Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL SEBAGAI AKUNTAN”

Mata Kuliah Akuntansi Auditing I

Dosen Pengampuh:

Ruci Arizanda Rahayu, S.E., M.SA Ak., C.A.

Disusun Oleh:

1. Merninda Ragelita (182010300177)


2. Berliana Mutiara F (182010300181)
3. Dedy Rahmat S (182010300197)
4. Yermiana Peni S (182010300210)
5. Rena Yunita (182010300219)
6. Ollivia Candra R (182010300224)
7. Rizky Nur W (182010300232)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS, HUKUM DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO

2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah Tanggung Jawab Profesional Sebagai Akuntan sebagai tugas dari mata
kuliah Auditing I ini dengan baik. Penyusun berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran mata kuliah Auditing I.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan


sangat jauh dari sempurna, baik dari segi isi, susunan, maupun bahasa, oleh
karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan
penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan
tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita
dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Sidoarjo, 12 November 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1..Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Audit, Atestasi Dan Asurans.............................................................................3
2.2 Auditing Dan Manajemen Asersi.....................................................................3
2.3 Tanggung Jawab Profesional Auditor..............................................................4
2.4 Kode Etik Akuntan Serta Pelaksanaannya.......................................................5
2.5 Hal–Hal Yang Berkaitan Dengan Hukum Sehubungan Dengan Pekerjaan
Auditor..............................................................................................................7
2.6 Pemahaman Hukum Dan Kewajiban Auditor..................................................9
2.7 Kewajiban Hukum Bagi Auditor....................................................................12
BAB III KESIMPULAN......................................................................................15
DAFTAR ISI

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Mengenai masalah tanggung jawab akan akuntan publik adalah tujuan


utama atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah
untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor merupakan
sarana bagi auditor untuk menyatakan pendapatnya, atau apabila keadaan
mengharuskan, untuk menyatakan pendapat. Baik dalam hal auditor menyatakan
pendapat maupun meyatakan tidak memberikan pendapat, ia harus menyatakan
apakah auditnya telah dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut
pendapatnya, laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip akntansi tersebut dalam periode berjalan dibandingkan dengan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya (SA seksi 110 SPAP 2011).

Etika memiliki pengaruh terhadap tanggung jawab auditor. Etika lebih luas
dari prinsip-prinsip moral. Etika tersebut mencakup prinsip perilaku untuk orang-
orang profesional yang dirancang baik untuk tujuan praktis maupun tujuan
idealistis. Kode etik profesional antara lain dirancang untuk mendorong perilaku
ideal, maka kode etik harus realistis dan dapat dilaksanakan. Kode Etik Ikatan
Akuntan Indonesia sebagaimana ditetapkan dalam kongres VIII Ikatan Akuntan
Indonesia di Jakarta pada tahun 1998 terdiri dari: Pinsip Etika aturan etika
interprestasi aturan etika.

Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional bagi anggota. Interpretasi aturan etika
merupakan interpretasi yang dikeluarkan sebagai panduan dalam penerapan aturan
etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.
Pengembangan kesadaran etis atau moral memainkan peranan kunci dalam semua
area profesi akuntan (Louwers, 1997), termasuk dalam melatih sikap profesional

1
akuntan. Faktor-faktor situasi berpengaruh secara positif terhadap skeptisisme
profesional auditor. Faktor situasi seperti situasi audit yang memiliki risiko tinggi
(situasi irregularities) mempengaruhi auditor untuk meningkatkan sikap
profesionalnya. Di dalam makalah ini, akan kami uraikan mengenai tanggung
jawab profesional sehingga diharapkan dapat memberikan informasi dan
pengetahuan yang lebih mendalam bagi pembaca khususnya bagi mahasiswa
mengenai auditing serta hal-hal yang berkaitan dengan auditing.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka pokok pembahasan
dalam makalah ini yakni sebagai berikut: Bagaimana Tanggung Jawab Profesional
Akuntan Publik?

1.3 TUJUAN

Tujuan dari makalah ini ialah untuk mengetahui Tanggung Jawab


Profesional sebagai Akuntan Publik.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 AUDIT, ATESTASI DAN ASURANS

Audit adalah suatu bentuk dari atestasi, dalam pengertian umum, mengacu
pada komunikasi para ahli mengenai kesimpulan tentang keandalan dari suatu
asersi yang diungkapkan oleh seseorang. Dalam artian sempit, American Institute
of Certified Public Accountants (AICPA) telah mendefinisikan atestasi sebagai
"komunikasi yang mengungkapkan kesimpulan tentang keandalan suatu asersi
tertulis yang merupakan tanggung jawab pihak lain". Sebagaimana dinyatakan di
atas, audit adalah suatu bentuk dari asersi.

Jasa asurans, seperti yang didefinisikan oleh Komite Asurans AICPA, yaitu
“jasa profesional yang independen yang meningkatkan kualitas informasi, atau
konteksnya, bagi para pengambil keputusan". Jasa asurans lebih luas dari auditing
atau atestasi.

 Auditing adalah kegiatan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh
pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti
pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
 Attestation (Atestasi) adalah jenis jasa asurans dimana KAP mengeluarkan
laporan tentang reliabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain.
 Assurance (Jaminan) adalah jasa seorang profesional independen yang
meningkatkan kualitas informasi bagi para pengambil keputusan
2.2 AUDITING DAN MANAJEMEN ASERSI

Asersi, seperti yang digunakan dalam konteks ini, adalah representasi dari
manajemen untuk fairness (kewajaran) laporan keuangan. The Auditing Standar
Board (ASB), suatu badan yang didirikan oleh AICPA untuk merumuskan
Standar Audit dan interpretasi, mengklasifikasikan asersi laporan keuangan
sebagai berikut:

3
 Keberadaan atau kejadian. Apakah semua aset dan ekuitas pada neraca
ada, dan/atau melakukan semua transaksi dapat direpresentasikan pada
laporan rugi?
 Kelengkapan. Bagaimana aset, ekuitas atau transaksi telah diabaikan
dari laporan keuangan?
 Hak dan kewajiban. Apakah aset yang muncul pada neraca yang
dimiliki oleh entitas, dan apakah liabilitas dilaporkan pada entitas sesuai
dengan tanggal neraca?
 Penilaian atau alokasi.Apakah aset dan ekuitas dinilai dan diukur sesuai
dengan Prinsip Akuntansi yang berlaku dan jumlah telah dialokasikan
antara neraca dan laporan laba rugi sudah disajikan dengan wajar (biaya
aset vs biaya depresiasi, misalnya)?
 Presentasi dan Pengungkapan. Apakah klasifikasi, seperti aset dan
kewajiban lancar dengan tidak lancar, dan pendapatan serta biaya operasi
dengan non operasi, benar-benar tercermin dalam laporan keuangan, dan
pengungkapan catatan kaki memadai untuk laporan keuangan dan tidak
menyesatkan?

Pekerjaan auditor adalah untuk menentukan apakah representasi (asersi)


memang wajar; itu adalah, "memastikan tingkat korespondensi antara asersi dan
kriteria yang ditetapkan". Untuk keperluan pelaporan keuangan, kriteria yang
ditetapkan telah diatur dalam Generally Accepted Accounting Principle (GAAP)
didirikan adalah tubuh prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP),
sebagaimana tercantum dalam Statements of Financial Standards (SFASs),
Accounting Principle Board Opinions (APBOs) Accounting Reserch Bulletin
(ARB) dan sumber-sumber lainnya.

2.3 TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL AUDITOR

Berdasarkan aturan etika, seorang profesional akuntan sektor publik harus


memiliki karakteristik yang mencakup :

1). Penguasaan keahlian intelektual yang diperoleh melalui pendidikan dan


pelatihan.

4
2). Kesediaan melakukan tugas untuk masyarakat secara luas di tempat instansi
kerja maupun untuk auditor.
3). Berpandangan obyektif.

4). Penyediaan layanan dengan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang
tinggi.
Penerapan aturan etika ini dilakukan untuk mendukung tercapainya tujuan
profesi akuntan yaitu :
1). Bekerja dengan standar profesi yang tinggi,
2). Mencapai tingkat kinerja yang diharapkan

3). Mencapai tingkat kinerja yang memenuhi persyaratan kepentingan


masyarakat.
Oleh karena itu, menurut aturan etika IAI-KASP, ada tiga kebutuhan
mendasar yang harus dipenuhi, yaitu:
1). Kredibilitas akan informasi dan sistem informasi.
2). Kualitas layanan yang didasarkan pada standar kinerja yang tinggi.

3). Keyakinan pengguna layanan bahwa adanya kerangka etika profesional dan
standar teknis yang mengatur persyaratan-persyaratan layanan yang tidak
dapat dikompromikan.

2.4 KODE ETIK AKUNTAN SERTA PELAKSANAANNYA

1. Tanggung Jawab Profesi


Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional
dalam semua kegiatan yang dilakukannya. Anggota juga harus selalu
bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk
mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat
dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan
meningkatkan tradisi profesi.

2. Kepentingan Publik

5
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak
sedemikian rupa demi melayani kepentingan publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.

3. Integritas
Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan
merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan
yang diambilnya. Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik,
anggota harus melaksanakan semua tanggung jawab profesional dengan
integritas tertinggi

4. Obyektivitas
Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak
memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari
benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Seorang anggota
harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
menunaikan tanggung jawab profesional. Seorang anggota dalam praktik
publik seharusnya menjaga independensi dalam fakta dan penampilan saat
memberikan jasa auditing dan atestasi lainnya.

Kompetensi dan kehati-hatian profesional seorang anggota profesi


harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis profesi, terdorong
untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi dan kualitas jasa,
dan menunaikan tanggung jawab profesional sampai tingkat tertinggi
kemampuan anggota yang bersangkutan.

5. Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan formasi
yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta
tidak boleh mengungkapkan informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa
izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat kewajiban hukum atau
terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya. Kewajiban kerahasiaan
berlanjut bahkan setelah hubungan antara anggota dan klien atau pemberi
jasa berakhir.

6. Perilaku Profesional

6
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-
undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi

7. Standar Teknis

Sebagai profesional setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya harus


sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang relevan. Sesuai
dengan keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban
untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan
tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

2.5 HAL–HAL YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM SEHUBUNGAN


DENGAN PEKERJAAN AUDITOR

Tanggung Jawab Auditor

Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang akuntan


publik dalam memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran
apapun yang bersifat pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat,
berdasarkan PMK No.17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif,
berupa: sanksi peringatan, sanksi pembekuan ijin dan sanksi pencabutan ijin.

Penghukuman dalam pemberian sanksi hingga pencabutan izin baru


dilakukan dalam hal seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-
ketentuan yang diatur dalam SPAP dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang
ditetapkan oleh IAPI, serta juga melakukan pelanggaran peraturan perundang-
undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang jasa yang diberikan,
atau juga akibat dari pelanggaran yang terus dilakukan walaupun telah
mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-tindakan yang
menentang langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran
profesionalisme akuntan publik.

Akan tetapi, hukuman yang bersifat administratif tersebut walaupun diakui


merupakan suatu hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan masa depan dari
seorang akuntan publik, ternyata masih belum menjawab penyelesaian
permasalahan ataupun resiko kerugian yang telah diderita oleh anggota

7
masyarakat, sebagai akibat dari penggunaan hasil audit dari akuntan publik
tersebut. Selama melakukan audit, auditor juga bertanggung jawab:

a. Mendeteksi kecurangan

1). Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-


kesalahan yang tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan
dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan keyakinan yang
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan.
2). Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan jika terdapat bukti
adanya kecurangan. Laporan ini dilaporkan oleh auditor kepada
pihak manajemen, komite audit, dewan direksi
b. Tindakan pelanggaran hukum oleh klien
1). Tanggung jawab untuk mendeteksi pelanggaran hukum yang
dilakukan oleh klien. Auditor bertanggung jawab atas salah saji
yang berasal dari tindakan melanggar hukum yang memiliki
pengaruh langsung dan material pada penentuan jumlah laporan
keuangan. Untuk itu auditor harus merencanakan suatu audit untuk
mendeteksi adanya tindakan melanggar hukum serta
mengimplementasikan rencana tersebut dengan kemahiran yang
cermat dan seksama.
2). Tanggung jawab untuk melaporkan tindakan melanggar hukum.
Apabila suatu tindakan melanggar hukum berpengaruh material
terhadap laporan keuangan, auditor harus mendesak manajemen
untuk melakukan revisi atas laporan keuangan tersebut. Apabila
revisi atas laporan keuangan tersebut kurang tepat, auditor
bertanggungjawab untuk menginformasikannya kepada para
pengguna laporan keuangan melaluisuatu pendapat wajar dengan
pengecualian atau pendapat tidak wajar bahwa laporan keuangan
disajikan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Selain itu, auditor memiliki beberapa tanggung jawab, yaitu:

8
a. Tanggung jawab terhadap opini yang diberikan. Tanggung jawab
ini hanya sebatas opini yang diberikan, sedangkan laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen. Hal ini disebabkan
pengetahuan auditor terbatas pada apa yang diperolehnya melalui audit.
Oleh karena itu penyajian yang wajar posisi keuangan, hasil usaha dan
arus kas sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum,
menyiratkan bagian terpadu tanggung jawab manajemen.
b. Tanggung jawab terhadap profesi. Tanggung jawab ini mengenai
mematuhi standar/ketentuan yang telah disepakati IAI, termasuk
mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku, standar auditing dan kode
etik akuntan Indonesia.
c. Tanggung jawab terhadap klien. Auditor berkewajiban melaksanakan
pekerjaan dengan seksama dan menggunakan kemahiran
profesionalnya, jika tidak dia akan dianggap lalai dan bisa dikenakan
sanksi.
d. Tanggung jawab untuk mengungkapkan kecurangan. Bila ada
kecurangan yang begitu besar tidak ditemukan, sehingga menyesatkan,
akuntan publik harus bertanggung jawab.
e. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga. Tanggung jawab ini seperti
investor, pemberi kredit dan sebagainya. Contoh dari tanggung jawab
ini adalah tanggung jawab atas kelalaiannya yang bisa menimbulkan
kerugian yang cukup besar, seperti pendapat yang tidak didasari dengan
dasar yang cukup.

f. Tanggung jawab terhadap pihak ketiga atas kecurangan yang


tidak ditemukan. Dengan melihat lebih jauh penyebabnya, jika
kecurangan karena prosedur auditnya tidak cukup, maka auditor harus
bertanggung jawab.

2.6 PEMAHAMAN HUKUM DAN KEWAJIBAN AUDITOR

Banyak profesional akuntansi dan hukum percaya bahwa penyebab utama


tuntutan hukum terhadap kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman
pemakai laporan keuangan tentang perbedaan antara kegagalan bisnis dan

9
kegagalan audit, dan antara kegagalan audit serta risiko audit. Berikut ini defenisi
mengenai kegagalan bisnis, kegagalan audit dan risiko audit:

a. Kegagalan bisnis adalah kegagalan yang terjadi jika perusahaan tidak


mampu membayar kembali utangnya atau tidak mampu memenuhi
harapan para investornya, karena kondisi ekonomi atau bisnis, seperti
resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau persaingan yang tak
terduga dalam industri itu.
b. Kegagalan audit adalah kegagalan yang terjadi jika auditor
mengeluarkan pendapat audit yang salah karena gagal dalam memenuhi
persyaratan-persyaratan standar auditing yang berlaku umum.
c. Risiko Audit adalah risiko dimana auditor menyimpulkan bahwa
laporan keuangan disajikan dengan wajar tanpa pengecualian,
sedangkan dalam kenyataannya laporan tersebut disajikan salah secara
material.

Bila di dalam melaksanakan audit, akuntan publik telah gagal mematuhi


standar profesinya, maka besar kemungkinannya bahwa business failure juga
diiringi oleh audit failure. Dalam hal yang terakhir ini, akuntan publik harus
bertanggung jawab. Sementara, dalam menjalankan tugasnya, akuntan publik
tidak luput dari kesalahan. Kegagalan audit yang dilakukan dapat dikelompokkam
menjadi ordinary negligence, gross negligence, dan fraud. Ordinary negligence
merupakan kesalahan yang dilakukan akuntan publik, ketika menjalankan tugas
audit, dia tidak mengikuti pikiran sehat (reasonable care). Dengan kata lain
setelah mematuhi standar yang berlaku ada kalanya auditor menghadapi situasi
yang belum diatur standar. Dalam hal ini auditor harus menggunakan “common
sense” dan mengambil keputusan yang sama seperti seorang (typical) akuntan
publik bertindak. Sedangkan gross negligence merupakan kegagalan akuntan
publik mematuhi standar profesional dan standar etika. Standar ini minimal yang
harus dipenuhi. Bila akuntan publik gagal mematuhi standar minimal (gross
negligence) dan pikiran sehat dalam situasi tertentu (ordinary negligence), yang
dilakukan dengan sengaja demi motif tertentu maka akuntan publik dianggap telah
melakukan fraud yang mengakibatkan akuntan publik dapat dituntut baik secara
perdata maupun pidana.

10
Sebagian besar profesional akuntan setuju bahwa bila suatu audit gagal
mengungkapkan kesalahan yang material dan oleh karenanya dikeluarkan jenis
pendapat yang salah, maka kantor akuntan publik yang bersangkutan harus
diminta mempertahankan kualitas auditnya. Jika auditor gagal menggunakan
keahliannya dalam pelaksanaan auditnya, berarti terjadi kegagalan audit, dan
kantor akuntan publik tersebut atau perusahaan asuransinya harus membayar
kepada mereka yang menderita kerugian akibat kelalaian auditor tersebut.

Kesulitan timbul bila terjadi kegagalan bisnis, tetapi bukan kegagalan audit.
Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan bangkrut, atau tidak dapat membayar
hutangnya, maka umumnya pemakai laporan keuangan akan mengklaim bahwa
telah terjadi kegagalan audit jika laporan audit paling akhir menunjukkan bahwa
laporan itu dinyatakan secara wajar. Lebih buruk jika terdapat kegagalan bisnis
dan laporan keuangan yang kemudian diterbitkan salah saji, para pemakai akan
mengklaim auditor telah lalai sekalipun telah melaksanakannya sesuai dengan
standar auditing yang berlaku umum.

Akuntan publik bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk


audit, pajak,konsultasi manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-
benar terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta
pertanggungjawabannya secara hukum. Beberapa faktor utama yang
menimbulkan kewajiban hukum bagi profesi audit diantaranya adalah

 Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung


jawab akuntan publik
 Meningkatnya perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal
sehubungan dengan tanggung jawab untuk melindungi kepentingan
investor
 Bertambahnya kompleksitas audit yang disebabkan adanya perubahan
lingkungan yang begitu pesat diberbagai sektor bisnis, sistem informasi,
dan lain-lain
 Kesediaan kantor akuntan publik untuk menyelesaikan masalah hukum
diluar pengadilan, untuk menghindari biaya yang tinggi.

11
Pemahaman terhadap hukum tidaklah mudah mengingat pemahaman
tersebut menuntut suatu kesadaran dari perilaku-perilaku yang terlibat di
dalamnya dan juga adanya kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda terhadap
keberadaan suatu hukum.

Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-
perilaku yang terlibat terkadang kurang memahami secara benar apa yang telah
menjadi kewajiban yang nantinya akan mempunyai konsekuensi terhadap hukum.
Suatu pemahaman yang baik terhadap hukum akan membawa profesi akuntan
publik minimal ke dalam praktek-praktek yang sehat, yang dapat meningkatkan
kinerja dan kredibilitas publik yangl ebih baik.

Sebaliknya apabila akuntan publik kurang memahaminya pada iklim


keterbukaan di era reformasi seperti sekarang ini maka akan dapat membawa
perkembangan fenomena kedalam konteks yang lebih luas pada publik yang
sudah mulai berani melakukan tuntutan hukum terhadap berbagai profesi
termasuk profesi akuntan publik.

2.7 KEWAJIBAN HUKUM BAGI AUDITOR

Auditor secara umum sama dengan profesi lainnya merupakan subjek


hukum dan peraturan lainnya. Auditor akan terkena sanksi atas kelalaiannya,
seperti kegagalan untuk mematuhi standar profesional di dalam kinerjanya.
Profesi ini sangat rentan terhadap penuntutan perkara (lawsuits) atas kelalaiannya
yang digambarkan sebagai sebuah krisis.

Litigasi terhadap kantor akuntan publik dapat merusak citra atau reputasi
bagi kualitas dari jasa-jasa yang disediakan kantor akuntan publik tersebut.
Tanggung jawab profesi akuntan publik di Indonesia terhadap kepercayaan yang
diberikan publik seharusnya akuntan publik dapat memberikan kualitas jasa yang
dapat dipertanggungjawabkan dengan mengedepankan kepentingan publik, yaitu
selalu bersifat obyektif dan independen dalam setiap melakukan analisa serta
berkompeten dalam teknis pekerjaannya.

Terlebih-lebih tanggung jawab yang dimaksud mengandung kewajiban


hukum terhadap kliennya. Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit

12
apabila adanya tuntutan ke pengadilan yang menyangkut laporan keuangan adalah
sebagai berikut:

a. Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client). Kewajiban akuntan


publik terhadap klien karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit
sesuai waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak memadai,
gagal menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan
publik.
b. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to
Third party). Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi
kerugian pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan keuangan
yang menyesatkan
c. Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal (Liabilities under
securities laws). Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas
federal dengan standar yang ketat.
d. Kewajiban kriminal (Crime Liabilities). Kewajiban hukum yang timbul
sebagai akibat kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan
kriminal menurut Undang-Undang.

Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia


secara eksplisit memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah
ada seperti tertuang dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar
Akuntansi Keuangan (SAK), peraturan-peraturan mengenai Pasar Modal atau
Bapepam, UU Perpajakan dan lain sebagainya yang berkenaan dengan kewajiban
hukum akuntan.

Keberadaan perangkat hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia


sangat dibutuhkan oleh masyarakat termasuk kalangan profesi untuk melengkapi
aturan main yang sudah ada. Hal ini dibutuhkan agar disatu sisi kalangan profesi
dapat menjalankan tanggung jawab profesionalnya dengan tingkat kepatuhan yang
tinggi, dan di sisi lain masyarakat akan mempunyai landasan yang kuat bila
sewaktu-waktu akan melakukan penuntutan tanggung jawab profesional terhadap
akuntan publik.

13
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang
akuntan publik adalah bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika
memang terjadi kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor, maka
akuntan publik dapat dimintai pertanggungjawaban secara hukum sebagai bentuk
kewajiban hukum auditor.

Tanggapan Profesi Terhadap Kewajiban Hukum AICPA dan profesi


mengurangi resiko terkena sanksi hukum dengan langkah-langkah berikut:

a. Riset dalam auditing


b. Penetapan standar dan aturan.
c. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor
d. Menetapkan persyaratan penelaahan sejawat
e. Melawan tuntutan hukum
f. Pendidikan bagi pemakai laporan
g. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas
h. Perundingan untuk perubahan hukum

14
BAB III
KESIMPULAN

Seorang akuntan publik banyak memiliki tanggung jawab, yaitu tanggung


jawab terhadap profesionalisme yang dituntut melaksanakan tugas
profesionalismenya sesuai dengan kode etik dan tanggung jawab kepada hukum
yang berlaku meskipun belum diatur secara eksplisit dalam sebuah peraturan.
Pelaksanaan tugas profesionalisme yang sesuai dengan kode etik meliputi:
 Tanggung Jawab Profesi. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai
profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
 Kepentingan Publik. Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk
bertindak sedemikian rupa demi melayani kepentingan publik, menghormati
kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas profesionalisme.
 Integritas. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik
dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan
yang diambilnya.
 Obyektivitas. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,
tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka, serta bebas dari
benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.
 Kerahasiaan. Seorang akuntan profesional harus menghormati kerahasiaan
formasi yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan profesional dan
bisnis.
 Perilaku Profesional. Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum
dan perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang
dapat mendiskreditkan profesi.
 Standar Teknis. Sebagai profesional setiap anggota dalam melaksanakan
tugasnya harus sesuai dengan standar teknis dan standar profesional yang
relevan.

15
Adapun tanggung jawab terhadap hukum meliputi:
 Kewajiban kepada klien (Liabilities to Client). Kewajiban akuntan publik
terhadap klien karena kegagalan untuk melaksanakan tugas audit sesuai
waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak memadai, gagal
menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan publik.
 Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common Law (Liabilities to
Third party). Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika terjadi
kerugian pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang
menyesatkan
 Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal (Liabilities under
securities laws). Kewajiban hukum yang diatur menurut sekuritas federal
dengan standar yang ketat.
 Kewajiban kriminal (Crime Liabilities). Kewajiban hukum yang timbul
sebagai akibat kemungkinan akuntan publik disalahkan karena tindakan
kriminal menurut Undang-Undang.

16
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A, Randal J Elder dan Mark S Beasley. 2008. Auditing dan Jasa
Assurance Pendekatan Terintegrasi, Jilid 1 Edisi Keduabelas
diterjemahkan oleh HermanWibowo. Jakarta: Erlangga
Boynton, C William, Johnson N Raymond dan Kell G. Walter. 2003. Modern
Auditing, Buku Satu, Edisi Ketujuh diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe, dkk.
Jakarta: Erlangga
Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI). 2011. Standar Profesional Akuntan
Publik. Jakarta: Salemba Empat
Tuanakotta, Theodorus M. 2010. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif, Edisi 2.
Jakarta: Salemba Empat

17

Anda mungkin juga menyukai