Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Laporan Audit, Jenis-jenis Audit, dan Maksud Laporan Audit 

Dosen Pengampu: Ibu. Elsa S. E., M. Ak.

Disusun oleh:

Kelompok 1

Rahmatullah (171430104)

Gita Afiani Putri (181430080)

Marlina Ariyani (181430081)

JURUSAN ASURANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULANA HASANUDDIN

BANTEN

2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Laporan Audit, Jenis-jenis Audit,
dan Maksud Laporan Audit ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Ibu
Elsa, S. E., M. Ak. pada mata kuliah Sistem Auditing Asuransi Syariah. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Laporan Audit, Jenis-jenis Audit, dan
Maksud Laporan Audit  bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Elsa, S. E., M. Ak., selaku dosen mata kuliah
Sistem Auditing Asuransi Syariah yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Serang,18 Maret 2021.

Penulis
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
C. Tujuan Masalah........................................................................................................................1
BAB II...................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................................2
1. Laporan Audit...........................................................................................................................2
2. Jenis-Jenis Audit.......................................................................................................................2
Jenis-jenis Laporan Audit..................................................................................................................2
A. Laporan Audit Standar tanpa Pengecualian untuk Entitas Nonpublik.............................................2
B. Laporan Audit Standar tanpa Pengecualian dan Laporan tentang Pengendalian Internal atas
Pelaporan Keuangan menurut Standar Auditing PCAOB...............................................................4
C. Laporan Audit Wajar tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan atau Modifikasi Kata-
kata.................................................................................................................................................6
D. Penyimpangan dari Laporan Audit Wajar tanpa Pengecualian.......................................................8
E. Materialitas.....................................................................................................................................9
F. Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan....................................................................................10
G. Proses Pengambilan Keputusan Auditor untuk Laporan Audit.....................................................11
3. Maksud Laporan Audit...........................................................................................................13
BAB III................................................................................................................................................14
PENUTUP.......................................................................................................................................14
Kesimpulan........................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Laporan merupakan hal yang sangat penting dalam penugasan audit dan asuransi karena
mengkomunikasikan temuan-temuan auditor. Para pemakai laporan keuangan mengandalkan
laporan auditor untuk memberikan kepastia atas laporan keuangan perusahaan. Auditor
kemungkinan besar akan bertanggung jawab bila ia menerbitkan laporan audit yang tidak tepat.
Laporan audit adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit. Alasan mempelajarinya adalah
untuk memperkenalkan berbagai jenis laporan audit. Konsep-konsep bukti audit ini akan lebih
berarti setelah memahami bentuk dan isi dari hasil akhir audit.
Auditing Standard Board (ASB) AICPA menetapkan standar untuk entitas nonpublik,
sementara PCAOB menetapkan standar auditing untuk perusahaan publik. Karena PCAOB
mengadopsi standar AICPA yang sudah ada sebagai standar interim, maka standar auditing,
termasuk yang terkait dengan pelaporan audit, adalah serupa bagi perusahaan publik dan entitas
non-profit. Namun, sebagai bagian dari Clarity Project AICPA, ASB memodifikasi pelaporan
audit bagi entitas non-publik agar serupa dengan pelaporan menurut standar auditing
internasional. Akibatnya, format laporan audit bagi entitas publik dan non-publik saat ini
berbeda, meskipun substansi umum dari isi laporan itu serupa baik menurut standar auditing
AICPA atau PCAOB.
B. Rumusan Masalah
A. Apa yang dimaksud dengan laporan audit?
B. Apa saja jenis-jenis laporan audit?
C. Bagaimana maksud dari laporan audit
C. Tujuan Masalah
A. Mengetahui laporan audit
B. Mengetahui jenis-jenis laporan audit
C. Mengetahui maksud dari laporan audit

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Laporan Audit
Tahap terakhir dalam proses auditing adalah menyiapkan laporan audit (audit report),
yang menyampaikan temuan-temuan auditor kepada pemakai. Laporan seperti ini memiliki sifat
yang berbeda-beda, tetapi semuanya harus memberi tahu para pembaca tentang derajat
kesesuaian antara informasi yang telah diaudit dan kriteria yang telah ditetapkan. Laporan juga
memiliki bentuk yang berbeda dan dapat bervariasi mulai dari jenis yang sangat teknis yang
biasanya dikaitkan dengan audit laporan keuangan hingga laporan lisan yang sederhana dalam
audit operasional atas efektivitas suatu departemen kecil.
2. Jenis-Jenis Audit
Tiga jenis utama audit adalah:
(1) Audit Operasional
Mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi
organisasi.
(2) Audit Ketaatan
Dalam menentukan apakah pihak yang diaudit mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan
tertentu yang ditetapkan oleh otoritas yang lebih tinggi.
(3) Audit Laporan Keuangan
Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar sesuai dengan
standar akuntansi, auditor mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan
itu mengandung kesalahan yang material atau salah saji lainnya.
Jenis-jenis Laporan Audit
A. Laporan Audit Standar tanpa Pengecualian untuk Entitas Nonpublik
Laporan Audit Standar tanpa Pengecualian berisi 8 bagian berbeda:
1. Judul laporan. untuk memberi tahu para pemakai laporan bahwa audit tersebut dalam
segala aspeknya dilaksanakan secara tidak memihak atau tidak bias.
2. Alamat laporan audit. Ditujukan kepada perusahaan, para pemegang saham, atau dewan
direksi perusahaan. Telah menjadi hal yang biasa mengalamatkan laporan ini kepada
dewan direksi dan para pemegang saham untuk menunjukan bahwa auditor independen
terhadap perusahaan.
3. Paragraf pendahuluan. Paragraf pertama menunjukan bahwa kantor akuntan publik
bersangkutan telah melaksanakan audit, yang membedakan audit dari laporan kompilasi
atau laporan review.juga menyatakan laporan keuangan yang telah diaudit, termasuk
catatan atas laporan keuangan dan tanggal neraca serta periode akuntansi untuk laporan
laba rugi dan laporan arus kas.
4. Tanggung jawab manajemen. Meliputi pemilihan prinsip-prinsip akuntansi yang tepat
dan penyelenggaraan pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang mencukupi
untuk penyajian laporan keuangan yang bebas dari salah saji yang material akibat
kecurangan atau kesalahan.

2
5. Tanggung jawab auditor. Berisi tiga paragraf yaitu: paragraf pertama menyatakan audit
telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing yang berlaku umum di Amerika
Serikat. Juga untuk memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan telah
bebas dari salah saji yang material, material ini menunjukan bahwa auditor hanya
bertanggung jawab mencari salah saji yang signifikan, bukan salah saji kecil yang tidak
mempengaruhi keputusan para pemakai laporan keuangan. Paragraf kedua menyatakan
ruang lingkup audit dan bukti audit yang dikumpulkan. Juga menunjukan bahwa prosedur
yang digunakan tergatung pada pertimbangan auditordan mencakup penilaian risiko salah
saji yang material dalam laporan keuangan. Paragraf ketiga menunjukan auditor yakin
bahwa bukti audit yang tepat dan mencukupi telah diperoleh demi mendukung pendapat
auditor.
6. Paragraf pendapat. Menyatakan kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit. Bagian
laporan ini begitu penting, sehingga seringkali keseluruhan laporan audit dinyatakan
secara sederhana sebagai pendapat auditor. Paragraf ini hanya menyatakan pendapat saja,
bukan sebagai pernyataan yang mutlak atau sebagai jaminan.
7. Nama dan alamat KAP. Nama mengidentifikasi kantor akuntan publik (KAP) atau
praktisi yang melaksanakan audit. Biasanya yang dituliskan adalah nama KAP, karena
seluruh bagian dari KAP mempunyai tanggung jawab hukum dan profesional untuk
memastikan bahwa kualitas audit memenuhi standar profesional. Kota dan negara bagian
lokasi KAP juga harus dicantumkan.
8. Tanggal laporan audit. menunjukan hari terkahir dari tanggung jawab auditor untuk
mereview peristiwa-peristiwa penting yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan.
Contoh laporan audit perusahaan asuransi:

Laporan Audit Standar tanpa Pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi:
1. Semua laporan-neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas pemegang saham,
dan laporan arus kas-sudah termasuk dalam laporan keuangan.
2. Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan
penugasan audit ini dengan cara yang memungkinkannya untuk menyimpulkan bahwa
audit telah dilaksakan sesuai dengan standar auditing.

3
3. Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku
umum atau kerangka kerja akuntansi lainnya yang sesuai. Hal itu juga berarti bahwa
pengungkapan yang memadai telah tercantum dalam catatan kaki dan bagian-bagian lain
dari laporan keuangan.
4. Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu untuk menambahkan sebuah
paragraf penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.
Apabila kondisi tersebut terpenuhi, maka laporan audit standar tanpa pengecualia untuk
audit perusahaan nonpublik, dapat diterbitkan. Laporan Audit Standar tanpa Pengecualian
terkadang disebut sebagai pendapat yang bersih (clean opinion)karena tidak ada keadaan yang
memerlukan pengecualian (kualifikasi) atau modifikasi atas pendapat auditor. Laporan Audit
Standar tanpa Pengecualian adalah pendapat paling umum. Terkadang situasi yang berada diluar
kendali klien atau auditor menghalangi diterbitkannya suatu pendapat yang bersih. Akan tetapi,
dalam sebagian besar kasus, perusahaan akan melakukan beberapa perubahan yang tepat pada
catatan akuntansinya gunna menghindari pengecualian atau modifikasi oleh auditor.
Berikut empat kategori laporan audit:
1. Wajar tanpa pengecualian standar, laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai
dengan kerangka kerja pelaporan keuangan yang berlaku.
2. Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan, suatu
audit yang lengkap telah dilaksanakan dengan hasil yang memuaskan dan laporan
keuangan telah disajikan secara wajar, tetapi auditor yakin bahwa penting atau wajib
untuk memberi informasi tambahan.
3. Dengan pengecualian, auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan keuangan telah
disajikan secara wajar, tetapi lingkup audit telah dibatasi secara material atau standar
akuntansi yang berlaku tidak diikuti pada saat menyiapkan laporan keuangan.
4. Tidak wajar atau menolak memberikan pendapat, auditor menyimpulkan bahwa laporan
keuangan tidak disajikan secara wajar (pendapat tidak wajar), sehingga ia tidak dapat
memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar
(menolak memberikan pendapat), atau auditor tidak independen (menolak memberikan
pendapat).
Jika salah satu dari empat persyaratan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka laporan audit
tidak dapat diterbitkan. Penyimpangan dari laporan audit standar tanpa pengecualian dianggap
semakin berat bila bergerak menurun dari urutan pertama sampai keempat. Para pemakai laporan
keuangan umumnya akan lebih memperhatikan pernyataan menolak memberikan pendapat
(desclaimer) atau pendapat tidak wajar (adverse) ketimbang laporan audit standar tanpa
pengecualian dengan paragraf penjelasan.
B. Laporan Audit Standar tanpa Pengecualian dan Laporan tentang Pengendalian Internal atas
Pelaporan Keuangan menurut Standar Auditing PCAOB
Terdapat dua perbedaan pelaporan audit yang signifikan untuk perusahaan publik.
Pertama, laporan audit standar tanpa pengecualian berbeda untuk laporan keuangan perusahaan
publik. Kedua, auditor perusahaan publik berukuran besar juga harus menerbitkan pendapat
tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

4
Laporan audit standar tanpa pengecualian untuk perusahaan publik meliputi tiga paragraf.
Judul laporan, alamat, nama kantor akuntan, dan tanggal laporan audit adalah serupa bagi
perusahaan publik dan entitas non-publik serta tidak dicantumkan.
Paragraf pertama adalah paragraf pendahuluan dan menunjukan bahwa audit telah
dilaksanakan serta laporan keuangan telah diaudit. Juga menunjukan bahwa laporan keuangan
merupakan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor adalah menyatakan
pendapat tentang laporan keuangan.
Paragraf ruang lingkup serupa dengan paragraf kedua menunjukan bahwa audit dirancang
untuk memberikan kepastian yang layak bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji
yang material. Paragraf ruang lingkup menyatakan bahwa audit telah dilakukan atas dasar
pengujian.
Paragraf ketiga merupakan paragraf pendapat. Jika auditor juga mengeluarkan laporan
terpisah tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan, paragraf keempat akan
mengikuti paragraf pendapat yang disebut laporan audit tentang pengendalian internal. Contoh
Laporan Standar Wajar Tanpa Pengecualian Tentang Laporan Komparatif Untuk Perusahaan
Publik A.S Standar Auditing PCAOB

PCAOB Auditing Standard 5 mewajibkan audit atas pengendalian internal dipadukan


dengan audit atas laporan keuangan. Namun, audit dapat memilih untuk menerbitkan laporan
terpisah atau pada laporan gabungan. Laporan gabungan tentang laporan keuangan dan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan menyajikan baik laporan keuangan maupun
laporan manajemen tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Meskipun laporan
keuangan diizinkan, laporan terpisah tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan jauh
lebih umum dan meliputi unsur-unsur berikut;
Contoh Laporan Terpisah Tentang Pengendalian Internal Atas Pelaporan Keuangan Untuk
Perusahaan Publik A.S

 Laporan pendahuluan, ruang lingkup, dan pendapat menguraikan ruang lingkup


pekerjaan auditor serta pendapat tentang pengendalian internal atas pelaporan keuangan,

5
sementara paragraf pendahuluan menyoroti tanggung jawab manajemen terhadap serta
penilaian terpisah tentang pengendalian internal atas peaporan keuangan.
 Paragraf pendahuluan dan pendapat juga mengacu pada kerangka kerja yang digunakan
untuk mengevaluasi pengendalian internal.
 Laporan itu menyertakan paragraf sesudah paragraf ruang lingkup yang menetapkan
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
 Laporan itu juga menyertakan paragraf tambahan sebelum paragraf pendapat yang
menyatakan keterbatasan yang melekat dari pengendalian internal.
 Meskipun pendapat audit laporan keuangan mencakup banyak periode pelaporan,
pendapat auditor tentang efektivitas pengendalian internal adalah untuk akhir tahun fiskal
terkini.
 Paragraf terakhir dari laporan itu menyertakan sebuah referensi-silang ke laporan terpisah
auditor tentang laporan keuangan.
Laporan terpisah menyajikan pendapat wajar tanpa pengecualian tentang efetivitas
pengendalian internal atas pelaporan keuangan yang disusun sesuai dengan PCAOB Auditing
Standard 5. Auditor dapat mengeluarkan pendapat dengan pengecualian, pendapat tidak wajar,
atau menolak memberikan pendapat tentang efektivitas operasi pengendalian internal atas
pelaporan keuangan.
C. Laporan Audit Wajar tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan atau Modifikasi Kata-
kata
Pada situasi tertentu, diterbitkan laporan audit wajar tanpa pengecualian atas laporan
keuangan, tetapi dengan kata-kata yang berlainan dari laporan wajar standar tanpa pengecualian.
Laporan audit wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan
memenuhi kriteria audit yang lengkap dengan hasil yang memuaskan dan laporan keuangan yang
disajikan dengan wajar, tetapi auditor merasa penting atau wajib untuk memberikan informasi
tambahan. Dalam laporan audit wajar dengan pengecualian (qualified), tidak wajar (adverse),
atau menolak memberikan pendapat (desclaimer), auditor tidak melaksanakan audit yang
memuaskan, tidak yakin bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, atau tidak independen.
Berikut ini adalah penyebab paling penting dari penambahan paragraf penjelasan atau
modifikasi kata-kata laporan wajar tanpa pengecualian standar baik menurut standar auditing
AICPA maupun PCAOB.

 Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum
(GAAP)
 Keraguan yang substansial mengenai going concern
 Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan
 Penekanan pada suatu hal atau masalah lain
 Laporan yang melibatkan auditor lain
Hanya laporan yang pembuatannya melibatkan auditor lain yang memerlukan modifikasi
kata-kata. Empat laporan yang pertama memerlukan suatu paragraf penjelasan. Pada setiap
kasus. Paragraf laporan standar tetap disertakan tanpa modifikasi, dan paragraf penjelasan yang
terpisah akan diikuti dengan paragraf pendapat.

6
Paragraph penjelasan pada Gambar 3-5 menyiratkan bahwa auditor sepakat dengan
kelayakan perubahan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan auditor harus memberikan
pendapat wajar dengan pengecualian.

Konsistensi vs Komparabilitas Auditor harus mampu membedakan antara perubahan


yang mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi. Berikut ini adalah
contoh-contoh perubahan yang mempengaruhi konsistensi dan karenanya, memerlukan
paragraph penjelasan jika perubahan tersebut bersifat material:
1. Perubahan prinsip akuntansi,seperti perubahan metode penilaian persediaanari FIFO
dan LIFO.
2. Perubahan entitas pelaporan, seperti penambahan perusahaan baru dalam laporan
keuangan gabungan.
3. Koreksi kesalahan yang melibatkan prinsip-prinsip akuntansi, yaitu dengan
mengubah prinsip akuntansi yang berlaku umum, termasuk koreksi kesalahan yang
diakibatkannya.
Perubahan mempengaruhi komparabilitas tetapi tidak mempengaruhi konsistensi sehingga
tidak perlu dimasukkan dalam laporan audit adalah sebagai berikut:
1. Perubahan estimasi, seperti penurunan umur manfaat asset untuk tujuan penyusutan.
2. Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntans, seperti kesalahan
matematis tahun sebelumnya.
3. Variasi format dan penyajian informasi keuangan
4. Perubahan yang terjadi akibat transaksi atau peristiwa yang sangat berbeda, seperti
usaha dalam riset dan pengembangan yang baru atau penjualan anak perusahaan.
Pos-pos yang secara material mempengaruhi komparabilitas laporan keuangan umumnya
memerlukan suatu pengungkapan dalam catatan kaki. Laporan audit wajar dengan pengecualian
menyangkut pengungkapan yang tidak memadai mungkin diperlukan bila klien menolak
mengungkapkan secara layak pos tersebut.
Sekalipun tujuan audit bukan untuk mengevaluasi kesehatan perusahaan, auditor memiliki
tanggung jawab menurut standar auditing untuk mengevaluasi apakah perusahaan mempunyai
kmungkinan untuk tetap bertahan (going concern). Sebagai contoh, keberadaan satu atau lebih
faktor-faktor berikut dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk
terus bertahan:
1. Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.
2. Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.
3. Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti
gempa bumi atau banjir, atau masalah ketenagakerjaanyang tidak biasa.
4. Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan
dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.
Pertimbangan auditor dalam situasi semacam itu adalah kemungkinan bahwa klien
mungkin tidak dapat meneruskan operasinya atau memenuhi kewajibannya selama periode yang
wajar. Untuk tujuan ini, periode yang wajar dianggap tidak melebihi satu tahun sejak tanggal
laporan keuangan diaudit.

7
Apabila auditor menyimpulkan bahwa terdapat keraguan yang subtansial tenang
kemampuan perusahaan untuk terus going concern, maka pendapat wajar tanpa pengecualian
dengan paragraf penjelasan harus diterbitkan, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam
laporan keuangan. Gambar 3-6 menampilkan suatu contoh di mana terdapat keraguan yang
subtansial tentang going concern.

Standar auditing memperkenankan tetapi tidak mewajibkan untuk menolak memberikan


pendapat apabila ada keraguan yang subtansial tentang going concern. Kriteria untuk
menerbitkan penolakan memberikan pendapat ketimbang menambahkan suatu paragraf
penjelasan tidak dinyatakan dalam standar, dan dalam praktik jenis pendapat ini jarang diberikan.
Suatu contoh dimana penolakan memberikan pendapat mungkin diterbitkan adalah ketika suatu
lembaga pengatur, seperti Environmental Protection Agency, sedang mempertimbangkan sanksi
yang berat kepada perusahaan dan, jika hal tersebut memberikan hasil yang tidak
menguntungkan, perusahaan terpaksa akan dilikuidasi.
D. Penyimpangan dari Laporan Audit Wajar tanpa Pengecualian
Sangatlah penting bagi para auditor dan pembaca laporan audit untuk memahami suatu di
masa laporan audit wajar tanpa pengecualian dianggap tidak tepat serta jenis laporan audit yang
harus diterbitkan dalam setiap situasi. Dalam studi tentang laporan audit yang menyimpang dari
laporan wajar tanpa pengecualian, terdapat tiga topik yang berkaitan erat satu sama lain: kondisi
yang memerlukan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian, jenis pendapat selain
wajar tanpa pengecualian, dan materialitas.
Pertama, ketiga kondisi yang memerlukan penyimpangan diikhtisarkan secara singkat.
Masing-masing kondisi tersebut selanjutnya dibahas secara lebih mendalam dalam bab ini.
1. Ruang Lingkup Audit Dibatasi (Pembatasan Ruang Lingkup)
Auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang mencukupi untuk menyimpulkan
apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan kerangka kerja pelaporang keuangan
yang tepat, maka terjadi pembatasan ruang lingkup audit. Ada dua penyebab utama
pembatasan ruang lingkup audit: pembatasan oleh klien atau auditor. Suatu contoh
pembatasan oleh klien adalah penolakan manajemen untuk mengizinkan auditor
mengonfirmasikan piutang yang material atau pemeriksaan fisik persediaan. Suatu contoh
pembatasan yang disebabkan oleh situasi yang berada di ruang kendali adalah apabila
penugasan audit belum disepakati hingga setelah akhir periode keuangan klien. Barangkali
kita tidak mungkin untuk mengamati persediaan secara fisik, mengonfirmasikan piutang,
atau melaksanakan prosedur penting lainnya setelah tinggal neraca.
2. Laporan Keuangan Disusun Tidak Sesuai Dengan Prinsip-prinsip Akuntansi yang Berlaku
Umum (Penyimpangan GGAP)
Sebagai contoh jika klien bersikeras menggunakan biaya pengganti (replacement cost) untuk
asset tetapnya atau nilai persediaannya pada harga jual ketimbang biaya historis
sebagaimana diharuskan oleh prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, maka
diperlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian. Apabila prinsip-prinsip

8
akuntansi yang berlaku umum di A.S atau International Financial Reporting Standards
(IFRS) diterapkan dalam konteks ini, maka pertimbangan auditor atas memadainya seluruh
pengungkapan informative, termasuk catatan kaki secara khusus sangat penting. Meskipun
kebanyakan perusahaan A.S menyusun laporan keuangannya sesuai dengan GAAP,
beberapa entitas mungkin menggunakan kerangka kerja pelaporan keuangan yang layak
lainnya.
3. Auditor Tidak Independen
Independensi umumnya ditentukan oleh peraturan 101 dari aturan Kode Perilaku
Profesional akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 4.
Apabila salah satu dari ketiga kondisi itu memerlukan penyimpangan dari laporan
wajar tanpa pengecualian yang ada dan bernilai material, maka laporan selain laporan wajar
tanpa pengecualian harus diterbitkan. Tiga jenis utama laporan audit yang diterbitkan
menurut ketiga kondisi tersebut adalah pendapat wajar dengan pengecualian (qualified
opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion), serta menolak memberikan pendapat
(disclaimer of opinion).
Laporan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion) dapat diterbitkan akibat
pembatasan ruang lingkup audit atau kelalaian untuk mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku
umum. Laporan pendapat tidak wajar dengan pengecualian dapat diterbitkan hanya apabila
auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan secara wajar..
Pendapat tidak wajar (adverse opinion) digunakan hanya apabila auditor yakin bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji yang material atau menyesatkan sehingga
tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan atau hasil operasi dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Laporan pendapat tidak wajar hanya dapat
diterbitkan apabila auditor memiliki pengetahuan, setelah melakukan investigasi yang mendalam
bahwa tidak ada kesesuaian dengan GAAP/PSAK. Hal ini jarang terjadi sehingga pendapat tidak
wajar jarang sekali diterbitkan.
Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion) diterbitkan apabila auditor tidak
dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan
secara wajar. Kebutuhan untuk menolak memberikan pendapat akan timbul apabila terdapat
pembatasan ruang lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen menurut Kode
Perilaku Profesional antara auditor dan kliennya. Kedua situasi ini menghalangi auditor untuk
mengeluarkan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan. Auditor juga memiliki opsi
untuk menolak memberikan pendapat pada masalah kelangsungan hidup perusahaan (going
concern).
E. Materialitas
Materialitas adalah pertimbangan penting dalam menentukan jenis laporan yang tepat untuk
diterbitkan dalam situasi tertentu. Sebagai contoh, jika salah satu relative tidak material terhadap
laporan keuangan suatu entitas selama periode berjalan, maka tepat untuk memberikan pendapat
atau menerbitkan pendapat wajar tanpa pengecualian. Contoh umumnya adalah membebankan
segera perlengkapan kantor, bukannya membukukan sebagian yang belum digunakan kedalam
persediaan karena jumlahnya tidak signifikan.
Definisi umum dari materialitas yang diterapkan dalam bidang akuntansi dan selanjutnya
berlaku dalam pelaporan audit adalah sebagai berikut. Suatu salah saji dalam laporan keuangn

9
dapat dianggap material jika pengetahuan akan salah saji tersebut akan mempengaruhi keputusan
para pemakai laporan tersebut.
Dalam penerapan definisi ini, tiga tingkat materialitas digunakan untuk menentukan jenis
pendapat yang akan diterbitkan.
Jumlahnya Tidak Material Apabila ada salah saji dalam laporan keuangan tetapi cenderung
tidak mempengaruhi keputusan pemakai laporan, hal tersebut dianggap sebagai tidak material.
Karena itu, pendapat wajar tanpa pengecualianlayak diterbitkan. Sebagai contoh, asumsikan
bahwa manejemen mencatat asuransi dibayar dimuka sebagai asset pada tahun sebelumnya dan
memutuskan untuk membebankannya dalam tahun berjalan guna mengurangi biaya
pemeliharaan catatan. Ini berarti manajemen gagal mematuhi GAAP/PSAK, tetapi jika
jumlahnya sedikit, maka salah saji tersebut tidak material dan laporan audit wajar tanpa
pengecualian standar tepat untuk diterbitkan.
Jumlahnya Material tetapi Tidak Memperburuk Laporan Keuangan secara Keseluruhan.
Tingkat materialitas yang kedua terjadi apabila salah saji dalam laporan keuangan akan
mempengaruhi keputusan para pemakai laporan itu, tetapi laporan keuangan secara keseluruhan
tetap disajikan secara wajar sehingga masih berguna. Sebagai contoh, pengetahuan akan salah
saji yang besar dalam asset tetap mungkin mempengaruhi keinginan pemakai untuk meminjam
uang kepada perusahaan jika asset itu adalah jaminannya. Salah saji dalam persediaan tidak
berarti bahwa kas piutang usaha, dan unsur-unsur laporan keuangan lainnya, atau laporan
keuangan secara keseluruhan, tidak benar secara material.
Keputusan Materialitas-Kondisi Non-GAAP Apabila klien gagal dalam mengikuti GAAP,
maka laporan audit akan berupa pendapat wajar dengan pengecualian, atau pendapat tidak wajar,
tergantung pada materialitas dari penyimpangan yang terjadi. Beberapa aspek materialitas harus
dipertimbangkan.
F. Kondisi yang Memerlukan Penyimpangan
Anda sekarang harus memahami hubungan antara kondisi kondisi yang membutuhkan
penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian, jenis jenis audit utama selain wajar tanpa
pengecualian serta tiga tingkat materialitas. Bagian bab ini akan membahas kondisi kondisi yang
memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian yang lebih terinci serta
menunjukkan contoh laporan itu menurut standar auditing AICPA Kata kata pendapat dan sifat
paragraf yang menjelaskan alasan penyimpangan dan laporan wajar tentang, pengecualian
standar adalah serupa dengan menurut standar auditing PCAOB.
Ada dua kategori utama pembatasan ruang lingkup audit. pembatasan disebabkan oleh
klien dan yang disebabkan oleh kondisi kondisi yang berada di luar kendali klien maupun
auditor. Kedua jenis pembatasan ruang lingkup tersebut memihki pengaruh yang sama terhadap
laporan auditor, tetapi unterpretey materialitasnya mungkin berbeda Bila ada pembatasan ruang
lingkup audit, maka respons yang tepat adalah menerbitkan pendapat wajar tanpa pengecualian,
kualifikasi (pengecualian) ruang lingkup dan pendapat audit, atau menolak memberikan
pendapat, tergantung pada materialitasnya.
Untuk pembatasan yang disebabkan oleh klien, auditor harus mempertimbangkan
kemungkinan bahwa manajemen berusaha mencegah ditemukannya informasi yang salah saji.

10
Dalam kasus seperti int, standar auditing menyarankan menolak memberikan pendapat bila
materialitasnya diragukan. Apabila pembatasan ruang lingkup audit disebabkan oleh kondisi-
kondisi yang berada di luar kendali klien, maka ruang lingkup dan pendapat wajar dengan
pengecualian mungkin akan diterbitkan.
GAMBAR 3-8 = Laporan Wajar dengan Pengecualian Akibat Pembatasan Ruang Lingkup-
Standar Auditing AICPA
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN
(Paragraf pendahuluan, paragraf tanggung jawab manajemen, dan dua paragraf tanggung jawab
auditor yang pertama sama dengan loporan aud standar)
Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh sudah mencukupi dan layak untuk
memberikan dasar bagi pendapat audit wajar dengan pengecualian kamu.
Dasar untuk Pendapat Wajar dengan Pengecualian
Investasi Laughlin Corporation di XYZ Company, sebuah afihasi asing yang drakuisisi
selama tahun berjalan dan diperhitungkan dengan metode ekuitas, dicatat sebesar $2.475.000
pada neraca per 31 Desember 2013, dan bagian Laughlin atas laba bersih XYZ Company sebesar
$365 000 termasuk dalam laba bersth Laughlin Corporation untuk tahun yang berakhir pada
tanggal tersebut Kami tidak dapat memperoleh bukt: yang cukup dan tepat tentang jumlat
tercatat investasi Laughtin Corporation dalam XYZ Company per 31 Desember 2013, serta
bagian Laughiin atas taba bersih XYZ Company untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut
karena akses kami ke informas: keuangan, manayemen, dan auditor XYZ Company telah ditolak.
Akibatnya, kami tidak dapat menentukan apakah setrap penyesuaran terhadap angka angka
tersebut memang diperlukan.
Gambar 3-9 menyajikan laporan audit yang mengasumsikan auditor telah menyimpulkan bahwa
fakta fakta yang ada dalam Gambar 3-8 memerlukan penolakan memberikan pendapat, bukannya
pendapat wajar dengan pengecualian.
Apabila auditor mengetahui bahwa laporan keuangan dapat menyesatkan karena tidak
disiapkan sesuai dengan GAAP, dan klien tidak mampu atau tidak bersedia mengoreksi salah saji
itu, ia harus menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar,
tergantung pada materialitas pos yang dipertanyakan. Pendapat itu harus dengan jelas
menyatakan sifat penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum serta jumlah salah
saji tersebut, jika diketahui, Gambar 3-10 memperlihatkan suatu contoh pendapat wajar dengan
pengecualian bila klien tidak mengkapitalisasi lease seperti yang disyaratkan oleh GAAP.
Apabila jumlahnya sangat material atau pervasif sehingga diperlukan pendapat tidak wajar, maka
ruang lingkup paragraf pendapat wajar tanpa pengecualian dan dengan pengecualian masih tetap
sama.
G. Proses Pengambilan Keputusan Auditor untuk Laporan Audit
Para auditor menggunakan proses yang tersusun dengan baik dalam memutuskan laporan
audit yang tepat pada serangkaian situasi tertentu. Pertama auditor harus menilai apakah ada
kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian standar. Jika ada

11
kondisi tersebut, auditor kemudian harus menilai materialitas kondisi tersebut dan menentukan
jenis laporan audit yang tepat.
Memutuskan Materialitas untuk Setiap Kondisi Apabila ada kondisi yang memerlukan
penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian standar, auditor mengevaluasi pengaruh
potensialnya terhadap laporan keuangan. Untuk penyimpangan dari GAAP atau pembatasan
ruang lingkup audit, auditor harus memutuskan antara tidak material, material, atau sangat
material. Semua kondisi lainnya, kecuali tidak adanya independensi auditor, hanya memerlukan
pembedaan antara tidak material atau material. Memutuskan materialitas merupakan hal yang
sulit, yang membutuhkan pertembangan yang matang. Sebagai contoh, asumsikan bahwa ada
pembatasan ruang lingkup audit dalam mengaudut persediaan Jad, sult untuk menilai salah saji
yang potensial dari suatu akun yang belum diaudit oleh auditor.

12
3. Maksud Laporan Audit
Kata pengantar standar auditing AICPA yang terklarifikasi menyatakan:
Tujuan audit adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu pendapat yang
diberikan oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor
ini menambah tingkat keyakinan pengguna yang bersangkutan terhadap laporan keuangan.
Auditor mengumbulkan bukti untuk membuat kesimpulan tentang apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar dan untuk menentukan keefektifan pengendalian internal,
lalu baru menerbitkan laporan audit yang tepat.
Jika auditor yakin bahwa laporan-laporan itu tidak disajikan secara wajar atau tidak dapat
mencapai kesimpulan karena bukti yang tidak mencukupi, auditor mempunyai tanggung jawab
untuk memberi tahu pemakai melalui laporan auditor. Setelah penerbitan laporan, jika fakta-
fakta yang ada menunjukan bahwa laporan tersebut tidak disajikan secara wajar, auditor
mungkin harus memberitahu ke pengadilan atau lembaga pengatur bahwa ia telah melaksanakan
audit dengan cara yang tepat dan menarik kesimpulan yang layak.
Standar auditing AICPA menyatakan
Tujuan keseluruhan auditor, dalam melakukan audit atas laporan keuangan, adalah untuk:
(a) Memperoleh keyakinan yang layak bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah bebas
dari salah saji yang material, baik karena kecurangan atau kesalahan, sehingga
memungkinkan auditor untuk menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan itu
disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka kerja
pelaporan keuangan yang berlaku, dan
(b) Melaporkan tentang laporan keuangan, dan berkomunikasi seperti yang disyaratkan oleh
standar auditing, sesuai dengan temuan auditor.

13
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Laporan audit adalah tahap akhir dari keseluruhan proses audit. Alasan mempelajarinya
adalah untuk memperkenalkan berbagai jenis laporan audit. Konsep-konsep bukti audit ini akan
lebih berarti setelah memahami bentuk dan isi dari hasil akhir audit.
Tiga jenis utama audit adalah:
1. Audit Operasional
2. Audit Ketaatan
3. Audit Laporan Keuangan
Empat kategori laporan audit:
1. Wajar tanpa pengecualian standar.
2. Wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi perkataan.
3. Dengan pengecualian.
4. Tidak wajar atau menolak memberikan pendapat.
Tujuan audit adalah untuk menyediakan pemakai laporan keuangan suatu pendapat yang
diberikan oleh auditor tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kerangka kerja akuntansi keuangan yang berlaku. Pendapat auditor
ini menambah tingkat keyakinan pengguna yang bersangkutan terhadap laporan keuangan.

14
DAFTAR PUSTAKA
Arens. A. Alvin, dkk. 2014. Auditing & Jasa Assurance. Jakarta: Penerbit Erlangga.

15

Anda mungkin juga menyukai