Dosen Pengampuh:
Disusun Oleh:
2020
KATA PENGANTAR
Segala puji kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Tanggung Jawab Profesional Sebagai Akuntan sebagai tugas dari mata
kuliah Auditing I ini dengan baik. Penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran mata kuliah Auditing I.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1..Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Audit, Atestasi Dan Asurans.............................................................................3
2.2 Auditing Dan Manajemen Asersi.....................................................................3
2.3 Tanggung Jawab Profesional Auditor..............................................................4
2.4 Kode Etik Akuntan Serta Pelaksanaannya.......................................................5
2.5 Hal–Hal Yang Berkaitan Dengan Hukum Sehubungan Dengan Pekerjaan
Auditor..............................................................................................................7
2.6 Pemahaman Hukum Dan Kewajiban Auditor..................................................9
2.7 Kewajiban Hukum Bagi Auditor....................................................................12
BAB III KESIMPULAN......................................................................................15
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Etika memiliki pengaruh terhadap tanggung jawab auditor. Etika lebih luas
dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup prinsip perilaku untuk orang-
orang profesional yang dirancang baik untuk tujuan praktis maupun tujuan
idealistis. Kode etik profesional antara lain dirancang untuk mendorong perilaku
ideal, maka kode etik harus realistis dan dapat dilaksanakan. Kode Etik Ikatan
Akuntan Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam kongres VIII Ikatan Akuntan
Indonesia di Jakarta pada tahun 1998 terdiri dari: Pinsip Etika aturan etika
interprestasi aturan etika.
Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional bagi anggota. Interpretasi aturan etika
merupakan interpretasi yang dikeluarkan sebagai panduan dalam penerapan aturan
etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Pengembangan kesadaran etis atau moral memainkan peranan kunci dalam semua
area profesi akuntan (Louwers, 1997), termasuk dalam melatih sikap profesional
1
akuntan. Faktor-faktor situasi berpengaruh secara positif terhadap skeptisisme
profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki risiko tinggi
(situasi irregularities) mempengaruhi auditor untuk meningkatkan sikap
profesionalnya. Di dalam makalah ini, akan kami uraikan mengenai tanggung
jawab profesional sehingga diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan yang lebih mendalam bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa
mengenai auditing serta hal-hal yang berkaitan dengan auditing.
Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pokok pembahasan
dalam makalah ini yakni sebagai berikut: Bagaimana Tanggung Jawab Profesional
Akuntan Publik?
1.3 TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
Audit adalah suatu bentuk dari atestasi, dalam pengertian umum, mengacu
pada komunikasi para ahli mengenai kesimpulan tentang keandalan dari suatu
asersi yang diungkapkan oleh seseorang. Dalam artian sempit, American Institute
of Certified Public Accountants (AICPA) telah mendefinisikan atestasi sebagai
"komunikasi yang mengungkapkan kesimpulan tentang keandalan suatu asersi
tertulis yang merupakan tanggung jawab pihak lain". Sebagaimana dinyatakan di
atas, audit adalah suatu bentuk dari asersi.
Jasa asurans, seperti yang didefinisikan oleh Komite Asurans AICPA, yaitu
“jasa profesional yang independen yang meningkatkan kualitas informasi, atau
konteksnya, bagi para pengambil keputusan". Jasa asurans lebih luas dari auditing
atau atestasi.
Auditing adalah kegiatan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
Attestation (Atestasi) adalah jenis jasa asurans dimana KAP mengeluarkan
laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain.
Assurance (Jaminan) adalah jasa seorang profesional independen yang
meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan
2.2 AUDITING DAN MANAJEMEN ASERSI
Asersi, seperti yang digunakan dalam konteks ini, adalah representasi dari
manajemen untuk fairness (kewajaran) laporan keuangan. The Auditing Standar
Board (ASB), suatu badan yang didirikan oleh AICPA untuk merumuskan
Standar Audit dan interpretasi, mengklasifikasikan asersi laporan keuangan
sebagai berikut:
3
Keberadaan atau kejadian. Apakah semua aset dan ekuitas pada neraca
ada, dan/atau melakukan semua transaksi dapat direpresentasikan pada
laporan rugi?
Kelengkapan. Bagaimana aset, ekuitas atau transaksi telah diabaikan
dari laporan keuangan?
Hak dan kewajiban. Apakah aset yang muncul pada neraca yang
dimiliki oleh entitas, dan apakah liabilitas dilaporkan pada entitas sesuai
dengan tanggal neraca?
Penilaian atau alokasi.Apakah aset dan ekuitas dinilai dan diukur sesuai
dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku dan jumlah telah dialokasikan
antara neraca dan laporan laba rugi sudah disajikan dengan wajar (biaya
aset vs biaya depresiasi, misalnya)?
Presentasi dan Pengungkapan. Apakah klasifikasi, seperti aset dan
kewajiban lancar dengan tidak lancar, dan pendapatan serta biaya operasi
dengan non operasi, benar-benar tercermin dalam laporan keuangan, dan
pengungkapan catatan kaki memadai untuk laporan keuangan dan tidak
menyesatkan?
4
2). Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas di tempat instansi
kerja maupun untuk auditor.
3). Berpandangan obyektif.
4). Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang
tinggi.
Penerapan aturan etika ini dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan
profesi akuntan yaitu :
1). Bekerja dengan standar profesi yang tinggi,
2). Mencapai tingkat kinerja yang diharapkan
3). Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka etika profesional dan
standar teknis yang mengatur persyaratan-persyaratan layanan yang tidak
dapat dikompromikan.
2. Kepentingan Publik
5
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak
sedemikian rupa demi melayani kepentingan publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
3. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan
yang diambilnya. Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik,
anggota harus melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan
integritas tertinggi
4. Obyektivitas
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari
benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Seorang anggota
harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
menunaikan tanggung jawab profesional. Seorang anggota dalam praktik
publik seharusnya menjaga independensi dalam fakta dan penampilan saat
memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya.
5. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan formasi
yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta
tidak boleh mengungkapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa
izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau
terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan
berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi
jasa berakhir.
6. Perilaku Profesional
6
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-
undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi
7. Standar Teknis
7
masyarakat, sebagai akibat dari penggunaan hasil audit dari akuntan publik
tersebut. Selama melakukan audit, auditor juga bertanggung jawab:
a. Mendeteksi kecurangan
8
a. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan. Tanggung jawab
ini hanya sebatas opini yang diberikan, sedangkan laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen. Hal ini disebabkan
pengetahuan auditor terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit.
Oleh karena itu penyajian yang wajar posisi keuangan, hasil usaha dan
arus kas sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum,
menyiratkan bagian terpadu tanggung jawab manajemen.
b. Tanggung jawab terhadap profesi. Tanggung jawab ini mengenai
mematuhi standar/ketentuan yang telah disepakati IAI, termasuk
mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku, standar auditing dan kode
etik akuntan Indonesia.
c. Tanggung jawab terhadap klien. Auditor berkewajiban melaksanakan
pekerjaan dengan seksama dan menggunakan kemahiran
profesionalnya, jika tidak dia akan dianggap lalai dan bisa dikenakan
sanksi.
d. Tanggung jawab untuk mengungkapkan kecurangan. Bila ada
kecurangan yang begitu besar tidak ditemukan, sehingga menyesatkan,
akuntan publik harus bertanggung jawab.
e. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga. Tanggung jawab ini seperti
investor, pemberi kredit dan sebagainya. Contoh dari tanggung jawab
ini adalah tanggung jawab atas kelalaiannya yang bisa menimbulkan
kerugian yang cukup besar, seperti pendapat yang tidak didasari dengan
dasar yang cukup.
9
kegagalan audit, dan antara kegagalan audit serta risiko audit. Berikut ini defenisi
mengenai kegagalan bisnis, kegagalan audit dan risiko audit:
10
Sebagian besar profesional akuntan setuju bahwa bila suatu audit gagal
mengungkapkan kesalahan yang material dan oleh karenanya dikeluarkan jenis
pendapat yang salah, maka kantor akuntan publik yang bersangkutan harus
diminta mempertahankan kualitas auditnya. Jika auditor gagal menggunakan
keahliannya dalam pelaksanaan auditnya, berarti terjadi kegagalan audit, dan
kantor akuntan publik tersebut atau perusahaan asuransinya harus membayar
kepada mereka yang menderita kerugian akibat kelalaian auditor tersebut.
Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan audit.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan bangkrut, atau tidak dapat membayar
hutangnya, maka umumnya pemakai laporan keuangan akan mengklaim bahwa
telah terjadi kegagalan audit jika laporan audit paling akhir menunjukkan bahwa
laporan itu dinyatakan secara wajar. Lebih buruk jika terdapat kegagalan bisnis
dan laporan keuangan yang kemudian diterbitkan salah saji, para pemakai akan
mengklaim auditor telah lalai sekalipun telah melaksanakannya sesuai dengan
standar auditing yang berlaku umum.
11
Pemahaman terhadap hukum tidaklah mudah mengingat pemahaman
tersebut menuntut suatu kesadaran dari perilaku-perilaku yang terlibat di
dalamnya dan juga adanya kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda terhadap
keberadaan suatu hukum.
Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-
perilaku yang terlibat terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah
menjadi kewajiban yang nantinya akan mempunyai konsekuensi terhadap hukum.
Suatu pemahaman yang baik terhadap hukum akan membawa profesi akuntan
publik minimal ke dalam praktek-praktek yang sehat, yang dapat meningkatkan
kinerja dan kredibilitas publik yangl ebih baik.
Litigasi terhadap kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi
bagi kualitas dari jasa-jasa yang disediakan kantor akuntan publik tersebut.
Tanggung jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap kepercayaan yang
diberikan publik seharusnya akuntan publik dapat memberikan kualitas jasa yang
dapat dipertanggungjawabkan dengan mengedepankan kepentingan publik, yaitu
selalu bersifat obyektif dan independen dalam setiap melakukan analisa serta
berkompeten dalam teknis pekerjaannya.
12
apabila adanya tuntutan ke pengadilan yang menyangkut laporan keuangan adalah
sebagai berikut:
13
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang
akuntan publik adalah bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika
memang terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor, maka
akuntan publik dapat dimintai pertanggungjawaban secara hukum sebagai bentuk
kewajiban hukum auditor.
14
BAB III
KESIMPULAN
15
Adapun tanggung jawab terhadap hukum meliputi:
Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client). Kewajiban akuntan publik
terhadap klien karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai
waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal
menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan publik.
Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to
Third party). Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi
kerugian pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang
menyesatkan
Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal (Liabilities under
securities laws). Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal
dengan standar yang ketat.
Kewajiban kriminal (Crime Liabilities). Kewajiban hukum yang timbul
sebagai akibat kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan
kriminal menurut Undang-Undang.
16
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A, Randal J Elder dan Mark S Beasley. 2008. Auditing dan Jasa
Assurance Pendekatan Terintegrasi, Jilid 1 Edisi Keduabelas
diterjemahkan oleh HermanWibowo. Jakarta: Erlangga
Boynton, C William, Johnson N Raymond dan Kell G. Walter. 2003. Modern
Auditing, Buku Satu, Edisi Ketujuh diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe, dkk.
Jakarta: Erlangga
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Standar Profesional Akuntan
Publik. Jakarta: Salemba Empat
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif, Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat
17