Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

Tentang
“ Etika Profesi Akuntansi ”

Disusun Oleh :
Kelompok 2 :
Rizki Pratama Putra 1916040043

Marlina Indriani 1916040049

Gwyraira Diksi 1916040054

Said Alkhudri 1916040068

Dosen pengampu :
Fajri Hidayat. S.S.T., M.Si

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKOMONI DAN BISNIS ISLAM
UNIVESITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1443 H/2022 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang memberikan rahmat dan dan
karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Etika Profesi
Akuntansi ini dan kami berharap makalah ini dapat memenuhi tugas mata kuliah Etika
Bisnis Profesi ini. Salawat beriringan salam tidak lupa pula kami sampaikan kepada Nabi
Besar Muhammad SAW yang telah membawa kita kepada alam yang berilmu
pengetahuan seperti saat ini.

Dalam Menyusun makalah ini, kami mendapatkan dukungan dan masukan dari
bapak Fajri Hidayat. S.S.T., M.Si. yang telah mengarahkan dan membimbing pemakalah
selama perkuliahan, serta teman-teman yang turut membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.

Pemakalah sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan. Pemakalah juga menyadari bahwa masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu pemakalah berharap juga kritik saran dan
masukan demi perbaikan dimasa yang akan datang.

Padang, 14 Juni 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 4
A. Latar Belakang ............................................................................................ 4

B. Rumusan masalah ........................................................................................ 5

C. Tujuan.......................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 6


A. Pembukuan Dalam Perspektif Perpajakan .Error! Bookmark not defined.

B. Pencatatan................................................... Error! Bookmark not defined.

C. Prinsip-prinsip Akuntansi Dan Akuntansi PerpajakanError! Bookmark


not defined.

D. Akuntansi Pajak Penghasilan ..................... Error! Bookmark not defined.

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 13


A. Kesimpulan................................................................................................ 13

B. Saran .......................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh
kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan
kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh klien. Profesi akuntan
publik akan selalu berhadapan dengan dilema yang mengakibatkan seorang akuntan
publik berada pada dua pilihan yang bertentangan. Seorang akuntan publik akan
mengalami suatu dilema ketika tidak terjadi kesepakatan dengan klien mengenai
beberapa aspek dan tujuan pemeriksaan. Apabila akuntan publik memenuhi tuntutan
klien berarti akan melanggar standar pemeriksaan, etika profesi dan komitmen
akuntan publik tersebut terhadap profesinya, tetapi apabila tidak memenuhi tuntutan
klien maka dikhawatirkan akan berakibat pada penghentian penugasan oleh klien.
Kode etik akuntan indonesia dalam pasal 1 ayat (2) adalah berisi tentang setiap
anggota harus mempertahankan integritas dan objektifitas dalam melaksanakan
tugasnya tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikan.

Pelanggaran-pelanggaran seakan menjadi titik tolak bagi masyarakat pemakai


jasa profesi akuntan publik untuk menuntut mereka bekerja secara lebih profesional
dengan mengedepankan integritas diri dan profesinya sehingga hasil laporannya
benar-benar adil dan transparan. Hal ini semakin mempengaruhi kepercayaan
terhadap profesi akuntan dan masyarakat semakin menyangsikan komitmen akuntan
terhadap kode etik profesinya. Hal ini seharusnya tidak perlu terjadi atau dapat diatasi
apabila setiap akuntan mempunyai pemahaman, pengetahuan dan menerapkan etika
secara memadai dalam pekerjaan profesionalnya.

Independensi meliputi kepercayaan terhadap diri sendiri yang terdapat pada


beberapaorang profesional. Hal ini merupakan bagian integritas profesional.
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh
pihak lain, tidak tergantung pada orang lain.

Seorang auditor dalam melaksanakan tugasnya memperoleh kepercayaan dari


kliendan para pemakai laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan
keuangan yangdisusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan
yang berbeda, dan mungkin saja bertentangan dengan kepentingan para pemakai
laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu
mungkin berbeda dengan pemakailainnya. Oleh karena itu, dalam memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, auditor harus
bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan,
maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri.

Independensi merupakan sikap mental, yang berarti adanya kejujuran di


dalam diri akuntan dalam mempertimbangkan fakta-fakta dan adanya pertimbangan
yang obyektif tidak memihak di dalam diri akuntan dalam menyatakan pendapatnya.
Serta Independensi merupakan penampilan yang berarti adanya kesan masyarakat
bahwa akuntan publik bertindak independen sehingga akuntan publik harus
menghindari faktor-faktor yang dapat mengakibatkan masyarakat meragukan
kebebasannya. Independensi penampilan berhubungan dengan persepsi masyarakat
terhadap independensi akuntan publik, serta berpengaruh terhadap loyalitas seorang
auditor dalam menjalankan tugas profesinya.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana kode etik akuntan?
2. Apa saja pelanggaran oleh akuntan publik?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kode etik akuntan
2. Untuk mengetahui pelanggaran oleh akuntan publik
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kode Etik Akuntan


Membahas tentang kode etik tidak dapat dipisahkan dengan etika. Keduanya
saling berketerkaitan secara falsafah, etika yang mendasari lahirnya kode etik dalam
setiap profesi. Dapat disimpulkan bahwa kode etik merupakan prinsip-prinsip yang
terdiri dari kesatuan moral yang melekat pada suatu profesi dan sudah disepakati oleh
organisasi profesi tertentu yang menyusun dengan sistematis.

Dengan kata lain kode etik juga dapat dikatakan sebagai sekumpulan etika
yang telah tersusun dalam bentuk peraturan berdasarkan prinsip moral pada
umumnya yang disesuaikan dan diterima sesuai jiwa profesi guna mendukung
ketentuan hukum yang berlaku demi kepentingan profesi, penggunaan jasa profesi,
masyarakat/publik, dalam lingkup bangsa dan negara.

Dikatakan oleh E. Holloway dikutip dari Shidarta bahwa kode etik itu
memberi petunjuk untuk hal-hal sebagai berikut.

1. Hubungan antara klien dan penyandang profeis


2. Pengukuran dan standar evaluasi yang dipakai dalam profesi
3. Penelitian dan publikasi/penerbitan profesi
4. Konsultasi dan praktik pribadi
5. Tingkat kemampuan kompetensi yang umum
6. Administrasi personalia
7. Standar-standar untuk pelatihan

Dengan demikian, hakikat adanya kode etik memiliki fungsi ganda yaitu
sebagai perlindungan dan perkembangan bagi profesi. Biggs dan Blocker dalam The
Cognitive Approah to Counseling (1986), mengemukakan tiga fungsi dari kode etik,
yaitu :

1. Melindungi suatu profesi dari campur tangan pemerintah


2. Mencegah terjadinya pertentangan internal dalam suatu profesi
3. Melindungi para praktisi dari kesalahan praktik suatu profesi
Kemudian beberapa fakta ditambahkan Sukrino Agus (2012), menyatakan
bahwa Rumusan Etika Kode seblumnya 1 Januari 2011, sebagian besar merupakan
rumsuan kode etik yang dihasilkan dalam kongres ke-6 Ikatan Akuntansi Indonesia,
dan ditambah dengan masukan-masukan yang diperoleh oleh Seminar Sehari
Pemutakhiran Kode Etik Akuntan Indonesia tanggal 15 Juni 1994 di Hotel Daichi
Jakarta, seta hasil pembahasan Sidang Komite Kode Etik Akuntan Indonesia tahun
1994 di Bandung. Saat itu Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri dari delapan bab, 11
pasal dan enam pertanyaan etika profesi yang terdiri dari :

1. Pernyataan etika profesi nomor 1 tentang Integritas, Objektivitas, dan Independesi


2. Pernyataan etika profesi nomor 2 tentang Kecakapan Profesional
3. Pernyataan etika profesi nomor 3 tentang Pengungkapan Informasi Rahasia Klien
4. Pernyataan etika profesi nomor 4 tentang Iklan bagi Kantor Akuntan Publik
5. Pernyataan etika profesi nomor 5 tentang Komunikasi Antar Akuntan Publik
6. Pernyataan etika profesi nomor 6 tentang Perpindahan Staf/Partner dari Satu
Kantor Akuntan ke Kantor Akuntan lain.

Kode etik ini mengikat para anggota Ikatan Akuntan Indonesia dan dapat
dipergunakan oleh seluruh akuntan di Indonesiam. Penegakan kode etik di Indonesia
diawasi oleh:

1. Kantor Akuntan Publik


2. Unit Peer-Review Kompartemen Akuntan Publik-IAI
3. Badan Pengawas Profesi Kompartemen Akuntan Publik-IAI
4. Dewan Pertimbangan Profesi IAI
5. Departemen Keuangan RI
6. BPKP
7. Anggota dan Pimpinan KAP

Kode etik yang berlaku sejak tahun 1998, IAI menetapkan delapan prinsip
etika yang berlaku bagi seluruh anggota IAI dan seluruh kompartemennya. Setiap
kompartemen menjabarkan delapan Prinsip Etika ke dalam Aturan Etika yang
berlaku secara khusus bagi anggota IAI. Setiap anggota IAI, khususnya untuk
Kompartemen Akuntansi Sektor Publik harus mematuhi delapan Prinsip Etika dalam
Kode Etika IAI beserta Aturan Etikanya.
1) Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Sebagai profesional, anggota
mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut,
anggota mempunyai tanggung jawab kepada smeua pemakai jasa profesional
mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama
dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara
kepercayaan masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam
mengatur dirinya sendiri.

2) Kepentingan Publik
Setiap anggota kewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah
penerimaan tanggung jawab kepada publik. Profesi akuntan memegang peran
penting di masyarakat, dimana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien,
pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan
keuangan dan pihak lainnya tegantung kepada objektivitas dan integritas
akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis secara tertib.

3) Integritas
Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi
kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji
keputusan yang diambilnya. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk,
antara lain, bersikap jujur, dan berterus terang tanpa harus mengorbankan rahasia
penerima jasa.

4) Objektivitas
Setiap anggota harus menjaga objektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Objektivitasnya
adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota.
Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur
secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan
kepentingan atau di bawah pengaruh pihak lain.

5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional


Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-
hati, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingakat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien untuk pemberi kerja memperoleh
manfaat dari jasa profesional dan teknik yang paling mutahir. Hal ini
mengartikan bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan jasa
profesional dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi
kepentingan pengguna jasa dan konsisten dengan tanggung jawab profesi kepada
publik.

6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya. Kepentingan
umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang berhubungan dengan
kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan mengenai sifat dan luas
kewajiban kerahasaan serta mengenai berbagai keadaan dimana informasi yang
diperoleh selama melakukan jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.

7) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi harus
dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima
jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum.

8) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya
dan dengan hati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan objektivitas.

B. PELANGGARAN OLEH AKUNTAN PUBLIK


Pelanggaran atas kode etik banyak sekali terjadi di berbagai belahan dunia.
Bukan hanya prifesi akuntan, namun profesi lain pun juga banyak terjadi
pelanggaran. Khususnya bagi akuntan, pelanggaran terhadap kode etik oleh KAP
akan menyebabkan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan
publik serta rusaknya kredibilitas akuntan. Walaupun hanya dilakukan terhadap satu
atau dua akuntan publik, namun pembicaraannya akan meluas dan seolah menjadi
noda hitam bagi dunia profesi akuntan.
Pada keadaan tertentu profesi akuntan profesi sering dihadapkan pada dilema
etis dari setiap jasa ditawarkan. Akibatnya, situasi konflik dapat terjadi ketika
seorang akuntan publik harus membuat profesional judgement dengan
mempertimbangkan sudut pandang moral. Situasi konflik atau dilema etis merupakan
tantangan bagi profesi akuntan publik.
Dengan demikian, terdapat banyak faktor (baik internal maupun eksternal)
yang mempengaruhi sikap dan perilaku etis akuntan publik. Beberapa kasus
pelanggaran akuntan di Indonesia, yang dirangkum berdasar pada jenis pelanggaran
etisnya dapat kita lihat dalam tabel berikut.

Kasus Pelanggaran yang Dilakukan Akuntan Publik di Indonesia tahun 2008-2009


No Nama Jenis Pelanggaran Sanksi
Akuntan
Publik
1 EL Pelanggaran terhadap SPAP Pembekuan izin praktik
dalam mengaudit laporan selama 12 bulan tehitung
keuangan PT SR di tahun sejak tanggal 6 Maret 2008
2005 dan PT BBP di tahun
2004
2 OPA Pelanggaran terhadap SPAP Pembekuan izin praktik
dalam mengaudit laporan selama 9 bulan tehitung
keuangan PT ESI tahun 2007 sejak tanggal 29 April 2008
3 TH Pelanggaran terhadap Kode Pembekuan izin praktik
Etik Akuntan Publik selama 24 bulan tehitung
sejak tanggal 11 Juni 2008
4 DH Pelanggaran terhadap SPAP Pembekuan izin praktik
dalam mengaudit laporan selama 6 bulan tehitung
keuangan PT PS (Persero) sejak tanggal 20 Juni 2008
tahun 2005
5 SS Pelanggaran terhadap SA- Pembekuan izin praktik
SPAP dalam pelaksanaan selama 3 bulan tehitung
audit atas laporan keuangan sejak tanggal 21 Juli 2008
PT ST (Persero) tahun buku
2004-2008
6 AHN Pelanggaran terhadap SA- Pembekuan izin praktik
SPAP dalam pelaksanaan selama 3 bulan tehitung
audit atas laporan keuangan sejak tanggal 21 Juli 2008
PT ST (Persero) tahun buku
2002-2003
7 LP Pelanggaran terhadap SA- Pembekuan izin praktik
SPAP dalam pelaksanaan selama 3 bulan tehitung
audit atas laporan keuangan sejak tanggal 21 Juli 2008
PT ST (Persero) tahun buku
yang berakhir 30 Juni 2007
8 RH Pelanggaran terhadap SA- Pembekuan izin praktik
SPAP dalam mengaudit selama 9 bulan tehitung
laporan keuangan PT STM sejak tanggal 15 Desember
untuk tahun yang berakhir 2008
31 Desember 2006
9 MZ Pelanggaran terhadap SPAP Pembekuan izin praktik
dalam mengaudit laporan selama 3 bulan tehitung
keuangan PT PBM untuk sejak tanggal 22 Desember
tahun buku 2007 2008
10 U Pelanggaran terhadap SA- Pembekuan izin praktik
SPAP dalam mengaudit selama 3 bulan tehitung
laporan keuangan keuangan sejak tanggal 10 Desember
yayasan Kesejahteraan 2008
Karyawan PT P tahun 2007
11 TW Pelanggaran terhadap SA- Pembekuan izin praktik
SPAP dalam pelaksanaan selama 12 bulan tehitung
audit atas laporan keuangan sejak tanggal 10 Desember
Yayasan Kesejahteraan 2008
Pegawai PUPB untuk
periode 31 Oktober 2006 –
31 Juli 2007
12 IMO Pelanggaran terhadap SA, Pembekuan izin praktik
standar profesional akuntan selama 7 bulan tehitung
publik dalam pelaksanaan sejak tanggal 10 Desember
audit atas laporan keuangan 2008
PT ME tahun buku 2006
13 ZAF Pelanggaran terhadap SA- Pembekuan izin praktik
SPAP dalam pelaksanaan selama 6 bulan tehitung
audit atas laporan keuangan sejak tanggal 23 Januari
PT LILS tahun buku 2007 2009
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Membahas tentang kode etik tidak dapat dipisahkan dengan etika. Keduanya
saling berketerkaitan secara falsafah, etika yang mendasari lahirnya kode etik dalam
setiap profesi. Dapat disimpulkan bahwa kode etik merupakan prinsip-prinsip yang
terdiri dari kesatuan moral yang melekat pada suatu profesi dan sudah disepakati oleh
organisasi profesi tertentu yang menyusun dengan sistematis.

Dengan kata lain kode etik juga dapat dikatakan sebagai sekumpulan etika
yang telah tersusun dalam bentuk peraturan berdasarkan prinsip moral pada
umumnya yang disesuaikan dan diterima sesuai jiwa profesi guna mendukung
ketentuan hukum yang berlaku demi kepentingan profesi, penggunaan jasa profesi,
masyarakat/publik, dalam lingkup bangsa dan negara.

Kode Etik Akuntan Indonesia terdiri dari delapan bab, 11 pasal dan enam
pertanyaan etika profesi yang terdiri dari : (1) tentang Integritas, Objektivitas, dan
Independesi, (2) tentang Kecakapan Profesional, (3) tentang Pengungkapan
Informasi Rahasia Klien, (4) tentang Iklan bagi Kantor Akuntan Publik, (5) tentang
Komunikasi Antar Akuntan Publik, dan (6) tentang Perpindahan Staf/Partner dari
Satu Kantor Akuntan ke Kantor Akuntan lain.

B. Saran
Pemakalah sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah Wawasan serta pengetahuan. Pemakalah juga menyadari bahwa masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, pemakalah berharap juga
kritik saran dan masukan Demi perbaikan dimasa yang akan datang
DAFTAR PUSTAKA

Hendi Prihanto. (2018). Etika Bisnis dan Profesi: Sebuah Pencarian. Cetakan ke-1. Depok
: Rajawali.

Agoes, Sukrisno. 2012. “Auditing: Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik”. Jilid 1, Edisi 4, Jakarta: Salemba empat.

Anda mungkin juga menyukai