Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

“TANGGUNG JAWAB DAN TUJUAN AUDIT”

DOSEN PENGAMPU MATA KULIAH:


Masdar Ryeteng, S.Pd., M. Acc
DISUSUN OLEH:
Kelompok 5
1. R.N. Amalia Andi Taweng NIM:220901500053
2. Nur Rahmat Gifari NIM: 220901501092
3. Nurfadilla NIM: 220901501098
4. Frisca Undry Palebangan NIM: 220901501104
5. Nanda Anas Tasya NIM: 220901502109
KELAS G
S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan puja & puji syukur atas rahmat & ridho
Tuhan Yang Maha kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas kelompok
untuk mata kuliah Pengauditan, dengan judul “Tanggung Jawab dan Tujuan
Audit”.
kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh
karena itu, kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik
yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.

Makassar, 22 September 2023

Kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................1
A. Latar Belakang ....................................................................................1
B. Rumusan Masalah ...............................................................................1
C. Batasan Masalah. ................................................................................2
D. Tujuan Makalah ..................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................3
A. Tujuan Melakukan Audit Laporan Keuangan ....................................3
B. Tanggung Jawab Manajemen .............................................................4
C. Tanggung Jawab Auditor ....................................................................5
D. Skeptisme Profesional.........................................................................6
E. Penilaian Profesional ..........................................................................7
F. Siklus Laporan Keuangan .................................................................10
G. Menetapkan Tujuan Audit ................................................................13
H. Asersi Manajemen ............................................................................14
I. Tujuan Audit Terkait Transaksi ........................................................17
J. Tujuan Audit Terkait Saldo ..............................................................19
K. Bagaimana Tujuan Audit Tercapai ...................................................22
BAB III PENUTUP ............................................................................................24
A. Kesimpulan .......................................................................................24
B. Saran .................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Audit adalah proses yang dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bahan bukti. Hal
tersebut bertujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran atas suatu
laporan keuangan. Dalam melakukan audit, diperlukan seorang Auditor
memliki tujuan utama yaitu untuk menyatakan pendapat atas kewajaran
laporan keuangan dalam semua hal yang material sesuai dengan Prinsip
Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU).
Dari dulu hingga saat ini permasalahan mengenai audit tidak bisa
dihindari. Salah satu masalahnya yaitu kisah Wells Fargo tentang praktik
penjualan agresif yang menyebabkan tindakan ilegal oleh karyawan.
Berdasarkan kisah tersebut menyadarkan kita tentang pentingnya memahami
tujuan audit atas laporan keuangan perusahaan dan tanggung jawab auditor
dalam melaksanakan audit, serta bagaimana tanggung jawab tersebut mungkin
berbeda dari ekspektasi pihak lain.

B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan mengenai Tujuan Dilakukannya Audit Laporan Keuangan!
2. Jelaskan mengenai Tanggung Jawab Manajemen!
3. Jelaskan mengenai Tanggung Jawab Auditor!
4. Jelaskan mengenai Skeptisme Profesional!
5. Jelaskan mengenai Penilaian Profesional!
6. Jelaskan mengenai Siklus Laporan Keuangan!
7. Jelaskan bagaimana Menetapkan Tujuan Audit!
8. Jelaskan mengenai Asersi Manajemen!
9. Jelaskan mengenai Tujuan Audit Terkait Transaksi!
10. Jelaskan mengenai Tujuan Audit Terkait Saldo!
11. Jelaskan bagaimana Tujuan Audit Tercapai!

1
C. Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas satu materi saja yang berisi tentang
“Tanggung Jawab dan Tujuan Audit”.

D. Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan agar dapat memahami materi mengenai “Tanggung
Jawab dan Tujuan Audit” dan melatih bagaimana penyusunan makalah yang
benar dan bisa menjadi pedoman bagi para pembacanya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tujuan Melakukan Audit Laporan Keuangan


AICPA sebagai badan profesional dibidang akuntan di Amerika
Serikat menyatakan Fokus utama kami adalah bagian yang menekankan pada
penerbitan opini atas laporan keuangan. Untuk perusahaan publik yang lebih
besar, auditor juga menerbitkan laporan mengenai pengendalian internal atas
pelaporan keuangan sebagaimana disyaratkan oleh Bagian 404 dari Sarbanes
– Oxley Act. Auditor mengumpulkan bukti untuk mencapai kesimpulan
tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar dan untuk
menentukan efektivitas pengendalian internal, setelah itu mereka menerbitkan
laporan audit yang sesuai.
Jika auditor yakin bahwa laporan tersebut tidak disajikan secara wajar
atau tidak dapat mencapai suatu kesimpulan karena kurangnya bukti, auditor
mempunyai tanggung jawab untuk memberitahukan kepada pengguna melalui
laporan auditor. Setelah penerbitannya, jika fakta menunjukkan bahwa
laporan tersebut tidak disajikan secara wajar, auditor mungkin harus
menunjukkan kepada pengadilan atau badan pengatur bahwa audit dilakukan
dengan cara yang benar dan auditor mencapai kesimpulan yang masuk akal.
Di Indonesia sendiri tujuan audit dapat dilihat pada Standar Audit
yang diterbitkan oleh IASPI selaku badan profesional akuntan di Indonesia.
Pada Standar Audit Revisi Tahun 2021 dijelaslakan bahwa dalam
pelaksanaan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan keseluruhan auditor
dibagi menjadi dua yaitu :
1. Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan secara
keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu
memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah
laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan
suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku; dan

3
2. Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya
sebagaimana yang diharuskan dalam SA, berdasarkan temuan auditor.

Secara singkat dapat dipahami bahwa tujuan audit adalah untuk


memberikan opini auditor kepada pengguna laporan keuangan mengenai
apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material, sesuai dengan kerangka akuntansi keuangan yang berlaku, yang
meningkatkan tingkat keyakinan bahwa pengguna yang dituju dapat
tempatkan dalam laporan keuangan.

B. Tanggung Jawab Manajemen


Manajemen memiliki Tanggung jawab untuk menerapkan kebijakan
akuntansi yang baik, mempertahankan pengendalian internal yang memadai,
dan membuat representasi yang adil dalam laporan keuangan berada di tangan
manajemen dan bukan di tangan auditor. Karena mereka menjalankan bisnis
sehari-hari, manajemen perusahaan mengetahui lebih banyak tentang transaksi
perusahaan dan aset, kewajiban, dan ekuitas terkait dibandingkan auditor.
Sebaliknya, pengetahuan auditor mengenai hal-hal tersebut dan pengendalian
internal terbatas pada pengetahuan yang diperoleh selama audit.
Laporan tahunan perusahaan publik mencakup pernyataan tentang
tanggung jawab manajemen dan hubungan dengan kantor akuntan publik.
Tanggung jawab manajemen atas integritas dan kewajaran representasi
(asersi) dalam laporan keuangan disertai dengan hak istimewa untuk
menentukan presentasi dan pengungkapan mana yang dianggap perlu. Jika
manajemen memaksakan pengungkapan laporan keuangan yang menurut
auditor tidak dapat diterima, auditor dapat mengeluarkan opini tidak wajar
atau opini wajar dengan pengecualian atau menarik diri dari perikatan.
Sarbanes–Oxley Act mewajibkan CEO (CEO) dan chief financial
officer (CFO) perusahaan publik untuk mengesahkan laporan keuangan
triwulanan dan tahunan yang diserahkan ke SEC. Dengan menandatangani
pernyataan tersebut, manajemen menyatakan bahwa laporan keuangan

4
sepenuhnya mematuhi persyaratan Securities Exchange Act tahun 1934 dan
bahwa informasi yang terkandung dalam laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, kondisi keuangan dan hasil usaha.
Sarbane–Oxley Act mengatur hukuman pidana, termasuk denda moneter yang
signifikan atau hukuman penjara hingga 20 tahun, bagi siapa pun yang dengan
sengaja memberikan pernyataan palsu tentang pernyataan tersebut.

C. Tanggung Jawab Auditor


Auditor bertanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan audit
guna memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan
telah bebas dari salah saji material yang bisa saja disebabkan karena
kekeliruan ataupun kecurangan.
1. Kesalahan Penyajian Material Vs Imaterial
Tingkat materialitas dilihat dari kemungkinan salah saji pada
laporan keuangan apakah mempengaruhi keputusan pengguna laporan
keuangan. Auditor bertanggung jawab untuk memperoleh keyakinan
bahwa ambang batas materialitas telah dipenuhi. Sementara untuk
menemukan semua salah saji yang tidak material memerlukan biaya yang
sangat besar.
2. Kepastian yang Wajar
Standar audit meunjukkan keyakinan yang wajar adalah tingkat
keyakinan yang tinggi namun tidak mutlak, bahwa laporan keuangan
bebas dari salah saji material.
Alasan auditor bertanggung jawab atas keyakinan yang wajar, yaitu:
a. Sebagian besar bukti audit dihasilkan dari pengajuan sampel suatu
populasi.
b. Penyajian akuntansi mengandung estimasi yang kompleks, secara
inheren mengandung ketidakpastian dan dapat dipengaruhi oleh
peristiwa di masa depan.
c. Laporan keuangan yang disusun dengan penuh kecurangan seringkali
tidak mungkin untuk dideteksi oleh auditor.

5
3. Kesalahan Vs Penipuan
Kesalahan adalah salah saji yang tidak disengaja dalam laporan,
contohnya, kesalahan sedangkan penipuan adalah kesengajaan. Untuk
penipuan, terdapat perbedaan antara penyalahgunaan aset
(penggelapan/penipuan karyawan) dan penipuan laporan keuangan
(penipuan manajemen).

Tanggung jawab auditor dalam mendeteksi material kesalahan dan


penipuan yaitu memperoleh keyakinan yang memadai mengenai apakah
laporan tersebut bebas dari salah saji material.

D. Skeptisisme Profesional
Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Skeptisisme profesional adalah
sikap yang mencakup pikiran auditor yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit. Tujuan dari
skeptisisme profesional, yaitu agar dapat memberikan keyakinan yang layak
untuk mendeteksi kesalahan dan kecurangan dalam laporan keuangan.
Adapun ciri-ciri dari skeptisisme, yaitu:
1. Pola pikir mempertanyakan, yaitu kecenderungan untuk bertanya dengan
sedikit rasa ragu.
2. Penangguhan putusan, yaitu penundaan keputusan sampai adanya bukti
yang tepat.
3. Mencari pengetahuan, yaitu keinginan menyelidiki apa yang sudah jelas
dengan hasrat untuk menguatkan.
4. Pemahaman interpersonal, yaitu pengakuan bahwa motivasi dan presepsi
Masyarakat dapat mengarahkan mereka untuk memberikan informasi yang
menyesatkan.
5. Otonomi, yaitu pengarahan diri, kemandirian moral, dan keyakinan dalam
mengambil keputusan sendiri.
6. Harga diri, yaitu kepercayaan diri untuk menolak bujukan dan menantang
asumsi.

6
E. Penilaian Profesional
Profesi telah mengembangkan kerangka kerja untuk membantu auditor
dalam membuat pertimbangan yang tepat selama audit. Kerangka
pertimbangan profesional ini menggambarkan proses pengambilan keputusan
yang efektif dan memandu pemikiran auditor untuk membantu menyadarkan
mereka akan kecenderungan, jebakan, dan bias penilaian mereka sendiri.
a. Elemen Proses Penilaian
Sumber Daya Penilaian Profesional Pusat Kualitas Audit
menguraikan lima elemen kunci dari proses penilaian profesional yang
diterapkan auditor ketika membuat pertimbangan profesional, seperti yang
diilustrasikan dalam Gambar 5-3.

a) Identifikasi dan Definisikan Masalah Titik awal menuju penilaian


profesional yang efektif dimulai dengan mengidentifikasi dan
mendefinisikan masalah dengan menganalisis situasi secara cermat dan
potensi dampaknya terhadap audit. Kegagalan dalam mengidentifikasi
masalah yang benar sering kali menyebabkan analisis yang salah dan
penilaian yang tidak tepat. Meluangkan waktu untuk mengidentifikasi

7
isu utama yang perlu ditangani dan memasukkan perspektif mengenai
pertimbangan penting lainnya yang perlu dievaluasi merupakan bagian
dari langkah awal dalam mengembangkan kesimpulan yang tepat.
Sebagai bagian dari langkah ini, auditor mempertimbangkan dampak
permasalahan terhadap laporan keuangan, tingkat kompleksitas dan
ketidakpastian yang melingkupinya.
b) Mengumpulkan Fakta dan Informasi serta Mengidentifikasi Literatur
yang Relevan Dengan terdefinisikannya masalah, auditor berupaya
memahami fakta relevan dan informasi yang tersedia mengenai
permasalahan tersebut. Hal ini dapat mencakup perolehan fakta dan
informasi tentang masukan dan asumsi utama terhadap suatu transaksi,
peristiwa, atau situasi melalui diskusi dengan personel klien yang
memiliki pengetahuan tentang situasi tersebut. Saat mengumpulkan
fakta dan informasi, auditor harus waspada terhadap informasi lain
yang mengonfirmasi atau bertentangan dengan fakta dan informasi,
selain mengevaluasi sumber informasi tersebut. Untuk mengevaluasi
dampak permasalahan tersebut terhadap audit atas laporan keuangan,
auditor harus mempertimbangkan standar dan peraturan akuntansi dan
audit yang relevan dengan permasalahan tersebut.
c) Melakukan Analisis dan Mengidentifikasi Alternatif Potensial Elemen
berikutnya dari proses penilaian profesional melibatkan analisis
masalah berdasarkan fakta dan informasi yang dikumpulkan dan
literatur otoritatif yang relevan diidentifikasi. Sebagai bagian dari
analisis tersebut, auditor mempertimbangkan sejumlah faktor seperti
apakah ia memahami bentuk dan substansi transaksi atau peristiwa,
apakah literatur otoritatif yang relevan telah diterapkan secara
konsisten oleh klien pada situasi serupa, apakah auditor telah mampu
menguatkan fakta dan asumsi yang penting bagi analisis, dan apakah
auditor telah mengidentifikasi adanya perbedaan atau inkonsistensi
dalam fakta dan informasi yang diperoleh.

8
d) Membuat Keputusan Setelah analisis fakta dan informasi selesai,
auditor menerapkan pertimbangan untuk mengambil keputusan.
Auditor dapat mengidentifikasi hanya satu respons yang tepat terhadap
permasalahan tersebut, atau dapat menyimpulkan bahwa terdapat
beberapa respons yang dapat dilakukan secara wajar dalam kondisi
tersebut, sehingga mengharuskan auditor untuk mengidentifikasi
alternatif mana yang paling baik untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
e) Meninjau dan Melengkapi Dokumentasi dan Dasar Pemikiran
Kesimpulan Saat auditor mengartikulasikan dalam bentuk tertulis
alasan pertimbangannya, auditor mungkin menemukan bahwa alasan
tersebut tampak salah atau tidak lengkap sehingga tidak persuasif. Hal
ini harus mengarahkan auditor untuk mengevaluasi aspek mana dari
proses analisis dan penilaian yang memerlukan pertimbangan lebih
lanjut. Proses pendokumentasian membantu auditor untuk lebih
obyektif dan lengkap dalam menilai alasan yang digunakan dalam
mengambil keputusan pertimbangan.
b. Potensi Kecenderungan, Jebakan, dan Bias
Penilaian Auditor harus waspada terhadap potensi
kecenderungan, jebakan, dan bias penilaian yang mungkin berdampak
pada proses pengambilan keputusan. Semua orang rentan terhadap
kesalahan-kesalahan umum yang mempengaruhi kemampuan mereka
untuk membuat penilaian yang masuk akal. Sejumlah penelitian telah
mengidentifikasi kecenderungan penilaian umum serta sejumlah strategi
yang dapat digunakan untuk mengurangi dampaknya. Tabel 5-1
mencakup empat kecenderungan penilaian umum dan strategi terkait
untuk menghindarinya dan memitigasi bias.

9
F. Siklus Laporam Keuangan
Audit dilakukan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen
atau komponen yang lebih kecil. Divisi ini membuat audit lebih mudah
dikelola dan membantu pembagian tugas kepada anggota tim audit yang
berbeda. Ada berbagai cara untuk mengelompokkan audit. Salah satu
pendekatannya adalah dengan memperlakukan setiap saldo akun dalam
laporan sebagai segmen terpisah. Segmentasi seperti itu biasanya tidak efisien.
Hal ini akan menghasilkan audit independen terhadap akun-akun yang
berkaitan erat seperti persediaan dan harga pokok penjualan.
Cara umum untuk membagi audit adalah dengan menjaga jenis (atau
kelas) transaksi dan saldo akun yang terkait erat dalam segmen yang sama. Ini
disebut pendekatan siklus. Misalnya, penjualan, retur penjualan, penerimaan

10
kas, dan penghapusan piutang tak tertagih adalah empat golongan transaksi
yang menyebabkan piutang usaha bertambah dan berkurang. Oleh karena itu,
semuanya adalah bagian dari siklus penjualan dan pengumpulan. Demikian
pula, transaksi penggajian dan penggajian yang masih harus dibayar
merupakan bagian dari siklus penggajian dan personalia.
Logika penggunaan pendekatan siklus adalah bahwa pendekatan ini
berkaitan dengan cara transaksi dicatat dalam jurnal dan dirangkum dalam
buku besar dan laporan keuangan. Berikut adalah ilustrasikan dalam Gambar
5.4 yang menunjukkan aliran tersebut

Logika penggunaan pendekatan siklus ini dapat dipahami dengan


membayangkan tentang carapencatatan berbagai transaksi tersebut ke dalam
buku jurnal serta mengikhtisarkannya ke dalam buku besardan laporan
keuangan.
• Siklus penjualan dan pengumpulan
• Siklus akuisisi dan pembayaran
• Siklus penggajian dan personalia

11
• Siklus persediaan dan pergudangan
• Siklus perolehan dan pembayaran modal

Gambar 5-6 mengilustrasikan hubungan lima siklus dan kas secara


umum. Perhatikan bahwa siklus tidak memiliki awal atau akhir kecuali pada
titik asal dan disposisi akhir suatu perusahaan. Suatu perusahaan dimulai
dengan memperoleh modal, biasanya dalam bentuk uang tunai. Dalam
perusahaan manufaktur, uang tunai digunakan untuk memperoleh bahan baku,
aset tetap, dan barang serta jasa terkait untuk menghasilkan persediaan (siklus
akuisisi dan pembayaran). Uang tunai juga digunakan untuk memperoleh
tenaga kerja untuk alasan yang sama (siklus penggajian dan personalia).
Akuisisi dan pembayaran serta penggajian dan personel memiliki sifat yang
serupa, namun fungsinya cukup berbeda untuk membenarkan siklus yang
terpisah. Hasil gabungan dari kedua siklus ini adalah persediaan (inventory and
warehousing cycle). Pada titik berikutnya, persediaan dijual dan penagihan
serta pengumpulan dihasilkan (siklus penjualan dan pengumpulan). Uang tunai
yang dihasilkan digunakan untuk membayar dividen dan bunga atau
membiayai perluasan modal dan untuk memulai siklus lagi. Siklus-siklus

12
tersebut saling berhubungan dengan cara yang hampir sama dalam perusahaan
jasa, dimana akan terdapat penagihan dan penagihan, meskipun tidak terdapat
persediaan.
Siklus transaksi adalah cara penting untuk mengatur audit. Umumnya,
auditor memperlakukan setiap siklus secara terpisah selama audit. Meskipun
auditor perlu mempertimbangkan keterkaitan antar siklus, mereka biasanya
memperlakukan siklus secara independen sejauh praktis untuk mengelola audit
yang kompleks secara efektif.
Pengggunaan pendekatan siklus transaksi atau siklus akuntansi
lebih konsisten dengan pendekatan database pada sistem akuntansi
dibandingkan dengan pendekatan akun laporan keuangan. Siklus transaksi
terdiri atas siklus pendapatan, siklus pembelian, siklus penggajian, siklus
produksi dan siklus keuangan (Perry dan Scheneider, 2005: 119).
Demikian juga halnya dalam hal audit atas laporan keuangan, audit dilakukan
atas siklus pendapatan, siklus pengeluaran, siklus produksi dan siklus
keuangan (Rama dan Jones, 2006: 309).

G. Menetapkan Tujuan Audit


Para auditor melaksanakan audit atas laporan keuangan dengan
menggunakan pendekatan siklus, yaitu melakukan pengujian audit atas
transaksi-transaksi yang menghasilkan saldo akhir dan juga melaksanakan
pengujian audit atas saldo akun serta pengungkapan yang terkait. Dalam
hampir semua audit, kapastian secara keseluruhan dapat ditingkatkan dengan
juga mengaudit saldo akhir piutang usaha.Secara umum, auditor telah
menemukan bahwa cara yang paling efisien dan efektif untuk melakukan audit
adalah dengan memperoleh beberapa kombinasi kepastian bagi setiap kelas
transaksi dan saldo akhir pada akun yang terkait.
Adapun tiga kategori tujuan audit,antara lain:
1. Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi
Tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor dapat
menyimpulkan bahwa transaksi-transaksi tersebut telah dicatat dengan

13
tepat. Sebagai contoh, terdapat tujuan audit khusus yang berkaitan
dengan transaksi penjualan serta tujuan audit khusus yang berkaitan
dengan transaksi retur dan pengurangan harga penjualan.
2. Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo
Sebagai contoh, ada tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
saldo piutang usaha dan tujuan audit khusus yang berkaitan dengan saldo
utang usaha.
3. Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan
Sebagai contoh, ada tujuan audit khusus yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan untuk piutang usaha serta wesel bayar.

H. Asersi Manajemen
Asersi Manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat atau
diekspresikan oleh manajemen tentang kelas transaksi dan akun serta
pengungkapan yang terkait dalam laporan keuangan. Manajemen juga
menegaskan bahwa semua pengungkapan yang diperlukan terkait dengan kas
sudah akurat dan dapat dipahami. Asersi serupa juga berlaku untuk setiap pos
aset, kewajiban, ekuitas pemilik, pendapatan dan beban dalam laporan
keuangan. Asersi ini berlaku bagi kelas transaksi,saldo akun, dan penyajian
serta pengungkapan. Asersi manajemen berkaitan langsung dengan prinsip-
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP/PSAK),karena asersi ini
merupakan bagian dari kriteria dalam laporan keuangan.
Standar auditing internasional dan standar auditing AICPA
mengklasifikasikan asersi kedalam tiga kategori:
1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang diaudit.
2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode
3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan
Manajemen menyatakan asersi tentang transaksi, saldo akun, dan
penyajian serta pengungkapan yang dikelompokkan kedalam tiga kategori
asersi.

14
Asersi Manajemen untuk Setiap Kategori Asersi
Asersi tentang kelas Asersi tentang
Asersi tentang
NO transaksi dan penyajian dan
saldo akun
peristiwa pengungkapan
1. Keterjadian – Eksistensi – Aset, Keterjadian serta
Transaksi dan peristiwa kewajiban, dan Hak dan
yang dicatat telah ekuitas yang ada. Kewajiban –
terjadi dan peristiwa dan
bersangkutan dengan transaksi yang
entitas tersebut. diungkapkan telah
terjadi dan
bersangkutan
dengan entitas itu.
2. Kelengkapan – Semua Kelengkapan- Kelengkapan –
transaksi dan peristiwa Semua aset, Semua
yang harus dicatat telah kewajiban, dan pengungkapan yang
dicatat. kepentingan ekuitas harus dimasukkan
yang harus dicatat dalam laporan
sudah dicatat. keuangan telah
dicantumkan.
3. Keakuratan – Jumlah Penilaian dan Keakuratan dan
dan data lain yang Alokasi – Aset, penilaian-
bersangkutan dengan kewajiban, dan Informasi keuangan
transaksi dan peristiwa kepentingan ekuitas dan yang lain telah
yang dicatat telah dimasukkan dalam diungkapkan secara
dicatat dengan benar. laporan keuangan tepat dan pada
pada jumlah yang jumlah yang tepat.
tepat dan setiap
hasil penyesuaian
penilaian dicatat

15
dengan tepat.
4. Klasifikasi – Transaksi Klasifikasi dan
dan peristiwa telah dapat dipahami –
dicatat dalam akun Informasi keuangan
yang tepat. dan yang lain telah
disajikan dan
diuraikan secara
tepat serta
pengungkapan telah
dinyatakan dengan
jelas.
5. Cutoff- Transaksi dan Hak dan
peristiwa telah dicatat Kewajiban –
dalam periode Entitas itu
akuntansi yang benar. memegang hak atas
kendali atas aset,
dan kewajiban
merupakan
kewajiban entitas
itu.

Auditor harus mempertimbangkan relevansi setiap asersi untuk setiap


kelas transaksi, saldo akun, dan penyajian serta pengungkapan yang
signifikan. Asersi yang relevan mempunyai pengertian apakah akun tersebut
disajikan secara wajar dan digunakan untuk menilai risiko salah saji yang
material serta merancang dan melaksanakan prosedur audit. Sebagai contoh,
penilaian mungkin merupakan asersi yang relevan untuk piutang usaha , tetapi
tidak relevan untuk kas.

16
I. Tujuan Audit Terkait Transaksi
Tujuan audit terkait transaksi auditor mengikuti dan berhubungan erat
dengan pernyataan manajemen tentang kelas transaksi dan kejadian dan
pengungkapan terkait. Ada perbedaan antara tujuan audit terkait transaksi
umum dan tujuan audit terkait transaksi yang spesifik untuk setiap kelas
transaksi. Tujuh tujuan audit terkait transaksi umum yang dibahas di sini
berlaku untuk setiap kelas transaksi dan dinyatakan dalam hal yang luas.
Tujuan audit terkait transaksi yang ditentukan juga diterapkan pada setiap
kelas transaksi namun dinyatakan dalam hal yang disesuaikan dengan kelas
transaksi tertentu, seperti transaksi penjualan. Begitu Auditor menetapkan
tujuan audit terkait transaksi umum, mereka dapat digunakan untuk
mengembangkan tujuan audit terkait transaksi yang spesifik untuk setiap kelas
transaksi dan pengungkapan terkait yang diaudit.
1. Terjadi transaksi yang diungkapkan
Tujuan ini terkait dengan apakah transaksi yang tercatat atau
diungkapkan benar-benar terjadi. Inklusi penjualan di jurnal penjualan
saat penjualan tidak terjadi melanggar tujuan kejadian. Tujuan ini adalah
rekan auditor untuk pengecekan pengelolaan kejadian untuk kelas
transaksi.
2. Kelengkapan-transaksi yang ada dicatat dan pengungkapan disertakan.
Tujuan ini terkait dengan semua transaksi yang harus disertakan
dalam jurnal sebenarnya telah disertakan, dan apakah semua
pengungkapan yang harus disertakan dalam laporan keuangan
sebenarnya disertakan. Kegagalan untuk memasukkan penjualan di
jurnal penjualan dan buku besar umum ketika penjualan terjadi
melanggar tujuan kelengkapan. Tujuan ini adalah rekan atas pengecekan
pengelolaan kelengkapan untuk kelas transaksi.
3. Transaksi rekaman akurasi dinyatakan sebesar jumlah dan pengungkapan
yang benar diukur dengan tepat dan dijelaskan.
Tujuan ini membahas keakuratan informasi dan pengungkapan
terkait transaksi akuntansi dan merupakan salah satu bagian dari

17
pernyataan akurasi untuk kelas transaksi. Untuk transaksi penjualan,
tujuan ini dilanggar jika jumlah barang yang dikirim berbeda dari jumlah
yang ditagih, harga jual yang salah digunakan untuk penagihan,
perpanjangan atau penambahan kesalahan terjadi dalam penagihan,
jumlah yang salah termasuk dalam jurnal penjualan, atau kotoran yang
tidak tepat secara jelas menggambarkan metode pengakuan pendapatan
4. Transaksi-rumahan, transaksi yang disertakan disertakan dengan baik
dalam file master dan dirangkum dengan benar.
Tujuannya terkait dengan keakuratan transfer informasi dari
transaksi rekaman dalam jurnal ke catatan anak perusahaan dan buku
besar umum. Ini adalah bagian dari pernyataan akurasi untuk kelas
transaksi. Misalnya, jika transaksi penjualan dicatat dalam catatan
pelanggan yang salah atau pada jumlah yang salah dalam file master,
atau jika jumlah semua transaksi penjualan yang diposkan dari jurnal
penjualan ke buku besar umum tidak akurat, tujuan ini dilanggar.
5. Transaksi klasifikasi yang termasuk dalam jurnal klien diklasifikasikan
dengan benar.
Sebagai rekan auditor untuk penanggalan klasifikasi manajemen
untuk kelas transaksi, tujuan ini membahas apakah transaksi disertakan
dalam akun yang sesuai. Contoh kesalahan misklasifikasi penjualan
termasuk penjualan uang tunai sebagai penjualan kredit, merekam
penjualan aset tetap operasi sebagai pendapatan, dan misklasifikasi
penjualan komersial sebagai penjualan perumahan
6. Waktu transaksi dicatat pada tanggal yang benar
Tujuan waktu untuk transaksi adalah rekan auditor untuk
pernyataan Cutoff manajemen. Kesalahan waktu terjadi jika transaksi
tidak tercatat pada hari itu terjadi. Transaksi penjualan, misalnya, harus
dicatat pada tanggal pengiriman.
7. Transaksi-transaksi secara agregat atau terpilah dan dijelaskan, dan
pengungkapan relevan dan dapat dimengerti.

18
Tujuan presentasi untuk transaksi adalah rekan auditor untuk
penegasan presentasi manajemen. Kesalahan presentasi terjadi jika
transaksi tidak digabungkan atau dilalui dengan tepat, atau jika
pengungkapan tidak jelas. Misalnya, metode pengakuan pendapatan
harus dijelaskan dengan jelas dalam catatan kaki terhadap laporan
keuangan.

J. Tujuan Audit Terkait Saldo


Tujuan audit terkait dengan keseimbangan yang sama dengan tujuan audit
terkait transaksi yang baru saja dibahas. Mereka juga mengikuti pernyataan
manajemen, dan mereka menyediakan kerangka kerja untuk membantu auditor
mengumpulkan cukup bukti yang sesuai dengan saldo rekening. Ada juga
tujuan audit terkait keseimbangan umum dan spesifik.
1. Keberadaan-ada yang ada
Tujuan ini terkait dengan jumlah yang termasuk dalam laporan
keuangan sebenarnya harus disertakan. Misalnya, dimasukkannya
piutang akun dari pelanggan dalam saldo Usaha Piutang bila tidak ada
piutang dari pelanggan yang melanggar keberadaan keberadaan. Tujuan
ini adalah rekan auditor untuk pengecekan pengurus untuk
keseimbangan akun.
2. Kelengkapan-jumlah yang ada dan pengungkapan terkait disertakan
Tujuan ini terkait dengan apakah semua jumlah yang harus
disertakan sebenarnya telah disertakan, dan apakah semua pengungkapan
yang seharusnya disertakan telah benar-benar disertakan. Gagal
memasukkan piutang akun dari pelanggan dalam saldo Usaha Piutang
saat piutang tersebut melanggar tujuan kelengkapan. Tujuan ini adalah
rekan atas pengecekan pengelolaan kelengkapan untuk saldo rekening.
3. Jumlah akurasi yang disertakan dinyatakan sebesar jumlah yang benar,
dan pengungkapan diukur dengan tepat dan dijelaskan

19
Tujuan akurasi mengacu pada jumlah yang disertakan pada
jumlah dan pengungkapan yang benar. Item persediaan pada daftar
inventaris klien dapat salah karena jumlah unit inventaris di tangan
diantaskan, harga satuan salah, totalnya tidak diperluas, atau metode
biaya yang diketahui secara ketat. Masing-masing melanggar tujuan
akurasi. Akurasi adalah salah satu bagian dari ketepatan akurasi,
penilaian, dan alokasi untuk saldo rekening
4. Transaksi Cutoff di dekat tanggal neraca dicatat dalam periode yang
tepat
Dalam pengujian untuk menyangkal saldo rekening, tujuan
auditor adalah menentukan apakah transaksi dicatat dan disertakan
dalam saldo dalam periode yang tepat. Saldo akun akan salah
diantunikan jika transaksi di dekat akhir periode akuntansi tidak tercatat
dengan benar. Untuk audit tahunan, akhir periode akuntansi adalah
tanggal neraca.
5. Detail dasi-detail-dalam referensi akun setuju dengan jumlah file master
yang terkait, kaki ke total dalam saldo akun, dan setuju dengan total
dalam buku besar umum.
Saldo akun pada laporan keuangan didukung oleh rincian dalam
master dan jadwal master yang disiapkan oleh klien. Detail dasi-in
objektif yang diperhatikan bahwa rincian tentang daftar akurat
dipersiapkan, ditambahkan dengan benar, dan setuju dengan buku besar
umum
6. Nilai aset yang dapat direalisasikan disertakan sebesar jumlah yang
diperkirakan akan direalisasikan.
Tujuan ini menyangkut apakah saldo akun telah berkurang karena
penurunan biaya historis hingga nilai realisasi bersih atau saat standar
akuntansi memerlukan perawatan akuntansi nilai pasar yang adil.
7. Klasifikasi-jumlah yang termasuk dalam daftar klien diklasifikasikan
dengan benar

20
Klasifikasi melibatkan penentuan apakah item yang disertakan
pada daftar klien disertakan dalam akun buku besar umum yang benar.
Misalnya, pada daftar piutang usaha, piutang harus dipisahkan menjadi
jangka pendek dan jangka panjang, dan jumlah akibat afiliasi, petugas,
dan direksi harus diklasifikasikan secara terpisah dari jumlah akibat
pelanggan.
8. Hak dan Kewajiban
Selain tambahan yang ada, aset yang harus dimiliki sebelum
dapat diterima untuk memasukkannya ke dalam laporan keuangan.
Demikian pula, kewajiban harus milik entitas. Hak selalu dikaitkan
dengan aset dan kewajiban dengan kewajiban. Tujuan ini adalah rekan
auditor untuk pengecekan hak atas hak dan kewajiban saldo rekening.
9. Jumlah presentasi yang diatur secara umum atau terpilah dan dijelaskan,
dan pengungkapan relevan dan dapat dimengerti.
Tujuan presentasi yang terkait dengan keseimbangan adalah
rekan auditor terhadap penegasan presentasi manajemen. Kesalahan
presentasi terjadi jika saldo tidak digabungkan atau dilalui dengan tepat
dalam laporan keuangan, atau jika pengungkapan tidak jelas. Misalnya,
properti, pabrik, dan peralatan harus diatur secara tepat pada neraca dan
metode penyusutan yang jelas dijelaskan dalam catatan kaki terhadap
laporan keuangan.

Hal yang sama untuk tujuan audit terkait transaksi, setelah tujuan audit
terkait keseimbangan umum ditentukan, tujuan audit terkait keseimbangan
terhadap spesifikal saldo rekening laporan keuangan dapat dikembangkan.
Setidaknya satu tujuan audit terkait keseimbangan khusus harus disertakan
untuk setiap tujuan audit terkait keseimbangan umum kecuali jika auditor
percaya bahwa tujuan audit terkait keseimbangan umum tidak relevan atau
tidak penting bagi keseimbangan akun yang dipertimbangkan. Mungkin ada
lebih dari satu tujuan audit terkait keseimbangan khusus untuk tujuan audit
yang dinekang secara umum. Misalnya, tujuan audit terkait keseimbangan

21
khusus untuk hak dan kewajiban inventaris Kelompok Starkwood dapat
mencakup (1) Perusahaan memiliki gelar atas semua item Spersediaan yang
tercantum dan (2) persediaan tidak dijadikan jaminan atas pinjaman kecuali
jika diungkapkan.

K. Bagaimana Tujuan Audit Tercapai


Auditor harus memutuskan tujuan audit yang tepat dan bukti yang
dikumpulkan untuk memenuhi tujuan tersebut pada setiap audit. Untuk
melakukan hal ini, auditor mengikuti proses audit, yang merupakan
metodologi yang ditetapkan dengan baik untuk mengatur audit untuk
memastikan bahwa bukti yang dikumpulkan cukup dan tepat dan bahwa
semua tujuan audit yang diperlukan telah ditentukan dan dipenuhi.
Proses audit memiliki 4 fase, yaitu:
1. Fase I Merencanakan dan Merancang Pendekaran Audit
Ada 2 Dua pertimbangan utama yang mempengaruhi pendekatan yang
dipilih auditor:
a. Bukti yang cukup dan tepat harus dikumpulkan untuk memenuhi
tanggung jawab profesional auditor.
b. Biaya pengumpulan bukti harus diminimalkan.
Auditor melaksanakan prosedur untuk menilai risiko adanya kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan. Prosedur penilaian risiko
tersebut merupakan komponen penting dalam perencanaan dan
perancangan pendekatan audit, yang dapat dipecah menjadi 3 bagian, yaitu
memperoleh pemahaman tentang entitas dan lingkungannya, memahami
pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian, dan menilai risiko
salah saji material.
2. Fase II Lakukan Tes Kontrol dan Pengujian Substantif atas Transaksi
Sebelum auditor dapat membenarkan pengurangan risiko
pengendalian yang direncanakan dan dinilai ketika pengendalian internal
diyakini efektif, mereka harus terlebih dahulu menguji efektivitas
pengendalian tersebut. Prosedur untuk pengujian jenis ini biasanya disebut

22
sebagai pengujian pengendalian. Auditor juga mengevaluasi pencatatan
transaksi klien dengan memverifikasi jumlah moneter transaksi, suatu
proses yang disebut pengujian substantif atas transaksi.
3. Fase III Melakukan Substantif Prosedur Analisis dan Pengujian Rincian
Saldo
Prosedur analitis terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui
analisis hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan
nonkeuangan. Ketika prosedur analitis digunakan sebagai bukti untuk
memberikan keyakinan tentang saldo akun, prosedur tersebut disebut
sebagai prosedur analitis substantif.
Pengujian rincian saldo adalah prosedur khusus yang dimaksudkan
untuk menguji salah saji moneter dalam saldo laporan keuangan.
Pengujian atas rincian saldo akhir sangat penting dalam pelaksanaan audit
karena sebagian besar bukti diperoleh dari sumber pihak ketiga dan oleh
karena itu dianggap berkualitas tinggi.
4. Fae IV Selesaikan Audit daan Menerbitkan Laporan Keuangan
Setelah auditor menyelesaikan seluruh prosedur untuk setiap tujuan
audit dan untuk setiap akun laporan keuangan serta pengungkapan terkait,
informasi yang diperoleh perlu digabungkan untuk mencapai kesimpulan
keseluruhan mengenai apakah laporan keuangan disajikan secara wajar.
Ketika audit selesai, CPA harus menerbitkan laporan audit untuk
menyertai laporan keuangan klien yang dipublikasikan.

23
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan pengendalian
internal serta tanggung jawab auditor sangat dibutuhkan untuk mengaudit
laporan keuangan dan efektivitas pengendalian internal atas pelaporan
keuangan. Dalam membantu pengambilan keputusan, seorang auditor harus
mempertahankan sikap skeptisisme profesional dan menyoroti proses
pertimbangan profesional. Selain itu, asersi manajemen dan tujuan audit
terkait serta cara auditor membagi audit untuk menghasilkan tujuan audit
tertentu. Auditor kemudian mengumpulkan bukti untuk memperoleh
keyakinan bahwa setiap tujuan audit telah dipenuhi. Dalam beberapa audit,
terdapat lebih banyak penekanan pada pengujian tertentu, seperti prosedur
analitis substantif dan pengujian pengendalian, sedangkan dalam audit lain,
terdapat penekanan pada pengujian substantif atas transaksi dan pengujian
rincian saldo.

B. Saran
Kami menyadari masih banyak kesalahan dalam makalah ini, karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran agar lebih baik lagi kedepannya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Arens, A. A., Elder, R. J., & Beasley, M. S. (2015). Auditing dan Jasa Assurance
Edisi Kelimabelad Jilid 1. Jakarta: Salemba Empat.
Ariana, I. M. (2016). PENGEMBANGAN APLIKASI SIKLUS AKUNTANSI
DENGAN MICROSOFT EXCEL DENGAN PENDEKATAN SIKLUS
TRANSAKSI. Valid: Jurnal Ilmiah, 13(2), 239-245.
Azizah, Faiz dan Nanik Wahyuni. (2022). “Kemampuan Remote Auditing dalam
Meningkatkan Asersi Manajemen di Masa Pandemi.” Jurnal Riset dan
Aplikasi: Akuntansi dan Manajemen, 6-9.
Elder, R. J., Beasley, M. S., Hogan, C. E., & Arens, A. A. (2020). Auditing and
Assurance Services International Perspectives SEVENTEENTH EDITION.
United Kingdom: Pearson Education.
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). (2021). Standar Profesional Akuntan
Publik Indonesia (SPAP) SA 200: Tujuan Keseluruhan Auditor
Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan Standar Audit. Jakarta:
IAPI.

25

Anda mungkin juga menyukai