Anda di halaman 1dari 19

OPINI/ PENDAPAT AUDITOR DAN LAPORAN AUDITOR

MATERI V
Mata Kuliah : Pemeriksaan Akuntansi (Auditing) (SPBIS 16337)
Dosen Pengasuh : 1. Dr. Anthon S. Y. Kerihi, SE, M.Si,. 2. Arjuna Purba, S.E., MM

Oleh : Kelompok 3
No. Nama Mahasiswa NIM Dosen Wali
1. Yeriko Pratama Adoe 2003020057 Dr. Anderias. S. W. Langga,M.Si
2. Lidwine .Y. S. N. Sene 2003020001 Dr. Khalid K, Moenardy, M.Si
3
3. Yulia Marsela Raya 2003020024 Dr. Khalid K, Moenardy, M.Si
4. Katarina Kewa Goweng 2003020109 Drs. Yohanes Samuel Sarong,
M.Si

SEMESTER VI A
PROGRAM STUDI ADMINISTRASI BISNIS
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2023

1
DAFTAR ISI

BAB III OPINI/ PENDAPAT AUDITOR DAN LAPORAN AUDITOR

3.1. Latar Belakang..............................................................................................................3

3.2. Materi............................................................................................................................3

3.2.1 Jenis-jenis opini/pendapat auditor dan faktor- faktor

yang mempengaruhi opini auditor......................................................................3

3.2.2 Laporan auditor bentuk standar...........................................................................10

3.2.3 Laporan auditor yang menyimpang dari bentuk standar.....................................13

3.3 Kesimpulan....................................................................................................................16

3.4. Contoh Kasus................................................................................................................17

3.5. Soal Latihan atau Bahan Diskusi..................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………....19

2
BAB III

OPINI/ PENDAPAT AUDITOR DAN LAPORAN AUDITOR

3.1. Latar Belakang

Laporan adalah kesempatan bagi auditor internal untuk mendapatkan perhatian penuh dari
manajemen. Begitulah seharusnya cara seorang auditor memandang pelaporan sebagai sebuah
kesempatan dan bukan sebuah tugas yang membosankan, kesempatan yang sempurna untuk
menunjukkan kepada manajemen bagaimana seorang auditor dapat memberikan bantuan.
Seringkali auditor membuang kesempatan emas yang mampu membuka mata manajemen ini,
untuk menunjukkan kepada manajemen apa-apa yang telah mereka capai dan apa-apa yang
dapat mereka capai, untuk menjelaskan hal-hal yang perlu diketahui dan dikerjakan oleh
manajemen. Auditor internal membuang kesempatan ini dengan menggunakan cara penulisan
yang datar, merasa puas atas format pelaporan yang tidak menarik, membuat tuduhan-tuduhan
yang tidak dapat menahan sanggahan, mengambil kesimpulan-kesimpulan yang tidak berdasar
dan tidak logis, serta melaporkan temuan tanpa memberikan solusinya. Auditor hendaknya
mengunakan laporan-laporan mereka seperti seorang vendor yang mengunakan sebuah
kesempatan untuk mempresentasikan produk- produknya kepada direktur suatu perusahaan,
sebuah peluang untuk melakukan presentasi yang telah disiapkan, teruji dan tervisualisasikan
dengan baik.

3.2 Materi

3.2.1. Jenis-Jenis Opini/Pendapat Auditor Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pini Auditor

 Pengertian Opini /Pendapat Auditor

Opini atau pernyataan pendapat merupakan kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit dan
diberikan atas pertimbangan professional akuntan yang telah diatur dalam SPAP. Opini auditor
adalah pendapat yang dikeluarkan oleh auditor mengenai kewajaran laporan keuangan auditan,
dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan laporan keuangan
tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum. Auditor mempunyai fungsi meningkatkan
mutu penyajian laporan keuangan perusahaan kepada masyarakat, yaitu dengan cara
melaksanakan audit atas kewajaran laporan keuangan ditinjau dari kesesuaian dengan prinsip
3
akuntansi berterima umum. Selain itu, auditor juga memberikan sumbangan kepada masyarakat
dalam menjadikan laporan keuangan berbagai perusahaan dapat diperbandingkan, sehingga
masyarakat dapat mempertimbangkan dengan baik keputusan yang akan diambil dalam
menginvestasikan dananya.

 Jenis-jenis Opini Auditor

Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam proses audit atapun
proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan informasi utama yang dapat
diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan
yang diperolehnya. Berdasarkan standar professional akuntan publik seksi 508, pendapat
auditor dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu :

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian

Pendapat ini dikeluarkan auditor jika tidak adanya pembatasan terhadap auditor dalam lingkup
audit dan tidak ada pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar
akutansi keuangan dalam laporan keuangan disertai dengan pengungkapan yang memadai dalam
laporan keuangan. Laporan audit tipe ini merupakan laporan yang paling diharapkan dan
dibutuhkan oleh semua pihak. Baik oleh klien maupun oleh auditor. Ada beberapa kondisi laporan
keuangan yang harus dipenuhi untuk menilai laporan keuangan yang dianggap menyajikan secara
wajar kepada posisi keuangan dan hasil suatu organisasi agar sesuai dengan standar akuntansi
keuangan yaitu:

 Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan


keuangan,
 Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
 Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan
dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi keuangan. .
2. Pendapat wajar dengan pengecualian

Ada beberapa kondisi yang mengharuskan seorang auditor memberikan pendapat wajar
dengan pengecualian, diantaranya yaitu :

 Klien membatasi ruang lingkup audit

4
 Kondisi-kondisi yang ada diluar kekuasaan klien ataupun auditor menyebabkan auditor
tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting
 Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan
 Ketidakkonsistenan penerapan standar akuntansi keuangan yang digunakan dalam
menyusun laporan keuangan
3. Pendapat tidak wajar
Pendapat ini merupakan kebalikan dari pendapat wajar tanpa pengecualian. Auditor
memberikan pendapat tidak wajar jika laporan keuangan klien tidak menyajikan secara wajar
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan klien. Hal ini
disebabkan karena laporan keuangan tidak disusun berdasar standar akuntansi keuangan.
Selain itu pendapat tidak wajar disebabkan karena ruang lingkup auditor dibatasi sehingga
bukti kompeten yang cukup untuk mendukung pendapatnya tidak dapat dikumpulkan. Jika
laporan keuangan diberi pendapat tidak wajar oleh auditor maka informasi yang disajikan klien
dalam laporan keuangan sama sekali tidak dapat dipercaya, sehingga tidak dapat dipakai oleh
pemakai informasi keuangan untuk pengambilan keputusan.
4. Pernyataan tidak memberikan pendapat
Jika auditor tidak memberikan pendapat atas objek audit, maka laporan ini disebut lampiran
tanpa pendapat (adverse opinion). Hal ini disebabkan beberapa kondisi, yaitu adanya
pembatasan yang sifatnya luar biasa terhadap lingkungan auditnya, kemudian karena auditor
tidak independen dalam hubungan dengan kliennya. Perbedaan antara pernyataan tidak
memberikan pendapat dengan pendapat tidak wajar adalah pendapat tidak wajar ini diberikan
dalam keadaan auditor mengetahui adanya ketidakwajaran dalam laporan keuangan klien,
sedangkan auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (no opinion) karena ia tidak cukup
memperoleh bukti mengenai kewajaran laporan keuangan auditan atau karena ia tidak
independen dalam hubungannya dengan klien.
 Faktor-Faktor yang Mempenngaruhi Opini Auditor

1. Pertumbuhan Perusahaan (Penjualan dan Laba)


Pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan rasio pertumbuhan penjualan dan
pertumbuhan laba. Penjualan dan Laba memiliki potensi informasi yang sangat penting
bagi pihak internal maupun eksternal. Berkaitan dengan informasi penjualan dan laba,
pemilik perusahaan berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk menilai sukses
5
tidaknya manajer dalam memimpin perusahaan karena sukses tidaknya manajer dalam
memimpin perusahaan adalah dinilai atau diukur dengan penjualan yang akhirnya dapat
dihitung/dinilai laba yang diperoleh perusahaan. Sedangkan manajer atau pimpinan
perusahaan berkepentingan terhadap laporan keuangan untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk mendanai ekspansi di masa yang akan datang. Penjualan dan laba
merupakan tujuan utama auditee. Auditee yang mempunyai rasio pertumbuhan penjualan
yang positif akan berbanding lurus dengan laba yang dihasilkan, hal ini mengindikasikan
bahwa auditee dapat rnempertahankan posisi ekonominya dan lebih dapat mempertahankan
kelangsungan hidupnya ( going concern).
Penjualan yang terus meningkat dari tahun ke tahun yang artinya laba pun
meningkat akan memberi peluang auditee untuk mempertahankan kelangsungan hidup
perusahaan. Semakin tinggi rasio pertumbuhan penjualan dan laba auditee, akan semakin
kecil kemungkinan auditor untuk tidak menerbitkan opini audit going concern.
2. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari
pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individual atau kombinasi dari
kedua laporan tersebut (Munawir, 2002). Dilihat dari sumber pembentukan rasio, maka rasio
keuangan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu:

1) Rasio-rasio neraca (balance sheet ratios)


adalah rasio-rasio yang disusun dari data dalam neraca.
2) Rasio-rasio laporan laba rugi ( income statement ratios )

adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari data dalam laporan laba rugi.

3) Rasio-rasio antara laporan ( intern statement ratios )


adalah rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya berasal dari
laporan laba rugi. Pada prinsipnya rasio keuangan terdiri dari:
 Rasio Likuiditas, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuh
kewajiban financial jangka pendek.
 Rasio Profitabilitas, digunakan untuk mengukur tingkat kemampuan suatu perusahaan
untuk menghasilkan laba.

6
 Rasio Leverage, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi
total kewajibannya.
 Rasio Solvobilitas, digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang jika perusahaan tersebut dilikuidasi, baik kewajiban jangka pendek maupun jangka
panjang.
 Rasio Aktifitas, digunakan untuk mengukur seberapa besar efektifitas perusahaan dalam
menggunakan sumber - sumber dananya atau menggambarkan seberapa besar kemampuan
asset perusahaan untuk menciptakan penjualan.
3. Kualitas Audit

Kualitas audit didasarkan pada kepercayaan pemakai jasa auditor. Reputasi auditor sering
digunakan sebagai proksi atas kualitas auditor, namun demikin dalam penelitian kompetensi dan
indepedensi masih jarang digunakan untuk melihat seberapa besar kualitas auditor secara actual
(Ruiz Barbadillo et al. (2004) dalam Dedi Kristianto (2008)).

Silvi (2007) pada Dedi kristianto (2008) meneliti dengan mengunakan variable reputasi
auditor, pertumbuhan perusahaan (penjualan), opini audit tahun sebelumnya, ukuran perusahaan
terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern pada perusahaan manufaktur.
Hasilnya hanya variable ukuran perusahaan yang tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian
opini audit going concern, sedangkan variable yang lain berpengaruh terhadap kemungkinan
pemberian opini audit going concern.

Barkah (2007) meneliti dengan menggunakan variabel kualitas audit, kondisi keuangan dengan
menggunakan prediksi kebangkrutan opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan
(penjualan) pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitiannya bahwa variabel kondisi keuangan,
opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan tersebut berhubungan dengan
kemungkinan pemberian opini audit going concern, sedangkan variabel kualitas audit dengan
proksi reputasi KAP tidak ada korelasi dengan pemberian opini audit going concern.

Dewi Ekawati (2009) meneliti tentang pertimbangan going concern perusahaan yang
diproksikan pada likuiditas, profitabilitas, dan laverage terhadap pemberian opini audit pada
perusahaan manufaktur. Hasilnya semua variable dapat diterima atau dapat menjadi pertimbangan
auditor dalam memberikan opini auditnya. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa semua variable
memiliki diskriminan power untuk dipertimbangkan oleh auditor dalam pemberian opini auditnya.

7
Indria Januarti (2006), meneliti faktor perusahaan, kondisi keuangan, kualitas auditor ,
kepemilikan perusahaan terhadap pemberian opini auditgoing concern pada perusahaan
manufaktur, hasilnya hanya variable default, in sales, lamanya perikatan, opini audit tahun
sebelumnya, dan kualiatas audit berpengaruh signifikan atas kemungkinan pemberian opini audit
going concenrn.

Kualitas audit berkaitan dengan hasil audit yang dilakukan oleh auditor independen, hasil
tersebut harus sesuai dengan standar auditing yang ditetapkan oleh IAI, standar tersebut berkaitan
erat dengan kualitas profesiaonal auditor, pertimbangan yang digunakan dalam pelaksanaan
audittnya dan laporannya (SPAP, 2001). Audit yang dilakukan oleh auditor independen bertujuan
untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran atas laporan keuangan yang di audit, menyangkut
kesesuaian dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PABU). Kualitas audit didasarkan atas
kepercayaan pengguna jasa KAP bahwa auditor memiliki kekuatan monitoring yang secara umum
tidak dapat diamati. Reputasi auditor sering digunakan sebagai proksi atas kualitas auditor, auditor
skala besar dapat menyediakan kualitas audit yang lebih baik dibandingkan auditor skala kecil,
termasuk mengungkapkan masalah going concern. Semakin besar skala auditor, akan semakin
besar kemungkinan auditor menerbitkan opini audit going concern

4. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya adalah tipe opini audit yang telah diterima perusahaan pada
tahun sebelumnya. Terdapat hubungan positif antara opini audit tahun sebelumnya dengan opini

Audit going concern tahun berjalan, apabila tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan
opini audit going concern, maka akan besar kemungkinan auditor memberikan opini audit going
concern pada tahun berjalan.

5. Rasio-rasio Keuangan

Tingkat kesehatan perusahaan menggunakan variable keuangan yang telah ditetapkan oleh
MenKeu RI no.826/KMK 013/1992. Rasio-rasio keuangan yang digunakan adalah sebagai berikut:
rasio likuiditas (urrent ratio, quick ratio), ratio rentabilitas (ROA, ROI, ROE), rasio solvabilitas,
rasio profit margin, rasio operasi. Kondisi keuangan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan
dalam rasio keuangan. Rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas, aktifitas, solvabilitas, dan
profitabilitas, untuk mengetahui pengaruhnya terhadap pemberian opini audit going concern .

8
1.Rasio Likuiditas

a) Current ratio

merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan utang lancar yang menunjukan
kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang harus dipenuhi dengan aktiva lancar.
Makin besar nilai current ratio, memberikan indikasi jaminan yang baik bagi kreditur jangka
pendek, dalam arti perusahaan memiliki kemampuan untuk melunasi kewajiban financial
jangka pendeknya, maka auditor kemungkinan memberikan opini audit going concern,
Cleary dkk (2003) dalam Dedi Kristianto (2008).

b) Quick ratio

menunjukan kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang harus segera dipenuhi
dengan aktiva lancar yang lebih likuid. Makin kecil quick ratio, mengindikasikan perusahaan
kurang likuid, sehingga tidak dapat membayar kewajibannya, maka semakin kecil pula
kemungkinan auditor dalam pemberian opini audit going concern , Cleary (2003) dalam
Dedi Kristianto (2008).

2.Rasio Solvabilitas

Dalam analisis solvabilitas rasio keuangan yang digunakan adalah Total Debt to
Equity Ratio yang bertujuan untuk mengetahui tingkat likuiditas perusahaan dalam jangka
panjang. Rasio ini menunjukkan komposisi atau struktur modal dari total pinjaman (hutang)
terhadap total modal yang dimiliki perusahaan. Semakin besar tingkat debt to equity ratio
menyebabkan timbulnya keraguan akan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya, karena sebagian besar dana yang diperoleh oleh perusahaan akan
digunakan untuk membiayai utang dan dana untuk beroperasi akan semakin berkurang
(Rahman dan Siregar, 2012).

3. Rasio Profitabilitas

Dalam rasio profitabilitas yang merupakan analaisis untuk mengukur kemampuan


perusahaan dalam menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham
tertentu, dalam hal ini menggunakan tiga penghitungan rasio yaitu ROI, ROE dan ROA

9
a) ROI, yaitu kemampuan perusahaan dalam mendatangkan keuntungan setelah
pajak dengan membandingkan EAT dengan jumlah aktiva. ROI menunjukkan
efisiensi perusahaan dalam memperoleh laba bersih atas pengunaan aktiva,
semakin besar ROI perusahaan maka dapat dikatakan semakin efisien
perusahaan tersebut dalam memporoleh laba bersih, sehingga investor semakin
tertarik memiliki saham perusahaan.
b) ROE, atau sering disebut rentabilitas modal sendiri dimaksudkan untuk mengukur
seberapa banyak keuntungan yang menjadi hak pemilik modal sendiri.Semakin
besar ROE semakin menunjukkan efisiensi perusahaan dalam memporoleh laba
bersih sehingga menunjukan keuntungan yang menjadi hak pemilik modal
sendiri. Sehingga auditor mempunyai keyakinan dalam mengeluarkan opini audit
going concern kepada perusahaan.
c) ROA, dalam rasio aktivitas yang merupakan analisi untuk mengukur sejauh mana
efektivitas manajemen dalam mengelola asset-asetnya. Artinya dalam hal ini
adalah mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam mengelola
persedian bahan mentah, barang dalam proses, dan barang jadi serta kebijakan
manajemen dalam mengelola aktiva lainnya dan kebijakan pemasaran. Rasio
aktivitas menganalisis hubungan antara laporan laba-rugi, khususnya penjualan,
dengan unsur- unsur yang ada pada neraca, khususnya unsur-unsur aktiva, dalam
penelitian ini menggunakan TATO (Total assets Turnover) yaitu mengukur
perputaran dari semua aset yang dimiliki perusahaan, dihitung dari pembagian
antara penjualan dengan total asetnya. Semakin besar TATO mengindikasikan
semakin efektifnya perusahaan dalam mengelola asset-asetnya, sehingga investor
semakin tertarik untuk memiliki saham perusahaan, begitu pula dengan auditor
akan semakin besar kemungkinan memberikan opini audit going concern pada
perusahaan.

3.2.2. Laporan Auditor Bentuk Standar

Suatu laporan standar merupakan laporan yang lazim diterbitkan. Laporan ini memuat pendapat
wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion) yang menyatakan bahwa laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus
kas entitas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Mengingat pentingnya audit
10
laporan keuangan, maka pemahaman yang mendasar tentang bentuk dan isi laporan standar
menjadi sangat penting.Unsur penting laporan standar adalah:

1. Judul laporan
Laporan audit harus diberi judul dan judul tersebut harus mencantumkan kata independen.
Sebagai contoh, judul sebuah laporan audit berbunyi: “Laporan Auditor Independen”.
2. Pihak yang dituju
Dalam perikatan umum, biasanya pembuat perikatan dengan auditor adalah direksi
perusahaan atau dewan komisaris.
3. Paragraf pengantar
Paragraf ini berisi pernyataan auditor tentang:

a. Laporan keuangan yang menjadi objek audit.

b. Pernyataan bahwa tanggung jawab tentang laporan keuangan berada di tangan


manajemen.

c. Pernyataan bahwa tanggung jawab tentang pernyataan pendapat atas laporan keuangan
berada di tangan auditor.

4. Paragraf lingkup

Dengan menyebutkan dalam paragraf lingkup auditnya, bahwa auditor telah melaksanakan
auditnya sesuai dengan standar auditing, maka secara implisit auditor menyatakan bahwa:

a. Auditor adalah terlatih dan ahli dalam auditing.

b. Auditor adalah independen dalam hubungannya dengan klien.

c. Auditor telah menjalankan kemahiran profesionalnya dengan seksama.

d. Pekerjaan audit telah direncanakan dan di supervisi pelaksanaannya.

e. Pengendalian intern klien telah dipahami dan dinilai.

f. Telah diperoleh bukti komponen dalam jumlah cukup

5. Paragraf pendapat

11
Dalam merumuskan paragraf pendapat ini, auditor berpedoman pada empat standar pelaporan
yang terdapat dalam standar auditing berikut ini:

a. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

b. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada ketidakkonsistenan penerapan
prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan
penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali


dinyatakan lain dalam laporan auditor.

d. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara
keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika nama
auditor dihubungkan dengan laporan keuangan, maka auditor tersebut harus:

• Menyatakan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai suatu keseluruhan.

• Menegaskan bahwa ia tidak memberikan pendapat.

Dua alternatif tersebut pada dasarnya merupakan batas amapi seberapa jauh auditor memikul
tanggung jawab.

6.Tanda tangan

Tanda tangan yang dicantumkan dalam laporan audit menunjukkan


pengesahan oleh auditor atas laporan audit yang bersangkutan.

7. Tanggal laporan

Jika pengungkapan peristiwa dilakukan dalam catatan atas laporan keuangan atau laporan
audit, auditor dapat memilih dua metode berikut ini:

a) Menggunakan Tanggal Ganda (Dual Dating)

Auditor dapat memilih satu dari dua metode berikut ini untuk memberikan tanggal laporan
auditnya, jika peristiwa kemudian yang diungkapkan dalam laporan keuangan terjadi setelah
tanggal selesainya pekerjaan lapangan namun sebelum penerbitan laporan auditor:

12
• Auditor dapat menggunakan “tanggal ganda” (dual dating).

• Auditor dapat memberikan tanggal kemudian terhadap laporan auditnya.

Tujuan auditor menggunakan tanggal ganda dalam laporan audit adalah:

• Memungkinkan auditor menyisipkan informasi penting dalam laporan keuangan klien yang
diketahui oleh auditor setelah pekerjaan lapangan.

• Untuk memberitahu pemakai laporan audit bahwa auditor hanya bertanggungjawab atas
peristiwa kemudian yang terjadi setelah tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya
pekerjaan lapangan dan peristiwa yang secara spesifik (misalnya pembagian dividen saham
pada tanggal 7 Maret 20X2 tersebut diatas) disebutkan dalam laporan audit.

b) Menggunakan Tanggal Kemudian

Dengan penggunaan tanggal kemudian ini, auditor menggunakan tanggal tunggal (bukan
ganda) dengan mengundur tanggal laporan audit, dari tanggal selesainya pekerjaan lapangan ke
tanggal terjadinya peristiwa yang menyebabkan auditor menggunakan tanggal kemudian.

3.2.3. Laporan Audit yang Menyimpang dari Bnetuk Standar

Dalam praktik, dapat muncul kondisi-kondisi tertentu yang tidak memungkinkan auditor
menerbitkan laporan standar. Penyimpangan dari laporan standar tergolong dalam salah satu dari
dua kategori berikut ini :

 Laporan standar dengan bahasa penjelasan

Karakteristik berbeda yang ada dalam kategori jenis laporan ini adalah bahwa paragraf
pendapat tetap menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified ), karena laporan
keuangan sesuai dengan GAAP. Namun terdapat beberapa kondisi yang mengharuskan auditor
menambahkan paragraf penjelasan (explanatory paragraph) atau bahasa penjelasan lain pada
laporan standar. Biasanya informasi penjelasan diletakkan ada paragraf penjelasan yang mengikuti
paragraf pendapat.

1. Jenis-jenis pendapat lain

Kategori kedua penyimpangan dari laporan standar adalah apabila terjadi salah satu kondisi berikut
ini :

13
6. Laporan standar mengandung penyimpangan yang material dan GAAP.
7. Auditor tidak mampu mandapatkan bukti kompeten yang cukup berkenaan dalam satu atau
lebih asersi manajemen, sehingga tidak memiliki dasar yang memadai untuk memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan secara keseluruhan. Dalam hal
ini, auditor akan menyatakan salah satu pendapat dari jenis pendapat berikut ini :
 Pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion)
 Pendapat tidak wajar (adverse opinion)
 Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion)

Penyimpangan dari GAAP, meliputi prinsip akuntansi yang tidak berlaku umum,
penerapan GAAP yang salah, dan kegagalan untuk membuat pengungkapan yang diwajibkan oleh
GAAP. Pada kondisi dimana auditor tidak mampu mendapatkan bukti kompeten yang cukup
membuktikan apakah satu atau lebih asersi sesuai dengan GAAP atau tidak, dikenal dengan istilah
pembatasan lingkup (scope limitations). Dalam hal ini, auditor akan memberikan pendapat wajar
dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat . Penolakan untuk memberikan
pendapat hanya digunakan jika terdapat pembatasan lingkup yang berkaitan dengan masalah yang
dapat memberikan dampak sangat material terhadap laporan keuangan.

Persyaratan Lain
1. Kepatuhan Terhadap Standar Akuntansi Keuangan Standar pelaporan pertama
menyatakan :“Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun
sesuai dengan standar keuangan di Indonesia.” Standar pelaporan pertama tidak
mengharuskan auditor untuk menyatakan tentang fakta ( statement of fact ), namun standar
tersebut mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat menegnai apakah laporan
keuangan telah disajikan sesuai prinsip akuntansi tersebut. Istilah “standar akuntansi
keuangan di Indonesia” adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi,
aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku
umum di wilayah tertentu pada saat tertentu. Standar pelaporan pertama akan terpenuhi
dengan cara mengungkapkan dalam laporan auditor apakah laporan keuangan telah
disajikan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
2. Konsistensi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan

14
Standar pelaporan kedua (standar konsistensi) berbunyi :“Laporan auditor harus
menunjukkan, jika ada, ketidakkonsistensian penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip
akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.” Tujuan standar konsistensi adalah untuk
memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan keuangan di antara dua periode
dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi, auditor akan mengungkapkan
perubahan tersebut dalam laporannya. Standar pelaporan secara tersirat mengandung arti
bahwa auditor puas bahwa daya banding laporan keuangan di antara dua periode
dipengaruhi secara material oleh perubahan prinsip akuntansi dan bahwa prinsip akuntansi
tersebut telah diterapkan secara konsisten diantara dua atau lebih periode akuntansi baik
karena

(1) tidak terjadi perubahan prinsip, atau

(2) terdapat perubahan prinsip akuntansi atau metode penerapannya, namun dampak
perubahan prinsip akuntansi terhadap daya banding laporan keuangan tidak material.
Perbandingan laporan keuangan suatu entitas di antara beberapa periode dapat dipengaruhi
oleh:

(a) perubahan akuntansi,

(b) kesalahan dalam laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya,

(c) perubahan penggolongan, dan

(d) peristiwa atau transaksi yang sangat berbeda dengan yang


dipertanggungjawabkan dalam pelaporan keuangan yang disajikan dalam periode
sebelumnya.

Perubahan dalam prinsip akuntansi yang mempunyai pengaruh material atas laporan keuangan
memerlukan penjelasan dalam laporan auditor independen dengan cara menambahkan paragraf
penjelasan.

3. Pengungkapan Memadai Dalam Laporan Keuangan

Standar pelaporan ketiga berbunyi :“Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus
dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.” Penyajian laporan keuangan

15
sesuai dengan standar akutansi keuangan di Indonesia mencakup dimuatnya pengungkapan
informatif yang memadai atas hal-hal material. Hal-hal tersebut mencakup bentuk, susunan, dan isi
laporan keuangan, serta catatan atas laporan keuangan, yang meliputi, sebagai contoh, istilah yang
digunakan, rincian yang dibuat, penggolongan unsur dalam laporan keuangan, dan dasar-dasar
yang digunakan untuk menghasilkan jumlah yang dicantumkan dalam laporan keuangan.

Jika manajemen menghilangkan informasi yang seharusnya diungkapkan sesuai dengan


standar, auditor harus memberikan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar
karena alasan tersebut dan harus memberikan informasi cukup dalam laporannya.

3.3. Kesimpulan

Opini auditor adalah pendapat yang dikeluarkan oleh auditor mengenai kewajaran laporan
keuangan auditan, dalamsemuahal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian penyusunan
laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima umum.

Berdasarkan standar professional, pendapat auditor dikelompokkan ke dalam lima tipe, yaitu :

 Pendapat wajar tanpa pengecualian


 Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas
 Pendapat wajar dengan pengecualian
 Pendapat tidak wajar
 Pernyataan tidak memberikan pendapat

Unsur penting laporans tandar adalah:

1. Judul laporan
2. Pihak yang dituju
3. Paragraf pengantar.
4. Paragraf lingkup
5. Paragraf pendapat.
6. Tanda tangan
7. Tanggal laporan.

Auditor dalam mengaudit suatu laporan harus memperhatikan opini atau pendapat tentang
laporan yang sudah diaudit. Pendapat tersebut sangat penting karena opini merupakan informasi

16
utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa yang dilakukan auditor
dan kesimpulan yang diperolehnya.

Dalam mengeluarkan pendapat, seorang auditor sangat mempertaruhkan kredibilitas sebagai


seorang auditor. Jika terdapat kesalahan dalam mengeluarkan pendapat terdapat sanksi yang sangat
tegas.

3.4. Contoh Kasus


Ditemukan Pelanggaran pada Audit Laporan Keuangan Garuda, Izin AP Kasner
Sirumapea Dibekukan
Kemenkeu - Pada konferensi pers yang digelar bersama Otoritas Jasa Keuangan kemarin
(28/6/2019), Kementerian Keuangan mengumumkan sanksi yang dijatuhkan pada Akuntan
Publik Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan atas kesalahan audit pada Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk
tahun buku 2018.
Laporan Keuangan Tahunan Garuda tersebut dinyatakan cacat setelah ditemukan fakta
bahwa Garuda Indonesia mengakui pendapatan terkait kerjasama yang dilakukan dengan PT
Mahata Aero Teknologi atas pembayaran yang akan diterima Garuda setelah penandatanganan
perjanjian sehingga hal tersebut berdampak pada Laporan Laba Rugi Garuda. Melihat hal ini,
dua komisaris Garuda tidak turut menandatangani Laporan Keuangan 2018 tersebut.
Kementerian Keuangan melalui Pusat Pembinaan Profesi Keuangan kemudian melakukan
pemeriksaan terhadap Akuntan Publik Kasner Sirumapea dan KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan (anggota organisasi audit internasional BDO) yang melakukan audit atas
Laporan Keuangan PT Garuda Indonesia Tbk tahun buku 2018. Pemeriksaan tersebut
mendapati dua isu penting menyangkut standar audit dan sistem pengendalian mutu KAP.
Kementerian Keuangan menemukan telah terjadi pelanggaran atas Standar Audit (SA) –
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA 315, SA 500, dan SA 560 yang dilakukan oleh
Auditor dari KAP yang berpengaruh pada opini Laporan Auditor Independen (LAI). SA 315
adalah standar audit yang mengatur tentang pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan
penyajian material melalui pemahaman atas entitas dan lingkungannya, sementara SA 500
mengatur tentang bukti audit dan SA 560 mengatur bagaimana auditor mempertimbangkan
peristiwa kemudian dalam auditnya.

17
Isu kedua adalah KAP yang bersangkutan belum menerapkan sistem pengendalian mutu
secara optimal terkait konsultasi dengan pihak eksternal. “Kami dengan Tim Pusat Pembinaan
Profesi Keuangan telah memutuskan untuk menjatuhkan sanksi pembekuan izin selama 12
bulan terhadap Akuntan Publik Kasner Sirumapea dan kami juga memberikan peringatan
tertulis dengan disertai kewajiban memperbaiki sistem pengendalian mutu KAP pada Kantor
Akuntan Publik Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan,” ungkap Sekretaris Jenderal
Kementerian Keuangan, Hadiyanto.
Pada kesempatan yang sama, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa
Keuangan (OJK), Fakhri Hilmi mengumumkan, “Otoritas Jasa Keuangan telah mengundang
Akuntan Publik Kasner Sirumapea dan mengenakan sanksi administratif berupa pembekuan
Surat Tanda Terdaftar (STTD) selama satu tahun.” Sanksi tersebut dijatuhkan karena
pelanggaran Pasal 69 Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal yang mengatur
bahwa laporan keuangan yang disampaikan kepada otoritas pasar modal harus disusun
berdasarkan standar akuntansi yang berlaku umum, Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017
tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik dalam Kegiatan Jasa
Keuangan, SA 315, SA 500, dan SA 560, serta SA 700 yang mengatur tentang perumusan suatu
opini dan pelaporan atas laporan keuangan.
Kepada PT Garuda Indonesia Tbk, OJK memberikan perintah tertulis untuk memperbaiki
dan menyajikan kembali laporan keuangan tahunan tahun buku 2018 serta menjatuhkan sanksi
administratif berupa denda sebesar 100 juta rupiah. Sanksi denda masing-masing sebesar 100
juta rupiah dikenakan kepada seluruh anggota direksi Garuda dan 100 juta rupiah secara
tanggung renteng kepada seluruh anggota direksi dan dewan komisaris yang menandatangani
Laporan Tahunan PT Garuda Indonesia Tbk tahun buku 2018.
3.5. Soal Latihan?
1. Jelaskan hal-hal yang menyebabkan laporan audit tidak baku dan opiniapa yang
diberikan?
2. Jelaskan efek dari Opini tidak menyatakan pendapat bagi auditordan klien ?

18
DAFTAR PUSTAKA

Ningrum, Endah Prawesti.2021.Modul Pemeriksaan Akuntansi I.Jakarta Barat: Universitas


Bhayangkara Jakarta Raya.

Nurmalasari.2019.Modul Auditing.Pontianak: Bina Sarana Informatika.

19

Anda mungkin juga menyukai