Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ISU ETIKA DALAM PRAKTIK AUDITING DAN KONSULTANSI MANAJEMEN

Laporan ini Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Etika Profesi dan Bisnis”

Dosen Pengampu:

Dr Khayatun Nufus, M.Si

Disusun oleh Kelompok 7:

Abi Abdullah (11210820000051)

Azri Azizan (11210820000056)

Tabitha Andari Sibarani (11210820000126)

Muhammad Nur Rizqi Syuhada (11190820000082)

KELAS 4A AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan berkat, rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Isu Etika
Dalam Praktik Auditing Dan Konsultansi Manajemen”. Shalawat serta salam senantiasa
penulis haturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari
zaman kegelapan menuju zaman yang penuh dengan teknologi.

Makalah ini merupakan tugas yang harus diselesaikan guna memenuhi tugas mata
kuliah Etika Bisnis dan Profesi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terdapat banyak pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, syukur
alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia-Nya,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Khayatun Nufus, M.Si selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis dan Profesi.
2. Rekan-rekan Akuntansi 4A atas motivasi yang telah diberikan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan yang disebabkan oleh masih terbatasnya pengetahuan serta pengalaman yang
dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk penyempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis bahwa dengan adanya
makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan serta pengetahuan bagi
penulis dan pembacanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Tangerang Selatan, 11 Mei 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................... i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

1.3 Tujuan ........................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

2.1 Etika Dalam Praktik Auditing ................................................................................. 3

2.2 Etika Dalam Praktik Konsultan Manajemen ......................................................... 4

2.3 Kasus-Kasus Isu Etika Dalam Praktik Auditing ................................................... 8

BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 9

3.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 9

3.2 Saran ........................................................................................................................... 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Praktik auditing dan konsultan manajemen merupakan dua bidang yang sangat
penting dalam dunia bisnis. Auditing berperan dalam memeriksa dan mengevaluasi laporan
keuangan suatu perusahaan, sementara konsultan manajemen memberikan saran dan
bantuan kepada organisasi dalam meningkatkan kinerja dan efisiensi operasional mereka.
Dalam kedua bidang ini, etika memainkan peran krusial dalam memastikan integritas,
transparansi, dan keberlanjutan dalam praktik tersebut.

Dalam praktik auditing, integritas dan objektivitas sangatlah penting. Auditor


memiliki tanggung jawab untuk menyajikan informasi keuangan yang akurat dan dapat
dipercaya kepada pihak-pihak yang berkepentingan, seperti pemegang saham, kreditor, dan
pemerintah. Namun, adanya tekanan dari klien untuk memberikan laporan keuangan yang
lebih menguntungkan atau praktik-praktik yang tidak etis seperti manipulasi angka dapat
mengancam integritas dan kualitas audit.

Sebagai contoh, skandal Enron pada tahun 2001 melibatkan praktik akuntansi yang
meragukan oleh auditor Arthur Andersen, yang berujung pada kebangkrutan perusahaan
dan kerugian finansial yang signifikan bagi pemegang saham. Kejadian ini menyoroti
pentingnya etika dalam praktik auditing dan kebutuhan akan independensi auditor serta
pengawasan yang ketat terhadap praktik-praktik yang tidak etis.

Di sisi lain, konsultan manajemen berperan sebagai mitra strategis bagi perusahaan
untuk membantu meningkatkan kinerja mereka. Mereka memberikan saran dan
rekomendasi tentang bagaimana perusahaan dapat mengoptimalkan proses bisnis,
mengembangkan strategi pertumbuhan, dan mengatasi tantangan operasional. Namun,
terdapat potensi konflik kepentingan ketika konsultan manajemen tidak dapat
mempertahankan independensi dan objektivitas dalam memberikan saran kepada klien
mereka.

Konsultan manajemen juga harus memperhatikan prinsip kepercayaan,


kerahasiaan, dan penghindaran konflik kepentingan dalam praktik mereka. Pelanggaran

1
etika dalam praktik konsultan manajemen, seperti memberikan saran yang tidak jujur,
mengungkapkan informasi rahasia kepada pihak lain tanpa izin, atau memanipulasi data
untuk memperoleh keuntungan pribadi, dapat merusak kepercayaan klien dan
mempengaruhi reputasi profesional mereka.

Selain itu, perkembangan teknologi dan globalisasi juga memberikan tantangan


baru dalam hal etika dalam praktik auditing dan konsultan manajemen. Teknologi
informasi telah mengubah cara perusahaan menyajikan informasi keuangan dan mengelola
operasional mereka, sementara globalisasi membawa praktik bisnis yang beragam dan
kompleks. Hal ini menuntut praktisi untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip
etika yang relevan dalam konteks yang semakin kompleks ini.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu etika dalam praktik auditing?
2. Apa itu etika dalam praktik konsultasi manajemen?
3. Apa itu prinsip-prinsip dari etika?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui etika dalam praktik auditing
2. Untuk mengetahui etika dalam praktik konsultasi manajemen
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dari etika

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Etika Dalam Praktik Auditing
Secara garis besar etika dapat didefinisikan sebagai serangkaian prinsip atau nilai moral
yang dimiliki oleh setiap orang. Dalam hal ini kebutuhan etika dalam masyarakat sangat
mendesak sehingga sangatlah lazim untuk memasukkan nilai-nilai etika ini ke dalam undang-
undang atau peraturan yang berlaku di negara kita. Banyaknya nilai etika yang ada tidak dapat
dijadikan undang-undang atau peraturan karena sifat nilai-nilai etika sangat tergantung pada
pertimbangan seseorang.
1. Prinsip-Prinsip Etika
Prinsip etika seorang auditor terdiri dari enam yaitu:
a) Rasa Tanggung Jawab (responsibility) mereka harus peka serta memiliki pertimbangan
moral atas seluruh aktivitas yang mereka lakukan.
b) Kepentingan Publik, auditor harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian
rupa agar dapat melayani kepentingan orang banyak, menghargai kepercayaan publik,
serta menunjukan komitmennya pada profesionalisme.
c) Integritas, yaitu mempertahankan dan memperluas keyakinan publik.
d) Obyektivitas dan Indepensi, auditor harus mempertahankan obyektivitas dan terbebas
dari konflik antar kepentingan dan harus berada dalam posisi yang independen.
e) Due care, seorang auditor harus selalu memperhatikan standar tekhnik dan etika profesi
dengan meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa, serta melaksanakan tanggung
jawab dengan kemampuan terbaiknya.
f) Lingkup dan sifat jasa, auditor yang berpraktik bagi publik harus memperhatikan
prinsip-prinsip pada kode etik profesi dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang
disediakannya.
2. Dilema Etika Seorang Auditor
Setiap profesi pasti pernah mengalami dilema etika. Dilema etika merupakan situasi yang
dihadapi oleh seseorang dimana ia merasa bingung untuk mengambil suatu keputusan tentang
perilaku apa yang seharusnya dilakukan. Banyak alternatif untuk menyelesaikan dilema-dilema
etika, hanya saja diperlukan suatu perhatian khusus dari tiap individu untuk menghindari
rasionalisasi tindakan-tindakan yang kurang atau bahkan tidak etis.

3
3. Model Umum Untuk Membuat Keputusan Beretika
1) Mengumpulkan /mengidentifikasi semua fakta-fakta yang relevan tentang situasi yang
menimbulkan isu etika dan membuat suatu kebutuhan untuk suatu keputusan beretika.
2) Memikirkan individu-individu/kelompok-kelompok yang akan terkena dampaknya.
3) Memikirkan akibat-akibat alternatif dari suatu tindakan.
4) Memikirkan hasil-hasil yang mungkin sebagai konsekuensi yang diakibatkan tindakan
tersebut.
5) Membandingkan akibat-akibat tindakan tersebut dengan pertanyaan-pertanyaan etika
yang timbul.
6) Memilih suatu alur aksi diantara alternatif-alternatif tersebut.

2.2 Etika Dalam Praktik Konsultan Manajemen


Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan
dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa konsultan
manajemen akan menjadi lebih tinggi jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi
terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya. Tujuan
konsultan manajemen adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar profesionalisme
tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada kepentingan publik.
Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
1. Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem informasi.
2. Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan oleh
pemakai jasa konsultan sebagai profesional di bidangnya.
3. Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh diberikan
dengan standar kinerja tertinggi.
4. Kepercayaan. Pemakai jasa konsultan manajemen harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasanya.
Praktisi jasa konsultansi adalah akuntan publik, yang terlibat dalam penyediaan jasa
konsultansi untuk kliennya, atau siapa saja yang menyediakan jasa konsultansi untuk klien
dengan mengatasnamakan akuntan publik. Proses konsultansi adalah rangkaian kegiatan
dengan pendekatan analitik dalam penyediaan jasa konsultansi. Secara rinci, proses tersebut
merupakan gabungan kegiatan perumusan sasaran yang ditentukan oleh klien, penemuan fakta,
perumusan masalah atau peluang, pengkajian berbagai alternatif, penentuan usulan tindakan,
penyampaian temuan, implementasi, dan penindaklanjutan.

4
Jasa konsultasi manajemen atau management advisory services (MAS) merupakan
fungsi pemberian konsultasi dengan memberikan saran dan bantuan teknis kepada klien untuk
peningkatan penggunaan kemampuan dan sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan
klien. Akuntan dapat dikontrak untuk memberikan pendapat sebagai seorang ahli mengenai
suatu hal tertentu seperti penggunaan prinsip akuntansi, undang-undang perpajakan, dan
penggunaan teknologi pemroses data-data keuangan. Akuntan publik, dengan kapasitasnya
sebagai konsultan, tidak dibenarkan membuat ataupun menentukan keputusan manajemen.
Jasa konsulatansi pada hakikatnya berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap
asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi, para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai
keandalan suatu asersi tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi
(asserter). Dalam jasa konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan
rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara
praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk
kepentingan klien.
Dalam praktiknya, tidak jarang bahwa jasa atestasi merupakan bagian dari jasa
konsultasi manajemen. Bila praktisi memberikan jasa atestasi sebagai bagian dari penugasan
jasa konsultasi manajemen, Pernyataan Standar Atestasi hanya berlaku terbatas untuk jasa
atestasi saja. Jika praktisi menentukan bahwa jasa atestasi dilaksanakan sebagai bagian dari
penugasan jasa konsultasi manajemen, praktisi harus memberitahu klien mengenai perbedaan
yang relevan antara dua tipe jasa tersebut dan harus memperoleh persetujuan dari klien bahwa
jasa atestasi harus dilaksanakan berdasarkan persyaratan profesional yang memadai. Surat
perjanjian jasa konsultasi manajemen harus menyebutkan persyaratan pelaksanaan jasa atestasi
tersebut. Praktisi harus melakukan tindakan itu karena persyaratan profesional untuk jasa
atestasi berbeda dengan persyaratan jasa konsultasi manajemen.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu bentuk jasa konsultasi manajemen
adalah pemberian jasa sistem teknologi informasi untuk memproses data-data keuangan klien.
Dalam Kode Etik Profesi Akuntan Publik paragraf 290.187-191, disebutkan sebagai berikut.
Par. 290.187:
Ancaman telaah pribadi dapat terjadi ketika KAP atau Jaringan KAP memberikan jasa
profesional kepada klien audit laporan keuangan yang melibatkan perancangan dan penerapan
sistem teknologi informasi keuangan yang digunakan untuk menghasilkan informasi yang
selanjutnya menjadi bagian dari laporan keuangan.
Par. 290.188:

5
Kemungkinan terjadinya ancaman telaah pribadi demikian signifikan ketika KAP atau
Jaringan KAP memberikan jasa profesional tersebut diatas kepada klien audit laporan
keuangan, kecuali jika KAP atau Jaringan KAP telah menerapkan pencegahan yang tepat yang
memastikan klien audit laporan keuangan untuk:
a) Mengakui tanggung jawabnya dalam menetapkan dan memantau sistem pengendalian
intern;
b) Menugaskan karyawan yang kompeten (dengan mengutamakan karyawan pada tingkat
manajemen senior) untuk bertanggung jawab atas setiap keputusan manajemen yang
terkait dengan perancangan dan penerapan sistem perangkat keras dan perangkat lunak;
c) Membuat keputusan manajemen yang terkait dengan proses perancangan dan
penerapan sistem teknologi informasi;
d) Mengevaluasi kecukupan dan hasil dari perancangan dan penerapan sistem tersebut;
e) Bertanggung jawab atas pengoperasian sistem perangkat keras dan perangkat lunak
serta data yang digunakan dalam atau dihasilkan oleh sistem tersebut.
Par. 290.189:
Pertimbangan juga harus dilakukan mengenai perlu tidaknya pemberian jasa
profesional selain jasa assurance hanya dilakukan oleh personil KAP atau Jaringan KAP yang
tidak terlibat dalam perikatan audit laporan keuangan serta berada pada lini pelaporan yang
berbeda.
Par. 290.190:
Ancaman telaah pribadi dapat terjadi ketika KAP atau Jaringan KAP memberikan jasa
profesional kepada klien audit laporan keuangan yang melibatkan perancangan dan penerapan
sistem teknologi informasi keuangan yang digunakan untuk menghasilkan informasi yang
selanjutnya menjadi bagian dari laporan keuangan. Signifikansi setiap ancaman harus
dievaluasi dan, jika ancaman tersebut merupakan ancaman selain ancaman yang secara jelas
tidak signifikan, maka pencegahan yang tepat harus dipertimbangkan dan diterapkan untuk
menghilangkan ancaman tersebut atau menguranginya ke tingkat yang dapat diterima.

Par. 290.191:
Pemberian jasa profesional oleh KAP atau Jaringan KAP yang melibatkan penilaian,
perancangan, dan penerapan pengendalian akuntansi internal dan pengendalian manajemen
risiko tidak menimbulkan ancaman terhadap independensi selama personil KAP atau Jaringan
KAP yang terlibat dalam pemberian jasa profesional tersebut tidak melaksanakan fungsi
manajemen.
6
Standar umum untuk akuntan publik sebagai praktisi yang harus diterapkan dalam
setiap perikatannya adalah sebagai berikut:
a. Kecakapan Profesional.
Setiap perikatan jasa profesional hanya dapat diterima apabila akuntan publik sebagai
praktisi yakin bahwa perikatan tersebut dapat diselesaikan dengan kompeten dan
tanggung jawab.
b. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama.
Dalam setiap pelaksanaan jasa profesional, kemahiran profesional praktisi harus
digunakan dengan cermat dan seksama.
c. Perencanaan dan supervisi.
Setiap pekerjaan jasa profesional praktisi harus dilaksanakan dengan perencanaan dan
supervisi yang memadai.
d. Data relevan yang memadai.
Data yang relevan harus didapatkan praktisi dalam jumlah yang memadai sehingga
kesimpulan atau rekomendasi yang berhubungan dengan semua jasa profesional, selalu
didasarkan pada pertimbangan yang rasional.
Selain itu, standar umum tambahan untuk semua jasa konsultansi yang ditetapkan
karena kekhususan sifat jasa konsultansi yaitu kesepakatan dengan klien dapat menjadi
pembatas bagi praktisi dalam pelaksanaan tugasnya, yaitu:
a. Kepentingan klien.
Dalam setiap perikatan, praktisi harus melayani kepentingan klien untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan dalam kesepakatan dengan klien dengan tetap
mempertahankan integritas dan objektivitas.
b. Kesepakatan dengan klien.
Dalam setiap perikatannya, praktisi harus mencapai kesepakatan, baik secara lisan
maupun tertulis, dengan klien mengenai tanggung jawab masing-masing pihak dan
sifat, lingkup, dan keterbatasan jasa yang akan disediakan, dan mengubah kesepakatan
tersebut apabila terjadi perubahan signfikan selama masa perikatan.
c. Komunikasi dengan klien.
Praktisi harus memberitahu kliennya tentang adanya benturan kepentingan, keraguan
signifikan yang berkaitan dengan lingkup dan manfaat suatu perikatan, dan temuan atau
kejadian signifikan selama periode perikatan.
Pertimbangan profesional harus selalu digunakan dalam penerapan Standar Jasa
Konsultansi terutama untuk hal-hal khusus, sebab kesepakatan dengan klien, baik lisan maupun
7
tertulis, dapat menjadi kendala dalam pelaksanaan suatu jasa. Sebagai contoh, kesepakatan
dengan klien dapat menjadi kendala bagi usaha praktisi dalam proses pengumpulan data
relevan. Praktisi tidak diharuskan untuk menolak atau mengundurkan diri dari suatu perikatan
jasa konsultansi apabila lingkup jasa yang disepakati bersama memiliki keterbatasan tersebut.

2.3 Kasus-Kasus Isu Etika Dalam Praktik Auditing


Sunbeam
Masalah Andersen dengan Sunbeam bermula dari kegagalan audit yang membuat
kesalahan serius pada akuntansinya yang akhirnya menghasilkan tuntutan class action dari
investor Sunbeam. Baik dari gugatan hukum dan perintah sipil yang diajukan SEC menuduh
Sunbeam membesar-besarkan penghasilan melaului strategi penipuan akuntansi, seperti
pendapatan “cookie jar”, recording revenue on contingent sales, dan mempercepat penjualan
dari periode selanjutnya ke kuartal masa kini. Perusahaan juga dituduh melakukan hal yang
tidak benar melakukan transaksi “bill-and-hold”, dimana menggembungkan pesanan bulan
depan dari pengiriman sebenarnya dan tagihannya.
Akibatnya, Sunbeam dipaksa meyatakan kembali laporan keuangan selama enam
kuartal. SEC juga menuduh Arthur Andersen. Pada 2001, Sunbeam mengajukan petisi kepada
Pengadilan kepailitan AS Distrik Selatan New York dengan Bab 11 Judul 11 tentang aturan
kebangkrutan. Agustus 2002, pengadilan memutuskan pembayaran sebesar $141 juta.
Andersen setuju membayar $110 juta untuk menyeleaikan klaim tanpa mengakui kesalahan
dan tanggung jawab. Sunbeam mengalami kerugian pemegang saham sebesar $4,4 miliar dan
kehilangan ribuan karyawannya. Sunbeam terbebas dari kebangkrutan.

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Praktik auditing melibatkan penilaian independen terhadap laporan keuangan suatu
entitas untuk memastikan keakuratan dan keandalan informasi yang disajikan. Tantangan
etika dalam praktik auditing meliputi konflik kepentingan, tekanan dari klien, dan
perlindungan kerahasiaan informasi. Konflik kepentingan dapat mengancam integritas dan
objektivitas auditor, sementara tekanan untuk memberikan hasil audit yang menguntungkan
bisa mengganggu integritas.
Praktik konsultan manajemen melibatkan memberikan saran dan bantuan kepada
organisasi untuk meningkatkan kinerja dan strategi bisnis mereka. Tantangan etika dalam
praktik konsultan manajemen meliputi konflik kepentingan, kerahasiaan, dan transparansi.
Konsultan harus menjaga integritas, objektivitas, dan independensi dalam memberikan saran
kepada klien mereka.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca
dalam meningkatkan pemahaman dan sebagai tambahan materi pembelajaran. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk meningkatkan kualitas
makalah ini.

9
DAFTAR PUSTAKA

https://iapi.or.id/standar-profesional-akuntan-publik/
https://www.jurnal.id/id/blog/etika-profesi-auditor/
https://www.academia.edu/9480504/MODEL_PENGAMBILAN_MODEL_PENGA
MBILAN_KEPUTUSAN_ETIK_KEPUTUSAN_ETIK

10

Anda mungkin juga menyukai