Anda di halaman 1dari 31

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang


telah memberikan nikmat dan rahmat kepada kita semua, sehingga kita
mampu menyelesaikan tugas pembuatan makalah mata kuliah Auditing
ini sesuai dengan waktu yang telah di tentukan.
Kami juga menyampaikan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam penggarapan makalah ini, terutama kepada dosen
pengampu kami Bapak Drs.Ec. H. Akhmad Sayudi, Ak., M.Si. Sehingga
kami mampu melaksanakan tugas mata kuliah ini.
Kami juga mohon maaf kepada semuanya apabila dalam makalah yang
kami buat ini kurang maksimal, karena masih terdapat banyak sekali
kekurangan-kekurangan, lebih-lebih mengenai referensi. Untuk itu kami
kelompok 4 sangat menunggu kritik maupun saran dari semua pembaca
agar kedepannya kami bisa membuat makalah yang lebih baik lagi.

Banjarmas
in, Februari 2020

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.............................................................................................................................3
A. Latar Belakang.................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................3
C. Tujuan Pembahasan......................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN...................................................................................................................................4
A. HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DAN PENGAUDITAN..........................................4
B. ASUMSI YANG MENDASARI PENGAUDITAN: DATA LAPORAN KEUANGAN
BISA DIVERIFIKASI.............................................................................................................4
C. KONDISI-KONDISI YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA KEBUTUHAN AKAN
PENGAUDITAN......................................................................................................................5
D. MANFAAT EKONOMIS SUATU AUDIT............................................................................7
E. KETERBATASAN AUDIT.....................................................................................................7
F. PIHAK-PIHAK YANG BERINTERAKSI DENGAN AUDITOR.......................................8
G. STANDAR AUDIT............................................................................................................11
H. LAPORAN AUDITOR......................................................................................................14
BAB III...............................................................................................................................................30
PENUTUP..........................................................................................................................................30
A. Kesimpulan............................................................................................................................30
B. Saran.......................................................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................31

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebelum mempelajari prosedur audit secara mendalam, perlu dipahami lebih
dahulu isi laporan audit. Isi laporan baku terkait pada format yang telah ditetapkan
oleh IAI dan menyajikan isi laporan yang akan dipakai untuk menjelaskan makna
setiap kalimat yang ada dilaporan.
Laporan audit juga merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunkasi dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor
menyatakan pendapatnya mengenai kewajiban laporan keuangan auditan. Pendapat
auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa audit
baku. Laporan ini sangatlah penting sekali dalam suatu audit atau proses atestasi
lainnya karena laporan menginformasikan pemakaian informasi mengenai apa yang
dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Dan suatu pandangan pemakai,
laporan dianggap sebagai produk utama yang diperoleh. Dari suatu pandang pemakai
laporan sebagai produk utama dari proses atestasi. Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) mengharuskan dibuatnya laporan setiap kali laporan akuntan publik
dikaitkan laporan keuangan. Pada bagian berikut ini akan dibahas tentang hubungan
antara akuntansi dengan pengauditan, asumsi yang mendasari pengauditan, kondisi-
kondisi yang menyebabkan timbulnya kebutuhan akan pengauditan, dan manfaat
serta keterbatasan pengauditan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hubungan antara akuntansi dengan pengauditan?
2. Apa Asumsi yang mendasari pengauditan?
3. Bagaimana kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya
kebutuhan akan pengauditan?
4. Apa manfaat serta keterbatasan pengauditan?
C. Tujuan Pembahasan
1. Agar mengetahui hubungan antara akuntansi dengan
pengauditan
2. Agar mengetahui asumsi yang mendasari pengauditan

3
3. Agar mengetahui kondisi-kondisi yang menyebabkan timbulnya
kebutuhan akan pengauditan
4. Agar mengetahui manfaat serta keterbatasan pengauditan

BAB II

PEMBAHASAN

A. HUBUNGAN ANTARA AKUNTANSI DAN PENGAUDITAN


Banyak pemakai laporan keuangan dan masyarakat awam pada umumnya,
rancu tentang hubungan antara auditing dengan akuntansi, Ada yang mengatakan
bahwa auditing adalah cabang dari akuntansi, karena orang yang melakukan auditing
pasti harus ahli di bidang akuntansi. Ada pula yang mengatakan bahwa pengauditan
adalah pemeriksaan atas catatan akuntansi, sehingga pengauditan diartikan sebagai
pemeriksaan akuntansi. Sebagai contoh, auditor bisa diminta untuk mengaudit
keefektifan sebuah perusahaan penerbangan. Kriteria yang biasanya disepakati untuk
mengukur tingkat efektifitas perusahaan semacam itu bisa berupa kecepatan,
akselerasi, kecepatan jelajah pada ketinggian tertentu, dan sebagainya. Kriteria-
kriteria tersebut bukan merupakan data akuntansi. Namun dalam sebagian besar
audit, lebih-lebih dalam audit laporan keuangan, terdapat hubungan yang erat dan
banyak melibatkan data akuntansi.
Subjek suatu audit atas laporan keuangan adalah berupa data akuntansi yang
ada dalam buku-buku, catatan, dan laporan keuangan dari entitas yang diaudit.
Kebanyakan bukti yang dikumpulkan dan dievaluasi auditor terdiri dari data yang
dihasilkan oleh sistem akuntansi. Adanya hubungan yang erat antara auditing dengan
akuntansi, namun proses akuntansi (mencatat, mengelompokkan, dan meringkas
transaksi dalam bentuk laporan keuangan yang disusun sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku) berbeda dengan proses auditing (mendapatkan
dan mengevaluasi bukti untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku). Pendekatan yang
dilakukan dalam proses akuntansi jelas berbeda dengan pendekatan yang diterapkan
dalam auditing. Perlu juga dipahami bahwa pemeriksaan kewajaran laporan
keuangan tidak hanya sebatas pemeriksaan atas catatan akuntansi. Untuk memeriksa
kewajaran laporan keuangan, auditor melakukan berbagai teknik audit yang
diterapkan pada berbagai hal di luar catatan akuntansi.

4
B. ASUMSI YANG MENDASARI PENGAUDITAN: DATA LAPORAN
KEUANGAN BISA DIVERIFIKASI
Pengauditan didasarkan pada asumsi bahwa data laporan keuangan bisa
diverifikasi. Data dikatakan bisa diverifikasi apabila dua orang atau lebih yang
memiliki kualifikasi tertentu, masing-masing melakukan pemeriksaan secara
independen atas data tertentu, dan dari hasil pemeriksaan tersebut diperoleh
kesimpulan yang sama tentang data yang diperiksanya. Auditor hanya membutuhkan
dasar yang memadai untuk menyatakan suatu pendapat tentang kewajaran laporan
keuangan. Dalam melakukan pemeriksaan, auditor mengumpulkan bukti untuk
menentukan validitas dan ketepatan perlakuan akuntansi atas transaksi-transaksi dan
saldo-saldo. Dalam konteks ini, validitas berarti otentik, benar, baik, atau berdasar,
dan ketepatan berarti sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan
kebiasaan. Dalam pengauditan laporan, auditor harus yakin bahwa asersi-asersi
individual bisa diverifikasi (atau bisa diperiksa) dan dimungkinkan untuk mencapai
suatu kesimpulan tentang kewajaran laporan sebagai keseluruhan dengan memeriksa
akun-akun yang membentuk laporan.
C. KONDISI-KONDISI YANG MENYEBABKAN TIMBULNYA KEBUTUHAN
AKAN PENGAUDITAN
Para pengguna laporan keuangan kadang-kadang meragukan kewajaran
informasi yang tertuang dalam laporan keuangan yang disusun manajemen karena
berbagai alasan antara lain:
1. Informasi Dibuat Oleh Pihak Lain
Apabila informasi berasal dari phak lain, maka kemungkinan (disengaja atau
tidak disengaja) adanya informasi yang tidak benar menjadi bertambah besar.
Risiko salah informasi semakin meningkat ketika lokasi obyek yang dilaporkan
berjauhan dengan penerima informasi.
2. Bias dan Motivasi Pembuat Informasi
Apabila informasi disusun oleh pihak atau orang lain yang tujuannya tidak
selaras dengan tujuan pengambil keputusan, maka informasi bisa menjadi bias
demi keuntungan si pembuat informasi. Kesalahan penyajian dalam laporan bisa
berupa kesalahan jumlah rupiah atau bisa juga berupa ketidaklengkapan
informasi atau tidak diungkapkannya informasi tertentu.
3. Volume Data

5
Apabila organisasi menjadi semakin besar, maka data transaksi biasanya
juga semakin bertambah banyak. Bertambahnya jumlah transaksi ini bisa
menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pencatatan. Kesalahan jumlah rupiah
yang kelihatannya kecil ini apabila terjadi pada banyak transaksi akan menjadi
jumlah yang besar.
4. Kerumitan Transaksi
Dalam beberapa puluh tahun terakhir ini, transaksi pertukaran antar
organisasi semakin bertambah kompleks dan akibatnya semakin sulit untuk
mencatatnya secara tepat.
Cara Mengurangi Risiko Informasi
Ada tiga pilihan yang mungkin dilakukan untuk mengurangi risiko
informasi, yaitu:
 Pemakai Laporan Melakukan Sendiri Verifikasi atas Informasi
Pemakai laporan datang ke perusahaan untuk melakukan
pemeriksaan atas catatan dan mencari informasi tentang keandalan
laporan. Cara demikian biasanya tidak praktis untuk dikerjakan karena
mahal biayanya. Selain itu ditinjau dari segi ekonomis tidaklah efisien
apabila semua pemakai laporan keuangan melakukan verifikasi informasi
secara sendiri-sendiri.
 Pemakai Membebankan Risiko Informasi pada Manajemen
Pada hakekatnya manajemen harus bertanggungjawab untuk
menyajikan informasi yang dapat dipercaya bagi para pemakai Informasi
tersebut. Apabila pemakai laporan mengandalkan keputusannya pada
informasi dalam laporan dan sebagai akibat keputusan tersebut ia
menderita kerugian, maka pemakai laporan keuangan dapat menuntut
ganti rugi kepada manajemen.
 Disediakan Laporan Keuangan Auditan
Cara yang umum ditempuh untuk mendapatkan informasi yang
dapat diandalkan adalah dengan mengharuskan dilakukan audit secara
independen. Informasi yang telah diaudit kemudian digunakan dalam
proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa informasi tersebut
lengkap, akurat, dan tidak bias.

6
Biasanya manajemen akan minta agar auditor memberikan jaminan
kepada para pemakai bahwa laporan keuangan bisa diandalkan. Apabila
opini yang diberikan auditor atas laporan keuangan di kemudian hari
terbukti tidak benar, maka auditor akan dituntut di pengadilan oleh dua
pihak yaitu pemakal dan manajemen. Jelaslah bahwa auditor memiliki
tanggungjawab hukum yang besar dalam melaksanakan pekerjaannya
D. MANFAAT EKONOMIS SUATU AUDIT
Manfaat ekonomis suatu audit laporan keuangan antara lain:
1) Akses ke Pasar Modal.
Undang-undang Pasar Modal mewajibkan perusahaan publik untuk diaudit
laporan keuangannya agar bisa didaftar dan bisa menjual sahamnya di pasar
modal. Tanpa audit, perusahaan akan ditolak untuk melakukan akses ke pasar
modal.
2) Biaya Modal Menjadi Lebih Rendah.
Oleh karena laporan keuangan audit dapat menurunkan risiko informasi,
biasanya kreditor bersedia untuk menetapkan bunga yang lebih rendah, dan para
investor mungkin akan bersedia untuk menerima rate of return yang lebih rendah
atas investasinya.
3) Pencegah Terjadinya Kekeliruan dan Kecurangan.
Penelitian telah membuktikan bahwa apabila para karyawan mengetahui
akan dilakukannnya audit oleh auditor independen, mereka cenderung untuk
lebih berhati-hati agar dapat memperkecil terjadinya kekeliruan dalam
pelaksanaan fungsi akuntansi dan memperkecil kemungkinan terjadinya
penyalahgunaan aset perusahaan. Perbaikan dalam Pengendalian dan
Operasional.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama auditor melaksanakan audit,
auditor independen seringkali dapat memberi berbagai saran untuk memperbaiki
pengendalian dan mencapai efisiensi operasi yang lebih besar dalam organisasi
klien. Manfaat ekonomis biasanya lebih dirasakan oleh perusahaan-perusahaan
kecil dan menengah.
E. KETERBATASAN AUDIT
Auditor tidak bisa memberi jaminan penuh bahwa laporan keuangan yang
telah diauditnya bebas dari kesalahan penyajian material yang timbul akibat

7
kesalahan ataupun kecurangan. Laporan keuangan yang telah diaudit tidak dapat
benar-benar akurat. Hal ini disebabkan oleh proses akuntansi yang melahirkan
laporan keuangan, maupun oleh proses pengauditan itu sendiri. Laporan keuangan
yang merupakan hasil dari proses akuntansi disusun berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK). Standar tersebut seringkali menyediakan lebih dari satu metoda
alternatif yang sama-sama dimungkinkan untuk diterapkan pada suatu kejadian atau
transaksi tertentu. Tidak ada literatur akuntansi atau pertimbangan rasional yang
menunjukkan bahwa alternatif yang satu lebih baik daripada altenatif yang lain. Oleh
karena itu tidak jarang terjadi ketidaksepakatan antara penyusun laporan keuangan
(manajemen) dengan auditor mengenai interpretasi dan pertimbangan yang tercermin
dalam laporan yang diaudit. Akibatnya, "kriteria yang telah ditetapkan” - yang dalam
hal ini adalah "kerangka pelaporan yang berlaku" (salah satu bentuknya adalah SAK)
- yang digunakan sebagai dasar untuk menilai asersi-asersi laporan keuangan kadang-
kadang tidak sepenuhnya telah ditetapkan". Keterbatasan audit yang timbul karena
proses audit itu sendiri, bisa terjadi karena berbagai hal. Idealnya auditor harus bisa
memperoleh bukti tangan pertama untuk mendukung setiap asersi yang melekat
dalam laporan keuangan, tetapi hal seperti itu kadang-kadang tidak praktis atau tidak
mungkin. Selain itu, idealnya pula, agar diperoleh hasil yang lebih akurat, auditor
mengaudit seluruh transaksi dan saldo-saldo yang membentuk laporan keuangan.
Biaya untuk mengaudit seluruh transaksi yang terjadi dalam entitas (misalnya
perusahaan), lebih-lebih entitas besar, bisa menjadi sangat mahal sehingga klien tidak
bersedia untuk membayarnya karena tidak ekonomis. Dari segi waktu pelaksanaan
audit, tidaklah praktis untuk melakukan audit terhadap seluruh transaksi dan saldo
karena waktu yang dibutuhkan pasti akan cukup lama sehingga akan mengurangi
manfaat audit itu sendiri, lebih-lebih jika hal itu dilakukan pada sebuah perusahaan
publik yang publikasi laporan keuangannya diatur ketat oleh Bapepam. Oleh karena
itu, sudah menjadi praktik yang lazim dalam pengauditan, auditor melakukan audit
secara sampling. Ini berarti bahwa audit dilakukan atas dasar pengujian terhadap
sebagian data yang dipilih sebagai sampel. Pemeriksaan dengan cara demikian
memang mengandung risiko tidak ditemukannya kesalahan penyajian material,
namun dengan pemilihan metoda sampling yang tepat, risiko demikian akan dapat
dikurangi.
F. PIHAK-PIHAK YANG BERINTERAKSI DENGAN AUDITOR

8
1. Manajemen
Manajemen adalah individu atau kelompok individu dengan tanggungjawab
eksekutif untuk melaksanakan operasi entitas. Untuk beberapa entitas di beberapa
yurisdiksi, manajemen mencakup beberapa atau semua individu yang
bertanggungjawab atas tatakelola, sebagai contoh, anggota eksekutif dewan tata
kelola atau seorang manajer pemilik. Dalam konteks audit, manajemen meliputi
pejabat pimpinan, kontroler, dan personil-personil kunci dalam perusahaan.
2. Pihak Yang Bertanggungjawab Atas Tata Kelola
Standar audit (SA 260) mewajibkan auditor untuk berkomunikasi dengan
pihak yang bertangungjawab atas tata kelola dalam audit atas laporan keuangan.
SA 260 mendefinisikan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola sebagai
berikut:
“Individu atau organisasi atau organisasi-organisasi ( seperti wali amanat
korporasi) yang memiliki tangungjawab untuk mengawasi arah strategis entitas
dan pemenuhan kewajiban yang berkaitan dengan akuntabilitas entitas. Hal ini
mencakup pengawasan terhadap proses pelaporan keuangan,.......”
Menurut SA 260.9 tujuan auditor melakukan komunikasi dengan pihak yang
bertangungjawab atas tata kelola adalah:
a) Untuk mengomunikasikan secara jelas kepada pihak yang bertangungjawab atas
tata kelola tentang tanggungjawab auditor yang berkaitan dengan audit atas
laporan keuangan, dan gambaran umum perencanaan lingkup dan saat audit;
b) Untuk memperoleh informasi yang relevan dengan audit dari pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola;
c) Untuk menyediakan kepada phak yang bertanggungjawab atas tata kelola secara
tepat waktu, hasil observasi audit yang signifikan dan relevan terhadap
tanggungjawab mereka untuk mengawasi proses pelaporan keuangan; dan
d) Untuk mendukung komunikasi dua arah yang efektif antara auditor dengan pihak
yang bertangungjawab atas tata kelola.
Dalam sebagian besar entitas, termasuk entitas yang berada di Indonesia, tata
kelola merupakan tanggungjawab bersama suatu badan tata kelola yang disebut
Dewan Komisaris, Namun dalam entitas yang lebih kecil, satu individu mungkin
dapat bertanggungjawab atas tata kelola, sebagai contoh, manajer-pemilik yang tidak
ada pemilik lainnya, atau pengawas tunggal.

9
Prinsip tata kelola yang baik menyarankan bahwa:
 Auditor akan diundang secara teratur untuk hadir dalam rapat dengan
komite audit;
 Ketua komite Audit dan, jika relevan, anggota lainnya dari Komite Audit,
akan berhubungan dengan auditor secara periodik;
 Komite Audit akan bertemu dengan auditor tanpa kehadiran pihak
3. Auditor Internal
Internal auditor adalah auditor yang bekerja pada suatu entitas, dan oleh
karenanya merupakan pegawai dan tunduk pada manajemen entitas dimana ia
bekerja. Fungsi audit intenal mencakup antara lain pemeriksaan, pengevaluasian,
dan pemantauan kecukupan dan efektivitas pengendalian internal. Tujuan fungsi
internal auditor ditentukan oleh manajemen, dan jika relevan, pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola. Walaupun tujuan fungsi auditor internal
berbeda dengan auditor eksternal, beberapa cara yang digunakan oleh fungsi
auditor intemal dan auditor ekstemal mungkin sama.
Aktivitas fungsi audit intenal dapat mencakup satu atau lebih hal-hal sebagai
berikut:
 Pemantauan pengendalian internal
 Pemeriksaan atas informasi keuangan dan informasi operasional.
 Penelaahan aktivitas operasi.
 Penelaahan atas kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan.
 Pengelolaan risiko.
 Tata kelola.
Standar audit (SA 610) mengatur tentang kemungkinan auditor eksternal
menggunakan pekerjaan yang dilakukan oleh auditor internal sepanjang
memenuhi ketentuan yang diatur dalam standar audit tersebut. Hal yang perlu
disadan adalah bahwa fungsi auditor internal tidak independen dari entitas
sebagaimana yang dituntut dari auditor eksternal. Dalam menentukan apakah
pekerjaan auditor internal kemungkinan cukup untuk tujuan audit, auditor
eksternal harus mengevaluasi:
 Objektivitas fungsi auditor internal;
 Kompetensi teknis auditor internal,

10
 Apakah pekerjaan auditor internal akan dilaksanakan dengan kecematan dan
kehati-hatian profesional; dan
 Apakah komunikasi antara auditor internal dengan auditor eksternal akan
efektif.
Selain itu, perlu disadari juga bahwa apabila auditor eksternal menggunakan
pekerjaan auditor internal, tanggungjawab penggunaan pekerjaan tersebut berada
pada auditor eksternal. la adalah penanggungjawab tunggal atas opini audit yang
dinyatakan, dan tanggungjawab tersebut tidak berkurang dengan digunakannya
pekerjaan auditor internal oleh auditor eksternal.
4. Pemegang Saham
Para pemegang saham mengandalkan pada laporan keuangan yang telah
diaudit untuk mendapatkan keyakinan bahwa manajemen telah melaksanakan
tanggungjawabnya dengan baik. Oleh karena itu auditor memiliki tanggungjawab
yang penting terhadap para pemegang saham sebagai pemakai utama laporan
auditor.
G. STANDAR AUDIT
Standar audit adalah pedoman umum untuk membantu para auditor dalam
memenuhi tangungjawab profesional mereka dalam pengauditan laporan keuangan
historis. Standar tersebut mencakup pertimbangan kualitas profesional antara lain
persyaratan kompetensi dan independensi, pelaporan, dan bukti. Institut Akuntan
Publik Indonesia (IAPI) sebagai organisasi profesi berkewajiban untuk menetapkan
standar auditing. Untuk melaksanakan tugas tersebut IAPI membentuk Dewan
Standar yang ditetapkan sebagai badan teknis senior dari IAPI untuk menerbitkan
pernyataan-pernyataan tentang standar auditing, sejalan dengan perkembangan yang
terjadi dalam era globalisasi, IAPI telah memutuskan untuk mengadopsi International
Auditing Standards (ISA) yang diterbitkan oleh International Auditing and
Assurance Standards Boards (IAASB) dan dengan demikian tidak memberlakukan
lagi standard auditing yang selama ini berlaku Sebagai langkah pertama IAPI
menerjemahkan ISA ke dalam bahasa Indonesia dan diberi judul Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP) dan menetapkan pemberlakuan SPAP terhitung mulal 1
Januari 2013 untuk emiten (entitas publik) dan 1 Januari 2014 untuk entitas selain
emiten. Uraian selanjutnya tentang standar audit dalam buku ini mengacu pada SPAP
yang secara resmi diterbitkan oleh IAPI tersebut di atas.

11
1. ISI DAN STRUKTUR STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
Isi dan struktur SPAP wajib dipahami oleh para auditor dan calon auditor,
karena SPAP merupakan panduan utama yang wajb dilaksanakan dalam
pengauditan laporan keuangan historis berdasarkan standar audit. Berikut ini
adalah judul-judul dari isi standar audit yang telah diberlakukan oleh IAASB dan
dadopsi oleh IAPI.
2. AUDIT INFORMASI KEUANGAN HISTORIS
200-299 Prinsip-prinsip Umum dan Tanggungjawab
SA 200 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Berdasarkan Standar Audit.
SA 210 Persetujuan atas Ketentuan Perikatan Audit
SA 220 Pengendalian Mutu untuk Audit atas Laporan Keuangan
SA 230 Dokumentasi Audit
SA 240 Tanggungjawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu
Audit atas Laporan Keuangan
SA 250 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-undangan dalam Audit atas
Laporan Keuangan
SA 260 Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola
SA 265 Pengomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal kepada
Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola dan Manajemen
300-499 Penilaian Risiko dan Respons terhadap Risiko yang Telah Dinilai
SA 300 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
SA 315 Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian
Meterial Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
SA 320 Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
SA 330 Respons Auditor terhadap Risiko yang Telah Dinilai
SA 402 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan
suatu Organisasi Jasa
SA 450 Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Didentifikasi Selama
Audit
500-599 Bukti Audit
SA 500 Bukti Audit
SA 501 Bukti Audit - Pertimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan

12
SA 505 Konfirmasi Eksternal SA 510 Perikatan Audit Tahun Pertama-Saldo
Awal
SA 520 Prosedur Analitis
SA 530 Sampling Audit
SA 540 Audit atas Estimasi Akuntansi, Termasuk Estimasi Akuntansi Nilai
Wajar, dan Pengungkapan yang Bersangkutan
SA 550 Pihak Berrelasi
SA 560 Peristiwa Kemudian
SA 570 Kelangsungan Usaha
SA 580 Representasi Tertulis
600-699 Penggunaan Pekerjaan Pihak Lain
SA 600 Pertimbangan Khusus - Audit atas Laporan Keuangan Grup
(Termasuk Pekerjaan Auditor Komponen)
SA 610 Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
SA 620 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
700-799 Kesimpulan Audit dan Pelaporan
SA 700 Perumusan suatu Pendapat dan Pelaporan atas Laporan Keuangan
SA 705 Modifikasi atas Opini dalam Laporan Auditor Independen
SA 706 Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain dalam Laporan
Auditor Independen
SA 710 Informasi Komparatif - Angka-angka yang berkaitan dan Laporan
Keuangan Komparatit.
SA 720 Tanggungjawab Auditor Terkait dengan Informasi Lain dalam
Dokumen-dokumen yang Berisi Laporan Keuangan Auditan
800-899 Area-area Khusus
SA 800 Pertimbangan Khusus - Audit atas Laporan Keuangan yang Disusun
Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus
SA 805 Pertimbangan Khusus - Audit atas laporan keuangan Tunggal dan
suatu Unsur, Akun, atau Pos Tertentu dalam Laporan Keuangan
SA 810 Perikatan untuk Melaporkan khtisar Laporan Keuangan
3. STRUKTUR STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK
 Pengantar

13
Materi pengantar bisa mencakup informasi yang berhubungan dengan
tujuan, Iingkup, dan pokok bahasan dari standar audit yang bersangkutan,
disamping itu dimuat pula tanggungjawab auditor dan pihak lainnya dalam
konteks standar audityang bersangkutan.
 Tujuan
Setiap standar audit (SA) berisi pernyataan yang jelas tentang tujuan auditor
mengenai hal-hal yang dibahas dalam SA tersebut.
 Definisi
Agar diperoleh pemahaman yang lebih baik tentang SA, istilah-istilah terkait
didefinisikan dalam setiap SA.
 Ketentuan
Setiap tujuan didukung dengan ketentuan yang jelas. Ketentuan selalu
dinyatakan dengan frasa "auditor harus".
 Materi Penerapan dan Penjelasan Lain
Materi penerapan dan penjelasan lain menjelaskan secara lebih tepat makna
dari suatu ketentuan atau apa yang dimaksudkan untuk dicakup. atau
menyertakan contoh-contoh prosedur yang mungkin cocok dalam situasi yang
dihadapi.
H. LAPORAN AUDITOR
1. BAGIAN-BAGIAN DALAM LAPORAN AUDITOR
Suatu laporan auditor wajar tanpa pengecuallan berisi sembilan bagian
sebagai berikut:
a. Judul laporan
Standar audit mewajibkan bahwa laporan auditor harus memiliki sebuah
judul yang mengindikasikan secara jelas bahwa laporan tersebut adalah laporan
seorang auditor independen. Suatu judul yang mengindikasikan bahwa laporan
tersebut merupakan laporan auditor independen, sebagai contoh, "Laporan
Auditor Independen" yang di dalamnya auditor telah memenuhi seluruh
ketentuan etika yang relevan tentang independensi dan, oleh karena itu,
membedakan laporan auditor independen dari laporan-laporan yang diterbitkan
oleh pihak lain.
b. Pihak yang Dituju.

14
Laporan auditor harus ditujukan kepada pihak sebagaimana yang diharuskan
menurut ketentuan perikatan. Peraturan perundang-undangan seringkali
menentukan kepada siapa laporan auditor ditujukan dalam yurisdiksi tersebut.
Laporan auditor pada umumnya ditujukan kepada pihak-pihak yang untuk mana
laporan tersebut disusun, seringkali kepada pemegang saham atau pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola yang laporan keuangannya diaudit.
c. Paragraf Pendahuluan.
Paragraf pendahuluan dalam laporan auditor harus:
1) Mengidentifikasi entitas yang laporan keuangannya diaudit;
2) Menyatakan bahwa laporan keuangan telah diaudit;
3) Mengidentifikasi judul setiap laporan keuangan yang menjadi bagian dari
laporan keuangan;
4) Merujuk pada ikhtisar kebijakan akuntansi signitikan dan informasi
penjelasan lainnya; dan
5) Menyebutkan tanggal atau periode yang dicakup oleh setiap laporan yang
menjadi bagian dari laporan keuangan.
d. Tanggungjawab Manajemen atas Laporan Keuangan.
Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul Tanggungjawab
Manajemen atas laporan keuangan. Bagian dari laporan auditor in menjelaskan
tanggungjawab pihak-pihak dalam organisasi yang bertanggungjawab atas
penyusunan laporan keuangan.
e. Tanggungjawab Auditor.
Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul Tanggungjawab
Auditor". Laporan auditor menyatakan bahwa tanggungjawab auditor adalah
untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan audit untuk
mengontraskannya dengan tanggungjawab manajemen atas penyusunan laporan
keuangan. Laporan auditor harus menyatakan bahwa audit dilaksanakan
berdasarkan Standar Audit yang ditetapkan Institut Akuntan Publik Indonesia.
f. Opini Auditor.
Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul "Opini". Ketika
menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan keuangan yang disusun
berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar, kecuali jika diharuskan lain oleh
peraturan perundang-undangan, menggunakan trasa di bawah Laporan keuangan

15
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, “Sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia". Jika rujukan pada kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku dalam opini auditor bukan pada Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia yang ditetapkan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia atau Standar Akuntansi
Pemerintahan yang ditetapkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia, maka opini auditor harus
mengidentifikasi yurisdiksi asal kerangka tersebut.
g. Tanggungjawab Pelaporan Lainnya.
Jika auditor menyatakan tanggungjawab pelaporan lainnya dalam laporan
auditor atas laporan keuangan yang merupakan tambahan terhadap
tanggungjawab auditor berdasarkan SA untuk melaporkan laporan keuangan,
maka tanggungjawab pelaporan lain tersebut harus dinyatakan dalam suatu
bagian terpisah dalam laporan auditor yang diberi judul "Pelaporan Lain atas
Ketentuan Hukum dan Regulasi, atau judul lain yang dianggap tepat menurut isi
bagian ini.
h. Tanda Tangan Auditor.
Laporan auditor harus ditandatangani. Tanda tangan auditor dilakukan dalam
nama kantor akuntan publik (KAP) dan nama rekan. Selain itu, laporan auditor
harus mencantumkan nomor izin KAP dan nomor izin rekan yang
menandatangani laporan auditor.
i. Tanggal Laporan Audit
Laporan auditor harus diberi tanggal tidak lebih awal dari tanggal ketika
auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini
auditor atas laporan keuangan, termasuk bukti bahwa:
1) Seluruh laporan yang membentuk laporan keuangan, termasuk catatan atas
laporan keuangan terkait, telah disusun; dan
2) Pihak-pihak dengan wewenang yang diakui telah menyatakan bahwa mereka
telah mengambil tanggung jawab atas laporan keuangan tersebut. Tanggal
laporan auditor adalah tanggal ketika prosedur audit telah selesai
dilaksanakan secara substansial dan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang
cukup dan tepat telah ditarik.

16
2. KONDISI-KONDISI UNTUK PERUMUSAN OPINI WAJAR TANPA
PENGECUALIAN
Auditor harus merumuskan suatu opini tentang apakah laporan keuangan
disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku. Untuk merumuskan opini tersebut, auditor harus
menyimpulkan apakah auditor telah memperoleh keyakinan memadai tentang
apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian
material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan. Kesimpulan
tersebut harus memperhitungkan:
 Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 330, bahwa bukti audit yang cukup dan
tepat telah diperoleh;
 Kesimpulan auditor, berdasarkan SA 450, bahwa kesalahan penyajian yang
tidak dikoreksi adalah tidak material, baik secara individual maupun secara
kolektit, dan
 Evaluasi yang diharuskan oleh paragrat 12-15 SA700 sebagai berikut
Secara khusus, auditor harus mengevaluasi apakah, dari sudut
pandang ketentuan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku:
 Laporan keuangan mengungkapkan kebijakan akuntansi signifikan yang
dipilih dan diterapkan secara memadai;
 Kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan konsisten dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan sudah tepat:
 Estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen adalah wajar
 Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan, dapat
diandalkan, dapat diperbandingkan, dan dapat dipahami;
 Laporan keuangan menyediakan pengungkapan yang memadai untuk
memungkinkan pengguna laporan keuangan yang dituju memahami
pengaruh transaksi dan peristiwa material terhadap informasi yang
disampaikan dalam laporan keuangan; dan
 Terminologi yang digunakan dalam laporan keuangan, termasuk judul
setiap laporan keuangan sudah tepat. (SA 700.13)

17
Pengevaluasian auditor tentang apakah laporan keuangan mencapai
penyajian wajar harus mencakup pertimbangan- pertimbangan sebagai
berikut:
 Penyajian, struktur, dan isi laporan keuangan keseluruhan; dan
 Apakah laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan
terkait mencerminkan transaksi dan peristiwa yang mendasarinya dengan
suatu cara yang mencapai penyajian wajar.
Apabila semua persyaratan di atas terpenuhi, suatu laporan audit dengan
opini wajar tanpa pengecualian dapat diterbitkan untuk laporan keuangan bertujuan
umum yang disusun berdasar kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (kerangka
pelaporan wajar), seperti nampak dalam contoh laporan audit pada Gambar di
halaman berikut. Laporan audit dengan kalimat-kalimat standar seperti tercantum
dalam contoh tersebut disebut juga laporan auditor bentuk baku. Disebut demikian
karena opini yang dikehendaki oleh semua pihak, baik auditor maupun klien,
idealnya adalah opini wajar tanpa pengecualian. Laporan bentuk baku seperti itu
seringkali disebut juga "clean opinion", karena tidak ada sesuatu hal yang
membutuhkan kualifikasi atau modifikasi atas opini auditor. Laporan bentuk baku
tanpa pengecualian adalah opini yang paling sering diberikan auditor. Kadang-
kadang terjadi sesuatu hal diluar kendali klien atau auditor yang menghalangi
diterbitkannya clean opinion. Namun pada umumnya entitas melakukan penyesuaian
yang dipertukan atas catatan akuntansinya untuk menghindari kualifikasi atau
modifikasi oleh auditor.
Gambar 2-2 Contoh Laporan Tanpa Modifikasi (Wajar Tanpa Pengecualian)
LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

(Pihak yang Dituju)

Pelaporan atas Laporan Keuangan

Kami tetah mengaudit laporan keuangan Entitas ABC terlampir yang terdin atas laporan
posisi keuangan tanggal 31 Desember 20x1, laporan laba-rugi komprohensif laporan
perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut,
serta suatu ringkasan kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lain.

18
Tanggungjawab Manajemen atas Laporan Keuangan

Manajemen bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajan wajar laporan keuangan


tersebut sesual dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia, dan atas pengendalian
internal yang ditentukan perlu oleh manajemen untuk memungkinkan penyusunan laporan
keuangan tersebut bebas dari kesalahan penyajian material, yang disebabkan kocurangan atau
kesalahan.

Tanggungjawab Auditor

Tanggungjawab kami adalah untuk menyatakan suatu opini atas laporan keuangan tenebut
berdasarkan audit kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit. Standar
tersebut mengharuskan kami untuk mematuhi ketontuan etika serta merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas
dari kesalahan penyajian material. Suatu audit mencakup pelaksanaan prosedur untuk
memperoleh bukti-bukti tentang jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Prosedur yang dipilih tergantung pada pertimbangan auditor termasuk penilaian atas risiko
kosalahan penyajian material dalam laporan keuangan, yang disebabkan kecurangan atau
kesalahan. Dalam melakukan penilalan atas risiko tersebut auditor mempertimbangkan
pengendalian internal yang relevan dengan penyusunan dan penyajian wajar laporan
keuangan untuk merancang prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisinya, namun tidak
untuk tujuan menyatakan suatu opini atas efektivitas pengendalian internal entitas. Suatu
audit juga mencakup pengevaluasian atas ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan
kewajaran estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen, serta pengevaluasian atan
penyajian laporan keuangan secara keeluruhan.

Kami yakin bahwa bukti audit yang telah kami peroleh adalah cukup dan tepat untuk
menyediakan dasar bagi opini kami.
Opini
Menurut opini kami, laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, posisi keuangan entitas ABC tanggal 31 Desember 20x1, serta kinerja
keuangan dan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Laporan atas Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Lain

19
[Bentuk dan isi bagian ini dalam laporan auditor akan bervariasi tergantung pada sifat
tanggungjawab pelaporan lain auditor]
[Tanda tangan auditor]
[Tanggal laporan auditor]
[Alamat auditor]
MODIFIKASI TERHADAP OPINI AUDITOR
Auditor harus memodifikasi opini dalam laporan auditor ketika :
(a) Auditor menyimpulkan bahwa, berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan
secara keseluruhan tidak bebas dari kesalahan penyajian material; atau
(b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan
bahwa laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari kesalahan penyajian material.
Sifat Kesalahan Penyajian Material
SA 450 mendefinisikan suatu kesalahan penyajian sebagai suatu selisih antara angka
klasifikasi, penyajian, atau pengungkapan dari suatu pos yang dilaporkan dalam laporan
keuangan beserta angka, klasifikasi, penyajian atau pengungkapan yang diharuskan untuk pos
tersebut sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Oleh karena itu, suatu
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan dapat timbul dalam kaitannya dengan:
(a) Ketepatan kebijakan akuntansi yang dipilih;
(b) Penerapan kebijakan akuntansi yang dipilih;
(c) Ketepatan atau kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan.
Ketepatan Kebijakan Akuntansi yang Dipilih
Dalam hubungannya dengan ketepatan kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajemen,
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan dapat timbul ketika:
(a) Kebijakan akuntansi yang dipilih tidak konsisten dengan kerangka pelaporan keuangan
yang berlaku; atau
(b) Laporan keuangan, termasuk catatan atas laporan keuangan, tidak mencerminkan
transakSı dan peristiwa dalam suatu cara untuk mencapai penyajian wajar.
Penerapan Kebijakan Akuntansi yang Dipilih
Dalam hubungannya dengan penerapan kebijakan akuntansi yang dipilih, kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan dapal timbul:
(a) Ketika manajemen tidak menerapkan kebijakan akuntansi yang dipilih secara konsisten
desual dengan kerangka peleporan keuangan termasuk ketika manajemen tidak menerapkan

20
kebijakan akuntansi yang dipilih secara konsisten antar peristiwa serupa (konsistensi
penerapan); atau
(b) Karena metoda penerapan kebijakan akuntansi yang dpilih (seperti suatu kesalahan dalam
penerapan yang tidak disengaja).
Ketepatan Kecukupan Pengungkapan dalam Laporan Keuangan
Dalam kaitannya dengan ketepatan atau kecukupan pengungkapan dalam laporan keuangan,
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan dapat timbul ketika:
(a) Laporan keuangan tidak mencantumkan seluruh pengungkapan yang diharuskan oleh
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku;
(b) Pengungkapan dalam laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, atau
(c) Laporan keuangan tidak menyajikan pengungkapan yang diperlukan untuk mencapai
penyajian wajar.
Sifat Ketidakmampuan untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan Tepat
Ketidakmampuan auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat (disebut juga
sebagai pembatasan ruang lingkup audit) dapat timbul dari :
(a) Kondisi di luar pengendalian entitas;
(b) Kondisi yang berkaitan dengan sifat atau waktu dari pekerjaan auditor; atau
(c) Pembatasan yang dilakukan oleh manajemen.
Contoh-contoh kondisi di luar pengendalian entitas, mencakup sebagai berikut:
• Catatan akuntansi entitas telah musnah
• Catatan akuntansi suatu komponen signifikan disita oleh otoritas pemerintah hingga waktu
yang tidak dapat ditentukan.
Contoh-contoh kondisi yang berkaitan dengan sifat atau waktu pekerjaan auditor,
mencakup;
• Entitas diharuskan untuk menggunakan metoda akuntansı ekuitas untuk suatu entitas
terasosiasi, dan auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup den tepat tentang
informasi keuangan entitas terasosias tersebut untuk mengevaluasi apakah metoda ekuitas
tersebut telah diterapkan dengan tepat.
• Waktu penunjukan auditor menyebabkan auditor tidak dapat mengobservasi penghitungan
fisik persediaan.
• Auditor menentukan bahwa pelaksanaan prosedur substantif saja adalah tidak cukup, tetapi
pengendalian entitas tidak efektif.

21
Contoh-contoh pembatasan yang dilakukan oleh manajemen
• Manajemen mencegah auditor untuk mengobservas penghitungan fisik persediaan.
• Manajemen mencegah auditor untuk melakukan konfirmasi eksternal atas saldo akun-akun
tertentu.
PENENTUAN TIPE MODIFIKASI TERHADAP OPINI AUDITOR
Modifikasi yang harus dilakukan terhadap opini auditor, tergantung pada materialitas dan
seberapa pervasif dampak dari faktor penyebab modifikasi tersebut terhadap kewajaran
laporan keuangan sebagai keseluruhan. Pengertian "pervasif" dalam konteks kesalahan
penyajian, untuk menggambarkan pengaruh kesalahan penyajian terhadap laporan keuangan
atau pengaruh kesalahan penyajian yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika
ada, yang tidak dapat terdeteksi karena ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat. Pengaruh yang pervasif terhadap laporan keuangan adalah pengaruh yang,
menurut pertimbangan auditor:
(i) Tidak terbatas pada unsur, akun, atau pos tertentu laporan keuangan;
(ii) Jika dibatasi, merupakan atau dapat merupakan suatu proporsi yang substansial dalam
laporan keuangan; atau
(ii) Dalam hubungannya dengan pengungkapan, adalah fundamental bagi pemahaman
pengguna laporan keuangan.
Tipe modifikasi terhadap opini auditor terdiri dari:
(1) Opini wajar dengan pengecualian
(2) Opini tidak wajar
(3) Opini tidak menyatakan pendapat
Tabel 2-1 Pertimbangan Auditor untuk Memodifikasi opini Audit

Sifat Hal-hal yang Pertimbangan Audito Seberapa pervasif pengaruh


Menyebabkan Modifikasi tentang atau pengaruh yang timbul terhadap laporan
mungkin keuangan
Material tetapi tidak pervasif Material dan pervasive
Laporan keuangan Opini wajar dengan Opini tidak wajar
mengandung kesalahan pengecualian
penyajian material
Ketidakmampuan untuk Opini wajar dengan Opini tiak menyatakan
memperoleh bukti audit yang pengecualian pendapat
cukup dan tepat

22
Opini Wajar dengan Pengecualian
Auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian ketika:
(a) Auditor, setelah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa
kesalahan penyajian, baik secara individual maupun secara agregasi, adalah material, tetapi
tidak pervasif, terhadap laporan keuangan; atau
(b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang mendasari opini,
tetapi auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi yang
mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, dapat menjadi material, tetapi tidak
pervasif.
Opini Tidak Wajar
Auditor harus menyatakan suatu opini tidak wajar ketika auditor, setelah memperoleh bukti
audit yang cukup dan tepat, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara
individual mapun secara agregasi, adalah material dan pervasif terhadap laporan keuangan.
Opini Tidak Menyatakan Pendapat
Auditor harus tidak menyatakan pendapat ketika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat yang mendasari opini, dan auditor menyimpulkan bahwa pengaruh
kesalahan penyajian material yang tidak terdeteksi yang mungkin timbul terhadap laporan
keuangan, jika ada, dapat bersifat material dan pervasif.
Auditor harus tidak menyatakan pendapat ketika, dalam kondisi yang sangat jarang
melibatkan banyak ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa, meskipun telah
memporoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut, adalah
tidak mungkin untuk merumuskan suatu opini atas laporan keuangan karena interaksi yang
potensial dari ketidakpastian tersebut dan pengaruh kumulatif ketidakpastian tersebut yang
mungkin timbul terhadap laporan keuangan.
Konsekuensi dari Ketidakmampuan untuk Memperoleh Bukti Audit yang Cukup dan
Tepat yang Disebabkan oleh Pembatasan yang Dilakukan oleh Manajemen setelah
Auditor Menerima Perikatan
• Jika, setelah menerima perikatan, auditor menyadari bahwa manajemen telah melakukan
pembatasan terhadap ruang lingkup audit yang menurut auditor kemungkinan akan
menyebabkan opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat atas
laporan keuangan, maka auditor harus meminta manajemen untuk mencabut pembatasan
tersebut.

23
• Jika manajemen menolak untuk mencabut pembatasan tersebut, maka auditor harus
mengomunikasikan hal tersebut kepada pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola,
kecuali jiika pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola terlibat dalam pengelolaan entitas,
dan menentukan apakah terdapat kemungkinan untuk melakukan prosedur alternatif untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat.
• Jika auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, maka auditor harus
menentukan implikasinya sebagai berikut:
(a) Jika auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi,
adalah material, tetapi tidak pervasif, maka auditor harus menyatakan opini wajar dengan
pengecualian; atau
(b) Jika auditor menyimpulkan bahwa pengaruh kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi
yang mungkin timbul terhadap laporan keuangan, jika ada, adalah material dan pervasif
sehingga suatu opini wajar dengan pengecualian tidak akan memadai untuk
mengomunikasikan signifikansi kondisi tersebut, maka auditor harus:
(i) Menarik diri dari audit jika diperkenankan dan memungkinkan menurut perundang-
undangan yang berlaku; atau
(ii) Jika penarikan diri dari audit sebelum menerbitkan laporan auditor tidak diperkenankan
atau tidak memungkinkan, maka auditor harus tidak menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.
• Jika auditor menarik diri seperti dijelaskan di atas, sebelum menarik diri, auditor harus
mengomunikasikan kesalahan penyajian yang teridentifikasi selama audit yang dapat
menyebabkan modifikasi terhadap opini dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata
kelola.
Pertimbangan Lain yang Berkaitan dengan Opini Tidak Wajar atau Opini Tidak
Menyatakan Pendapat
Ketika menurut auditor suatu opini tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat perlu
dinyatakan atas laporan keuangan secara keseluruhan, laporan auditor juga tidak
diperkenankan untuk mencantumkan opini tanpa modifikasian, berdasarkan kerangka
pelaporan keuangan yang sama, atas suatu laporan keuangan tunggal atau satu atau lebih
unsur, akun, atau pos tertentu laporan keuangan. Pencantuman opini tanpa modifikasian
tersebut dalam laporan yang sama dalam kondisi tersebut akan bertentangan dengan opini
tidak wajar atau opini tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan.

24
BENTUK DAN ISI LAPORAN AUDITOR KETIKA OPINI DIMODIFIKASI
Basis untuk Paragraf Modifikasi
• Ketika auditor memodifikasi opini atas laporan keuangan, auditor harus mencantumkan
suatu paragraf dalam laporan auditor yang menyediakan suatu penjelasan tentang hal-hal
yang menyebabkan modifikasi tersebut persis sebelum paragraf opini dalam laporan auditor
dan menggunakan judul Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian "Basis untuk Opini
Tidak Wajar atau "Basis untuk Opini Tidak Menyatakan Pendapar sesuai dengan kondisinya.
• Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam laporan kouangan yang berkaitan
dengan jumlah tertentu dalam laporan keuangan (termasuk pengungkapan kuantitatif), maka
auditor harus mencantumkan suatu penjelasan dan kuantifikasi tentang dampak keuangan
yang diakibatkan oleh kesalahan penyajian tersebut dalam paragraf basis untuk modifikasi,
kecuali jika tidak praktis. Jika tidak praktis untuk mengkuantifikasi dampak keuangan, maka
auditor harus menyatakan hal tersebut dalam paragraf basis untuk modifikasi.
• Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan yang berkaitan
dengan pengungkapan kualitatif (naratif), maka auditor harus mencantumkan suatu
penjelasan tentang bagaimana terjadi kesalahan penyajian dalam pengungkapan tersebut
dalam paragraf basis untuk modifikasi.
• Jika terdapat suatu kesalahan penyajian material, dalam laporan keuangan yang berkaitan
dengan tidak diungkapkannya informasi yang seharusnya diungkapkan, maka auditor harus:
(a) Mendiskusikan informasi yang tidak diungkapkan tersebut dengan pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola;
(b) Menjelaskan dalam paragraf basis untuk modifikasi tentang sifat informasi yang
dihilangkan; dan
(c) Kecuali dilarang oleh peraturan perundang-undangan, mencantumkan pengungkapan yang
dihilangkan, apabila dianggap praktis dan auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepattentang informasi yang dihilangkan tersebut.
• Jika modifikası dihasilkan dari ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit yang cukup
dan tepat, maka auditor harus mencantumkan alasan ketidakmampuan tersebut dalam
paragraf basis untuk modifikasi.
• Bahkan, ketika auditor telah menyatakan suatu opini tidak wajar atau tidak menyatakan
pendapat atas laporan keuangan, auditor harus menjelaskan dalam paragraf basis untuk
modifikasi alasan untuk setiap hal lain yang disadari oleh auditor yang memerlukan
modifikasi terhadap opini, dan pengaruh yang diakibatkannya.

25
Paragraf Opini
• Ketika auditor memodifikasi opini audit auditor harus menggunakan judul "Opini Wajar
dengan Pengecualian" "Opini Tidak Wajar atau "Opini Tidak Menyatakan Pendapar sesuai
dengan kondisinya, untuk paragraf opini.
• Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian karena terdapat
kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan, auditor harus menyatakan dalam
paragraf opini bahwa, menurut opini auditor kecuali untuk dampak hal-hal yang dijelaskan
dalam paragraf Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian:
(a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka
penyajian wajar; atau
(b) Laporan keuangan telah disusun, dalam semua hal yang material, sesuai dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka kepatuhan.
Ketika modifikası timbul sebagai akibat dari ketidakmampuan untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat, auditor harus menggunakan frasa "kecuali untuk dampak yang
mungkin terjadi dari hal-hal "untuk opini yang dimodifikasi.
• Ketika audtitor menyatakan suatu opini tidak wajar auditor harus menyatakan dalam
paragraf opini bahwa, menurut opini auditor, karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan
dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Wajar:
(a) Laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka penyajian wajar atau
(b) Laporan keuangan tidak disusun, dalam semua hal yang material, sesual dengan kerangka
pelaporan keuangan yang berlaku, ketika melaporkan berdasarkan kerangka kepatuhan.
• Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuannya untuk memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat auditor harus menyatakan dalam paragraf opini bahwa:
(a) karena signifikansi hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basin untuk Opini Tidak
Menyatakan Pendapat, auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
untuk menyediakan suatu basis bagi opini audit, dan oleh karena itu,
(b) auditor tidak menyatakan opini atas laporan keuangan.
Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor Menyatakan suatu Opini
Wajar dengan Pengecualian atau Opini Tidak Wajar
• Ketika auditor menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar,
auditor harus mengubah penjelasan tentang tanggungjwab auditor untuk menyatakan bahwa

26
auditor yakin bahwa bukti audit yang diperoleh oleh auditor adalah cukup dan tepat untuk
menyediakan suatu basis bagi opini modifikasian.
Penjelasan tentang Tanggungjawab Auditor Ketika Auditor Tidak Menyatakan
Pendapat
• Ketika auditor tidak menyatakan pendapat karena ketidakmampuan auditor untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, auditor harus mengubah paragraf pendahuluan
dalam laporan auditor untuk menyatakan bahwa auditor ditugasi untuk mengaudit laporan
keuangan Auditor juga harus mengubah penjelasan tentang tanggungjawab auditor dan ruang
lingkup audit untuk menyatakan sebagai berikut. "Tangungjawab kami adalah untuk
menyatakan suatu opini atas laporan keuangan berdasarkan pelaksanaan audit yang sesuai
dengan Standar Audit yang ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. Namun, oleh
karena hal-hal yang dijelaskan dalam paragraf Basis untuk Opini Tidak Menyatakan
Pendapat, kami tidak memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyediakan suatu
basis untuk opini audit"
KOMUNIKASI DENGAN PIHAK YANG BERTANGGUNGJAWAB ATAS TATA
KELOLA
Auditor harus berkomunikasi dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola
tentang kondisi yang menuntun pada modifikasi yang diharapkan tersebut dan usulan susunan
kata-kata atas modifikası tersebut.
• Pengomunikasian dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola tentang kondisi
yang menuntun pada suatu modifikası yang diharapkan terhadap opini auditor dan susunan
kata yang diusulkan atas modifikasi tersebut memungkinkan:
(a) Auditor untuk memberitahukan pihak yang bertangungjawab atas tata kelola modifikasi
yang dimaksud dan alasan (atau kondisi) untuk modifikasi tersebut.
(b) Auditor untuk mencari persetujuan dari pihak yang bertangung- jawab atas tata kelola
tentang fakta-fakta dari hal-hal yang menimbulkan modifikasi tersebut, atau
mengonfirmasikan hal-hal yang terkait dengan ketidaksepakatan dengan manajemen, dan
(c) Pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola memperoleh kesempatan, jika relevan,
untuk menyediakan bagi auditor informası dan penjelasan lebih lanjut sehubungan dengan
hal-hal yang menimbulkan modifikasi tersebut.

ILUSTRASI LAPORAN AUDITOR DENGAN MODIFIKASI TERHADAP OPINI

27
llustrasi 1 Laporan Auditor yang Berisi Opini Wajar dengan Pengecualian Karena
Kesalahan Penyajian Material dalam Laporan Keuangan

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN


(Pihak yang dituju)
Pelaporan atas Laporan Keuangan
Kami telah mengaudit laporan keuangan Entitas ABC yang terdiri atas laporan posie
keuangan tanggal 31 Desember 20x1 laporan laba-rugi komprehensif, dan laporan perubahan
ekuitas, serta laporan arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut serta
ringkasan kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan lain
Tanggungjawab Manajemen atas Laporan Keuangan
Manajemen bertanggungjawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. dan atas pengendalian intenal yang
ditentukan perlu oleh manajemen untuk penyusunan laporan keuangan yang bebas dan
kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh kecurangan atau kesalahan.
Tanggungiawab Auditor
Tanggungjawab kami terletak pada pernyataan opini atas laporan keuangan berdasarkan audit
kami. Kami melaksanakan audit berdasarkan Standar Audit mengharuskan kami untuk
mematuhi ketentuan etika dan merencanakan serta melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.
Standar tersebut Suatu audit mencakup pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit
tentang jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih
tergantung pada pertimbangan auditor termasuk penilaian risiko kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh kecurangan dan kekeliruan. Dalam
melaksanakan penilaian risiko, auditor mempertimbangkan pengendalian internal yang
relevan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas secara wajar yang
bertujuan untuk merancang prosedur audit yang tepat sesuai dengan kondisinya, namun
bukan untuk tujuan menyatakan opini tentang efektivitas pengendalian internal entitas. Audit
juga mencakup penilaian atas ketepatan kebijakan akuntansi yang digunakan dan kewajaran
estimasi akuntansi yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian laporan
keuangan secara keseluruhan.
Kami yakin bahwa bukti audit yang kami peroleh adalah cukup dan tepat untuk menyediaka
basis untuk opini audit wajar dengan pengecualian.

28
Basis untuk Opini Wajar dengan Pengecualian
Persediaan Entitas di laporan posisi keuangan dicantumkan sebesar Rpxx Manajemen tidak
menyajkan persediaan tersebut pada nilai yang lebih rendah antara jumlah tercatat dan jumlah
terpulihkan namun menyajikannya semata-mata pada jumlah tercatat, yang merupakan
penyimpangan dan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia Catatan entitas menunjukkan
bahwa seandainya manajemen menyajikan persediaan pada nilai yang lebih rendah antara
jumlah tercatat dan jumlah terpulihkan, jumlah Rpxxx semestinya diakui untuk menurunkan
nilai persediaan ke nlai terpulhkan Oleh karena itu, harga pokok penjualan semestinya
meningkat sebesar Rpxxx, dan pajak penghasilan, laba bersih serta ekuitas pemegang saham
semestinya turun masing-masing sebesar Rpxxx, Rpxxx, Rpxxx.
Opini Wajar dengan Pengecualian
Menurut opini kami, kecuali dampak dari hal yang telah kami jelaskan dalam paragraf Basis
untuk Opini Wajar dengan Pengecualian, laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam
semua hal yang material, posisi keuangan Entitas ABC pada tanggal 31 Desember 20x1 dan
kinerja keuangan, serta arus kas untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
Laporan atas Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Lain
[Bentuk dan isi bagian laporan auditor ini akan bervariasi tergantung dani sifat
tanggungjawab pelaporan lain auditor]
[Tanda tangan auditor]
[Tanggal laporan auditor]
[Alamat auditor]

Kondisi yang melingkupi laporan audit independen di atas mencakup hal-hal berikut:
• Audit atas suatu laporan keuangan lengkap bertujuan umum yang disusun oleh manajemen
entitas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
• Syarat-syarat perikatan audit mencerminkan penjelasan tentang tanggungjawab manajemen
atas laporan keuangan dalam SA 210.
• Persediaan disajikan salah. Kesalahan penyajian dipandang material namun tidak pervasif
terhadap laporan keuangan.
• Sebagai tambahan untuk audit atas laporan keuangan, auditor memiliki tanggungjawab
pelaporan yang disyaratkan oleh ketentuan hukum tertentu.

29
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Laporan audit adalah media formal yang digunakan oleh auditor dalam
mengomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan tentang kesimpulan atas
laporan keuangan yang di audit. Dalam menerbitkan laporan audit, auditor harus
memenuhi empat standar pelaporan yang ditetapkan dalam standar auditing yang
berlaku umum. Ada 5 pokok tipe laporan audit yang diterbitkan oleh auditor adalah :
1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (Unqualified Opinion)
2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas yang ditambahkan
dalam laporan audit bentuk baku (Unqualified Opinion Explanatory Lenguage)
3. Pendapat wajar dengan pengecualian (Qualified Opinion)
4. Pendapat tidak wajar (Adverse Opinion)
5. Pernyataan tidak memberikan pendapat (Disclimer Opinion)
Kondisi yang menyebabkan penyimpangan, kondisi-kondisi tertentu yang tidak
memungkinkan auditor menerbitkan laporan. Penyimpangan dari laporan
tergolong dalam salah satu dari dua kategori berikut :
1. Laporan standar dengan bahasa penjelas
2. Jenis-jenis pendapat lain
B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu penulis senantiasa dengan lapang dada menerima
bimbingan dan arahan serta saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi perbaikan karya-karya berikutnya.

30
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al Haryono., 2014.Auditing Edisi II. Yogyakarta: STIE YKPN.


Ikhsan, Arfan. Dkk., 2018. Auditing Pemeriksa Akuntansi. Medan: Madenatera.

31

Anda mungkin juga menyukai