Anda di halaman 1dari 23

AKUNTANSI INTERNASIONAL

PROFESI AUDITOR
Dosen Pengampuh : Fista Apriyani Sujaya, S.E., M.Ak

Kelompok 3:
Erina Sulistiawaty ( 17416262201146 )
Halimatus Sa’diyah ( 17416262201176 )
Putri Maydina ( 17416262201167 )
Vebriani Simanjuntak ( 17416262201164 )

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad
SAW

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang mata
kuliah Akuntansi Internasional yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari
berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.
Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari tuhan akhirnya
makalah ini dapat terselesaikan.

Makalah ini memuat tentang “Profesi Auditor” walaupun makalah ini


kurang sempurna dan memerlukan perbaikan, tapi juga memiliki detail yang
cukup jelas bagi pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan
yang lebih luas kepada para pembaca.

Karawang, 13 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB 1 ................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 1
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 1
BAB II ................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Profesi auditor .......................................................................................... 3
2.2 Landasan hukum dan ketentuan ( disiplin profesional ) serta standar
auditing ........................................................................................................... 3
2.2.1 Kode Etik dan Standar Audit APIP (Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah) .................................................................................................. 3
2.2.2 Landasan hukum .................................................................................. 4
2.3 Tantangan Audit....................................................................................... 7
2.3.1 Praktik Bisnis Lokal dan Budaya .......................................................... 7
2.3.2 Mata Uang, Bahasa dan Hukum ........................................................... 9
2.3.3 Jarak dan Organisasi untuk menyediakan Layanan Audit ................... 10
2.3.4 Rintangan Audit dari Perbedaan Internasional, Ketersediaan dan
Pelatihan Auditor ........................................................................................ 12
2.4 Perbandingan Auditing Lokal dengan Internasional ............................ 15
2.5 Standar Audit ......................................................................................... 15
BAB III ............................................................................................................. 19
PENUTUP ........................................................................................................ 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 19
3.2 Saran ....................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 20

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Auditor adalah praktik yang berkembang secara international diantara individu


dan perusahaan. Pendorong utama pergerakan ini adalah globalisasi bisnis.
Perusahaan yang ingin menjadi perusahaan international bertanya pada
penasehat keuangan mereka bagaimana menjadi perusahaan multinational.
Jawabannya, akuntan profesional mengatur diri mereka ke dalam organisasi
global memberikan jangkauan yang luas atau layanan di seluruh indonesia.
Auditor eksternal adalah profesi independen yang bekerja secara tertutup
dengan klien untuk memberikan pelayanan nilai tambah global.

1.2 Rumusan Masalah

1. Jelaskan bagaimana pendapat tentang profesi akuntansi.


2. Jelaskan Apa landasan hukum dan ketentuan (disiplin profesional) serta
standar auditing yang harus diketahui ketika menjadi auditor.
3. Jelaskan bagaimana tantangan jasa audit dan auditing international dilihat
dari aspek
4. Jelaskan tentang bagaimana perbandingan auditing lokal dengan
international
5. Jelaskan apa saja yang di audit oleh auditor dalam setandar audit nasional

1.3 Tujuan

1. Dapat mengetahui tentang profesi auditor.


2. Dapat memahami Apa landasan hukum dan ketentuan (disiplin
profesional) serta standar auditing yang harus diketahui ketika menjadi
auditor

1
3. Dapat mengetahui tantangan jasa audit dan auditing international dilihat
dari beberapa aspek
4. Dapat mengetahui bagaimana perbandingan auditing lokal dengan
international
5. Dapat menegetahui apa saja yang di audit oleh auditor dalam standar audit
nasional

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Profesi auditor

Profesi auditor merupakan suatu pekerjaan yang dilandaskan pada


pengetahuan yang kompleks dan hanya dapat dilakukan oleh individu dengan
kemampuan dan latar pendidikan pendidikan tertentu.

Tugas auditor adalah untuk menentukan apakah representasi (asersi)


tersebut betul-betul wajar, maksudnya untuk meyakinkan ‘’ tingkat
keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang ditetapkan’’. Untuk
tujuan pelaporan keuangan, yang dimaksud dengan kritertia yang ditretapkan
adalah standar akuntansi yang berlaku umum(GAAP), seperti ysng terdapat
dalam setatement of financial acoounting standars (SFAsS). Accounting
principles boat opinion (APBOs) Accounting research bulletins ( ARBs) dan
sumber-sumber lainya.Di indonesia- SAK ETAP, PSAK, berbasis IFRS(
tahun 2015/2017).

2.2 Landasan hukum dan ketentuan ( disiplin profesional ) serta standar


auditing

2.2.1 Kode Etik dan Standar Audit APIP (Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah)

Auditor APIP adalah pegawai negeri yang mendapat tugas antara lain untuk
melakukan audit. Auditor APIP meliputi :

1. Auditor lingkungan BPKP

2. Inspektorat Jenderal Departemen

3. Unit Pengawasan LPND

4. Ins[pektorat Propinsi, Kabupaten, dan Kota.

3
Dalam menjalankan tugas auditnya wajib mentaati kode etik APIP yang
berkaitan dengan statusnya sebagai pegawai negeri dan standar audiot APIP
sebagaimana diatur dalam peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatu Negara
No. PER/M. PAN/03/2008 M. PAN/03/2008 dan No. PER/05/M.
PAN/03/2008 Tanggal 31 Maret 2008.

Disisi lain terdapat pula auditor pemerintah khususnya auditor BPKP adalah
akuntan anggota IAI yang dalam keadaan tertentu melakukan audit atas entitas
yang menerbitkan laporan keuangan yang disusun berdasar PABU
(BUMN/BUMD) sebagaimana diatur dalam PSAK. Karena itu auditor
pemerintah tersebut wajib mengetahui dan mentaati kode etik akuntan
Indonesia dan standar audit yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan
Publik yang ditetapkan oleh IAI.

2.2.2 Landasan hukum

Kode etik APIP ditetapkan oleh Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan


Aparatur Negara No. PER/04/M. PAN/03/2008 Tanggal 31 Maret 2008.
Landasan ketentuan hukum:

1. Undang-undang RI No. 28 Tahun 1999 Tentang Penyelenggaraan Negara


Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.
2. Undang-undang RI No. 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
3. Undang-undang RI No. 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
4. Undang-undang RI No. 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggungjawab Keuangan Negara.
5. Peraturan Presiden RI No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah.
6. Peraturan Presiden RI No 9 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi , dan Tata kerja Kementrian Negara RI sebagaimana telah
beberapakali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden No. 94 Tahun
2006.

4
7. Intruksi Presiden No. 5 Tahun 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan
Korupsi.
8. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
PER/03. 1/M. PAN/03/2007 Tentang Kebijakan Pengawasan Intern
Pemerintah Tahun 2007-2008.

Kode etik APIP ini diberlakukan bagi seluruh auditor dan pegawai negeri sipil
yang diberi tugas oleh Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) untuk
melaksanakan pengawasan dan pemantauan tindak lanjutnya. Isi dari kode etik
APIP ini memuat 2 (dua) komponen, yaitu:

1. Prinsip-prinsip perilaku auditor yang merupakan pokok-pokok yang


melandasi perilaku auditor; dan
2. Aturan perilaku yang menjelaskan lebih lanjut prinsip-prinsip perilaku
auditor.

1. Prinsip-prinsip Perilaku

Tuntutan sikap dan perilaku auditor dalam melaksanakan tugas pengawasan


dilandasi oleh beberapa prinsip perilaku, yaitu: integritas, obyektivitas,
kerahasiaan dan kompetensi.

a. Integritas
Auditor dituntut untuk memiliki kepribadian yang dilandasi oleh sikap
jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun
kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang
handal.
b. Obyektivitas
Auditor harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam
mengumpulkan, mengevaluasi, dan memroses data/informasi audit.
Auditor APIP membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang
relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain
dalam mengambil keputusan.

5
c. Kerahasiaan
Auditor harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang
diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi
yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan.
d. Kompetensi
Dalam melaksanakan tugasnya auditor dituntut untuk memiliki
pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan
untuk melaksanakan tugas.

2. Aturan Perilaku

a. Aturan perilaku mengatur setiap tindakan yang harus dilakukan oleh


auditor dan merupakan pengejawantahan prinsip-prinsip perilaku
auditor. Dalam prinsip ini auditor dituntut agar:
b. Dapat melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab
dan bersungguh-sungguh;
c. Dapat menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan
profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas;
d. Dapat mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan
mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-
undangan dan profesi yang berlaku;
e. Dapat menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi;
f. Tidak menjadi bagian kegiatan ilegal atau mengikatkan diri pada
tindakan-tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau
organisasi;
g. Dapat menggalang kerjasama yang sehat diantara sesama auditor
dalam pelaksanaan audit; dan
h. Saling mengingatkan, membimbing, mengoreksi perilaku sesama
auditor.

Sistematika standar umum dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:

a. Visi, Misi, Tujuan, Kewenangan dan Tanggung Jawab

6
Visi, misi, tujuan, kewenangan dan tanggung jawab APIP harus
dinyatakan secara tertulis, disetujui dan ditandatangani oleh pimpinan
tertinggi organisasi. Pernyataan standar tersebut dimaksudkan untuk
memberikan kejelasan secara formal tentang arah dan mandat yang
diberikan kepada APIP dalam melaksanakan setiap penugasan audit yang
secara khusus berkenaan dengan kewenangan akses APIP dan para
auditornya atas informasi dan personel auditi.
b. Independensi dan Obyektivitas
1) Independensi APIP
2) Obyektivitas Auditor
3) Gangguan Terhadap Independensi dan Obyektivitas
c. Keahlian
1) Latar Belakang Pendidikan Auditor
2) Kompetensi Teknis
3) Sertifikasi Jabatan dan Pendidikan dan Pelatihan Berkelanjutan
4) Penggunaan Tenaga Ahli dari Luar
d. Kecermatan Profesional
Auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan
seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap
penugasan.
e. Kepatuhan Terhadap Kode Etik.
Auditor tidak saja harus menggunakan seluruh kemampuan dan
kecermatannya tetapi juga dituntut untuk mematuhi kode etik yang
ditetapkan. Dengan demikian kompetensi dan etika harus dipenuhi secara
bersamaan.

2.3 Tantangan Audit

2.3.1 Praktik Bisnis Lokal dan Budaya

Prosedur audit dan kepastian dikerjakan oleh perusahaan audit yang dibentuk
untuk menegaskan transaksi masa lalu, menilai kualitas sistem kontrol, dan

7
menentukan risiko masa depan. Praktik bisnis lokal dan budaya dapat
menciptakan tantangan dalam penegasan sederhana apa yang telah terjadi, sebaik
menilai risiko di masa depan. Contoh beberapa tantangan, yakni :

 Keunggulan kas.

Walaupun membayar biaya dengan kas daripada cek ini merupakan praktik
yang biasa terjadi di beberapa negara, namun ini membuat kontrol pencatatan
biaya dan pendapatan menjadi sulit. Jepang menyediakan contoh yang bagus
atas beberapa tantangan yang muncul dalam manajemen kas. Jepang
menggunakan kas daripada cek untuk beberapa transaksi. Untuk mengirim kas
ke pos, mereka menggunakan amplop uang yang dibawa ke kantong khusus
oleh tukang pos. Bisnis yang lebih besar menggunakan cek, tetapi bank lebih
sering menyediakan daftar transaksi dari komputer daripada mengecap cek. Ini
menjadi sulit untuk mengecek tanda tangan dan otorisiasi cek aktual selama
audit. Oleh karena bank memiliki sifat terhubung satu sama lain, beberapa
pembayaran terjadi melalui transfer langsung dari akun satu bank ke yang
lainnya. Satu-satunya verifikasi transfer adalah dengan menggunakan print-out
komputer. Beberapa perusahaan menggunakan variasi transfer untuk
menghindari pemerintah dari pemeriksaan pendapatan untuk hal pajak.

 Ketidak mampuan untuk menegaskan akun yang dapat diterima.

Dalam banyak kasus, surat konfirmasi diterjemahkan dalam bahasa yang


berbeda. Kepercayaan pada pelanggan untuk membalas konfirmasi adalah
tantangan lain karena pelanggan asing kurang pengalaman dengan konfirmasi.
Hal ini tidak biasa untuk auditor lokal untuk mengirimkan konfirmasi
mengenai akun yang dapat diterima untuk konfirmasi laporan tutup tahun.
Layanan surat menjadi tidak efisien dan tidak dapat dipercaya dan ini
menghabiskan beberapa minggu sebelum pelanggan menerima surat
konfirmasi, jika pelanggan menerimanya. Dalam pasar yang bermunculan
dimana kualifikasi staf adalah jarang, konfirmasi audit sering terlihat sebagai
sebuah pengganggu dan dijawab dengan hati-hati. Ini adalah fakta di beberapa

8
negara dimana auditor mempraktikkan atau laporan hukum untuk pemerintah
tanpa kebutuhan mengatakan klien mereka.

2.3.2 Mata Uang, Bahasa dan Hukum

 Mata uang asing.

Pembatasan mata uang asing dan persyaratan transfer telah diketahui


untuk masing-masing negara saat auditor bekerja. Sebagai tambahan,
auditor tahu prosedur korporasi untuk menerjemahkan pernyataan
keuangan dan pencatatan transaksi mata uang asing, jadi laporan itu
dikirim kepada induk mata uang ini yang telah disiapkan dengan tepat.
Manajemen harus menetapkan metode terjemahan seperti apa yang harus
digunakan, dan auditor perlu untuk menetapkan jika pilihan berdasarkan
atas kriteria yang benar, menggunakan standar akuntansi yang tepat.

 Bahasa dan budaya.

Ketidaktahuan bahasa lokal dapat menjadi rintangan yang fatal ketika


auditor sepakat dengan ahli dua bahasa. Percaya kepada translator artinya
auditor tidak mendapat cerita yang penuh. Di banyak negara, pernyataan
keuangan dinyatakan dalam bahasa dan mata uang lokal, jadi pengetahuan
akan bahasa tersebut sangatlah perlu. Kadang-kadang, mengetahui bahasa
dapat menjadi berguna untuk mendapatkan informasi pada situasi yang
dihadapi.

 Interaksi negara tuan rumah dan hukum lokal.

Negara tuan rumah ada kalanya memiliki hukum yang menyampaikan


kepada perusahaan anak mengenai perusahaan domestik mereka yang
beroperasi di luar negeri. Hukum ini mungkin saja kontra atau berkonflik
dengan hukum di negara tuan rumah. Contoh, mencakup pemboikotan
pelaksanaan bisnis dengan negara tertentu atau undang-undang anti

9
pemboikotan dimana auditor harus menyatakan bahwa tidak ada negara
yang didiskriminasikan.

2.3.3 Jarak dan Organisasi untuk menyediakan Layanan Audit

Auditor sebuah perusahaan multinasional besar memiliki kesulitan waktu


untuk mengorganisasikan layanan perusahaan secara tepat. Contoh: Coca
Cola, perusahaan minuman Amerika berkedudukan di Atlanta, Georgia,
memiliki operasi di seluruh dunia. Auditor ini, Ernst & Young, juga memiliki
kantor di Atlanta, yang bertanggung jawab atas auditnya. Salah satu partner di
kantor Atlanta ditetapkan sebagai partner dalam tuntutan audit yang meliputi
seluruh dunia. Partner itu menentukan sekup audit, memperhatikan faktor-
faktor:

1. Negara-negara dimana Coca Cola memiliki perusahaan anak.


2. Materialitas masing-masing perusahaan anak.
3. Eksistensi cabang, perusahaan anak, atau koresponden auditor dalam
negara atau kota masing-masing perusahaan anak utama.

Tantangan utama dari auditing di luar negara kedudukan perusahaan adalah


jarak operasi. Operasi yang luas tidak diaudit sesering dan secermat operasi
domestik, membuat audit luar negeri lebih sulit. Hal seperti ini tidak
memungkinkan untuk melakukan kunjungan audit pendahuluan dan
pelaksanaan audit, jadi kebanyakan komunikasi dilakukan melalui telepon, e-
mail, fax, atau surat. Ketika masalah dalam audit muncul, sangatlah tidak
mungkin untuk mendapat jawaban secara tepat atau berkomunikasi secara
tepat.

Memenuhi kebutuhan klien dalam area terpisah yang luas, bagaimana


perusahaan akuntan publik melayani klien multinasional mereka? Cara paling
sederhana adalah untuk seorang profesional pergi dari kantor untuk melayani
klien di luar negeri. Ini sudah cukup sepanjang sektor luar negeri merupakan
bagian kecil dari keseluruhan operasi klien. Bagaimanapun, pendekatan ini

10
tidak memuaskan dalam lingkup yang luas karena kompleksitas audit
internasional dan pajak dan perkembangan internasionalisasi dari perusahaan
klien yang lebih besar.

Melebihi pendekatan traveling auditor, perusahaan membuat komitmen untuk


kehadiran fisik dan legal luar negeri. Level komitmen yang paling rendah
menggunakan variasi hubungan dengan perusahaan koresponden negara tuan
rumah. Ini terdapat jarak dari lemah ke kuat.

Di satu sisi, koresponden lokal mungkin representative dimana pelayanannya


melebihi perusahaan akuntansi. Di sisi lain, hubungan koresponden yang kuat
mungkin eksis dimana perusahaan lokal menunjukkan pelayanan yang
eksklusif untuk satu perusahaan akuntan publik asing. Apakah perusahaan
audit memperluas, benar-benar merupakan hubungan koresponden yang kuat
atau lemah, partner di negara lain tetap terpisah atau organisasi otonom. Tidak
seperti perusahaan yang menahan ekuitas kontrol yang meliputi operasi yang
sangat luas, partnership ini dibangun bersama-sama laba dan pelayanan. Ada
situasi dimana perusahaan audit di satu negara memiliki operasi di negara-
negara lain, tetapi hal itu adalah perkecualian dari hukum.

Kehadiran yang lebih kuat di luar negeri adalah menjadi bagian dari aliansi
global perusahaan yang membagi teknologi, klien dan kadang-kadang staf.
Aliansi ini mungkin merupakan entitas legal terpisah yang menggunakan
nama perusahaan induk. Partnership dalam negara individu menahan identitas
separatisnya, tetapi lebih dari kesatuan usaha yang eksis diantara perusahaan
internasional. Ini mengizinkan pengetahuan lokal tambahan dari klien global,
tapi tanpa kontrol yang ketat dari perusahaan tunggal.

Kehadiran yang paling kuat untuk perusahaan global adalah entitas tunggal
dengan pemegang modal. Ini dapat diperoleh dari ekspansi ke luar cabang dari
perusahaan asli atau dari penggabungan usaha perusahaan independen
terdahulu. Kantor personel sering diisi dengan posisi penting di cabang luar
negeri sampai personel domestik diambil alih. Di beberapa kasus, perusahaan

11
lokal diperoleh, lainnya, perusahaan baru didirikan. Konsep cabang,
dipasangkan dengan manajemen pusat yang kuat, menyediakan kontrol yang
ketat atas pelayanan.

2.3.4 Rintangan Audit dari Perbedaan Internasional, Ketersediaan dan


Pelatihan Auditor

 Tersedianya auditor.

Sejumlah akuntan juga mempercayai rintangan untuk masuk ke profesi


tersebut, seperti pendidikan yang tepat dan syarat ujian. Cara, kita
membandingkan jumlah akuntan di sebuah negara adalah dengan
memperhitungkan rasio jumlah akuntan di negara dengan populasi, yakni
akuntan per kapita. Ini menarik untuk dicatat bahwa kemunculan pasar
negara, seperti: Mexico memiliki sedikit akuntan per kapita dibandingkan
dengan negara yang berpendapatan tinggi. Juga, negara dengan tradisi
bentuk standar untuk melayani pemerintah (kode hukum negara) memiliki
jumlah akuntan relatif lebih sedikit. Contoh, Inggris dengan 23 juta orang
lebih sedikit dari Jerman memiliki 6 kali jumlah akuntan Jerman.

 Perbedaan internasional dalam pelatihan praktik auditor.

Sistem edukasi mempengaruhi peran seorang akuntan yang diharapkan


untuk dimainkan. Seperti banyak pembelajaran profesi, persiapan unuk
menjadi akuntan mencakup elemen pendidikan formal, pengalaman, dan
ujian.

Ada tiga model pendidikan akuntansi yang berbeada yang beperan untuk
sertifikasi:

1. Pendekatan masa belajar, dicontohkan oleh pengalaman orang Inggris,


yang mana tidak memerlukan pendidikan khusus dalam pelatihan
akuntansi.

12
2. Pendekatan universitas, didasarkan model untuk sertifikasi, mirip
dengan pendekatan yang digunakan di Amerika Serikat dan Jerman.
3. Model rangkap, ditemukan di Belanda dan Perancis yang mana
diizinkan dilakukan tiap pendekatan sebelumnya.

Tiap model memiliki keunggulannya sendiri, tetapi auditor menjadi tidak


familiar dengan level kompetensi staf di seluruh negara. Dalam model
masa belajar, setelah beberapa tahun belajar, staf dengan pengalaman
signifikan mungkin tidak dikualifikasi, dalam rasa profesional. Satu yang
sering didapat staf adalah junior yang relatif untuk beberapa tahun. Dalam
model universitas, staf dikualifikasi dan tidak memiliki pengalaman yang
cukup. Satu solusi untuk perusahaan global adalah konsentrasi dalam
pengembangan modal orang yang lebih kuat berdasarkan training global
dan masa belajar atau program residen asing. Ini biasa untuk menemukan
akuntan dalam tingkat yang bervariasi dari karir mereka, biasanya dari
manajer tingkat atas, bekerja di kantor asing untuk mempelajari tantangan
audit di negara itu dan untuk melatih akuntan lokal di perusahaan
internasional. Ketika akuntan tersebut kembali ke negara asal mereka,
mereka dapat menunjukkan audit perusahaan anak lokal dan lebih efektif
menuruti kebutuhan dalam negara dimana perusahaan induk klien berada.
Ini membolehkan janji partner untuk mengekspresikan opini.

 Pertukaran hak (pengakuan mutual kemampuan untuk praktik).

Pertukaran hak (timbal balik) praktiknya berbeda-beda setiap waktu. Pada


suatu saat, akuntan Inggris memiliki sertifikasi global yang valid untuk
praktik. Ini berubah secara dramatikal di Amerika Serikat tapi juga di
Kanada dan Australia tahun 1970-an. Pada tahun 1990-an, integrasi
ekonomi regional menjadi jawaban untuk pertukaran hak. Persetujuan
perdagangan bebas ditandatangani antara Amerika Serikat dan Kanada
tahun 1989-an, kerja sama antara dua partner perdagangan terbesar di
dunia. Pada tanggal 1 September 1991, memorandum berjudul “Principles

13
for Reciprocity” telah ditandatangani antara AICPA, NASB, dan CICA.
Sesuai dengan persetujuan, akuntan dengan kualifikasi profesional di satu
negara meminta kualifikasi dari negara lain, subjek untuk mengambil ujian
pajak lokal dan kerangka legal. Ujian khusus ini mengeliminasi kebutuhan
untuk akuntan Kanada, contoh, untuk mengambil ujian Uniform CPA.
Ujian ini disampaikan pada anggota Institute of Chartered Accountants of
Australia yang mengambil ujian IQEX (International Uniform Certified
Public Accountant Qualification Examination). Ujian merupakan salah
satu kebutuhan yang digunakan untuk menafsir kompetensi
profesional Australian and Canadian Chartered Accountant yang berharap
mendapat sertifikat CPA.

Dalam situasi pertukaran hak regional yang serupa, EU mempengaruhi


serangkaian perintah yang harus dimasukkan ke dalam hukum nasional di
tiap negara. Eight Directive, seperti yang diadopsi oleh Council of
Ministers of European Union tahun 1984, sepakat dengan kualifikasi
undang-undang auditor. Dalam auditor EU dari satu negara diizinkan
untuk praktik di negara anggota lainnya jika dua kondisi terjadi. Kondisi
tersebut adalah:

1. Auditor mendapat kualifikasi yang dianggap ekuivalen dengan


kekuasaan memeriksa di negara tuan rumah.
2. Auditor menunjukkan bahwa mereka mengerti akan hukum dan
persyaratan untuk menaati undang-undang audit di negara tuan rumah.

Aturan untuk pertukaran hak relatif fleksibel di beberapa negara lain. Di


Belanda contohnya, Ministry of Economic Affairs menghasilkan lisensi
untuk akuntan luar negeri pada daerah yang terbukti berkualifikasi tepat
didapat luar negeri dan bermoral. Perancis mengakui ijazah luar negeri
dari negara-negara yang perlakuan resiprok pemberian izin kandidatnya
telah melewati ujian langsung yang diatur oleh Ministry of
Education mencakup hukum, pajak dan akuntansi, dan etika Perancis.

14
Bagaimanapun, Jerman dan Inggris sama ketatnya dengan Amerika
Serikat dalam tidak memberi izin pertukaran hak dengan mudah.

2.4 Perbandingan Auditing Lokal dengan Internasional

1. Beberapa aspek dalam audit lokal dan audit internasional telah memiliki
kesamaan antara lain dalam definisi, tujuan, kerangka, standar dan
prosedur.
2. Ada pula perbedaan antara lain dalam teknis pembuatan kertas kerja, dan
laporan audit.
3. Juga ada perbedaan dalam hal latar belakang pendidikan seorang auditor
internasional. Di satu negara mensyaratkan auditor internasional harus
bergelar master, sedangkan di satu negara tidak. Sehubungan dengan
adanya perbedaan bentuk laporan audit di berbagai negara, dikeluarkanlah
beberapa aturan oleh International Auditing Practice Committee (IAPC)
yang merupakan komite senior dari IFAC. Hingga saat ini, dari hasil survey
perbandingan antar negara didapatkan bahwa perbedaan laporan audit di
beberapa negara adalah :
 Alamat pihak yang dituju dalam laporan audit.
 Tidak menentukan prinsip akuntansi yang mendasari laporan keuangan
yang diuji
 Indeksasi laporan audit.

2.5 Standar Audit

Ketika hendak menjalankan sebuah audit dalam perusahaan, harus menerapkan


pedoman audit atas laporan keuangan yang ada. Standar audit tersebut terdiri dari
10 standar yang mana dirinci dan membentuk sebuah pernyataan standar auditing
(PSA). Beberapa standar ini mengharuskan agar hasil dari audit benar-benar
berimbas pada kemanfaatan untuk perusahaan. Adapun beberapa standar tersebut
diantaranya:

1. Competence atau Suatu Hal yang Mengharuskan Keahlian

15
Point standar audit yang pertama ini masuk dalam standar umum. Dalam
melakukan sebuah audit, tentu harus dilakukan oleh seseorang dengan
keahlian dan juga pelatihan teknis yang cukup. Seorang auditor diharuskan
untuk bertindak sebagai seorang yang benar mahir dalam bidang akuntansi.
Keahlian tersebut bisa dengan menempuh pendidikan formal maupun dengan
pengalaman dalam mengikuti pelatihan. Adapun bentuk pelatihan yang ada
mencakup sebuah pelatihan kesadaran untuk mengembangkan keterampilan
dalam berbisnis maupun kegiatan perusahaan. Seorang auditor diharuskan
untuk mempelajari, memahami, dan menerapkan ketentuan baru yang ada
pada prinsip akuntansi dan juga standar auditing.
2. Independence atau Tidak Terpengaruh
Bagi seorang auditor, sangat penting untuk bersikap independen. Independen
dalam hal ini yaitu tidak mudah terpengaruh oleh pihak manapun. Adanya
sikap intelektual dan jujur perlu dijunjung tinggi oleh seorang auditor. Sebuah
profesi akuntan publik biasanya telah mengetahui kode etik akuntan Indonesia
agar bisa mendapat sebuah kepercayaan.
Meskipun sikap independensi ini masuk dalam kategori mutu pribadi dan
tidak masuk dalam hal yang tercantum khusus dalam persepsi auditing, namun
sikap ini sangat penting untuk dipertahankan. Semakin seorang auditor
memiliki sikap baik, tentu hal tersebut berimbas pada kualitas yang ada.
3. Due Professional Care atau Tingkat Keprofesionalan
Maksud dari standar yang satu ini yaitu adanya sebuah sikap cermat dan
seksama. Seorang auditor harus memiliki keterampilan dan mampu
mengembangkan keterampilan tersebut.
Keterampilan dalam hal cermat dan seksama tersebut untuk bisa
mencerminkan seorang auditor yang profesional. Keprofesionalan akan
menunjang keyakinan dalam melakukan evaluasi dalam laporan keuangan.
4. Adequate Planning dan Proper Supervision
Pada bagian standar audit ini termasuk dalam standar pekerjaan lapangan.
Standar audit dalam kategori ini berisi mengenai sikap dan juga pengetahuan
seorang akuntan publik. Tentunya hal ini bersangkutan dengan skill yang ada.

16
Maksud dari standar ini yaitu sebuah pekerjaan harus memiliki rencana yang
sangat baik. Point ini menjelaskan bahwa seorang auditor memiliki
penyerahan tanggung jawab. Pada poin ini menjelaskan tentang penyerahan
tanggung jawab untuk merencanakan hal-hal yang terkait dengan pekerjaan.
5. Pemahaman yang Memadai Atas Struktur Pengendalian Intern
Standar pekerjaan lapangan yang satu ini berhubungan langkah atau strategi
dalam melakukan pekerjaan. Ilmu yang ada akan membedakan hasil dari audit
yang dilakukan.
Seorang auditor tentu harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang
pengendalian intern baik itu prosedur maupun desain tentang laporan
keuangan. Seperti halnya arus kas yang mampu menjadi sarana perencanaan
perusahaan dalam pengendalian aktivitasnya.
6. Bukti Audit yang Kompeten
Sebagai hasil untuk melakukan evaluasi harus ada sebuah bukti. Dari analisis
laporan keuangan, tentu akan menghasilkan suatu pendapat.
Pekerjaan oleh auditor untuk memberikan pendapat terhadap laporan
keuangan tentunya berdasarkan evaluasi bukti audit. Bukti tersebut bersifat
variatif dan tentu harus benar-benar objektif, relevan, dan tepat waktu.
7. Financial Statements Presented in Accordance atau Sesuai Dengan Prinsip
Akuntansi
Pada poin ini sudah memasuki tahap pelaporan. Pelaporan ini menjadi hasil
akhir dari rangkaian standar audit. Maksud dari standar ini yaitu laporan audit
harus menyatakan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Hal tersebut mencakup konvensi, aturan dan prosedur yang dibutuhkan
untuk membatasi praktik dalam akuntansi yang berlaku.
Untuk standar pelaporan yang satu ini mengharuskan auditor menyajikan fakta
dengan memberikan pendapat mengenai penyusunan laporan keuangan. Hal
tersebut untuk memberikan gambaran terhadap perusahaan dalam hal
finansial.
8. Consistency In The Application atau Harus Konsistensi

17
Hasil laporan auditor tentu harus menunjukkan, apabila ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi. Adapun tujuan dari
konsistensi ini yaitu untuk memberikan jaminan daya banding terhadap
laporan keuangan. Tujuan dari konsistensi ini untuk mengungkapkan
perubahan yang terjadi dalam laporan keuangan. Hal ini ditulis dalam sebuah
paragraf penjelasan dalam laporan keuangan yang ada.
9. Isi Laporan Harus Dipandang Memadai dan Mencakup Semua Hal
Mengenai standar audit yang ini merupakan bentuk laporan keuangan harus
sesuai dengan prinsip akuntansi yang memadai. Baik itu dari segi susunan,
bentuk, isi laporan, serta catatan atas laporan keuangan.
Seorang auditor harus memastikan tentang beberapa hal yang diungkapkan
dan berhubungan dengan fakta-fakta saat dilaksanakan audit. Hal tersebut bisa
menjadi bahan peetimbanhan dengan pernyataan klien dan mampu
merahasiakan informasi yang masuk.
10. Expression of Opinion atau Pendapat yang Sesuai
Laporan audit harus memuat secara keseluruhan dalam standar yang telah
ditentukan. Hal ini untuk menghindari kesalahan penafsiran seseorang.
Bahkan standar pelaporan ini harus dikaitkan dengan laporan keuangan yang
ada.
Keterkaitan tersebut bisa dilakukan ketika akuntan memberikan izin untuk
memberikan dokumen atau laporan komunikasi tertulis. Ketika seorang
akuntan menyerahkan hasil laporan yang disusun kepada pihak lain, maka
akuntan tersebut dianggap terkait.
Beberapa standar adit tersebut wajib untuk diterapkan agar memiliki
perencanaan yang matang untuk perusahaan. Laporan keuangan yang baik
akan menunjukkan stabilitas dan perkembangan perusahaan. Berbagai standar
yang ada sebagai langkah dan juga pedoman yang harus diterapkan dalam
melakukan audit terhadap perusahaan.Dari ketiga pengelompokkan standar,
tentu tidak boleh terlewat satupun agar hasil audit benar-benar maksimal.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Auditor adalah praktik yang berkembang secara international diantara individu


dan perusahaan. Pendorong utama pergerakan ini adalah globalisasi bisnis.
Perusahaan yang ingin menjadi perusahaan international bertanya pada penasehat
keuangan mereka bagaimana menjadi perusahaan multinational.

Profesi auditor merupakan suatu pekerjaan yang dilandaskan pada pengetahuan


yang kompleks dan hanya dapat dilakukan oleh individu dengan kemampuan dan
latar pendidikan pendidikan tertentu. Tugas auditor adalah untuk menentukan
apakah representasi (asersi) tersebut betul-betul wajar, maksudnya untuk
meyakinkan ‘’ tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang
ditetapkan’’.

Lingkungan Audit Internasional 1) Beberapa aspek dalam audit internasional telah


memiliki kesamaan antara lain dalam definisi, tujuan, kerangka, standar dan
prosedur. 2) Adapula perbedaan antara lain dalam teknis pembuatan kertas kerja,
dan laporan audit. 3) Juga ada perbedaan dalam hal latar belakang pendidikan
seorang auditor internasional. Di satu negara mensyaratkan auditor internasional
harus bergelar master, sedangkan di negara lain tidak.

3.2 Saran

Setitik harapan dari kami sebagai penyusun kepada semua pihak baik
pengoreksi maupun pembaca untuk memberikan kritik dan saran kepada kami.
Karena makalah yang kami susun ini masih terlihat jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena, itu kritik saran yang membangun sangat kami
butuhkan untuk memperbaiki kekuarngan yang ada dalam makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

https://adamfirdaus46.wordpress.com/2015/03/22/perkembangan-dan-klasifikasi-
akuntansi-international/

http://hpcrates.blogspot.com/2012/03/pola-budaya-dan-perkembangan-
akuntansi.html?m=1

20

Anda mungkin juga menyukai