yang profesional sifatnya dan hal ini tentunya telah diatur
dalam pedoman kerja para auditor audit manajemen. Singkatnya hubungan antara auditor dengan
auditee-nya harus dikembangkan dalam bentuk hubungan kerja. Pendekatan yang digunakan
berorientasi pada pemecahan masalah dan pengambilan keputusan atas berbagai alternatif
dengan orentasi peningkatan atau perbaikan bagi organisasi secara menyeluruh. Menempatkan
hal-hal tersebut dalam bentuk konsep seperti yang diuraikan diatas bukanlah perkara mudah.
Perlu kematangan kedua pihak untuk memahami posisinya masing-masing dalam bentuk yang
lebih konkret.
2.4. Komunikasi Manajemen Audit
Sebagai dasar melakukan koordinasi dan interaksi, komunikasi tak bisa dianggap remeh
dan kecil peranannya dalam sebuah organisasi. Makin ke depan, komunikasi makin menjadi
elemen terpenting dalam organisasi. Sering kali keberhasilan personal dan program sangat
tergantung dari keberhasilan komunikasi yang dilakukan para anggota dalam organisasi itu.
3 hal pentig yang harus diperhatikan dalam komunikasi manajemen audit, yaitu :
1. Selama kumunikasi berlangsung fahamilah lawan bicara.
2. Tetapkan strategi atas reaksinya. Jangan terburu-buru mengambil kesimpulan.

7
3. Berpikirlah positif dan sikap yang terkendali merupakan sarana penting yang harus
kita jaga. Kuasailah bahan yang dibicarakan dan berdasarkan pada fakta atas
informasi nyata.
Komunikasi yang efektif antara auditor dan auditee merupakan suatu hal yang harus
dibina oleh auditor dan dipahami oleh auditee. Kontribusi kedua pihak untuk menjadikan
pekerjaannya bermanfaat bagi organisasi adalah merupakan titik awal bermulanya sukses bagi
semua pihak. Segala kendala yang terjadi bisa ditekan sedemikian rupa bila pemahaman bersama
telah terbentuk. Ini memang perjalanan yang perlu ditempuh para anggota organisasi dalam
mencapai kedewasaan.
Komunikasi Dengan Manajemen Selama Masa Audit
Selama berlangsungnya audit, auditor melakukan pembicaraan dengan manajemen
mengenai berbagai hal yang mencakup berikut ini :
· Pemahaman atas bisnis klien.
· Rencana audit.
· Dampak perundangan atau standar professional atas audit.

Komunikasi Dengan Manajemen Selama Masa Audit


Selama berlangsungnya audit, auditor melakukan pembicaraan dengan manajemen
mengenai berbagai hal yang mencakup berikut ini :
· Pemahaman atas bisnis klien.
· Rencana audit.
· Dampak perundangan atau standar professional atas audit.

2.5. Studi Kasus

Perusahaan PT. Serat Sutra berlokasi di Jl. Putra Bangsa III Blok E kav 60 Surabaya. Berdiri
pada tanggal 15 September 1990. PT Serat Sutra bergerak dibidang produksi tenun tradisional
dengan fasilitas produksi berupa Alat Tenun Bukan Mesin (ATBN). Mulai tahun 1995
perusahaan ini secara total meninggalkan ATBN untuk produksi komersialnya dan menggunakan
teknologi modern dengan investasi yang cukup besar. PT Serat Sutra menghasilkan beberapa

8
jenis kain dengan bahan dasar dan merk yang berbeda. Bahan baku sebagian masih merupakan
bahan impor terutama yang tidak tersedia cukup di dalam negeri.
Perusahaan menggunakan mesin otomatis berteknologi tinggi dengan kapasitas produksi
300.000 meter per hari untuk kain yang berbahan dasar sutra dan 4.750 meter untuk kain yang
tidak berbahan dasar sutra. Dari kapasitas produksi yang dimiliki, perusahaan beroprasi sebesar
85% dari kapasitas penuh. Sebanyak 60% dari produk yang dihasilkan terutama yang berbahan
dasar sutra adalah untuk tujuan ekspor yang merupakan produk pesanan dengan waktu
pengiriman rata-rata 7 hari dari pesanan diterima dan sisanya untuk memenuhi kebutuhan pasar
dalam negeri.

Tujuan dilakukan audit adalah untuk :


1. Menilai ekonomisasi, efisiensi dan efektifitas pengelolaan program proses produksi pada
perusahaan agar tidak terjadi keterlambatan pengiriman barang.
2. Menilai mencakup prosedur proses produksi dan kebijakan pengiriman produk.
3. Memberikan berbagai saran perbaikan atas kelemahan pengelolaan program proses
produksi yang ditemukan.
Berdasarkan temuan (bukti) yang kami peroleh selama audit yang kami lakukan, kami dapat
menyimpulkan sebagai berikut:

Kondisi :

1. Dari catatan penerimaan bahan baku tahun 2006 rata-rata terjadi kekurangan bahan baku
sebanyak 15% dari kebutuhan produksi.
2. Pada saat beberapa komponen mesin dibutuhkan sering belum siap karena masih
diperbaiki.
3. Jadwal produksi tidak disesuaikan dengan terjadinya pememesanan dari pelanggan yang
sifatnya mendadak, sehingga belum termasuk dalam jadwal produksi yang telah ditetapkan.
4. Jadwal penerimaan bahan baku dan perbaikan fasilitas produksi tidak disesuaikan dengan
terjadinya perubahan pemesanan dari pelanggan.
5. Tidak ada mekanisme penyesuaian (cross check) program antara bagian produksi,
pembelian bahan baku, dan pemeliharaan fasilitas produksi

9
Kriteria :

1.Jadwal produksi disusun berdasarkan rencana penjualan, yang secara ketat menghubungkan
rencana pengiriman barang dengan jadwal produksi setiap jenis produksi.
2.Jadwal produksi harus mampu meminimumkan.
a.Biaya persediaan, dimana persediaan maksimum 5% dari produksi setiap bulan
untuk setiap jenis barang.
b.Biaya penyetelan (setup) mesin
c.Upah lembur, dan
d.Penggangguran sumber daya.
3.Jadwal produksi harus terintegrasi dengan :

a. Jadwal penerimaan bahan baku; bahan baku sudah tersedia dan siap dilokasi
pabrik 6 jam sebelum proses produksi dimulai

b. Pemeliharaan fasilitas produksi; mesin selalu dalam keadaan siap untuk


dioprasikan

c. Pengiriman barang; barang jadi dikirim paling lambat 7 hari kerja sejak pesanan
diterima

4. Jadwal produksi harus mampu mengoptimalkan tingkat penggunaan kapasitas produksi


5. Jadwal produksi harus selaras dengan jadwal pada fungsi-fungsi yang lain
6. Perusahaan harus memiliki pedoman tertulis tentang perubahan jadwal produksi yang
diakibatkan oleh adanya tambahan (perubahan) pesanan pelanggan, agar tidak mengganggu
rencana produksi dan pengiriman yang telah terjadwal.

Penyebab :

1.Perencanaan kebutuhan bahan baku perushaan (terutama untuk produk berbahan dasar sutra
yang masih diimpor) sering tidak tepat, sehingga kedatangan bahan baku sering terlambat.
2.Jadwal pemeliharaan mesin tidak selalu tepat dengan jadwal penggunaannya.
3.Perusahaan tidak (belum) memliki pedoman tertulis sebagai dasar untuk melakukan
perubahan jadwal produksi, jika terjadi tambahan (perubahan) permintaan dari pelanggan.

10
4.Operator mesin dan bagian pemeliharaan fasilitas produksi dikendalikan oleh kepala bagian
yang berbeda.
5.Karena proses produksi harus berjalan terus, supervisor memerintahkan untuk memproduksi
terlebih dahulu produk yang bahan bakunya tersedia di lokasi pabrik, walaupun belum
waktunya diproses

Akibat :

1. Proses produksi hanya mampu mencapai kuantitas 90% dari produk yang dibutuhkan untuk
memenuhi pesanan pelanggan yang sesuai dengan jadwal pengiriman yang telah ditetapkan.
2. Terjadinya waktu tunggu untuk aktifitas produksi rata-rata 1 jam dalam setiap hari.
3. Tertundanya pengiriman barang yang terjadwal rata-rata 2 hari untuk setiap pemesanan.
4. Terhambatnya proses produksi rata-rata 18 jam dalam 1 minggu.
5. Terjadinya penumpukan persediaan rata-rata sampai 15% untuk produk nonsutra.

Hasil audit yang dilakukan menemukan beberapa kelemahan yang harus menjadi perhatian
manajemen di masa yang akan datang. Kelemahan ini meliputi :
1. Keterlambatan pengiriman terjadinya karena keterlambatan proses produksi.
2. Kebijakan pengiriman produk yang terlalu cepat.

Atas keseluruhan kelemahan yang terjadi maka, diberikan rekomendasi sebagai koreksi atau
langkah perbaikan yang bisa diambil manajemen untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
Rekomendasi :

1. Perusaahaan seharusnya memiliki pedomantertulis sebagai dasar untuk melakukan


perubahan jadwal produksi, jika terjadi tambahan (perubahan) permintaan dari pelanggan.
2. Perusahaan seharusnya mengadakan mekanisme penyesuaian (cross check) program antara
bagian produksi, pembelian bahan baku dan pemeliharaan fasilitas produksi untuk mencegah
terjadinya keterlambatan produksi.
3. Perusahaan harus membuat jadwal produksi yang terintegrasi dengan:
- Jadwal penerimaan bahan baku; bahan baku sudah tersedia dan siap dilokasi pabrik 6 jam
sebelum proses produksi dimulai
- Pemeliharaan fasilitas produksi; mesin selalu dalam keadaan siap untuk dioprasikan

11
- Pengiriman barang: barang jadi dikirim paling lambat 7 hari kerja sejak pesanan diterima

Keputusan untuk melakukan perbaikan atas kelemahan ini sepenuhnya ada pada manajemen,
tetapi jika kelemahan ini tidak segera diperbaiki, mengkhawatirkan akan terjadi akibat yang
lebih buruk pada keterampilan karyawan di masa yang akan datang.

12
BAB III
PENUTUP

1.1. Kesimpulan
Perilaku etis auditor dalam audit manajemen, yaitu auditor audit manajemen harus
mengungkap kecurangan yang ada agar kode etik perilaku auditor diterapkan dengan baik,
maka perlu dilakukan pemantauan pelaksanaan kode etik oleh masing-masing atasan dari
auditor secara berjenjang dan hasilnya dituangkan dalam evaluasi kinerja auditor dan
mengenakan sanksi apabila melanggar.
Selama masa audit, auditor manajemen dapat melakukan pembicaraan dengan pihak
manajemen mengenai berbagai hal yang mencakup pemahaman atas kebijakan maupun
sistem pengendalian pada perusahaan fokus pada objekauditnya, rencana audit, dan dampak
perundangan atau standar profesional atas audit. Auditor manajemen harus mengembangkan
dan menjaga hubungan baik dengan auditee untuk memperoleh informasi dan untuk
memastikan tindakan korektif atas temuan audit.
Hubungan antar manusia adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara seseorang
dengan orang lain untuk mendapatkan saling pengertian, kesadaran, dan kebutuhan
psikologis. Pada hubungan ini, keduanya harus dapat menempatkan masalah ini pada
proporsi yang benar, sehingga misi kerja dari para auditor dan auditee dapat tercapai serta
memberi kontribusi positif bagi organisasi. Di sisi lain, dalam hal kerjasama antara auditor
manajemen dan eksternal auditor, keduanya memainkan peran penting dalam tata kelola
organisasi serta memiliki kepentingan bersama dalam hal efektivitas pengendalian internal
keuangan. Selain itu, terdapat hubungan yang terjadi antara internal auditor dengan
auditeenya. Hubungan tersebut merupakan hubungan kerja biasa yang memiliki tujuan untuk
menciptakan perusahaan yang sehat dan berkembang secara wajar
Apabila audit manajemen (internal audit) dilakukan dengan baik
sesuai prosedur audit, maka akan memberikan dampak positif bagi perilaku objek audit dan
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan oleh auditor manajemen dalam memberikan
penilaian terhadap segala sesuatu yang berkaitan dengan tingkat efektif dan keefisienan
pengendalian internal perusahaan, memberi saran ataupun rekomendasi serta memberikan
nilai tambah untuk manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan atau tindakan

13
berikutnya, tentunya terkait erat dengan pemahaman auditor tentang nilai-nilai etika. Baik
buruknya pemahaman auditor manajemen mengenai nilai-nilai etika berhubungan dengan
keputusan etis yang diambil oleh auditor.

DAFTAR PUSTAKA

https://acong-private.blogspot.com/2012/02/perilaku-dalam-manajemen-audit.html

14
https://www.coursehero.com/file/74374544/Audit-Manajemen-4-Hubungan-antar-manusia-
dalam-manajemen-auditpptx/
https://hakanaborneosejahtera.co.id/artikel-aspek-perilaku-dalam-audit-manajemen-hbs-
blog/

15

Anda mungkin juga menyukai