Anda di halaman 1dari 23

SA 200 TUJUAN KESELURUHAN AUDITOR INDEPENDEN DAN

PELAKSANAAN AUDIT BERDASARKAN STANDAR AUDIT DAN SA


210 PERSETUJUAN ATAS KETENTUAN PERIKATAN AUDIT
MAKALAH
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Auditing III yang diampu
oleh Bapak Zainal Abidin, S.E., M.Ak., Ak.

disusun oleh :
Hannawijaya 221121004
Sri Muflikah K 221121002

PROGRAM STUDI AKUNTASI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH CIREBON
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat rahmat dan karunia-Nyalah hingga makalah yang berjudul “Sa 200
Tujuan Keseluruhan Auditor Independen Dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan
Standar Audit Dan Sa 210 Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit” ini
dapat kami selesaikan dengan cukup mudah dan sesuai dengan waktu yang
telah di tentukan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak bisa
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zainal Abidin, S.E.,


M.Ak., Ak. selaku Dosen Studi Auditing III yang telah memberikan tugas
makalah ini yang semoga nantinya dapat memberikan wawasan yang lebih luas
kepada para pembaca. Kami menyadari bahwah makalah ini sangat banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
dapat membangun makalah ini. Terima kasih.

Cirebon, Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................4
C. Tujuan......................................................................................................................4
BAB II ISI............................................................................................................................5
A. Pengertian Audit......................................................................................................5
B. SA 200 Tujuan Keseluruhan Auditor.......................................................................5
1. Ruang Lingkup.....................................................................................................5
2. Audit atas Laporan Keuangan..............................................................................5
3. Tanggal Efektif....................................................................................................6
4. Tujuan Keseluruhan Auditor................................................................................6
5. Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas Laporan Keuangan.............7
6. Skeptisisme Profesional.......................................................................................7
7. Pertimbangan Profesional....................................................................................8
8. Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit.......................................9
9. Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA.....................................................................9
C. SA 210 Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit.............................................11
1. Ruang Lingkup...................................................................................................11
2. Tanggal Efektif..................................................................................................11
3. Tujuan................................................................................................................11
4. Prakondisi untuk Suatu Audit............................................................................12
5. Audit Berulang...................................................................................................13
6. Penerimaan Perubahan dalam Ketentuan Perikatan Audit.................................14
7. Pertimbangan Lain dalam Penerimaan Perikatan..............................................14
BAB III PENUTUP..........................................................................................................17
A. Kesimpulan............................................................................................................17
B. Saran.......................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................19

ii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban manajemen
yang dapat memberikan informasi yang berguna bagi para pengguna untuk
mengambil keputusan. Oleh karena itu, laporan keuangan yang disajikan harus
relevan dan dapat diandalkan. Para pemakai informasi menggunakan jasa auditor
eksternal untuk mengukur karakteristik yang dibutuhkan dan memberikan jaminan
bahwa laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen relevan dan dapat
diandalkan sehingga dapat meningkatkan kepercayaan semua pihak yang
berkepentingan. Akuntan publik mendapat kepercayaan dari klien dan pihak-pihak
lain untuk membuktikan kewajaran laporan keuanngan yang disajikan oleh klien.
Laporan keuangan yang telah dibuat perlu diaudit oleh auditor eksternal karena
laporan keuangan kemungkinan mengandung kesalahan baik yang disengaja
maupun yang tidak disengaja.
Akuntan publik sangat dibutuhkan dalam menumbuhkan kepercayaan
masyarakat terhadap aktivitas dan kinerja perusahaan. Jasa akuntan public sering
digunakan oleh pihak luar perusahaan untuk memberikan penilaian atas kinerja
perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan keuangan
memberikan gambaran dan informasi atas kinerja perusahaan yang diperlukan
oleh pihak internal maupun pihak ekternal perusahaan sebagai dasar dalam
pengambilan keputusan. Menurut FASB, laporan keuangan perusahaan harus
memiliki dua karakteristik penting yaitu relevan dan dapat diandalkan. Untuk itu
dibutuhkan jasa akuntan publik untuk memberikan jaminan relevan dan dapat
diandalkannya laporan keuangan perusahaan, sehingga meningkatkan
kepercayaan pihak- pihak bersangkutan terkait perusahaan tersebut.
Kebutuhan akan jasa audit bagi perusahaan semakin meningkat. Hal ini
berkaitan erat dengan kebutuhan pemakai laporan keuangan atas informasi
keuangan yang bebas dari resiko informasi. Audit adalah pengumpulan dan
evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat

1
2

kesesuaian antar informasi itu dan kreteria yang telah diterapkan. Audit harus
dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen (Arens, 2014:2). Untuk
melakukan audit, harus tersedia informasi dalam bentuk yang diferifikasi dan
beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan auditor untuk mengevaluasi
informasi tersebut. Para auditor secara rutin melakukan audit atas informasi yang
dapat diukur, termasuk laporan keuangan perusahaan, auditor juga mengaudit
informasi yang lebih subjektif seperti efektivitas sistem komputer dan efisiensi
operasional manufaktur.
Akuntan publik adalah profesi yang memberikan jasa audit atas laporan
keuangan klien untuk memberikan jaminan kepada pemakai laporan keuangan
bahwa laporan keuangan tersebut telah disusun sesuai dengan standar akuntansi
keuangan. Akuntan publik dalam memberikan opininya atas laporan keuangan
yang telah diaudit harus mempertanggungjawabkan semua perikatan audit yang
telah dilakukan.
Berdasarkan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP) audit yang
dilaksanakan oleh seorang auditor dapat dikatakan berkualitas jika memenuhi
ketentuan atau standar audit yang berlaku umum (generally accepted auditing
standards = GAAS) dan standar pengendali mutu. Akuntan publik harus
berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh Institusi Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), yaitu standar umum, setandar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan.
Ningsih dan Dyan (2013) menyatakan bahwa kualitas audit dikatakan
sebagai keadaan dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan
ketidaksesuaian terhadap perinsip yang terjadi pada laporan akuntansi kliennya.
Independensi, etika auditor dan kompetensi dipandang berkaitan dengan kualitas
audit yang dihasilkan oleh auditor. Auditor harus memiliki kualitas memadai
sehingga dapat megurangi ketidakselarasan yang terjadi antara manajemen dengan
pemegang saham karena pengguna laporan terutama pemegang salam akan
mengambil keputusan berdasarkan pada laporan yang telah diaudit oleh auditor.
Mulyadi (2013:26) menyatakan bahwa, Independensi berarti sikap mental
yang terhindar dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain dan tidak
3

tergantung pada orang lain. Sebagai seorang akuntan publik tidak dibenarkan
untuk terpengaruh oleh kepentingan siapapun baik manajemen maupun pemilik
perusahan dalam menjalankan tugasnya. Akuntan publik harus bebas intervensi
utamanya dari kepentingan-kepentingan yang menginginkan tidak ada hasil audit
yang merugikan pihak yang berkepentingan. Seorang auditor juga membutuhkan
sikap yang independent dan mematuhi kode etik yang sudah ditetapkan demi
mendapatkan kualitas audit yang baik. Auditor harus memegang teguh
independensinya sehingga dapat melakukan audit dengan baik. Auditor harus
memiliki sikap netral dan tidak bias serta menghindari konflik kepentingan dalam
merencanakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan. Jika
independensi dari auditor terganggu maka dapat mempengaruhi kualitas dari hasil
audit (Futri, Gede (2014); Fietoria dan Stefany (2016).
Agoes dan Husada (2009) dalam Tarigan (2013:808) menyatakan bahwa
dalam etika profesi terdapat estetika dan tata krama audit, sopan santun
professional. Seperti komunikasi dengan auditor terdahulu dan auditor internal,
pilihan bahasa pelaporan indikasi kecurangan atau unsur pelanggaran hukum oleh
audit, tata krama pertemuan akhir audit lapanngan dan diskusi semua menuju
kesimpulan audit.
Kompetensi merupakan kualifikasi yang dibutuhkan oleh auditor untuk
melaksanakan audit dengan benar dan juga bermanfaat untuk menjaga objektivitas
dan integritas auditor. Arens, Elder, & M. (2014:72) menegaskan bahwa auditor
harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus
kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna
mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti. Arens mengingatkan
juga bahwa kompetensi orang-orang yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan
audit tidak aka nada nilainya apabila tidak sikap independent dalam
mengumpulkan dan mengevaluasi bukti.
Kompetensi didenifisikan sebagai aspek-aspek pribadi dari seorang perkerja
yang memungkinkan dia untuk mencapai kinerja superior. Aspek-aspek pribadi
ini mencakup sifat, motif-motif, sistem nilai, sikap, pengetahuan dan keterampilan
dimana kompetensi akan mengarahkan tingkah laku, sedangkan tingkah lakunya
4

menghasilkan kinerja, sehingga kompetensi merupakan kualifikasi yang


dibutuhkan auditor untuk melaksanakan audit dengan benar.
Untuk mengukur kualitas audit, diperlukan suatu kiteria. Standar audit
merupakan salah satu ukuran kualitas pelaksanaan audit. Standar audit merupakan
suatu kaidah agar mutu audit dapat dicapai sebagaimana mestinya. Auditor dalam
melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada standar audit, yang
ditetapkan dan disahkan oleh Institusi Akuntan Publik Indonesia (2013) dalam
Arumy (2019: 8 - 10).

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja ruang lingkup SA 200 dan SA 210?
2. Apakah tujuan dari dilaksanakannya audit?
3. Apa saja prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh auditor?
4. Bagaimana pelaksanaan audit berdasarkan standar audit?`
5. Apa saja ketentuan prakondisi suatu audit?
6. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan perikatan audit?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup atas SA 200 dan SA 210.
2. Untuk mengetahui tujuan dari dilaksanakannya audit.
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh seorang
auditor.
4. Untuk mengetahui prosedur pelaksanaan audit berdasarkan standar audit.
5. Untuk mengetahui prakondisi suatu audit.
6. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan
perikatan audit.
5
BAB II ISI

A. Pengertian Audit
Menurut Konrath (2002) dalam Agoes (2012:2) dijelaskan pengertian
pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk secara objektif endapatkan dan
mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan
kejadiankejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi
tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

B. SA 200 Tujuan Keseluruhan Auditor


1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari Standar Audit (SA) ini mengatur tanggung jawab
keseluruhan auditor independen ketika melaksanakan audit atas laporan
keuangan berdasarkan SA. Secara khusus, SA ini menetapkan tujuan
keseluruhan auditor independent, serta menjelaskan ruang lingkup,
wewenang, dan struktur SA, serta mengatur ketentuan untuk menetapkan
tanggung jawab umum auditor independent yang berlaku untuk semua audit,
termasuk kewajiban untuk mematuhi SA. Untuk selanjutnya audior
independent disebut sebagai auditor.

2. Audit atas Laporan Keuangan


Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan
pengguna laporan keuangan yang dituju. Hal ini dicapai melalui pernyataan
suatu opini oleh auditor mengenai kesesuaian laporan keuangan yang
disusun dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Suatu
audit yang dilaksanakan berdasarkan SA dan ketentuan etika yang relevan
memungkinkan auditor untuk merumuskan opini.
SA berisi tujuan, ketentuan, serta materi penerapan dan penjelasan lain
yang dirancang untuk mendukung auditor dalam memperoleh keyakinan

5
6

memeadai. SA mengharuskan auditor untuk menggunakan pertimbangan


professional dan memelihara skeptisisme professional selama perencanaan
dan pelaksanaan audit, dan antara lain mencakup :
• Mengidentifikasi dan menilai risiko kesalahan penyajian material,
baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan,
berdasarkan suatu pemahaman atas entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internal entitas.
• Memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang apakah terdapat
kesalahan penyajian material, melalaui perancangan dan penerapan
respons yang tepat terhadap risiko yang dinilai.
• Merumuskan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan
kesimpulan yang ditarik dari bukti audit yang diperoleh.

Bentuk opini yang dinyatakan oleh auditor akan bergantung pada


kerangka pelaporan keuangan yang berlaku serta peraturan perundang-
undangan atau regulasi yang berlaku.

3. Tanggal Efektif
SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode
yang dimulai pada atau setelah tanggal : (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten),
atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten).

4. Tujuan Keseluruhan Auditor


Dalam melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan, tujuan
keseluruhan auditor adalah :
a) Memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan
secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan oleh karena itu
memungkinkan auditor untuk menyatakan suatu opini tentang apakah
laporan keuangan disusun, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dan
7

b) Melaporkan atas laporan keuangan dan mengomunikasikannya


sebagaimana ditentukan oleh SA berdasarkan temuan auditor.

5. Ketentuan Etika yang Berkaitan dengan Audit atas Laporan


Keuangan
Auditor harus memenuhi ketentuan etika yang relevan, termasuk
ketentuan yang berkaitan dengan indpendensi, sehubungan dengan perikatan
audit atas laporan keuangan. Ketentuan etika tersebut tercantum dalam Kode
Etik Profesi Akuntan Publik (Kode Etik) yang ditetapkan oleh Institut
Akuntan Publik Indonesia, yang terdiri dari Bagian A dan Bagian B.
Bagian A dari kode etik menetapkan prinsip dasar etika profesi yang
relevan bagi auditor ketika melaksanakan suatu audit atas laporan keuangan
dan menyediakan suatu kerangka konseptual untuk menerapkan prinsip
dasar tersebut. Prinsip-prinsip dasar yang harus dipatuhi oleh auditor
menurut Kode Etik adalah sebagai berikut :
a) Integritas,
b) Objektivitas,
c) Kompetensi dan kecermatan professional,
d) Kerahasiaan, dan
e) Perilaku professional

Bagian B dari Kode Etik memberikan ilustrasi bagaimana kerangka


konseptual diterapkan dalam situasi tertentu.

6. Skeptisisme Profesional
Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan skeptisisme
professional mengingat kondisi tertentu dapat saja terjadi yang
menyebabkan laporan keuangan mengandung kesalahan penyajian material
Skeptisisme professional mencakup kewaspadaan terhadap antara lain
hal-hal sebagai berikut :
 Bukti audit yang bertentangan dengan buki audit lain yang diperoleh.
8

 Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan dokumen


dan respons terhadap permintaan keterangan yang digunakan sebagai
bukti audit.
 Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan kecurangan.
 Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit tambahan selain
prosedur yang disyaratkan oleh SA.

Mempertahankan skeptisisme professional selama audit diperlukan jika


auditor berusaha untuk, mengurangi risiko, seperti misalnya :
 Kegagalan dalam melihat kondisi-kondisi tidak lazim.
 Terlalu menyamaratakan kesimpulan ketika menarik kesimpulan
tersebut dari observasi audit.
 Menggunakan asumsi yang tidak tepat dalam menetapkan sifat, asas,
dan luas prosedur audit serta penilaian atas hasilnya.

7. Pertimbangan Profesional
Auditor harus menggunakan pertimbangan professional dalam
merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan keuangan.
Pertimbangan professional merupakan hal penting untuk melaksanakan
audit secara tepat. Hal ini karena interpretasi ketentuan etika dan SA yang
relevan, serta keputusan yang telah diinformasikan yang diharuskan selama
audit tidak dapat dibuat tanpa penerapan pengetahuan dan pengalaman yang
relevan pada fakta dan kondisi terkait. Pertimbangan professional
diperlukan terutama dalam membuat keputusan tentang :
 Materialitas dan risiko audit.
 Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang digunakan untuk
memenuhi ketentuan SA dan mengumpulkan bukti.
 Pengevaluasian tentang apakah bukti audit yang cukup dan tepat
telah diperoleh, dan apakah pengevaluasian lebih lanjut dibutuhkan
untuk mencapai tujuan SA dan tujuan keseluruhan auditor.
9

 Pengevaluasian tentang pertimbangan manajemen dalam


menerapkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku bagi
entitas.
 Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang diperoleh,
sebagai contoh, penilaian atas kewajaran estimasi yang dibuat oleh
manajemen dalam menyusun laporan keuangan.

8. Bukti Audit yang Cukup dan Tepat serta Risiko Audit


Untuk memperoleh keyakinan memadai, auditor harus memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat untuk menurunkan risiko audit ke tingkat rendah
yang dapat diterima, dan oleh karena itu, memungkinkan auditor untuk
menarik kesimpulan wajar yang mendasari opini auditor.
Kecukupan dan ketepatan bukti audit saling berhubungan. Kecukupan
merupakan ukuran kuantitas bukti audit. Kualitas bukti audit yang
diperlukan dipengaruhi oleh pertimbangan auditor atas risiko kesalahan
penyajian (semakin tinggi risiko yang dinilai, semakin banyak bukti audit
yang dibutuhkan) dan juga dipengaruhi oleh kualitas bukti audit tersebut
(semakin tinggi kualitasnya, semakin kurang bukti audit yang dibutuhkan).
Namun, pemerolehan bukti audit yang lebih banyak belum tentu dapat
mengkompensasi kualitas bukti audit yang buruk.
Risiko audit merupakan fungsi dari risiko kesalahan penyajian material
dan risiko deteksi. Penilaian risiko didasarkan pada prosedur audit untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan untuk tujuan tersebut dan bukti
yang diperoleh sepanjang audit. Penilaian risiko merupakan pertimbangan
professional, dan bukan merupakan hal untuk mendapatkan pengukuran
yang tepat.

9. Pelaksanaan Audit Berdasarkan SA


Kepatuhan terhadap SA yang Relevan dengan Audit
10

Auditor harus mematuhi seluruh SA yang relevan dengan audit. Suatu


SA relevan dengan audit bila SA tersebut berlaku dan terdapat hal-hal yang
diatur oleh SA tersebut.
Auditor harus memiliki suatu pemahaman tentang keseluruhan isi suatu
SA, termasuk materi penerapan dan penjelasan lain, untuk memahami
tujuan SA dan menerapkan ketentuan SA tersebut dengan tepat.
Auditor tidak diperkenankan untuk menyatakan kepatuhannya terhadap
SA dalam laporan auditor kecuali auditor telah mematuhi ketentuan SA ini
dan seluruh SA lainnya yang relevan dengan audit.

Tujuan yang Dinyatakan dalam setiap SA


Untuk mencapai tujuan keseluruhan auditor, auditor harus menggunakan
tujuan yang dinyatakan dalam SA yang relevan dalam merencanakan dan
melaksanakan audit, dengan memperhatikan interelasi diantara SA, untuk :
a) Menentukan apakah diperlukan prosedur audit lain selain prosedur
audit yang diharuskan oleh SA untuk mencapai tujuan yang
dinyatakan dalam SA,
b) Mengevaluasi apakah bukti audit yang cukup telah diperoleh.

Kepatuhan terhadap Ketentuan yang Relevan


Auditor harus mematuhi setiap ketentuan suatu SA dalam suatu audit,
kecuali :
a) Keseluruhan SA tidak relevan, atau
b) Ketentuan tersebut tidak relevan karena ketentuan tersebut bergantung
pada suatu kondisi dan kondisi tersebut tidak terjadi.

Kegagalan untuk Mencapai suatu Tujuan


Jika suatu tujuan dalam suatu SA yang relevan tidak dapat dicapai,
auditor harus mengevaluasi apakah hal ini menghalangi auditor untuk
mencapai tujuan keseluruhan auditor dan oleh karena itu, mengharuskan
auditor, berdasarkan SA, untuk memodifikasi opini auditor atau menarik diri
11

dari perikatan (jika oenarikan diri dimungkinkan oleh peraturan perundang-


undangan atau regulasi yang berlaku). Kegagalan untuk mencapai suatu
tujuan merupakan suatu hal signifikan yang membutuhkan suatu
dokumentasi menurut SA 230.

C. SA 210 Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit


Pada SA 210 menjelaskan bahwa tujuan auditor adalah untuk menerima
atau melanjutkan perikatan audit hanya bila basis yang melandasi pelaksanaan
audit telah disepakati melalui penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu
audit, dan penegasan bahwa ada pemahaman yang sama tentang ketentuan
perikatan audit antara auditor, manajemen, dan jika relevan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas.
1. Ruang Lingkup
Standar Audit (SA) ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor dalam
menyepakati syarat perikatan audit dengan manajemen dan, jika relevan,
dengan pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas. SA ini juga
menetapkan bahwa terdapat prakondisi tertentu untuk suatu audit, tanggung
jawab manajemen, dan jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata
kelola entitas.

2. Tanggal Efektif
SA ini berlaku efektif untuk audit atas laporan keuangan untuk periode
yang dimulai pada atau setelah tanggal : (i) 1 Januari 2013 (untuk Emiten),
atau (ii) 1 Januari 2014 (untuk entitas selain Emiten).

3. Tujuan
Tujuan auditor adalah untuk menerima atau melanjutkan perikatan audit
hanya ketika basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakati,
melalui:
a) Penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit; dan
b) Penegasan bahwa ada pemahaman yang sama tentang ketentuan
12

perikatan audit antara auditor, manajemen dan, jika relevan, pihak


yang bertanggung jawab atas tata kelola entitas.
4. Prakondisi untuk Suatu Audit
Dalam rangka penentuan apakah terdapat prakondisi suatu audit, maka
auditor harus :
a) Menentukan apakah kerangka pelaporan keuangan yang akan
diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan dapat diterima, dan
b) Memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen
mengakui dan memahami tanggung jawabnya.

Ruang lingkup sebelum penerimaan perikatan audit mempunyai batasan


yaitu jika manajemen atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
menetapkan suatu pembatasan terhadap ruang lingkup pekerjaan auditor
yang harus dicantumkan dalam surat perikatan audit dan pembatasan
tersebut akan menyebabkan auditor tidak dapat memberikan opini atas
laporan keuangan, maka auditor tidak boleh menerima perikatan tersebut
sebagai perikatan audit. Kecuali jika diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan.
Adapun faktor-faktor lain yang mempengaruhi penerimaan perikatan
audit yaitu jika prakindisi untuk suatu audit tidak ada, auditor harus
membahas hal tersebut denganmanajemen. Kecuali jika suatu audit
diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan, auditorharus tidak
menerima perikatan audit:
a) Jika auditor telah menentukan bahwa kerangka pelaporan keuangan
yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan tidak dapat
diterima, kecuali seperti yang dijelaskan diatas.
b) Jika memperoleh persetujuan dari manajemen bahwa manajemen
mengakui dan memahami tanggung jawabnya.

Ketentuan perikatan audit yang disepakati harus dicatat dalam surat


perikatan audit atau bentuk kesepakatan tertulis lain yang tepat dan harus
13

mencakup antara lain :


1. Tujuan dan ruang lingkup audit atas laporan keuangan
2. Tanggung jawab auditor
3. Tanggung jawab manajemen
4. Identifikasi kerangka pelaporan keuangan yang diterapkan dalam
penyusunan keuangan, dan
5. Pengacuan ke bentuk dan isi laporan yang akan dikeluarkan oleh
auditor dan suatu pernyataan bahwa dalam keadaan tertentu terdapat
kemungkinan laporan yang dikeluarkan berbeda bentuk dan isinya
dengan yang diharapkan.

5. Audit Berulang
Dalam audit berulang, auditor harus menilai apakah terdapat kondisi
yang memerlukan suatu revisi terhadap ketentuan perikatan audit dan
apakah perlu mengingatkan entitas yang bersangkutan tentang ketentuan
perikatan audit yang masih berlaku.
Auditor dapat memutuskan untuk tidak mengirimkan surat perikatan
audit yang baru atau perikatan tertulis lainnya di setiap periode audit.
Meskipun demikian, terdapat beberapa faktor yang menyebabkan perlunya
revisi atas surat perikatan audit, antara lain untuk memperbaiki ketentuan
perikatan audit atau untuk mengingatkan klien tentang hal-hal sebagai
berikut :
 Adanya indikasi bahwa entitas salah dalam memahami tujuan dan
lingkup audit.
 Adanya revisi atau penambahan ketentuan khusus pada perikatan
audit.
 Pergantian manajemen senior.
 Perubahan kepemilikan secara signifikan.
 Perubahan signifikan dalam sifat dan ukuran bisnis klien.
 Perubahan dalam ketentuan hukum.
14

 Perubahan dalam kerangka pelaporan keuangan yang digunakan


dalam penyusunan laporan keuangan.
 Perubahan dalam ketentuan pelaporan lainnya.

6. Penerimaan Perubahan dalam Ketentuan Perikatan Audit


Auditor tidak boleh menyepakati perubahan dalam ketentuan perikatan
audit jika tidakada alasan yang memadai untuk melakukan perubahan
tersebut. Jika sebelum penyelesaian perikatan audit, maka auditor diminta
untuk mengubah perikatan audit tersebut ke perikatanyang menyebabkan
auditor memperoleh tingkat asurans yang lebih rendah, auditor
harusmempertimbangkan apakah terdapat dasar yang wajar untuk
melakukan perubahan tersebut.Jika ketentuan perikatan audit diubah,
auditor dan manajemen harus sepakat atas ketentuan baru tersebut dan
menuangkannya dalam suatu surat perikatan baru atau bentun
perjanjiantertulis lainnya yang tepat. Kemudian, jika auditor tidak dapat
menyepakati perubahan dalamketentuan perikatan audit dan manajemen
tidak mengiinkan auditor untuk meneruskan perikatan audit semula, maka
auditor harus :
a) Menarik diri dari perikatan audit (jika dimungkinkan) sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan
b) Menentukan apakah ada kewajiban, baik secara kontrak maupun
dalam bentuk lainnya,untuk melaporkan kondisi tersebut kepada pihak
lain, seperti pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola entias,
pemilik, atau badan pengatur.

7. Pertimbangan Lain dalam Penerimaan Perikatan


Jika standar pelaporan keuangan yang ditetapkan oleh suatu organisasi
penyusun standar yang berwenang atau diakui diberi ketentuan tambahan
oleh peraturan perundang-undangan, auditor harus mempertimbangkan
apakah ada benturan antara standar pelaporan keuangan dan ketentuan
15

tambahan tersebut. Jika timbul suatu benturan, auditor harus membahas


dengan manajemen sifat ketentuan tambahan tersebut dan harus
menyepakati apakah :
a) Ketentuan tambahan tersebut dapat pengungkapan dalam laporan
keuangan; atau dipenuhi dengan menambahkan
b) Deskripsi kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dalam laporan
keuangan dapat diubah sesuai dengan ketentuan tambahan tersebut.

Jika tidak ada satu pun tindakan di atas yang dapat dilakukan, auditor
harus mempertimbangkan apakah diperlukan modifikasi opini auditor
berdasarkan SA 705.

Kerangka Pelaporan Keuangan yang Ditentukan oleh Peraturan


Perundang-Undangan - Hal Lain yang Memengaruhi Penerimaan
Jika auditor telah menentukan bahwa kerangka pelaporan keuangan yang
diatur oleh peraturan perundang-undangan tidak dapat diterima namun
faktanya hal tersebut telah diatur oleh peraturan perundang-undangan,
auditor harus menerima perikatan audit hanya jika terdapat kondisi-kondisi
berikut ini :
a) Manajemen setuju untuk memberikan pengungkapan tambahan dalam
laporan keuangan untuk menghindari laporan keuangan yang
menyesatkan; dan
b) Adanya pencantuman dalam ketentuan perikatan audit bahwa :
i. Laporan auditor atas laporan keuangan akan menambahkan
paragraph Penekanan Suatu Hal, untuk menarik perhatian
pengguna laporan keuangan terhadap pengungkapan tambahan,
sesuai dengan SA 706; dan
ii. Kecuali jika auditor disyaratkan oleh peraturan perundang-
undangan untuk menyatakan opininya atas laporan keuangan
dengan menggunakan frasa "menyajikan secara wajar, dalam
semua hal yang material," sesuai dengan kerangka pelaporan
16

keuangan yang berlaku, opini auditor atas laporan keuangan tidak


perlu memasukkan frasa tersebut.

Jika kondisi-kondisi yang disebutkan di atas tidak ada dan auditor


disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan
perikatan audit, auditor harus:
a) Mengevaluasi dampak sifat laporan keuangan yang menyesatkan
dalam laporan auditor; dan
b) Mencakup pengacuan semestinya terhadap hal-hal ini dalam ketentuan
perikatan audit.

Laporan Auditor yang Ditentukan oleh Peraturan Perundang-Undangan


Ketika peraturan perundang-undangan mengatur susunan dan
penggunaan kata-kata dalam laporan auditor yang berbeda dengan yang
disyaratkan oleh SA, maka auditor harus mengevaluasi :
a) Apakah pengguna laporan keuangan akan salah memahami asurans
yang diperoleh dari audit atas laporan keuangan tersebut dan, jika
demikian,
b) Apakah penjelasan tambahan dalam laporan auditor dapat mengurangi
kemungkinan kesalahpahaman tersebut.

Jika auditor menyimpulkan bahwa penjelasan tambahan dalam laporan


auditor tidak dapat mencegah kemungkinan kesalahpahaman, auditor tidak
boleh menerima perikatan audit tersebut, kecuali jika disyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan. Konsekuensinya, auditor tidak boleh
memasukkan pengacuan apapun dalam laporan. auditor bahwa audit telah
dilaksanakan berdasarkan SA.
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
SA 200 mengatur tanggung jawab keseluruhan auditor independen ketika
melakukan audit atas laporan keuangan sesuai dengan SA. Menjelaskan ruang
lingkup, wewenang dan struktur SA 200. SA 200 ditulis dalam konteks audit atas
laporan keuangan. Suatu audit sesuai dengan standar audit dilakukan atas dasar
pemikiran bahwa manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab
atas tata kelola telah mengakui tanggung jawab tertentu yang mendasar bagi
pelaksanaan audit. Audit atas laporan keuangan tidak membebaskan manajemen
atau pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dari tanggung jawab mereka.
Tujuan SA 200 untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji material, baik yang
disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan, sehingga memungkinkan auditor
untuk menyatakan suatu opini apakah laporan keuangan disusun, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan suatu kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
dan untuk melaporkan laporan keuangan, dan mengomunikasikannya
sebagaimana disyaratkan oleh SA, sesuai dengan temuan auditor.
Standar audit 210 berisi tentang tujuan keseluruhan auditor independen dan
pelaksanaan suatu audit berdasarkan standar audit. Dalam hal ini, SA ini mengatur
mengenai tanggungjawab keseluruhan seorang auditor independen ketika
melaksanakan audit atas laporan keuangan berdasarkan standar audit. Standar
audit 210 ini memuat tentang persetujuan atas syarat-syarat perikatan audit,
dimana SA ini berkaitan dengan tanggung jawab auditor dalam menyepakati
syarat perikatan audit dengan manajemen, dan jika relevan dengan pihak yang
bertanggung jawab atas tata kelola entitas dan juga SA ini menetapkan bahwa
terdapat prakondisi tertentu untuk suatu audit.
Tujuan auditor adalah untuk menerima atau melanjutkan perikatan audit
hanya ketika basis yang melandasi pelaksanaan audit telah disepakati, melalui:
Penetapan apakah terdapat prakondisi untuk suatu audit dan penegasan bahwa ada

17
18

pemahaman yang sama tentang ketentuan perikatan audit antara auditor,


manajemen dan, jika relevan, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola
entitas.
Jika standar pelaporan keuangan yang ditetapkan organisasi penyusun
standar yang berwenang atau diakui diberi ketentuan tambahan oleh peraturan
perundang-undangan, auditor harus mempertimbangkan apakah benturan antara
standar pelaporan keuangan dan ketentuan tambahan tersebut.

B. Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan susunan makalah itu
dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Institut Akuntan Publik Indonesia. (n.d.). Standar Audit ("SA") 200 Tujuan
Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit Berdasarkan
Standar Audit.
Institut Akuntan Publik Indonesia. (n.d.). Standar Audit ("SA") 210 Persetujuan
atas Ketentuan Perikatan Audit.
Rengga, F. (2019, Mei 5). Standar Audit (“SA”) 210 Persetujuan atas Ketentuan
Perikatan Audit. Retrieved from Course Hero:
https://www.coursehero.com/file/41257821/Rangkuman-Auditdocx/
Ristiaji, A. (2020). Retrieved from E-Journal Universitas Atma Jaya Yogyakarta:
https://e-journal.uajy.ac.id/23899/3/EA%20220453.pdf
Setianingsih, A. (2020, Juli). Retrieved from Repository STEI:
http://repository.stei.ac.id/5983/1/BAB%201.pdf
Yuniarti, Y. (n.d.). Standar Audit 210 Persetujuan atas Syarat-Syarat Perikatan
Audit. Retrieved from Academia.Edu:
https://www.academia.edu/34205534/STANDAR_AUDIT_210_PERSET
UJUAN_ATAS_SYARAT_SYARAT_PERIKATAN_AUDIT

19

Anda mungkin juga menyukai