Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH AUDITING 1

“Laporan Auditing”

DOSEN PEMBIMBING:

NINA YULIANASARI, S.E., M.Si

DISUSUN OLEH :

Salsa Billha Sumitha 21040019


Melani Isabela 21040041
Elika Guspa 21040012
Rahmat Alamsyah 21040032

PRODI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PROF. DR. HAZAIRIN, SH

BENGKULU

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur, penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Auditing” tepat
pada waktunya.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok pada Mata Kuliah
Auditing 1 Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat terwujud berkat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada Nina
Yulianasari, S.E., M.Si selaku Dosen Mata Kuliah Auditing 1 Universitas Prof. DR. Hazairin,
SH yang telah memberikan tugas untuk membuat makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal ini
disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena
itu, kritik dan saran konstruktif dari pembaca sangat penulis harapkan. Akhirnya, penulis
berharap bahwa makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan di dunia pendidikan.

Bengkulu, 29 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB 1.........................................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4

1.3 Tujuan..............................................................................................................................4

BAB 2.........................................................................................................................................5

2.1 Laporan Audit..................................................................................................................5

2.2 Bagian-bagian Standar Laporan Audit.............................................................................6

2.3 Kondisi Laporan Wajar Tanpa Pengecualian.................................................................10

2.4 Laporan Audit Tanpa Pengecualian dengan Paragraph Penjelasan atau Modifikasi Kata
..............................................................................................................................................11

2.5 Laporan Audit yang Berbeda dengan Laporan Audit Tanpa Pengecualian...................15

2.6 Proses Keputusan Auditor untuk Laporan Audit...........................................................18

BAB 3.......................................................................................................................................20

3.1 Kesimpulan....................................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................21

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Audit merupakan proses sistematis yang dilakukan oleh auditor untuk mendapatkan
dan mengevaluasi bukti atas peristiwa ekonomis sebuah perusahaan serta menyertakan
kewajaran berdasarkan standar yang telah ditentukan serta menyampaikan hasil-hasil temuan
yang didapatkan kepada pihak yang mempunyai kepentingan. Perusahaan di haruskan untuk
menjalankan fungsi pengawasan yang baik yaitu dalam mempertanggung jawabkan
penggunaan pendanaan untuk menjalankan kegiatan usaha yang mampu memberikan jaminan
terhadap terlaksananya kegiatan yang menyuluruh pada sektor perusahaan.

Audit adalah bagian dari memeriksa laporan keuangan yang terdapat didalam
perusahaan. Kualitas dari hasil audit juga harus diperhatikan. Saat ini kualitas audit oleh
auditor perusahaan masih menjadi pusat perhatian berbagai pihak salah satunya klien. Hal ini
dikarenakan kurang transparansinya temuan audit yang dapat terdeteksi oleh auditor.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Laporan Audit?
2. Bagaimana bagian-bagian dari Standar Laporan Audit?
3. Bagaimana Kondisi Laporan Wajar tanpa Pengecualian?
4. Bagaimana Laporan Audit tanpa Pengecualian dengan Paragraph Penjelasan atau
Modifikasi Kata?
5. Bagaimana Laporan Audit yang berbeda dengan Laporan Audit tanpa Pengecualian?
6. Bagaimana proses keputusan Auditor untuk Laporan Audit?

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami tentang Laporan Audit dimana mencakup bagian
bagian, kondisi serta keputusan untuk Laporan Audit.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Laporan Audit


Laporan audit merupakan media komunikasi antara auditor dan pengguna laporan
keuangan. Laporan audit disebut sebagai media komunikasi karena laporan audit
menyampaikan hasil dari proses audit kepada pengguna laporan keuangan. Menurut Mulyadi
(2002), laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi
dengan masyarakat lingkungannya. Hal ini juga menunjukkan bahwa laporan audit juga
merupakan sumber informasi. Dengan demikian diharapkan agar laporan audit ini dapat
memberikan pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.

Yang dimaksud dengan laporan audit atau audit report yaitu laporan auditor
yang menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan dengan norma pemeriksaan
akuntan disertai dengan pendapat mengenai kewajaran atas laporan keuangan perusahaan
yang diperiksa, jenis pendapat yang dikenal ialah wajar tanpa syarat (unqualified clean),
wajar dengan syarat (qualified), menolak dengan memberikan pendapat (adverse), dan
menolak tanpa memberikan pendapat sama sekali (disclaimer).

 Laporan Audit Bentuk Pendek


Proses audit berakhir dengan diterbitkannya laporan audit. Laporan audit
disusun setelah auditor menyelesaikan pekerjaan lapangan (audit field works). Ada
dua bentuk utama laporan audit: laporan audit bentuk pendek dan laporan audit
bentuk panjang, Pertimbangan yang digunakan oleh auditor dalam menerbitkan
laporan audit bentuk pendek atau panjang tergantung pada kebutuhan klien.
Kebutuhan klien ini biasanya ditentukan oleh kebutuhan pemakai laporan audit
(misalnya bank dan pemegang saham). Ditinjau dan isinya, laporan audit bentuk
panjang merupakan perluasan isi laporan audit bentuk pendek.
Laporan audit bentuk pendek baku terdiri dari tiga paragraf: paragraf
pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat. Dalam penyajiannya, laporan
audit bentuk pendek ini dilampiri dengan laporan keuangan auditan dan catatan atas
laporan keuangan auditan tersebut. Sebagaimana dijelaskan dalam paragraf pengantar
laporan audit, laporan keuangan auditan adalah tanggung jawab manajemen

5
perusahaan. Dan karena catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tidak
terpisahkan dari laporan keuangan, maka catatan atas laporan keuangan merupakan
tanggung jawab manajemen pula. Dengan demikian hanya laporan audit yang menjadi
tanggung jawab auditor.
 Laporan Audit Bentuk Panjang
Laporan audit bentuk panjang merupakan perluasan dari laporan audit dengan
bentuk pendek. Keputusan seorang auditor apakah harus menerbitkan laporan bentuk
pendek atau panjang ditentukan oleh kebutuhan kliennya. Kebutuhan kliennya ini
ditentukan oleh kebutuhan dari para penerima atau pemakai laporan audit. Isi berasal
dari laporan audit bentuk panjang adalah sebagai berikut:
1. Laporan audit bentuk pendek.
2. Daftar berbagai unsur spesifik yang terdapat di di dalam laporan keuangan,
seandainya seperti daftar umur piutang.
3. Data statistic, seandainya seperti distribusi penjualan pelanggan besar dan
pelanggan kecil.
4. Komentar yang memiliki pembawaan penjelasan, seandainya seperti penjelasan
tentang metode akuntansi, kebijakan dukungan kredit, atau transaksi antar pihak
intern perusahaan.
5. Penjelasan tentang lingkup audit, seandainya seperti kuantitas surat konfirmasi
piutang yang dikirimkan, diterima jawabannya, dan kuantitas yang memuat kesalahan
dan yang tidak.
Laporan audit bentuk panjang kebanyakan diminta oleh pemilik dan manajer
perusahaan kecil yang tidak membawa staf akuntansi untuk menghasilkan secara
tertib laporan yang berwujud analitik.

2.2 Bagian-bagian Standar Laporan Audit


Agar dapat memahami laporan keuangan, standar profesional IAPI menyediakan
format baku atas laporan auditor, seperti diilustrasikan dalam laporan audit tanpa
pengecualian dalam Figur 23-1 (b). Auditor boleh sedikit mengubah kata-kata atau
penyajiannya, tetapi harus memiliki pengertian yang sama.

Menurut Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), 2021. Standar laporan audit tanpa
pengecualian terdiri atas tujuh bagian yang terpisah dan diberi label dengan huruf cetak tebal
di samping Figur 23-1 (a) dan (b).

6
 Judul laporan.
Standar audit mensyaratkan bahwa laporan harus diberi judul dan judulnya
memasukkan kata independen. Misalnya, judul yang tepat adalah "laporan auditor
independen", atau "opini akuntan independen". Persyaratan tersebut menegaskan
kepada pengguna laporan keuangan bahwa audit tidak bias dalam segala aspek.
 Alamat laporan audit.
Laporan biasanya dialamatkan kepada perusahaan, pemegang sahamnya, atau
dewan direksi. Pada tahun-tahun terakhir ini, laporan tersebut biasanya khusus
dialamatkan kepada dewan direksi dan pemegang saham untuk mengindikasikan
bahwa auditor bersifat independen atas perusahaan.
 Paragraf pembuka.
Paragraf pertama laporan terdiri atas tiga hal: Pertama, berisi pernyataan
sederhana bahwa KAP sudah menyelesaikan audit. Hal ini dimaksudkan untuk
membedakan laporan ini dengan kompilasi laporan telaah. Paragraf ruang lingkup
(lihat bagian 4) menjelaskan tentang garis besar proses audit. Kedua, berisi daftar
laporan keuangan yang diaudit, termasuk tanggal neraca dan periode akuntansi untuk
laporan laba/rugi dan laporan aliran kas. Kata-kata pada laporan keuangan dalam
laporan ini harus sama dengan yang digunakan pada laporan keuangan yang dibuat
oleh manajemen. Perhatikan bahwa laporan pada Figur 23-1 (a) dan (b) merupakan
laporan keuangan komparatif. Oleh sebab itu, diperlukan pernyataan laporan untuk
dua tahun. Ketiga, paragraf pembuka menyatakan bahwa laporan ini adalah tanggung
jawab manajemen dan tanggung jawab auditor adalah memberikan opini atas laporan
berdasarkan audit. Tujuan dari pernyataan ini adalah mengomunikasikan bahwa
manajemen bertanggung jawab untuk memilih prinsip akuntansi berlaku umum,
membuat keputusan pengukuran dan pengungkapan dalam penerapan prinsip tersebut,
dan untuk menjelaskan peranan manajemen dan auditor.
 Paragraf ruang lingkup.
Paragraf ruang lingkup merupakan pernyataan faktual mengenai apa yang
dilakukan auditor dalam audit. Paragraf pertama menyatakan bahwa auditor
mengikuti standar audit yang diterima umum di Indonesia yang diterbitkan oleh IAPI.
Oleh karena laporan keuangan dibuat sesuai dengan prinsip akuntansi Indonesia dan
diaudit sesuai standar audit Indonesia serta informasinya tersedia di seluruh dunia

7
melalui internet, maka prinsip akuntansi yang digunakan di negara asal dalam
menyusun laporan keuangan dan standar audit yang diikuti auditor disebutkan dalam
laporan audit.
Paragraf ruang lingkup menyatakan bahwa audit didesain untuk mendapatkan
kepastian yang wajar bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji yang material.
Dengan memasukkan kata 'material' artinya auditor hanya bertanggung jawab dalam
menemukan salah saji yang material, bukan salah saji tidak material yang tidak
memengaruhi keputusan pengguna laporan. Pemakaian istilah kepastian yang wajar
dimaksudkan untuk menyampaikan bahwa auditor tidak dapat diharapkan
menghilangkan seluruh kemungkinan salah saji material yang muncul dalam laporan
keuangan. Dengan kata lain, audit menyediakan kepastian yang tinggi, tetapi bukan
jaminan.
Bagian akhir dari paragraf ruang lingkup membahas tentang akumulasi bukti
audit dan menyatakan bahwa auditor yakin bahwa bukti tersebut sudah benar sesuai
dengan kondisi saat opini disampaikan.Kata-kata berbasis pengujian mengindikasikan
bahwa pengambilan sampel telah dilakukan dan bukan melalui audit seluruh transaksi
dan jumlah dalam laporan. Bila paragraf pembuka pada laporan menyatakan bahwa
manajemen bertanggung jawab atas pembuatan dan isi laporan keuangan, maka
paragraf ruang lingkup menyatakan bahwa auditor mengevaluasi kebenaran dari
penerapan prinsip, estimasi akuntansi dan penyajian dan pengungkapan laporan
keuangan yang diberikan.
 Paragraf Opini.
Paragraf terakhir dalam laporan standar menyatakan tentang Kesimpulan
auditor berdasarkan hasil audit. Bagian laporan ini sangat penting sehingga seluruh
laporan audit merujuk pada opini auditor. Paragraf opini dinyatakan dalam bentuk
opini dan bukan pernyataan atas fakta absolut atau jaminan. Maksudnya adalah untuk
mengindikasikan bawa kesimpulan dibuat berdasarkan penilaian profesional. Istilah
pendapat kami mengindikasikan bahwa mungkin terdapat risiko informasi
sehubungan dengan laporan keuangan, meskipun laporan sudah diaudit. Auditor
disyaratkan untuk menyatakan opini atas laporan keuangan secara keseluruhan,
termasuk kesimpulan bahwa perusahaan telah mengikut prinsip akuntan berterima
umum di Indonesia.

8
Biasanya, pengadilan menyebutkan bahwa auditor bertanggung jawab untuk
memeriksa lebih dari sekadar prinsip akuntansi berlaku umum untuk menentukan
apakah informasi yang tertera menyesatkan pembacanya, meskipun jika prinsip sebut
diikuti. Banyak auditor yakin bahwa laporan keuangan “disajikan wajar” saat laporan
terus sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum, tetapi auditor perlu juga
memeriksa substansi dari transaksi dan saldo agar tidak menimbulkan informasi yang
menyesatkan.
 Tanda Tangan
Nama akuntan publik, nomor lisensi aktuntan publik, dan nomor lisensi kantor
akuntan publik. Nama tersebut mengidentifikasikan akuntan publik yang melakukan
audit (rekanan KAP). Nomor lisensi dari akuntan publik dan KAP juga diperlukan.
 Tanggal laporan audit.

Tanggal pelaporan yang tepat adalah salah satu yang harus dipenuhi dalam
prosedur ada di lapangan. Tanggal ini penting bagi pengguna lapuran karena
mengindikasikan tangga terakhir pertanggungjawaban auditor dalam melakukan
telaah atas kejadiankejadian penting yang terjadi setelah tanggal laporan keuangan.

9
Gambar 1. Figur 23-1(b)

2.3 Kondisi Laporan Wajar Tanpa Pengecualian


Laporan standar audit tanpa pengecualian diterbitkan saat kondisi berikut ini
dipenuhi.

a) Seluruh laporan neraca, laporan laba/rugi, laporan saldo laba, dan laporan aliran kas-
dimasukkan dalam laporan keuangan.
b) Tiga standar umum diikuti dalam seluruh penugasan.
c) Bukti yang tepat dan memadai telah diakumulasi dan auditor melakukan penugasan
sesuai dengan cara yang membuat ia dapat memastikan bahwa ketiga standar
pekerjaan lapangan sudah dipenuhi.
d) Laporan keuangan dinyatakan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum di
Indonesia. Hal ini juga berarti pengungkapan yang dimasukkan dalam penjelasan
tambahan dan bagian lain dalam laporan keuangan sudah memadai.

10
e) Tidak ada keadaaan yang memerlukan paragraf penjelasan tambahan atau modifikasi
dalam laporan.

Saat kondisi tersebut dipenuhi, laporan standar audit tanpa pengecualian seperti dalam
Figur 23-1 (b) dapat diterbitkan. Laporan standar audit tanpa pengecualian sering disebut
sebagai opini bersih karena tidak ada kondisi yang mensyaratkan kualifikasi atau modifikasi
dalam opini auidtor. Laporan standar audit tanpa pengecualian merupakan opini audit yang
paling umum. Kadang-kadang, kondisi di luar kendali auditor atau klien yang menyebabkan
opini bersih tidak dapat diterbitkan. Dalam banyak hal, perusahaan membuat perubahan
memadai atas pencatatan akuntansi untuk menghindari kualifikasi atau modifikasi dari
auditor.

Jika salah satu atau beberapa dari lima persyaratan untuk laporan standar audit tanpa
pengecualian tidak dipenuhi, maka laporan tersebut tidak dapat diterbitkan. Figur 23-2
mengindikasikan kategori laporan audit yang dapat diterbitkan auditor. Pengguna laporan
keuangan biasanya lebih memperhatikan laporan tanpa opini atau opini tidak wajar
dibandingkan dengan laporan tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan. Kategori lain
dari laporan audit akan dibahas dalam bagian berikut ini.

11
Gambar 2. Figur 23-2

2.4 Laporan Audit Tanpa Pengecualian dengan Paragraph Penjelasan atau


Modifikasi Kata
Laporan audit tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan atau modifikasi kata
juga telah memenuhi kriteria audit hasil yang memadai dan laporan keuangan yang disajikan
dengan wajar, tetapi auditor yakin perlunya menyediakan informasi tambahan. Dalam laporan
dengan pengecualian, laporan tidak wajar, dan laporan tanpa memberikan opini, auditor tidak
mendapatkan kepuasan dalam audit, tidak memperoleh laporan keuangan yang disajikan
dengan wajar, atau tidak independen.

Berikut ini adalah penyebab utama dari adanya paragraf penjelasan atau modifikasi
kata dalam laporan standar tanpa pengecualian:

 Kurangnya penerapan konsisten atas prinsip akuntansi berlaku umum


 Keraguan atas kelangsungan usaha perusahaan
 Auditor menyetujui adanya perbedaan dengan prinsip yang wajib diterapkan
 Penekanan atas suatu hal
 Pelaporan yang melibatkan auditor lain.

12
Keempat penyebab yang pertama mensyaratkan adanya paragraf penjelasan, Untuk setiap
kasus tiga standar paragraf pelaporan dimasukkan tanpa pengecualian dan paragraf
penjelasan yang terpisah sebelum paragraf opini.

Hanya laporan yang melibatkan adanya auditor lain yang menggunakan modifikasi
laporan auditor. Laporan ini meliputi tiga paragraf, dan keseluruhannya kata dalam
dimodifikasi.

1. Penerapan GAAP yang Kurang Konsisten

Standar pelaporan kedua mensyaratkan auditor memperhatikan kondisi di mana


prinsip akuntansi tidak diterapkan secara konsisten dalam periode berjalan bila dibandingkan
dengan periode sebelumnya Prinsip akuntansi berlaku umum mensyaratkan bahwa perubahan
dalam prinsip akuntansi berikut sifat dan dampaknya telah diungkapkan dengan memadai.
Saat muncul perubahan material, auditor harus memodifikasi laporan dengan menambahkan
paragraf penjelasan di bawah paragraf opini, yang membahas sifat perubahan dan
memberitahukan pembaca mengenai penjelasan tambahan yang membahas perubahan.
Materialitas perubahan dievaluasi berdasarkan dampak perubahan tahun berjalan. Paragraf
penjelasan ini dibutuhkan, baik untuk perubahan yang sukarela maupun yang diperlukan
sesuai ketentuan akuntansi yang baru.

Konsistensi versus Keterbandingan Auditor harus dapat membedakan antara


perubahan yang memengaruhi konsistensi dan perubahan yang dapat memengaruhi
perbandingan, tetapi tidak memengaruhi konsistensi. Berikut ini adalah contoh perubahan
yang memengaruhi konsistensi dan karena itu memerlukan paragraf penjelasan jika material:

 Perubahan dalam prinsip akuntansi, seperti perubahan dari penilaian persediaan FIFO
ke LIFO
 Perubahan entitas pelaporan, seperti dimasukkannya perusahaan tambahan dalam
laporan keuangan konsolidasi
 Koreksi atau kesalahan mengenai prinsip, dengan mengubah prinsip akuntansi yang
tidak berlaku umum menjadi berlaku umum, dengan memasukkan koreksi atas
kesalahan yang terjadi. Pada perubahan yang memengaruhi perbandingan, bukan
konsistensi, hal-hal berikut tidak perlu dimasukkan dalam laporan audit:
 Perubahan estimasi, seperti penurunan umur ekonomis aset untuk tujuan depresiasi

13
 Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip seperti kesalahan matematis pada
perhitungan tahun sebelumnya
 Variasi format dan penyajian dalam informasi keuangan
 Perubahan karena perbedaan transaksi atau kejadian yang substansial, seperti usaha
penelitian dan pengembangan yang luar biasa atau penjualan anak perusahaan

Bagian-bagian yang secara material memengaruhi keterbandingan laporan keuangan


biasanya memerlukan pengungkapan dalam penjelasan tambahan. Laporan audit dengan
pengecualian untuk pengungkapan yang tidak memad

2. Keraguan tentang Kelangsungan Usaha

Meskipun tujuan audit tidak ditujukan untuk mengevaluasi kesehatan keuangan suatu
bisnis, auditor memiliki tanggung jawab berdasarkan PSA 30 (SA 341) untuk mengevaluasi
apakah perusahaan memiliki kelangsungan usaha. Misalnya, keberadaan satu atau lebih dari
faktor berikut ini menyebabkan keraguan akan kemampuan perusahaan untuk memiliki
kelangsungan usaha, yaitu:

 Terjadi kerugian operasional cukup besar atau kurangnya modal kerja


 Ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban saat jatuh tempo
 Kehilangan konsumen terbesar, terjadinya bencana yang tidak diasuransikan, seperti
gempa bumi atau banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak lazim
 Tuntutan hukum, pelanggaran undang-undang, atau hal sejenis yang dapat
mengganggu kemampuan perusahaan dalam beroperasi.

Auditor memperhatikan situasi tersebut karena bisa muncul kemungkinan bahwa klien
tidak dapat melanjutkan operasi atau tidak mampu memenuhi kewajiban dalam periode yang
ditentukan. Untuk tujuan ini, ditentukan periode tidak lebih dari satu tahun dari tanggal saat
laporan keuangan diaudit.

Saat auditor menentukan bahwa terdapat keraguan substansial mengenai kemampuan


perusahaan dalam meneruskan usahanya, opini tanpa pengecualian dengan paragraf
penjelasan disyaratkan, tanpa memperhatikan pengungkapan dalam laporan keuangan.

PSA 30 mengizinkan tetapi tidak mensyaratkan diterbitkannya laporan tanpa opini bila
terjadi keraguan substansial dalam hal kelangsungan usaha. Kriteria untuk diterbitkannya
laporan tanpa opini selain penambahan paragraf penjelasan tidak disebutkan dalam standar,

14
dan jenis opini ini jarang diterbitkan dalam praktik. Contoh penerbitan laporan tanpa opini
adalah bila regulator, seperti Kementerian Lingkungan Hidup, memberikan sangsi berat
kepada perusahaan, dan jika hukumannya sangat berat, maka perusahaan bisa saja dilikuidasi.

3. Auditor Menyetujui Adanya Perbedaan dengan Prinsip yang Wajib Diterapkan

Kode Etik IAPI menyebutkan bahwa pada situasi tertentu, tidak diterapkannya suatu
prinsip akuntansi berlaku umum tidak harus disertai opini dengan pengecualian atau pun
tanpa opini. Meskipun demikian, untuk memberikan opini tanpa pengecualian, auditor harus
menyatakan dan menjelaskan, dalam paragraf yang terpisah atau paragraf dalam laporan
audit, bahwa dengan mematuhi prinsip akuntansi justru akan memberikan hasil yang
menyesatkan.

4. Penekanan atas Suatu Hal

Dalam situasi tertentu, seorang akuntan publik ingin menekankan pada hal-hal
tertentu mengenai laporan keuangan, meskipun ia bermaksud memberikan opini tanpa
pengecualian. Biasanya, informasi penjelasan harus dimasukkan pada paragraf terpisah dalam
laporan. Contoh informasi penjelasan yang dilaporkan auditor sebagai penekanan atas suatu
hal meliputi hal berikut ini.

 Adanya transaksi yang signifikan dengan pihak terkait


 Kejadian penting yang terjadi setelah tanggal neraca
 Penjelasan atas hal akuntansi yang memengaruhi keterbandingan laporan keuangan
dengan tahun sebelumnya
 Ketidakpastian material yang diungkapkan dalam penjelasan tambahan.

5. Laporan yang Melibatkan Auditor Lain

Saat akuntan publik, bergantung pada KAP lain untuk melakukan bagian tertentu dari
audit, yang biasanya terjadi bila klien memiliki cabang atau subdivisi yang banyak dan
tersebar, KAP utama memiliki tiga alternatif. Hanya alternatif kedua yang menghasilkan
laporan tanpa pengecualian dengan modifikasi kata.

 Tidak Membuat Referensi dalam Laporan Audit


Saat tidak diberikan referensi kepada auditor lainnya, opini standar tanpa
pengecualian diberikan kecuali jika ada kondisi lain yang memerlukan perubahan.

15
Pendekatan ini biasanya diikuti saat auditor lain mengaudit bagian laporan yang tidak
material, auditor lain disupervisi dengan ketat oleh auditor utama, atau auditor utama
telah menelaah secara saksama hasil kerja auditor lain tersebut. Auditor lain masih
bertanggung jawab atas laporan dan pekerjaannya sendiri saat terjadi tuntutan hukum
atau ditindak oleh Bapepam-LK.
 Membuat Referensi dalam Laporan (Laporan dengan Modifikasi Kata)
Jenis laporan ini disebut opini atau laporan bersama. Laporan bersama tanpa
pengecualian boleh dilakukan bila hasil kerja auditor lain tidak dapat ditelaah atau
bila bagian dari laporan keuangan yang diaudit oleh KAP lain merupakan bagian
material dari keseluruhannya.
 Memberikan Opini dengan Pengecualian
Opini dengan pengecualian dan tidak memberikan opini, bergantung pada
materialitas, yang disyaratkan jika auditor utama tidak mau mengasumsikan bahwa
terdapat tanggungjawab atas pekerjaan yang dilakukan auditor lain. Auditor utama
juga memutuskan bahwa kualifikasi diperlukan untuk laporan keseluruhan jika
auditor lain memberikan opini dengan pengecualian dalam bagian auditnya. Opini
dengan pengecualian dan tidak memberikan opini akan dibahas pada bagian
berikutnya

2.5 Laporan Audit yang Berbeda dengan Laporan Audit Tanpa Pengecualian
Auditor dan pembaca laporan keuangan perlu memahami kondisi saat laporan tanpa
pengecualian tidak tepat untuk diterbitkan dan jenis-jenis laporan audit yang diterbitkan
dalam masing-masing kondisi. Dalam materi mengenai laporan audit yang berbeda dari
laporan audit tanpa pengecualian, terdapat tiga topik yang berkaitan erat yaitu kondisi yang
mensyaratkan tidak diterbitkannya opini tanpa pengecualian, jenis opini selain opini tanpa
pengecualian, dan materialitas.

 Ruang Lingkup Audit Dibatasi (Pembatasan Ruang Lingkup)


Saat auditor tidak dapat mengakumulasi bukti yang memadai untuk
menyimpulkan bahwa laporan keuangan dinyatakan sesuai dengan GAAP,
pembatasan ruang lingkup pun muncul. Terdapat dua penyebab pembatasan ruang
lingkup yaitu :

16
 Pembatasan yang disebabkan dari klien
Contoh dari pembatasan klien adalah manajemen menolak untuk mengizinkan
auditor mengonfirmasi piutang penting atau memeriksa persediaan secara
fisik.
 Pembatasan yang disebabkan karena kondisi di luar kendali klien atau auditor.
Contoh dari restriksi yang disebabkan karena kondisi lain adalah bila
penugasan tidak disetujui sampai akhir tahun pembukuan klien. Pengamatan
fisik atas persediaan, konfirmasi piutang, atau penjalanan prosedur lain setelah
tanggal neraca tidak mungkin dilakukan.
 Laporan Keuangan Tidak Dibuat Sesuai Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (Berbeda
dengan GAAP)
Misalnya, jika klien memaksa penggunaan biaya penggantian aset tetap atau
penilaian persediaan pada harga jual, sedangkan seharusnya menggunakan harga
historis, maka auditor tidak dapat memberikan opini tanpa pengecualian. Jika konteks
ini merujuk pada prinsip akuntansi, maka pertimbangan mengenai kecukupan seluruh
pengungkapan informasi, termasuk penjelasan tambahan, sangat penting
 Auditor Tidak Independen
Independensi biasanya ditentukan dari Peraturan 101 pada Kode Etik. Bila
salah satu dari tiga kondisi di atas terjadi dan material, maka laporan selain laporan
tanpa pengecualian harus diterbitkan. Tiga jenis laporan audit diterbitkan di bawah
kondisi berikut: opini dengan pengecualian, opini tidak wajar, atau tidak memberikan
opini.
1. Opini dengan Pengecualian
Laporan opini dengan pengecualian adalah laporan yang dapat
dihasilkan dari pembatasan ruang lingkup auditor atau tidak diterapkannya
prinsip akuntansi berlaku umum. Laporan opini dengan pengecualian dapat
digunakan hanya saat auditor menyimpulkan bahwa keseluruhan laporan
keuangan dinyatakan dengan wajar. Laporan dengan tidak memberikan opini
atau opini menolak harus digunakan jika auditor yakin bahwa kondisi yang
dilaporkan sangat material. Oleh karena itu, opini dengan pengecualian
merupakan opini yang paling baik setelah opini tanpa pengecualian.
Laporan dengan pengecualian dapat berbentuk pengecualian atas ruang
lingkup dan opini atau pun opini itu saja. Pengecualian ruang lingkup atau

17
opini dapat diterbitkan hanya jika auditor tidak dapat mengakumulasi seluruh
bukti yang disyaratkan dalam standar akuntansi yang berlaku umum. Oleh
karena itu, jenis pengecualian ini digunakan ketika ruang lingkup auditor
dibatasi oleh klien atau jika muncul kondisi yang menyebabkan auditor tidak
dapat melakukan audit secara lengkap. Pemakaian pengecualian pada opini
sendiri dibatasi pada situasi di mana laporan keuangan tidak dilaporkan sesuai
GAAP.
Saat seorang auditor menerbitkan laporan dengan pengecualian, ia
harus menggunakan istilah kecuali untuk paragraf opini. Implikasinya adalah
bahwa auditor yakin bahwa keseluruhan laporan keuangan dinyatakan dengan
wajar "kecuali pada" kondisi tertentu. Tidak dibenarkan menggunakan istilah
kecuali pada untuk jenis opini audit lainnya.

2. Opini Tidak Wajar

Opini tidak wajar digunakan hanya jika auditor yakin bahwa


keseluruhan laporan keuangan secara material telah salah saji atau
menyesatkan karena tidak dinvatakan dengan wajar sesuai posisi keuangan
atau hasil operasi dan aliran kas sesuai GAAP. Laporan audit dengan opini
tidak wajar dapat muncul bila auditor mengetahui, setelah melakukan
investigasi memadai, ketidaksesuaian dengan GAAP. Hal ini tidak lazim dan
jarang digunakan

3. Tidak Memberikan Opini

Laporan dengan tidak memberikan opini diterbitkan bila auditor tidak


dapat meyakinkan dirinya bahwa laporan keuangan keseluruhan dinyatakan
dengan wajar. Perlunya menolak memberikan opini muncul bila terdapat
pembatasan ruang lingkup luar biasa kepada auditor atau terdapat hubungan
yang tidak independen sesuai Kode Etik antara auditor dan klien. Salah satu
dari situasi ini membuat auditor tidak dapat memberikan opini kepada laporan
keuangan secara keseluruhan. Auditor juga dapat memiliki opsi untuk
menerbitkan tidak adanya opini atas terjadinya masalah kelangsungan usaha.

Perbedaan antara tidak memberikan opini dan opini tidak wajar


terletak pada kurangnya pengetahuan. Auditor harus memiliki cukup

18
pengetahuan bahwa laporan keuangan tidak dinyatakan dengan wajar untuk
dapat menerbitkan opini tidak wajar. Baik tidak memberikan opini atau opini
tidak wajar hanya digunakan pada kondisi yang sangat material.

2.6 Proses Keputusan Auditor untuk Laporan Audit


Auditor menggunakan proses yang baik untuk menentukan laporan audit yang tepat
pada situasi tertentu. Auditor pertama kali harus menilai kondisi yang ada dan mensyaratkan
perbedaan dari laporan standar tanpa pengecualian. Jika kondisi lain muncul, maka auditor
harus menilai materialitas kondisi tersebut dan menentukan jenis laporan yang tepat.

1. Terdapat Lebih dari Satu Kondisi yang Mensyaratkan Perbedaan atau Modifikasi

Auditor sering menemukan situasi yang melibatkan lebih dari satu kondisi yang
mensyaratkan perbedaan dari laporan tanpa pengecualian atau modifikasi laporan standar.
Dalam kondisi tersebut, auditor harus memodifikasi opininya untuk setiap kondisi, kecuali
jika ada suatu kondisi yang berdampak pada netralisasi kondisi lainnya. Misalnya, jika
terdapat pembatasan ruang lingkup dan situasi di mana auditor tidak independen, maka
pembatasan ruang lingkup tidak perlu diungkapkan. Situasi berikut ini adalah contoh di mana
terjadi lebih dari satu modifikasi yang harus dimasukkan dalam laporan:

 Auditor tidak independen dan auditor tahu bahwa perusahaan tidak mengikuti
prinsip akuntansi berlaku umum
 Terdapat pembatasan ruang lingkup dan keraguan substansial mengenai
kemampuan perusahaan atas kelangsungan usahanya
 Terdapat keraguan substansial mengenai kemampuan perusahaan dalam
kelangsungan usahanya dan informasi mengenai penyebab ketidakpastian
yang diungkapkan secara tidak memadai dalam penjelasan tambahan
 Terdapat selisih antara pembuatan laporan sesuai dengan GAAP dan prinsip
akuntansi lainnya yang diaplikasikan dengan basis yang tidak konsisten
dengan tahun sebelumnya.

2. Jumlah Paragraf dalam Laporan

Banyak pembaca menginterpretasikan jumlah paragraf dalam laporan sebagai sinyal


penting apakah laporan keuangan sudah disajikan dengan benar. Laporan tiga paragraf
biasanya menunjukkan tidak ada pengecualian dalam audit. Akan tetapi, laporan tiga paragraf

19
juga diterbitkan ketika auditor tidak memberikan opini karena pembatasan ruang lingkup atau
untuk laporan tanpa pengecualian gabungan yang melibatkan auditor lain. Lebih dari tiga
paragraf mengindikasikan adanya beberapa jenis pengecualian atau penjelasan yang
diperlukan.

20
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laporan audit atau audit report yaitu laporan auditor yang menyatakan bahwa
pemeriksaan telah dilakukan dengan norma pemeriksaan akuntan disertai dengan pendapat
mengenai kewajaran atas laporan keuangan perusahaan yang diperiksa. Ada dua bentuk
utama laporan audit yaitu laporan audit bentuk pendek dan laporan audit bentuk Panjang. Isi
laporan audit bentuk pendek terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraph pengantar, paragraf
lingkup dan paragraph pendapat.

Penyusunan isi laporan audit di dasarkan pada empat standar pelaporan yang terdapat
dalam standar auditing. Pendapat auditor dipengaruhi oleh materialitas informasi yang
diperolehnya dalam auditnya. Jika menurut pertimbangan auditor, informasi yang ditemukan
dalam auditnya tidak material, dampaknya terhadap kewajaran laporan keuangan yang
diauditnya, auditor memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan
auditan. Jika informasi tersebut material, namun tidak mempengaruhi kewajaran laporan
keuangan secara keseluruhan, auditor masih dapat memberikan pendapat wajar dengan
pengecualian atas laporan keuangan auditan.

Namun, jika menurut pertimbangan auditor, informasi yang ditemukan dalam


auditnya sangat material dampaknya terhadap kewajaran laporan keuangan auditan, auditor
memilih untuk tidak memberikan pendapat atau memberikan pendapat tidak wajar atas
laporan keuangan auditan.

21
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A. Baesley, Marks s. Elder, Randal J. Jasa Audit dan AssurancePendekatan
Terpadu (Adaptasi Indonesia). Buku 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta 2008.

https://falahbilayudha.blogspot.com/2013/04/laporan-audit.html?m=1

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), “Standar Profesional Akuntan Publik: SA 700”,
(https://iapi.or.id/Iapi/detail/362, diakses 18 Juli 2021, 2021).

Iwan Koerniawan, S.E., M.Th., M.Si. Auditing : Konsep dan Teori Pemeriksa Akuntansi

Mulyadi, 2002. Auditing 1: Edisi Enam, Jakarta: Salemba Empat.

22

Anda mungkin juga menyukai