Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH AUDITING

LAPORAN AUDIT

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing 1


diampu oleh Dedy Djefris, SE.Akt.,M.Ak.,Ak
dan Yossi Septriani, SE.,M.Acc.,Ak

Oleh

Fatarani Hidayati ( 2101071003 )


Annisa Dwi Faturrahmi ( 2101072003 )
Indah Rindu Ferdani ( 2101072012 )
Tapselia Putri ( 2101072030 )
Tania Novi Ramadhani ( 2101072042 )
Farah Fadhillah ( 2101072060)

KELAS 2B D3 AKUNTANSI

JURUSAN D3 AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI PADANG
SUMATERA BARAT
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-NyA kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah berjudul: “Laporan
Audit” dengan tepat waktu. Makalah ini telah kami susun dengan baik dan mendapat
bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Akhir kata, kami berharap semoga amal baik dan bantuan yang diberikan akan
mendapat imbalan setimpal dari Allah SWT. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan digunakan sebaik baiknya bagi kita semua.

Padang, 26 Oktober 2022

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................4
1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................................4
1 Bagaimana bentuk laporan audit?..................................................................................................4
2. Apa saja jenis opini dan kriteria opini?..........................................................................................4
3. Bagaimana jika salah saji, kekeliruan, dan ketidak beresan?.........................................................4
4. Apa saja materialitas dan tingkat materialitas?..............................................................................4
5. Apa hubungan tingkat materialitas dengan opini audit?.................................................................4
6. Bagaimana cara penerbitan laporan opini audit?............................................................................4
1.3. Tujuan........................................................................................................................................4
BAB II...................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1. Bentuk Laporan Audit................................................................................................................5
2.2. Jenis Opini Dan Kriteria Opini...................................................................................................8
2.3. Salah saji, kekeliruan dan ketidakberesan...................................................................................9
2.4. Materialitas dan tingkat materialitas.........................................................................................10
2.5. Hubungan tk materialitas dengan opini audit.......................................................................14
2.6. Penerbitan laporan audit......................................................................................................16
BAB III................................................................................................................................................21
PENUTUP...........................................................................................................................................21
3.1. KESIMPULAN....................................................................................................................21
3.2. SARAN................................................................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Audit adalah suatu proses pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan klien
yang dilakukan oleh seseorang yang indenpenden dan kompeten. Opini audit adalah
pernyataan dari seorang auditor terhadap kewajaran laporan keuangan yang akan
auditor audit. Pernyataan auditor tentunya harus dapat auditor pertanggungjawabkan
bahwa telah sesuai dengan standar, norma, dan peraturan.

Laporan auditor adalah langkah terakhir dan paling penting dari keseluruhan proses
audit. Secara umum laporan auitor dapat didefinisikan sebagai laporan yang
menyatakan pendapat auditor yang indenpenden mengenai kelayakan atau ketepatan
pernyataan klien bahwa laporan keuangannya disajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip-prinsip akuntan yang berlaku umum, yang diterapkan secara konsosten dengan
tahun sebelumnya. Dalam menyiapkan dan menerbitkan sebuah laporan audit, auditor
harus berpedomanpada standar pelaporan yang terdapat dalam Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP).

Melihat pentingnya audit bagi pihak eksternal maupun internal, maka diperlukan
pengetahuan tentang tujuan dan laporan audit. Namun, masyarakat cenderung kurang
memahami tentang tujuan dan tata cara pelaporan audit secara menyeluruh. Maka dari
itu penulis memutuskan untuk membahan laporan audit yang akan dibahas secara
mendetail.

1.2. Rumusan Masalah

1 Bagaimana bentuk laporan audit?


2. Apa saja jenis opini dan kriteria opini?
3. Bagaimana jika salah saji, kekeliruan, dan ketidak beresan?
4. Apa saja materialitas dan tingkat materialitas?
5. Apa hubungan tingkat materialitas dengan opini audit?
6. Bagaimana cara penerbitan laporan opini audit?

1.3. Tujuan

1 Untuk mengetahui bentuk laporan audit.


2. Untuk mengetahui jenis opini dan kriteria opini.
3. Untuk mengetahui jika salah saji, kekeliruan, dan ketidak beresan.
4. Untuk mengetahui materialitas dan tingkat materialitas.
5. Untuk mengetahui hubungan tingkat materialitas dengan opini audit.
6. Untuk mengetahui cara penerbitan laporan opini audit.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Bentuk Laporan Audit

Menurut Boyton Johnson Kell, laporan audit adalah media formal yang digunakan oleh
auditor dalam mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang
kesimpulan atas laporan keuangan yang di audit.

Menurut Mulyadi, laporan audit adalah suatu media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor
menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporang keuangan auditan.

Sehingga yang dimaksud dengan laporan audit alalah laporan auditor yang menyatakan
bahwa pemerikdaan telah dilakukan dengan norma permeriksaan akuntan, disertai dengan
pendapat mengenai kewajaran atas laporan keuangan perusahaan yang diperiksa , jenis
pendapat yang dikenal ialah wajar tanpa syarat (unqualified clean), wakr dengan syarat
(qualified), menolak dengan memberikan pendapat (adverse), dan menolak tanpa
memberikan pendapat sama sekali (disclaimer).

Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit dengan pendapat wajar
tanpa pengecualian. Lebih dari 90 persen laporan audit menggukalan bentuk ini. Laporan
audit standar tanpa pengecualian berisi delapan bagian yang berbeda, dan ini ditunjukan
dengan huruf tebal pada gambar.

5
1. Judul laporan. Standar auditing mensyaratkan bahwa laporan harus diberi judul yang
mengandung kata indenpenden. Sebagai contoh, judul yang tepat mencakup “laporan
auditor independen” atau “pendapat akuntan indenpenden”. Keajiban mencantumkan
kata indenpenden dimaksuidkan untuk memberi tahu para pemakai laporan bahwa
audit tersebut dalam segala aspeknya dilaksanakan secara tidak memihak atau tidak
bias.

2. Alamat laporan audit. Laporan ini umumnya ditujukan kepada perusahaan, para
pemegang saham, atau dewan direksi perusahaan. Dalam tahun-tahun terakhir ini.
Telah menjadi hal yang biada mengalamatkan laporan ini kepada dewan direksi dan
para pemegang saham untuk menunjukan bahwa auditor indenpenden terhadap
perusahaan.

3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama laporan menunjukkan bahwa kantor akuntan


publi bersangkutan telah melaksanakan audit, yang membedakan laporan audit dari
kompilasi atau laporan review. Paragraf pertama juga menyatakan laporan keuangan
yang telah diaudit, termasuk catatan atas laporan keuangan dan tanggal neraca serta
periode akuntuansi untuk laporan laba rugi dan laporan arus kas. Kata-kata tentang
laporang keuangan dalam laporan audit harus identik denganyang digunakan oleh
manajemen pada laporan keuangan tersebut.

4. Tanggung jawab manajemen. Judul dan paragraf ini menyatakan bahwa laporan
keuangan merupakan tanggung jwab manajemen. Tanggung jawab ini meliputi
pemilihan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat dan penyelenggaraan pengendalian
internal atas pelapuran keuangan yang menvukupi untuk penyajian laporan keuangan
yang bebas dari salah saji yang material akibat kecurangan atau kesalahan.

5. Tanggung jawab auditor. Bagian tanggung jawan auditor berisi tiga paragraf.
Paragraf pertama menyatakan bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar
audit yang berlaku. Paragraf ini juga menyatakan bahwa audit dirancang untuk
memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah
saji yang material. Pencantuman kata materian menunjukan bahwa auditor hanya
bertanggung jawab mencari salah saji yang signifikan, bukan salah saji kecil yang
tidak memengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan.

Paragraf kedua menguraikan ruang lingkup audit dan bukti audit yang dikumpulkan.
Paragraf ini menunjukan bahwa prosedur yang digunakan tergantung pada
pertimbangan auditor dan menvakup penilaian risiko salah saji yang material dalam
laporan keuangan. Paragraf ini juga menunjukan bahwa auditor mempertimbangkan
pengendalian internal yang relevan terhadap penyusunan dan penyajian wajar laporan
keuangan ketika meranvang prosedur audit yang akan dilaksanakan, tetapi penilaian
pengendalian internal ini bukan untuk tujuan serta tidak cuku[ untuk menyatakan
pendapat tentang keefektifan pengendalian internal entitas. Kalimat terakhir dari
paragraf ini menunjukkan bahwa audit mencakup pengevaluasian kebijakan akuntansi
yang dipilih, kelayakan estimasi akuntansi, dan penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan

Paragraf ketiga menunjukkan bahwa auditor yakin bahwa bukti audit yang tepat dan
mencukupi telah diperoleh demi mendukung pendapat auditor.

6
6. Paragraf pendapat. Paragraf terakhir dalam laporan audit standar menyatakan
kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit. Bagian laporan ini begitu penting,
sehingga sering kali keseluruhan laporan audit dinyatakan secara sederhana sebagai
pendapat auditor. Paragraf pendapat dinyatakan sebagai suatu pendapat saja bukan
sebagai pernyataan yang mutlak atau sebagai jaminan. Maksudnya adalah untuk
menunjukan bahwa kesimpulan tersebut dibuat berdasarkan pertimbangan profesional

7. Nama dan alamat KAP. Nama mengidentifikasi kantor akuntan publik (Kap) atau
praktisi yang melaksanakan audit. Biasanya yang dituliskan adalah nama kantor
akuntan publik, karena seluruh bagian dari kantor akuntan publik mempunyai
tanggung jawab hukum dan profesional untuk memastikan bahwa kualitas audit
memenuhi standar profesional. Kota dan negara bagian lokasi KAP itu juga harus
dicantumkan.

8. Tanggal laporan audit. Tanggal yang tepat untuk dicantumkan pada laporan audit
adalah ketika auditor menyelesaikan prosedur audit di lokasi pemerikdaan. Tanggal
ini merupakan hal yang penting bagi para pemakai laporan karena menunjukkan hari
terakhir dari tanggung jawab auditor untuk mereview peristiwa-peristiwa penting
yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan.

Laporan audit standar tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut


terpenuhi:
1. Semua laporan-neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemegang
saham, dan laporan arus kas sudah termasuk dalam laporan keuangan.
2. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan
penugasan audit ini dengan cara yang menungkinkannya untuk menyimpulkan
bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing.
3. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum atau kerangka kerja akuntansi lainnya yang sesuai. Hal itu juga
berarti bahwa pengungkapan yang memadai telah tercantum dalam vatatan kaki
dan bagian-bagian lain dari laporan keuangan.
4. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan
sebuah paragrag penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

Apabila komdisi-kondisi tersebut terpenuhi, maka laporan audit standar tanpa


pengecualian untuk audit perusahaan nonpublok, sebagaimana diperlihatkan dalam
gambar di atas dapat diterbitkan.

Empat kategori laporan audit


1. Wajar tanpa pengecualian standar
Dimana keempat kondisis di atas telah terpenuhi.
2. Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan
Suatu audit yang lengkap telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan dan
laporan keuangan telah disajikan secara wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi
secara material atau standar akuntansi yang berlaku tidak diikuti pada saat
menyiapkan laporan keuangan.
3. Dengan pengecualian
Auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan telah disajikan
secara wajar, tetapi auditor yakin bahwa penting atau wajib untuk memberi
informasi tambahan.

7
4. Tidak wajar atau menilak memberikan pendapat
Auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan tidak dapat disajikan secara
wajar (pendapat tidak wajar), sehingga ia tidak dapat memberikan pendapat
mengenai apakah lapotan keuangan telah disajikan secara wajar (menolak
memberikan pendapat), atau auditor tidak independen (menolak memberikan
pendapat).

2.2. Jenis Opini Dan Kriteria Opini

Menurut mulyadi, opini audit adalah pendapat yang dikeluarkan oleh auditor mengenai
kewajaran laporan keuangan auditan, dalam semua hal yang material, yang
didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan tersebut dengan
prinsip akuntansi berterima umum.

Opini audit adalah pendapat auditor atas laporan keuangan tahunan perusahaan yang telah
di audit.auditor sebagai pihak yang indenpenden dalam pemeriksaan laporan keuangan
suatu perusahaan akan memberikan opini terhadap laporan keuangan yang diauditnya.
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) mengharuskan pembuatan laporan setiap kali
kantor akuntan public dikaitkan dengan laporan keuangan.

Lima jenis opini audit :


1. Pendapat wajar tanpa pengecualian
Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan
secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus
kas entitas tertentu sesuaidengan prinsip akuntansi yang berterima umum di Indonesia
(IAI,Standar Profesional Akuntan Publik 2001).
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahada penjelasan (unqualified opinion
with explanatory language)
Menurut (IAI 2001) memuat penjelasan, bahwa keadaan tertentu mungkin
mengharuskan auditor untuk menambahkan suatu paragraph penjelasan (atau bahasa
penjelasan yang lain) dalam laporan auditnya.
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
Jika auditor menjumpai kondisi-kondisi berikut, ia akan
memberikan pendapat wajar dengan pengecualian dalam laporan
audit, yaitu:
a) Lingkup audit dibatasi oleh klien.
b) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting atau tidak dapat
memperoleh informasi penting karena kondisi-kondisi yang berada di luar jangkauan
kekuasaan klien maupun auditor.
c) Laporan keuangan tidak disusun sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.
d) Prinsip akuntansi berterima umum yang digunakan dalam penyususnan laporan
keuangan tidak diterapkan secara konsisten, kecuali untuk dampak hal-hal yang
berhubungan dengan yang dikecualikan (IAI, Standar Profesional Akuntan
Publik2001).
4. pendapat tidak wajar (adverse opinion )
Menurut (IAI 2001) menyebutkan, pendapat tidak wajar dimaknailaporan keuangan
tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas
tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

8
Auditor tidak melaksanakan audit yang berlingkup memadai untukmemungkinkan
auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan
pendapat juga dapatdiberikan oleh auditor jika ia dalam kondisi tidak independen
dalam hubungannya dengan klien.

2.3. Salah saji, kekeliruan dan ketidakberesan

Dalam auditing dikenal dua istilah untuk menggambarkan salah saji (misstatement) pada
laporan keuangan, yaitu (1) kekeliruan (error), dan (2) ketidakberesan (irregularities).
Menurut Standar Profesional Akuntan Publik seksi 316 paragraf 02 (IAI, 1994) disebutkan
bahwa, istilah kekeliruan (error) berarti salah saji (misstatement) atau hilangnya jumlah atau
pengungkapan dalam laporan keuangan yang tidak disengaja. Kekeliruan dapat berupa 
(a) Kekeliruan dalam pengumpulan atau pengolahan data akuntansi yang dipakai sebagai
dasar pembuatan laporan keuangan,
(b) estimasi akuntansi salah yang timbul sebagai akibat dari kekhilafan atau penafsiran salah
terhadap prinsip akuntansi yang menyangkut jumlah, klasifikasi, cara penyajian, atau
pengungkapan.

Sedangkan pada seksi 316 paragraf 03 disebutkan bahwa, ketidakberesan (irregularities)


adalah salah saji atau hilangnya jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang
dilakukan dengan sengaja. Ketidak-beresan mencakup kecurangan dalam pelaporan keuangan
yang dilakukan untuk menyajikan laporan keuangan yang menyesatkan, yang disebut dengan
kecurangan manajemen, dan penyalahgunaan aktiva, yang seringkali disebut dengan unsur
penggelapan. Ketidakberesan dapat terdiri dari perbuatan 
(a) yang mengandung unsur manipulasi, pemalsuan, atau pengubahan catatan akuntansi atau
dokumen pendukungnya yang merupakan sumber untuk pembuatan laporan keuangan,
(b) penyajian salah atau penghilangan dengan sengaja peristiwa, transaksi, atau informasi
signifikan yang lain, dan
(c) penerapan salah prinsip akuntansi yang dilakukan dengan sengaja.

Perbedaan antara kekeliruan dan ketidakberesan terletak pada penyebab salah saji laporan
keuangan. Kekeliruan terjadi karena faktor ketidaksengajaan, sedangkan ketidakberesan
terjadi karena adanya faktor kesengajaan. Auditor memiliki kewajiban untuk mendeteksi
adanya kekeliruan dan ketidakberesan yang material. Tanggung jawab ini antara lain
diwujudkan dalam bentuk perencanaan audit dengan mempertimbangkan faktor-faktor risiko
yang diperkirakan dapat muncul.

Menurut Bernardi (1994) terdapat beberapa faktor yang dapat dipertimbangkan dalam
menentukan kemungkinan terdeteksinya kekeliruan dan ketidakberesan, yaitu 
(1) kompetensi dan integritas klien.
(2) gaya cognitive auditor.
Reviu terhadap kompetensi dan integritas klien dilakukan untuk menilai tingkat risiko audit
yang dapat muncul berkaitan dengan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan. Kompetensi
disini mengacu kepada kemampuan klien dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sedangkan
integritas mengacu kepada tidak dilakukannya manipulasi terhadap dokumen-dokumen
perusahaan. Auditor akan menilai risiko audit rendah jika, menurut pendapatnya, klien
memiliki kompetensi dan integritas yang tinggi, demikian sebaliknya, auditor akan menilai
risiko audit tinggi jika kompetensi dan integritas klien rendah. Gaya cognitive auditor

9
mengacu pada perbedaan karakteristik individu auditor dalam mendeteksi kekeliruan dan
ketidakberesan.

2.4. Materialitas dan tingkat materialitas

1. Pengertian materialitas
Auditor dalam memeriksa laporan keunangan diharuskan menentukan apakah sebuah laporan
keuangan disajikan secara tidak benar atau adil. Maka dari itu, auditor memerlukan sebuah
cara untuk menentukana apakah sebuah laporan keuangan sudah berar dan adil. Namun, hal
tersebut menjadi sulit dilakukan karena pandangan bahwa sebuah laporan keuangan sudah
benar dan adil adalah subjektif. Selain itu, tidak ada formula yang dapat menentukan benar
dan dil untuk menilai sebuah laporan keuangan

Dalam point tertentu, auditor memang bisa mengidentifikasi apakah sebuah laporan keuangan
sudah benar dan adil karena mungkin laporan keuangan tersebut sudah terlalu berbeda
dengan benchmark auditor akan kebenaran dan keadilan laporan keuangan Standar akuntansi
juga telah mengeluarkan standar stundar yang kiranya dapat membantu pekerjaan auditor
dalam menentukan kebenaran dan keadilan laporan keuangan Namun, standar akuntansi
behan dapat membantu secara maksimal penentuan benar dan adikdari sebuah laporan
keuangan Auditor terpaksa mengandalkan professional judgement mereka dalam menentukan
benar dan adil laporan keuangan.

FASB mendefinisikan materialitas sebagai besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji
informasi akuntansi yang dihat dari keadaan yang melingkupinya dapat mengakibatkan
perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan
terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji tersebut.
IAS 320 mengenai Materiality in Planning and Performing an Audit menyatakan:
Misstatements, including omissions are considered to be material if they, individually or in
the aggregate, could reasonably be expected to influence the economic decisions of users
taken on the basis of the financial statements. Judgments about materiality are made in light
of . Dalam pernyataan IAS 320 diatas, kata-kata "materiality" dan "size" sangat berkaitan.
Size merupakan salah satu factor dalam menentukan tingkat materialitas dalam laporan
keuangan. Namun, faktor lainnya juga dapat menjadi faktor penentuan tingkat materialitas.

2. Materialitas dalam Pembuatan Keputusan


Materialitas menekankan pada efek kesalahan laporan keuangan kepada keputusan pengguna
laporan keuangan sehingga sangat penting sekali menentukan apakah sebuah kesalahan
material atau tidak. Maka dari itu, auditor harus tahu siapa pengguna laporan keuangan dan
untuk apa laporan keuangan akan digunakan. Mayoritas pengguna laporan keuangan adakh
investor yang memiliki saham dalam perusahaan yang bersangkutan.

Auditor berperan dalam menentukan seberapa besar kesalahan dalam penyajian laporan
keuangan dapat berpengaruh kepada keputusan dari investor, Auditor harus dapat mencegah
efek yang terlalu besar pada pengambilan keputusan akibat kesalahun penyajian laporan
keuangan tidak dianggap material Yang diharapkan adalah auditor bisa menyambungkan
koneksi antara keputusan shareholder dengan laporan keuangan dalam menentukan tingkat
materialitas.

10
Dalam menentukan tingkat materialitas, pengguna laporan keuangan disumskan mengerti
laporan keuangan, memiliki pengetahuan akan bisnis dan akuntansi dan mengerti bahwa
dalam menyiapkan laporan kenangan, akuntan memakai konsep materialitas dan hporan
keuangan memiliki uncertainties dan judgment. Tipe investor yang akan menggunakan
laporan keuangan akan menjadi faktor penting dalam menentukan tingkat audior
memperbolehkan kesalahan dalam penyajian laporan keuangan.

3. Materialitas di dalam laporan keuangan

Secara praktik, dalam menentukan materiality level, auditor cenderung mengunakan


persentase dari jumah laba di dalam suatu periode tertentu. Angka materialitas ini dapat
bervariasi biasanya antara 1 % 10 % dari jumlah kaba. Contohnya apabila angka materialitas
sebesar 10%, hal ini berarti bila kesalahan dalam penyajian (misstatement) mempengaruhi
laba sebesar 10 % atau lebih maka kesalahan ini akan dianggap material oleh auditor. Selain
itu, muditor juga dapat menggunakan proses pengambilan keputusan yang lebih numit
daripada contoh yang baru saja dikemukakan Misalnya, apabih kesalahan penyajian
mempengaruhi laba sebesar 10% atau lebih muka auditor dapat langsung menyimpulkan
bahwa kesalahan tersebut bersifat material. Namun, apabila kesalahan penyajian
mempengaruhi laba antara 5 % 10 % maka auditor perki melihat nature dan context yang ada
di sekeliling perusahaan sebelum mereka membuat suatu keputusan akhir tentang materialitas
dari kesahihan penyajian tersebut.

Tingkat materialitas akan ditentukan berdasarkan professional judgement dari auditor itu
sendiri. Tingkat materialitas yang ditetapkan dan jumlah bukti anda yang perlu dikumpulkan
berhubungan secara erat Pada dasarnya, hubungannya adalah semakin rendah tingkat
materialitas maka semakin banyak bukti audit yang butuh dikumpulkan oleh auditor. Hal ini
berarti semakin rendah tingkat materialtas maka semakin tinggi biaya suatu pekerjaan audit
Namun dilema yang dihadapi oleh auditor adalah ketika klien menekan audit fees atau ketika
kompetitor menurunkan audit fees mereka. Apabila auditor ingin menetapkan tingkat
materialitas yang rendah, mereka pasti akan berpikir ulang karena audit fee yang rendah
dikhawatirkan tidak dapat menutup keseluruhan biaya pekerjaan audit.

Berdasarkan serangkaian pengalaman-pengalaman sebelumnya, auditor hiasanya memilih


profit before tax atas proft before tax from continuing operations ketika menentukan tingkat
materialitas. Namun auditor masih tetap harus memakai penilaian mereka dalam hal man
jumlah laba yang tepat dipakai untuk menentukan tingkatan materialtas atas suatu
perusahaan. Auditor tentunya tidak hanya menentukan tingkat materialtas hanya dari angka
laba saja, namin bisa dari angka persentase turnover, total assets atau net asset. Di dalam
praktiknya, auditor biasanya akan menghitung tingkat materialitas berdasarkan suatu kritera
tertentu, khu akan menentukan tingkatan materialitas yang tepat atas aspek andit yang
berbeda-beda. Contohnya. apabila audior sedang mengaudit akun expense maka mereka akan
menetapkan tingkat materialitas berdasarkan laba, sedangkan apabila mereka sedang
mengaudit akun trade receivables maka mereka basanya akan menetapkan tingkat materialtas
berdasarkan net asset. Aspek lain di dalam materialitas yang berhubungan dengan haba yang
harus dievahasi lagi oleh auditor ketika menentukan tingkat materialitas adalah tren laba di
beberapa tahun terakhir, efek angka laba atas rasio-rasio yang penting, dan pengaruh
eksternal

11
4. Materialitas dalam Tahap Perencanaan

Pada normalnya, auditor mengatur materialitas pada tahap perencanan audit. Auditor
melakukan hal ini atas rancangan dasar (berupa draft) atau akun manajemen yang di berkan
oleh kien audit. Ahsan utama auditor mempertimbangkan materialitas pada tahap
perencanaan audit adalah untuk membantu auditor dalam menempatkan risiko audit dalam
suatu konteks. Mereka harus mempertimbangkan sampai sejauh mana kesalahan yang terjadi
di dalam laporan keuangan. Kemudian auditor harus melakukan penilaian atas risiko auda
yang ditimbulkan apabila mereka gagal mendeteksi kesalahan tersebut. Hal-hal ini diatur
dalam ISA 320 dimena dijelaskan hubungan antara materialitas dan risiko audit dam paragraf
Al.

Ketika memutuskan materialitas pada setiap komponen auditor harus mempertimbangkan


faktor-faktor dibawah ini :
1. Pentingnya heading dalam laporan keuangan
Secara umum, semakin besar jumlah item yang dicantumkan dalam laporan keuangan,
semakin besar pula fokus auditor dalam menempatkan dan mengatur tingkat
materialitas yang sesuai
2. Sifat dasar dari setiap item (The nature of the item)
Contohnya: apabila sebuah perusahaan menganggap bahwa users lebih
memertimbangkan pentingnya cash balance daripada deferred tax income balance.
maka apabila keduanya terdapat kesamaan juntah pada balance sheet, auditor
diperbolehkan untuk mengalokasikan materialitas yang lebih kecil untuk cash balance
daripada deferred tax balance.
3. Pengalaman audior ketika mengaudit klien di masa lalu
Jika dalam tahun sebelumnya auditor menemukan kesalahan penyajian dalam saklo
rekening tertentu, auditor dapat mengatur tingkat materialitas yang lebih rendah pada
saldo rekening tersebut daripada saldo rekening lainnya yang sebelumnya tidak
ditemukan kesalahan penyajian
4. Trend yang sedang terjadi di dalam saldo rekening
Dari hal ini, auditor dapat mempertimbangkan pengaturan tingkat materialitas
daripada yang seharusnya diterapkan karena melihat "trend" apa yang sedang terjadi
dalam perusahaan.

Secara umum, semakin tinggi inherent risk dan control risk datum account balance. semakin
rendah audior mengatur tingkat materialitas pada akun tersebut. Pada akhimya, proses alokasi
datang dari auditor itu sendiri secara professional judgements yang dijadikan aspek
pertimbangan seperti inherent risk dan control risk. Pengaturan akan tingkat materialis
menipakan tugas penting karena akan berpengaruh terhadap nature dan scope pekerjaan dan
performance auditor kedepannya. Semakin rendah tingkat materialitasnya, maka semakin
besar jumlah adir works yang akan dikerjakan oleh auditor.

Tingkat materialtas dapat digunakan auditor sebagai patokan dalam tingkat toleransi error
atau kesalahan yang ditungkan dalam substantive test. Terutama saat kasus dimana auditor
menggunakan statistical sampling yang membutuhkan estimasi toleransi eror untuk tujuan
evaluasi

Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa auditor dapat menggunakan tingkat materialitas
sebagai tingkat toleransi eror pada setiap komponen. Tidak serta merta kasus saja, akan tetapi
terkadang audit firm sewenang-wenang menyesuaikan (biasanya menurunkan) komponen

12
tingkat materialitas ketika bertemu dengan tingkat toleransi tertentu. Hal ini terjadi karena
berbagai akisan seperti kebijaksanaan (prudence) atau bukti muncul dari tes lain terkait
dengan item yang serupa. Pada intinya, saat memasuki tahap perencanaan auditor sebaiknya
mendokumentasikan keputusan-keputusan terkait dengan materialitas pada audit planning
memoranda.

5. Materialitas Selama Proses Audit

Selama proses audit, auditor dapat merubah pandangan merken mengenai tingkat materialtas
yang sesuai pada akun-akun tertentu. Ini bisa terjadi, contohnya ketika permukaan proses
audit, auditor menemukan perubahan yang terjadi pada draft accounts. Ketika profit figure
berubah atau inventory dan receivables figures telah diubah, auditor hans mempertimbangkan
implikasi dari perubahan tersebut dan harus dapat memutuskan apakah tingkat materialitas
original dibutuhkan untuk ikut berubah atau tidak. Sekin hal tersebut, bukti bukti yang
ditemukan dan dikumpulkan saat proses audit dapat dijadikan pertimbangan dahm penilaian
ulang tingkat materialitas.

Auditor harus dapat melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam perusahaan klien
tersebut. Ketika perubahan tersebut terjadi, auditor harus memutuskan apakah perubahan
tersebut mempunyai implikasi pada assessment materiali mereka atau tidak. Sebagai hasil
dari perubahan penilaian, auditor juga harus memutuskan untuk merubah nature dan scope
dari audit testing.

6. Materialitas dalam tahap evaluasi

Setelah auditor melakukan tes audit, dampak dari penemuan salah saji harus dievaluasi.
Tahapan evaluasi tersebut secara umum dibagi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Auditor menentukan nilai dari setiap komponen dari laporan keuangan yang memiliki
kemungkinan salah saji dan menjumlahkan semua nilai salah saji.
2. Memperkirakan nilai dari kesahhan potensial pada komponen laporan keuangan

Jika hasil dari proses estimasi auditor menemukan bahwa estimasi salah sajnya lebih kecil
dari tingkat materialitas yang telah ditentukan, maka auditor dapat menyimpulkan bahwa
haporan keuangan tersebut tidak memiliki salah saji yang material. Sebaliknya, jika melebihi
tingkat materialtas yang telah ditentukan artinya hiporan tersebut memiliki material
misstatement. Hal yang mungkin dilakukan auditor setelah itu adalah mempertimbangkan
nature dari komponen tersebut dan mendiskusikannya dengan pihak manajemen dan
menentukan apakah pihak manajemen akan menyesuaikan komponen laporan keuangan
tersebut terhadap entornya.

Jika diasumsikan dak ada hal yang menimbulkan perselisihan tentang teman salah saji
tersebut, manajemen seharusnya setuju untuk membuat penyesamian yang diperlukan.
Namun jika tidak, manajemen harus meneyertakan alasannya untuk hal tersebut dan
memutuskan langkah yang tepat. Salah satu akisan mengapa manajemen tidak setuju untuk
melakukan penyesuaian adalah karena mereka tidak dapat menerima adanya temuan salah
saji pada kiporan keuangan yang diaudit.
Auditor mungkin tertarik untuk memperhatikan beberapa hal dibawah ini, yaitu:
 The size and incidence of any errors or misstatement they have discovered
 Whether the errors or misstatement exhibit some patterns

13
 Whether the errors or misstatement relate to factual matters or to matters of opinion
 Whether the misstatement found relate to matters that are illegal
 Whether there is any suspicion that some of the misstatement may have arisen
beacause of fraud being perpetrated by employees in the company.
 Whether similar misstatements have been discovered in previous years' audits of this
client

7. Isu Kualitatif

Materialtas bukanlah angka mutlak Materialitas berada dalam "wilayah kelabu" antara "apa
yang sangat bokeh jadi tidak material dan "apa yang sangat boleh jadi material" (Tunakotta,
2013). Demi konsistensi, KAP memang menetapkan dan menggunakan suatu acuan ukuran
materialtas, namun acuan sebenemya yang digunakan adalah professional judgment
(Tunakotta. 2013). Professional judgment itu bukan merupakan su kuantitatif, namun isu
kualitatif. Faktor-faktor kualitatif yang memengaruhi materialitas:
1. Disclosure yang diwajibkan oleh hukum atau peraturan ikatan profesional Contoh:
remunersi dewan direksi.
2. Disclosure of accounting policies yang tidak seharusnya digunakan. Contoh:
pernyataan bahwa pratik yang dilakukan suatu perusahaan memengaruhi perusahaan
lan secara signifikan.
3. Classification dalam laporan keuangan. Contolz beban tertentu yang diklasifikasikan
sebagai beban dan kegiatan non-operasional, dimana sebenarnya beban tersebut
merupakan bagian dari kegiatan operasional.
4. Omission yang mempengaruhi keputusan ekonomi (Tuanakotta, 2013). Contoh:
catatan dakun laporan keuangan yang harus diungkapkan secara terpisah atau
tergabung dapat mempengaruhi pembuatan keputusan stakeholder.
5. Nature of misstatement merupakan ukuran kualitatif dari suatu salah saji (Tianakotta,
2013: dan Arens, 2009). Suatu sabh saji yang di bawah ukuran materialtas, namun
ketika dipertimbangkan berdasarkan nature dapat menjadi material Contoh: informasi
tentang related party transaction.
6. Surrounding circumstances atau situasi yang ada (Tuanakotta, 2013). Contofr terjadi
su penurunan harga pasar suatu komoditas secara signifikan.
7. Stakeholders' judgment (Tuanakotta, 2013). Pertimbangan mengani hal yang material
bagi pemakai laporan keuangan didasarkan pada kebutuhan akan informasi umum
dari stakeholder sebagai suatu kelompok. Dampak dari materialitas salah saji setiap
stakeholder bisa sangat bervariasi.
8. Amounts involving fraud biasanya lebih dianggap penting daripada kesakhan nominal
yang tidak disengaja karena fraud merupakan wujud dari kejujuran dan reliabilitas
pihak manajemen atau terkait (Arens, 2009). Contoh: kebanyakan users lebih
memperhatikan salah saji inventori yang disengaja daripada salah hitung nominal
inventori.

2.5. Hubungan tk materialitas dengan opini audit


Opini audit ialah perkataan auditor tentang kesesuaian laporan keuangan dari perusahaan
yang diaudit. Kesesuaiaan itu meliputi materialitast, laba rugi, posisi keuangan, dan arus kas.
Opini audit menjadi “diartikan “laporan keuangan yang digunakan pengguna dalam
mengambil keputusan untuk kinerja perusahaan. Opini audit diatur dalam standar audit 700
mengenai tanggung jawab auditor dalam menerbitkan opini akan laporan keuangan. Standar
audit juga mentertibkan wujud laporan auditor yang diusulkan berupa hasil audit atas laporan

14
keuangan. Standar audit 7050 dan 7060 juga mengelola gimana isi dan gambaran laporan
auditor kala auditor menyampaikan opini modifikasi maupun mengisikan paragraf penakanan
dalam laporan audit.

Materialitas merupakan pertimbangan profesional dan dipengaruhi oleh asumsi auditor atas
kebutuhan para pengguna laporan keuangan. Materialitas adalah besarnya informasi
akuntansi yang apabila terjadi penghilangan atau salah saji terhadap keadaan yang
lingkupinya mungkin dapat mengubah atau mempengaruhi pertimbangan orang yang
meletakkan kepercayaan atas informasi tersebut (SA Seksi 312, SPAP, 2012). Tinggi
rendahnya tingkat materialitas yang diperiksa oleh auditor dapat menyimpulkan opini yang
diberikan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) tehadap suatu perusahaan. Auditor dapat
menentukan tingkat materialitasnya jika sudah lama bekerja dalam KAP. Materialitas dapat
membantu auditor untuk memberikan opini kepada perusahaan yang diauditnya. Masalah
materialitas bidiauditnyasa diatasi jika auditor transparan terhadap laporan keuangan
perusahaan yang .

Materialitas sangat diperlukan auditor untuk memberikan opini. Apabilan kesalahannya tidak
material mungkin tidak akan mempengaruhi opini yang akan diberikan oleh auditor.
Sedangkan kesalahan yang material bisa juga mempengaruhi jenis opini yang akan diberikan
di luar opini wajar tanpa pengecualian. Materialitas sendiri diartikan sebagai “suatu
pernyataan yang salah (misstatement) dalam laporan keuangan dapat dikatakan material
apabila pengetahuan akan kesalahan tersebut dapat mempengaruhi keputusan pembaca
laporan keuangan yang mampu dan intelligent (Alvin A. Arens & James K. Loebbecke).”

Pengaruh Materialitas Terhadap Ketetapan Pemberian Opini Audit.


Menurut Penelitian Bharata dan Wiratmaja (2017) menunjukanl bahwa kemampuan
pertimbangan materialitas dapat memperkuat pengaruh positif kompetensi pada ketepatan
pemberian opini oleh auditor, inil berartil dalaml situasi seorang auditor memiliki
kemampuan pertimbangan materialitas makal pengaruh positif kompetensi pada ketepatan
pemberian opini menjadi semakin kuat

Pada umumnya, terdapat tiga tingkatan materialitas untuk mempertimbangkan jenis laporan
audit yang harus dibuat, yaitu jumlahnya tidak material, jumlahnya cukup material namun
tidak melemahkan laporan keuangan secara keseluruhan, dan kesalahan dalam jumlah sangat
material sehingga kebenaran keseluruhan laporan keuangan diragukan.
Rincian penjelasan masing-masing sebagai berikut:
1. Jumlahnya tidak material. Jika dalam suatu laporan keuangan yang diaudit
diketemukan adanya kesalahan, namun tidak akan mempengaruhi keputusan yang
akan dibuat oleh pembaca laporan keuangan, kesalahan tersebut dianggap tidak
material, sehingga bisa diberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian.
2. Jumlahnya cukup material namun tidak melemahkan laporan keuangan secara
keseluruhan. Jika suatu kesalahan dapat mempengaruhi keputusan yang dibuat oleh
mereka yang berkepentingan, namun keseluruhan laporan keuangan tetap tersaji
dengan wajar, sehingga laporan keuangan tetap berguna. Misalnya, ada kesalahan
dalam penyajian persediaan, namun akun lainnya seperti kas dan setara kas, piutang,
aset tetap, dan akun lainnya telah disajikan secara wajar. Dalam kondisi ini, maka
pendapat pengecualian diberikan atas kesalahan penyajian persediaan saja;
3. Kesalahan dalam jumlah sangat material sehingga kebenaran keseluruhan laporan
keuangan diragukan. Jika kesalahan yang terjadi sangat material sehingga bisa
menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan yang membuat keputusan berdasarkan

15
kepada keseluruhan akun laporan keuangan tersebut. Dalam contoh sebelumnya, bisa
saja hanya akun persediaan yang salah, namun kalau jumlah kesalahannya sangatlah
besar dibandingkan keseluruhan jumlah akun lainnya, maka kesalahan satu akun
persediaan tersebut dianggap material.

Hasil opini auditor ialah suatu pendapat yangl dinyatakan oleh auditor tentng kewajaran
dalam peyajian laporan keuangan perusahan dimana auditor melakukan auditl. Opini yang
palinglbaik ialah wajar tanpa pengeculian (unqualified opinionl). Opini ini akan diberikan
ketika auditor merasa yakin, terhadap bukti-bukti audit. Pemberian opini audit ialah
tanggungjawab seorang auditor, dimana akuntan publik memberikan pendapatnya terhadap
kewajaran laporan keuanganlyang disusunloleh manajemen dan menjadi tanggungjawab
manajamen.

Menurut (Laila, 2019 Materialitas ialah keahlian auditor dalam menyajikan informasi
akuntansi atasl penghapusan ataul salah saji laporan keuangan yangl dapat mempengaruhi
pertimbangan orang dalam pengambilan keputusan. Etika Auditor ialah bagaimana seorang
auditor dalam membuat keputusan pasti menggunakan lebih dari satu pertimbangan
rasionallyang didasarkan pemahamanletika yang berlaku dan membuat suatu keputusan yang
adil (fairl) serta tindakan yang diambil itu harus menirukan kebenaraanldan kondisi
yanglsebenarnya. Independensi profesional terbagi menjadi tiga komponen,
yaitulindependensi dalam program audit, independensi dalam verifikasi dan independensi
dalam pelaporan.

2.6. Penerbitan laporan audit

No : A02/II/KAK/2017
Tanggal : 1 Februari 2017
Yth. Direksi dan Dewan Komisaris
PT. Sejahtera Jaya Indonesia
Jl. Cikalang Girang No. 12A
Jakarta

Kami telah mengaudit neraca PT Sejahtera Jaya Indonesia per 31 Desember 2015 dan 2016
dan laporan rugi-laba, perhitungan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk tahun-tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
tersebut berdasarkan proses audit yang kami lakukan.

Kami melaksanakan auditing berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia. Standar tersebut mewajibkan kami untuk merencanakan dan
melaksanakan auditing agar kami memperloleh keyakinan yang memadai bahwa laporan
keuangan bebas dari salah jadi yang material. Suatu proses audit meliputi pemeriksaan atas
dasar pengujian, bahan bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas standar akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen perusahaan, serta penilaian terhadap
penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

16
Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang kami sebut di atas tersaji secara wajar,
dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT. Sejahtera Jaya Indoensia per 31
Desember 2015 dan 2016, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kantor Akuntan,
Supry
Supriyanto, SE., MMSI

Alasan memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian


Perusahaan sudah mengikuti standar umum dlm perikatan kerja. Laporan keuangan yang
diaudit tersebut disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku di Indonesia yang
ditetapkan dengan konsisten pada laporan-laporan yang sebelumnya. Tidak terdapat
ketidakpastian yang cukup berarti (no material uncertainties) tentang perkembangan di masa
mendatang yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya atau dipecahkan dengan memuaskan.

Laporan Audit dengan opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Kepada Yth.
Direksi dan Dewan Komisaris
PT. Anak Sehat Indonesia
Jl. Tegal Mlati 129
Depok, Jawa Barat

Kami telah mengaudit laporan posisi keuangan PT. Anak Sehat Indonesia per 31 Desember
2013 serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas dan laporan arus kas untuk tahun
yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berdasarkan audit kami.

Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan audit agar
kami memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji
material. Suatu audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian, bukti-bukti yang
mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi
penilaian atas standar akuntansi yang digunakan dan estimasi signifikan yang dibuat oleh
manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami
yakin bahwa audit kami memberikan dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

Perusahaan tidak memasukkan kewajiban sewa guna usaha dari aktiva tetap dan kewajiban
dalam neraca terlampir, dan menurut pendapat kami, harus dikapitalisasi agar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Jika kewajiban sewa guna usaha ini dikapitalisasi,
aktiva tetap akan bertambah sebesar Rp. 200.000.000,-, kewajiban jangka panjang sebesar
Rp. 200.000.000,-. Tambahan laba bersih akan berkurang sebesar Rp. 20.000.000 dan laba
per lembar saham akan berkurang sebesar Rp. 2.000,- untuk tahun yang berakhir pada tanggal

17
tersebut.
Menurut pendapat kami, kecuali untuk dampak tidak dikapitalisasinya kewajiban sewa guna
usaha seperti yang kami uraikan dalam paragraph di atas, laporan keuangan yang kami sebut
di atas menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT. Anak
Sehat Indonesia per 31 Desember 2001, dan hasil usaha, serta arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Kantor akuntan, 01 April 2014


Desianna
Desianna Nur Ryanti, SEI., Ak., CPA., CA
Reg. Neg-D110495

Alasan memberikan opini Wajar Dengan Pengecualian


Auditor yakin bahwa laporan keuangan tersebut berisikan suatu penyimpangan dari prinsip
akuntansi yang berlaku secara umum yang berdampak material namun tetapi tidak
mempengaruhi laporan keuangan dengan secara keseluruhan.

Laporan Audit dengan opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of opinion)

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Kepada Yth.
Direksi dan Dewan Komisaris
PT. STEI YKPN
Jl. Gagak Rimang
Yogyakarta

Kami telah ditugasi untuk mengaudit laporan posisi keuangan PT. STEI YKPN tanggal 31
Desember 2013 serta laporan rugi laba, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab
manajemen perusahaan. Perusahaan tidak melakukan penghitungan fisik persediaan dalam
tahun 2013 yang dicantumkan dalam laporan keuangan sebesar Rp. 950.000.000 pada tanggal
31 Desember 2013. Lebih lanjut, bukti-bukti yang mendukung harga perolehan aktiva tetap
yang dibeli sebelum tanggal 31 Desember 2013 tidak lagi tersedia dalam arsip perusahaan.
Catatan perusahaan tidak memungkinkan dilaksanakannya penerapan prosedur audit lain
terhadap persediaan dan aktiva tetap.

Karena perusahaan tidak melaksanakan penghitungan fisik persediaan dan kami tidak dapat
menerapkan prosedur audit untuk meyakinkan kami atas kuantitas persediaan dan harga
pokok persediaan dan harga perolehan aktiva tetap, lingkup audit kami tidak cukup untuk
memungkinkan kami menyatakan pendapat, dan kami tidak menyatakan pendapat atas
laporan keuangan.

Kantor akuntan, 01 April 2014


Desianna
Desianna Nur Ryanti, SEI., Ak., CPA., CA
Reg. Neg-D110495

18
Alasan memberikan opini Tidak Memberikan Pendapat
Tidak Mematahui Gaap / PABU yaitu tidak melaksanakan penghitungan fisik persediaan dan
kami tidak dapat menerapkan prosedur audit untuk meyakinkan kami atas kuantitas
persediaan dan harga pokok persediaan dan harga perolehan aktiva tetap.

Laporan Audit dengan opini Tidak Wajar (Adverse Opinion)

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN


No : A02/II/KAK/2018
Tanggal : 1 Februari 2018
Kepada Yth,
Direksi dan Dewan Komisaris
PT. Republik.Com
Jl. Nusantara No.11, Jakarta

Kami telah mengaudit neraca PT. Republik.Com tanggal 31 Desember 2017 dan 2016 serta
laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir
pada tanggal - tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen
perusahaan. Tanggung jawab kami adlah pada pernyataan pndapat atas laporan keuangan
brdasarkan audit kami.

Kami melaksanakn audit bedasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia. Standar auditing tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan
audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan bebas dari salah saji
material. Suatu audit mliputi pemriksaan atas dasar pengujian, bukti-bukti yang mendukung
jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Audit juga meliputi penilaian
atas standar akuntansi yang digunakan dan estimali signifikan yang dibuat oleh manajemen,
serta penilaian terhadap penyajian laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa
audit kami meberikan dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat. Sebagaimana telah
dijelaskan dalam catatan atas laporan keungan, perusahaan mencantumkan perkiraan pabrik
dan equipment pada nilai appraisal dan menghitung depresinya berdasarkan nilai tersebut.

Karena penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia seperti yang
telah diuraikan di atas, pada tanggal 31 Desember 2017 dan 2016, saldo persediaan lebih
tinggi sebesar Rp150.000.000 dan Rp210.000.000 dengan perhitungannya biaya depreiasi ke
dalam biaya overhead pabrik berdasarkan nilai revaluasi yang lebih besar dari harga pokok
aktiva tetap dan aktiva tetap dikurangi akumulasi depresiasinya disajikan lebih tinggi
Rp111.000.000 dan Rp222.000.000 dibandingkan jika disajikan atas dasar harga pokoknya.

Menurut pendapat kami, karena dampak hal yang kami uraikan dalam paragraf di atas,
laporan keuangan yang kami sebut di atas tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum, posisi keuangan PT.Republik.Com tanggal 31
Desember 2017 dan 2016, hasil usaha, perubahan ekuitas serta arus kas untuk tahun yang
berakhir pada tanggal-tanggal tersebut.

Kantor Akuntan Publik


Supry

19
Drs. Supriyanto, MM
Reg. Neg. D-251115
NIAP : 09.0001.08

Alasan memberikan opini Tidak Wajar


Auditor harus memberi tambahan suatu paragraf untuk dapat menjelaskan ketidakwajaran
atas suatu laporan keuangan diatas, yang disertai dengan dampak dari akibat adanya
ketidakwajaran tersebut, pada suatu laporan auditnya.

20
BAB III
PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

laporan audit alalah laporan auditor yang menyatakan bahwa pemerikdaan telah dilakukan
dengan norma permeriksaan akuntan, disertai dengan pendapat mengenai kewajaran atas
laporan keuangan perusahaan yang diperiksa , jenis pendapat yang dikenal ialah wajar tanpa
syarat (unqualified clean), wakr dengan syarat (qualified), menolak dengan memberikan
pendapat (adverse), dan menolak tanpa memberikan pendapat sama sekali (disclaimer).

Bentuk laporan audit yang paling umum adalah laporan audit dengan pendapat wajar tanpa
pengecualian. Lebih dari 90 persen laporan audit menggukalan bentuk ini. Laporan audit
standar tanpa pengecualian berisi delapan bagian yang berbeda, yaitu pada Judul laporan,
Alamat laporan audit, Paragraf pendahuluan, Tanggung jawab manajemen,Tanggung jawab
auditor, Paragraf pendapat, Nama dan alamat KAP, dan Tanggal laporan audit.

Laporan audit memiliki 5 jenis yaitu Pendapat wajar tanpa pengecualian, Pendapat wajar
tanpa pengecualian dengan bahada penjelasan (unqualified opinion with explanatory
language), Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar
(adverse opinion ), dan Pernyataan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

3.2. SARAN

Dengan adanya penjelasan materi tentang laporan audit diharapkan pembaca dapat menguasai
dan memahami lebih lanjut terkait materi tersebut. Kelompok 1 juga memberikan saran agar
pembaca dapat memanfaatkan materi ini dalam kehidupan. Dan juga membantu pembaca
menambah referensi bacaan berkaitan dengan laporan audit tersebut.

21

Anda mungkin juga menyukai