Anda di halaman 1dari 11

PROSES AUDIT

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Auditing


Dosen Pengampu : Fitri Dwi Jayanti, SE.M Acc.Ak

Disusun oleh :

1. Wiwit Istianingrum (2216131)


2. Iin Nurul Inayah (2216193)
3. Indra Lailatul Mazizah (2216205)

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis


Universitas Selamat Sri Kendal
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa karena
dengan rahmat, taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah
tentang PROSES AUDIT ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di
dalamnya. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Fitri Dwi Jayanti, SE.M
Acc.Ak yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah


wawasan serta pengetahuan. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kami berharap adanya saran dan usulan demi kebaikan makalah yang kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.


Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami maupun orang
lain yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan
kata-kata yang kurang berkenan dan kami mohon saran yang membangun.

Kendal , 14 April 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................i

Daftar Isi............................................................................................... ii

Bab I Pendahuluan

1.1. Latar Belakang ...........................................................................


1.2. Rumusan Masalah ......................................................................
1.3. Tujuan ........................................................................................

Bab II Pembahasan

2.1. Gambaran Umum Proses Audit .................................................


2.2. Asersi Manajemen ......................................................................
2.3. Materialitas .................................................................................

Bab III Penutup

3.1. Kesimpulan ................................................................................

Daftar Pustaka .........................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu hal yang membuat sebuah perusahaan dapat dikatakan sukses
adalah kondisi keuangannya. Mengatur keuangan perusahaan tak hanya
terbatas pada akuntansi saja. Untuk tahap pemeriksaan yang lebih kompleks,
perlu dilakukan audit perusahaan. Audit keuangan ini bertujuan untuk
mengevaluasi kondisi perusahaan. Laporan keuangan yang dihasilkan dari
proses akuntansi saja tidak cukup karena meskipun kita merasa sudah teliti
menghitung berbagai aset yang ada, pasti masih ada saja yang terselip. Belum
lagi jika ada kasus penyelewengan uang perusahaan oleh pihak-pihak dalam
yang tidak bertanggung jawab. Proses audit dilakukan melalui prosedur
langkah yang pasti.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana gambaran umum proses audit ?
2. Apa yang dimaksud asersi manajemen ?
3. Apa yang dimaksud dengan materialitas ?

1.3 Tujuan
1. Untuk menjelaskan gambaran umum proses audit termasuk 7 langkah
pokok yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit laporan
keuangan.
2. Untuk mengetahui asersi manajemen dan kategorinya.
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan materialitas.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT


Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan adalah untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum (GAAP). Proses diagonostik untuk membuat pertimbangan tentang
akun yang mungkin mengandung salah saji yang material serta memperoleh
bukti tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan melibatkan
sejumlah langkah.

Tujuh langkah pokok yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan


audit laporan keuangan:
1. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri.
2. Mengindefikasi asersi laporan keuangan yang relevan.
3. Membuat keputusan tentang jumlah yang material bagi para pengguna
laporan keuangan.
4. Membuat keputusan tentang komponen risiko audit.
5. Memperoleh bukti melalui prosedur audit, termasuk prosedur untuk
memahami pengendalian intern, melaksanakan pengujian pengendalian,
dan melaksanakan pengujian substantif.
6. Menetapkan bagaimana menggunakan bukti untuk mendukung suatu
pendapat audit, komunikasi kepada klien lain, serta jasa bernilai tambah.
7. Mengkomunikasikan temuan-temuan.
Berikut ini adalah ikhtisar singkat bagaimana elemen-elemen ini
dapat dipadukan bersama dalam pelaksanaan suatu audit. Seorang auditor
harus mengembangkan pemahaman tentang bisnis dan industri agar dapat
memahami substansi ekonomi suatu transaksi entitas dan bagaimana
GAAP diterapkan dalam industri tersebut, serta untuk mengembangkan
harapan tentang laporan entitas. Agar dapat mengelola audit tersebut
dengan baik, maka auditor harus membagi audit menjadi audit-audit atas
saldo akun pertama dan golongan transaksi, dan kemudian audit atas asersi
laporan keuangan untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi.
Kemudian auditor membuat keputusan perencanaan yang penting tentang
apa yang dianggap material bagi laporan keuangan (materialitas), dan
tentang resiko salah saji yang meterial dalam laporan keuangan (resiko
audit). Keputusan-keputusan pendahuluan ini akan membimbing kinerja
prosedur audit untuk mengumpulkan bukti tentang asersi laporan
keuangan, ketika auditor mengumpulkan bukti tentang laporan keuangan,
dan secara keseluruhan, kewajaran penyajian laporan keuangan, ia juga
menggunakan pengetahuan yang diperoleh dalam proses audit untuk
menentukan apakah terdapat jasa bernilai tambah lain yang mungkin
bermanfaat bagi manajemen atau dewan direksi.
Akhirnya, audit tersebut akan berakhir pada komunikasi temuan
temuan audit, pernyataan pendapat atas laporan keuangan, komunikasi
dengan komite audit, serta komunikasi lain dengan dewan direksi dan
manajeman berkaitan denganjasa bernilai tambah.

2.2.ASERSI MANAJEMEN
Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyatakan secara wajar,
dalam semua hal yang material, sesuai dengan GAAP. Untuk mencapai tujuan
tersebut, hal yang lazim dilakukan dalam audit adalah mengidentifikasi
sejumlah tujuan audit yang spesifik bagi setiap akunyang dilaporankan dalam
laporan keuangan. Tujan yang spesifik ini diambil dari asersi yang dibuat oleh
manajemen dan dimuat dalam laporan keuangan.
Laporan keuangan terdiri dari asersi manajemen yang eksplisit dan
implisit. Asersi ini merupakan hal yang penting karena menjadi pedoman
auditor dalam pengumpulan bukti.
Sebagai contoh, perhatikan komponen neraca berikut ini:

Aktiva Lancar :

Piutang Usaha, bersih (catatan 3) $ 40.252.900


Untuk melaporkan pos ini dalam neraca, manajemen membuat dua asersi
eksplisit, yaitu:
1. Piutang usaha tersebut memang ada
2. Jumlah piutang usaha yang benar setelah dikurangi penyisihan piutang tak
tertagih adalah $40252900.

Manajemen juga membuat tiga asersi implisit sebagai berikut:

1. Semua piutang usaha yang harus dilaporkan telah dilaporkan semuanya.


2. Semua piutang usaha yang dilaporkantersebut adalah benar milik entitas.
3. Semua pengungkapan yang sesuai berkaitan dengan piutang usaha telah
dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan.

Apabila ada salah satu asersi tersebut yang salah saji, berarti laporan keuangan
telah salah saji secara material.

Asersi serupa mendasari semua komponen aktiva, kewajiban, pendapatan,


dan beban dalam laporan keuangan. Sesuai dengan itu, Auditing Standard
Board (ASB) dalam SAS 31, Evidential Matter (AU 326.03), telah mengakui
lima kategori asersi laporan kuangan sebagai berikut:

1. Keberandaan atau keterjadian (existence or occurrence)


2. Kelengkapan (completeness)
3. Hak dan kewajiban (rights and obligations)
4. Penilaian dan alokasi (valuation or allocation)
5. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)

Lima kategori asersi ini merupakan hal yang penting karena dapat
membantu auditor memahami jenis salah saji potensial yang dapat terjadi
dalam laporan keuangan, dan dapat membantu auditor mengembangkan
perencanaan audit untuk mengumpulkan bukti yang berkaitan dengan
kewajaran penyajina laporan keunagan. Dalam bagian tersebut akan disajikan
uraian setiap kategori asersi, yaitu :

1. Keberadaan atau keterjadian


Asersi tentang keberadaan atau kejadian (existence or occurrence)
berkaitan dengan apakah aktiva atau kewajiban entitas memang benar-
benar ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicapat
benar-benar telah terjadi selama periode tersebut.

2. Kelengkapan
Asersi mengenai kelengkapan (completeness) berkaitan dengan apakah
semua transaksi dan akun yang harus disajikan dalam laporan
keuangan benar-benar telah dicantumkan.

3. Hak dan kewajiban


Asersi mengenai hak dan kewajiban (right and obligation) berkaitan
dengan apakah aktiva telah menjadi entitas dan hutang memang telah
menjadi kewajiban entitas pada suatu tanggal tertentu.

4. Penilaian atau alokasi


Asersi mengenai penilaian atau alokasi (valuation or allocation)
berkaitan dengan apakah komponen aktiva, kewajiban, pendapatan,
dan beban telah dicantumkan dalam laporan kuangan dengan jumlah
yang semestinya.

5. Penyajian dan pengungkapan


Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan (presentation and
disclosure) berkaitandengan pakah komponen tertentu laporan
keuangan telah digolongkan, diuraikan, dan diungkapan sebagaimana
mestinya.
2.3.MATERIALITAS
Pernyataan konsep PASB no.2 mendefinisikan materialisasi (materiality)
sebagai “besarnya pengabaian atau salah saji informasi akuntansi yang dalam
kaitannya dengan kondisi di sekitarnya, akan memungkinkan pertimbangan
pihak yang berkepentinganyang mengandalkan informasi tersebut akan
berubah atau terpengaruh oleh pengabaian atau salah saji tersebut”.

Bagaimana konsep materilalitas ini dapat mempengaruhi proses audit?


1. Auditor membuat pertimbangan awal mengenai materialitas sementara ia
merencankan perikatan untuk membuat keputusan penting tintang lingkup
audit.
2. Konsep materialitas ini juga menjadi pedoman auditor ketika
mengevaluasi temuan audit. Apabila digunakan teknik penarikan sampel,
auditor harus memproyeksikan salah saji yang diketahui dalam sampel
pada populasi secara keseluruhan.

Keputusan materialitas ini merupakan elemen kunci bagi suatu audit,


karena akan menjadi pedoman auditor pada berbagai keputusan berikutnya
tentang apa yang penting tau tidak penting dalam pembentukan pendapat
atas laporan keuangan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Agar dapat mengelola audit tersebut dengan baik, maka auditor harus
membagi audit menjadi audit-audit atas saldo akun pertama dan golongan
transaksi, dan kemudian audit atas asersi laporan keuangan untuk setiap saldo
akun dan golongan transaksi. Kemudian auditor membuat keputusan perencanaan
yang penting tentang apa yang dianggap material bagi laporan keuangan
(materialitas), dan tentang resiko salah saji yang meterial dalam laporan keuangan
(resiko audit). Keputusan-keputusan pendahuluan ini akan membimbing kinerja
prosedur audit untuk mengumpulkan bukti tentang asersi laporan keuangan, ketika
auditor mengumpulkan bukti tentang laporan keuangan, dan secara keseluruhan,
kewajaran penyajian laporan keuangan, ia juga menggunakan pengetahuan yang
diperoleh dalam proses audit untuk menentukan apakah terdapat jasa bernilai
tambah lain yang mungkin bermanfaat bagi manajemen atau dewan direksi.

Akhirnya, audit tersebut akan berakhir pada komunikasi temuan temuan audit,
pernyataan pendapat atas laporan keuangan, komunikasi dengan komite audit,
serta komunikasi lain dengan dewan direksi dan manajeman berkaitan denganjasa
bernilai tambah.

DAFTAR PUSTAKA

Boynton, Johnson, Kell. ” Modern Auditing”, Edisi Ketujuh, Jilid 2, Erlangga.


2003.

https://malikmakassar.wordpress.com/2008/10/05/gambaran-umum-proses-audit/

diakses 2 april 2018 jam 20.15

Anda mungkin juga menyukai