Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : ALFAN FIRMANDO

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044002179

Kode/Nama Mata Kuliah : EKSI4308/Auditing I

Kode/Nama UPBJJ : 18/UPBJJ Palembang

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Sebutkan yang anda ketahui manfaat kode etik yang dibuat untuk profesi bedasarkan Duska
et.al?

Manfaat kode etik dalam profesi akuntansi, seperti yang dijelaskan dalam buku "Accounting Ethics"
oleh Duska et al., antara lain:
 Meningkatkan kepercayaan publik: Kode etik memberikan pedoman tentang standar perilaku
yang diharapkan dari para akuntan. Dengan menerapkan kode etik dengan konsisten, akuntan
dapat membangun kepercayaan publik terhadap profesi mereka, karena masyarakat dapat
yakin bahwa akuntan bertindak dengan integritas dan objektivitas.
 Menghindari konflik kepentingan: Kode etik membantu akuntan mengidentifikasi dan
menghindari konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi objektivitas dan independensi
mereka. Akuntan diharapkan untuk menjaga hubungan profesional yang independen dengan
klien dan memprioritaskan kepentingan publik.
 Mempertahankan standar profesional: Kode etik menggarisbawahi pentingnya menjaga
standar profesional dalam praktik akuntansi. Ini mencakup kepatuhan terhadap prinsip-prinsip
akuntansi yang relevan, penggunaan metode akuntansi yang tepat, dan penyajian informasi
keuangan yang akurat dan jujur.
 Menghindari penyalahgunaan informasi: Kode etik melarang akuntan untuk menyalahgunakan
informasi yang mereka peroleh dalam praktik profesional mereka. Ini melindungi kerahasiaan
dan kepercayaan yang diberikan kepada akuntan oleh klien atau pihak lain yang mereka
layani.
 Mempromosikan tanggung jawab sosial: Kode etik mendorong akuntan untuk
mempertimbangkan dampak sosial dan lingkungan dari tindakan mereka. Ini melibatkan
mempertimbangkan kepentingan pemangku kepentingan yang lebih luas, termasuk
masyarakat umum, dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan praktik akuntansi.
 Menjaga profesionalisme: Kode etik membantu menjaga standar tinggi dalam profesi
akuntansi dan mendorong pengembangan dan pemeliharaan pengetahuan dan keterampilan
yang relevan. Ini mempromosikan profesionalisme dalam hubungan antara akuntan dan rekan
kerja, klien, dan masyarakat umum.

Dengan menerapkan kode etik ini, profesi akuntansi dapat memperoleh kepercayaan publik,
mempertahankan integritas dan objektivitas, serta menjaga standar profesional yang tinggi. Hal ini
penting untuk memastikan bahwa laporan keuangan disusun dengan integritas dan akuratitas, serta
untuk melindungi kepentingan pemangku kepentingan yang terlibat.

2. Berikan pendapat Saudara mengenai pentingnya informasi GC bagi pengguna Laporan


Keuangan? Apa yang harus dilakukan oleh seorang Auditor apabila dalam pelaksanaan
prosedur standar audit yang lainnya auditor menyimpulkan terdapat keraguan terhadap
kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usaha ?

Pentingnya informasi Going Concern (GC) bagi pengguna laporan keuangan tidak dapat diabaikan.
Informasi GC memberikan kejelasan kepada pengguna laporan keuangan tentang kemampuan suatu
entitas untuk melanjutkan operasinya dalam jangka waktu yang wajar, biasanya tidak lebih dari satu
tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Pengguna laporan keuangan, seperti
investor, kreditor, analis keuangan, dan pemangku kepentingan lainnya, mengandalkan laporan
keuangan untuk membuat keputusan yang tepat. Informasi GC menjadi penting karena:
 Pengambilan Keputusan Investasi: Investor akan menggunakan informasi GC untuk
mengevaluasi risiko investasi dalam suatu entitas. Jika entitas tersebut tidak memiliki
kemampuan untuk melanjutkan operasinya dalam jangka waktu yang wajar, investor mungkin
akan menunda atau mengurangi investasinya. Informasi GC membantu investor dalam
mengidentifikasi potensi risiko yang dapat mempengaruhi nilai investasi mereka.
 Evaluasi Risiko Kredit: Kreditor, seperti bank atau lembaga keuangan lainnya, memerlukan
informasi GC untuk mengevaluasi kemampuan entitas untuk memenuhi kewajiban
finansialnya. Jika entitas dianggap tidak memiliki GC, kreditor mungkin akan enggan
memberikan pinjaman atau memperketat persyaratan kreditnya. Informasi GC membantu
kreditor dalam mengidentifikasi potensi risiko ketidakmampuan entitas untuk membayar
kembali pinjaman.
 Analisis Keuangan: Analis keuangan menggunakan informasi GC sebagai bagian dari analisis
fundamental untuk menilai kinerja dan kelayakan investasi suatu entitas. Informasi GC
membantu dalam memahami konteks keuangan entitas, termasuk risiko dan peluang yang
terkait dengan kelangsungan hidup entitas tersebut.
 Pengambilan Keputusan Manajerial: Manajemen entitas juga membutuhkan informasi GC
untuk membuat keputusan strategis yang berkaitan dengan kelangsungan operasional
perusahaan. Informasi GC memberikan gambaran tentang risiko-risiko yang mungkin
dihadapi dan memungkinkan manajemen untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
 Dalam konteks ini, auditor memiliki tanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat
kesangsian besar terhadap GC entitas saat memberikan opini atas laporan keuangan. Jika
auditor menemukan indikasi bahwa entitas tidak memiliki GC, hal ini harus diungkapkan
dalam laporan audit agar pengguna laporan keuangan memiliki pemahaman yang
komprehensif dan dapat membuat keputusan yang tepat.

Secara keseluruhan, informasi GC memberikan kejelasan dan kepercayaan kepada pengguna laporan
keuangan terkait kemampuan suatu entitas untuk melanjutkan operasinya. Hal ini penting dalam
pengambilan keputusan investasi, evaluasi risiko kredit, analisis keuangan, dan pengambilan
keputusan manajerial.

Apabila seorang auditor dalam pelaksanaan prosedur standar audit menemukan adanya keraguan
terhadap kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usaha (going concern), auditor perlu mengambil
langkah-langkah berikut:
 Menganalisis Informasi dan Bukti yang Ada: Auditor harus melakukan analisis mendalam
terhadap informasi dan bukti yang ada untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan. Ini
meliputi menganalisis laporan keuangan, neraca, laporan laba rugi, arus kas, dan informasi
lainnya yang relevan. Auditor juga dapat melakukan diskusi dengan manajemen perusahaan
dan memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi operasional dan finansial
perusahaan.
 Mengumpulkan Informasi Tambahan: Jika keraguan masih ada setelah melakukan analisis
awal, auditor perlu mengumpulkan informasi tambahan yang relevan. Auditor dapat meminta
konfirmasi dari pihak ketiga, seperti bank atau pemasok utama, untuk memverifikasi
informasi keuangan dan memperoleh wawasan tambahan tentang situasi perusahaan. Auditor
juga dapat berkomunikasi dengan profesional independen lainnya, seperti konsultan keuangan
atau ahli industri, untuk mendapatkan pandangan tambahan.
 Mengevaluasi Rencana dan Proyeksi Keuangan: Auditor perlu mengevaluasi rencana dan
proyeksi keuangan yang disiapkan oleh manajemen perusahaan. Auditor akan menilai apakah
rencana tersebut realistis dan apakah perusahaan memiliki langkah-langkah konkret untuk
memperbaiki kondisi keuangan dan mempertahankan kelangsungan usahanya. Auditor juga
akan mengevaluasi faktor-faktor risiko yang dapat mempengaruhi pelaksanaan rencana
tersebut.
 Berdiskusi dengan Dewan Komisaris atau Komite Audit: Auditor dapat berkomunikasi
dengan dewan komisaris atau komite audit perusahaan untuk membahas temuan dan keraguan
yang ada. Diskusi ini dapat membantu auditor memperoleh pemahaman yang lebih luas
tentang langkah-langkah yang telah diambil atau akan diambil oleh manajemen untuk
mengatasi situasi dan mempertahankan kelangsungan usaha perusahaan.
 Mencatat dalam Laporan Audit: Jika auditor tetap memiliki keraguan yang cukup besar
terhadap kemampuan perusahaan untuk melanjutkan usaha, hal ini harus diungkapkan dalam
laporan audit. Auditor perlu menjelaskan alasan-alasan yang mendukung keraguan tersebut,
serta mengungkapkan implikasi potensialnya terhadap laporan keuangan.

Penting untuk dicatat bahwa penilaian auditor terhadap kemampuan perusahaan untuk melanjutkan
usaha didasarkan pada informasi yang ada pada saat audit dilakukan. Auditor tidak bertanggung
jawab untuk memprediksi masa depan perusahaan atau memberikan jaminan atas kelangsungan
usahanya. Namun, auditor memiliki kewajiban untuk memberikan informasi yang objektif dan jelas
kepada pengguna laporan keuangan agar mereka dapat membuat keputusan yang tepat.

3. Jelaskan apa keterkaitan antara sikap skeptisme profesional dengan pencarian bukti audit!
Apakah dalam melaksanakan tugasnya seorang Auditor harus selalu sinis, banyak bertanya,
banyak mengkritik, atau bersikap dingin sepanjang waktu?

Sikap skeptisme profesional dalam audit melibatkan pikiran yang kritis, evaluasi yang hati-hati
terhadap bukti audit, dan pertanyaan yang tajam terhadap informasi yang ditemukan. Namun, penting
untuk memahami bahwa sikap skeptisme profesional tidak bermaksud bahwa seorang auditor harus
selalu bersikap sinis, banyak bertanya, banyak mengkritik, atau bersikap dingin sepanjang waktu.
Seorang auditor yang memiliki sikap skeptisme profesional tidak harus mencurigai atau meragukan
semua yang ditemukan dalam audit. Namun, mereka harus tetap berhati-hati dan tidak menganggap
begitu saja bahwa apa pun yang disajikan oleh entitas yang diaudit adalah benar atau akurat. Mereka
perlu memiliki pikiran yang kritis untuk mengevaluasi informasi yang ditemukan dan mencari bukti
yang memadai untuk mendukung kesimpulan mereka.
Dalam pencarian bukti audit, seorang auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi informasi
yang relevan untuk menentukan apakah laporan keuangan entitas tersebut mencerminkan posisi
keuangan yang sebenarnya dan hasil operasi yang wajar. Sikap skeptisme profesional membantu
auditor dalam melihat potensi kesalahan, kecurangan, atau ketidaksesuaian dalam laporan keuangan
dan mencari bukti yang memadai untuk mendukung temuan mereka. Seorang auditor yang efektif
harus memiliki keseimbangan antara sikap skeptisme profesional dan sikap objektif. Mereka harus
menjaga sikap terbuka dan tidak memihak serta tetap mengedepankan kepentingan publik. Selain itu,
auditor harus berkomunikasi dengan baik dengan entitas yang diaudit dan mengajukan pertanyaan
yang relevan untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang operasi bisnisnya.

Dalam kesimpulannya, sikap skeptisme profesional penting dalam menjalankan penugasan audit,
tetapi itu tidak berarti bahwa seorang auditor harus selalu bersikap sinis, banyak bertanya, banyak
mengkritik, atau bersikap dingin. Sikap skeptisme profesional melibatkan sikap kritis, evaluasi hati-
hati, dan penggunaan pertanyaan yang tepat untuk memperoleh bukti audit yang memadai. Auditor
yang efektif adalah mereka yang mampu menjaga keseimbangan antara sikap skeptisme dan
objektivitas dalam melaksanakan tugas audit mereka.

Anda mungkin juga menyukai