Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH AKUNTANSI FORENSIK

MATERI PENYUAPAN DAN TEHNIK AUDIT INVESTIGASI

KELOMPOK 8

Disusun Oleh :
1) Nuri Ari Kurnia 2101020033
2) Dea Artarya Maylan 2101020034
3) Dini Afrilianti 2101020035
4) Mega Rizki Agustina 2101020007

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS ILMU EKONOMI DAN SOSIAL HUMANIORA UNIVERSITAS


BINA INSAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan tuntunanya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan baik dan lancar tepat
pada waktunya. Penyusunan Makalah ini sebagai salah satu memberikan tugas mata kuliah
"Akuntansi Forensik", makalah ini membahas mengenai terkait suap menyuap atau penyuapan.
Penulis menyampaikan banyak terima kasih bagi semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, penulis dengan sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
terdapat banyak kekurangan baik isi mapun penyajianya, untuk itu penulis dengan terbuka
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempumaan makalah ini
kedepannya.

Penulis, 10 November 2023

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penyuapan....................................................................................................

1.2 Rumusan Penyuapan Dan Tehnik Audit Investigasi.............................................................

1.3 Tujuan Penyuapan Dan Tehnik Audit Investigasi.................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Suap Menyuap.......................................................................................................

2.2 Faktor Atau Penyebab Terjadinya Tindak Penyuapan............................................................

2.3 Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Suap Menyuap...................................................

2.4 Tindak Pidana Atau Sanksi Bagi Pelaku Suap Pasal..............................................................

2.5 Dampak Dari Tindak Suap Menyuap......................................................................................

2.6 Cara Mengatasi Atau Memberantas Tindak Suap Menyuap...................................................

2.7 Contoh Kasus Suap/Menyuap.................................................................................................

2.8 Audit Invesgasi........................................................................................................................

2.9 Teknik Audit Investigasi.........................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan......................................................................................

3.2 Saran.........................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyuapan (atau suap saja) adalah tindakan memberikan uang , barang atau bentuk lain
dari penjualan dari para pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah
sikap penerima atas kepentingan kepentingan / minat si pember , meskipun sikap tersebut
berlawanan dengan penerima. Dalam kamus hukum Balck's Law Dictionary, penyuapan
diartikan sebagai tindakan menawarkan, memberikan, menerima, atau meminta nilai dari suatu
barang untuk mempengaruhi tindakan pegawai lembaga atau semacamnya yang bertanggung
jawab atas kebijakan umum atau peraturan hukum. Penyuapan juga didefinisikan dalam Undang
- Undang 11 Tahun 1980 sebagai tindakan " memberi atau menjanjikan sesuatu kepada
seseorang dengan maksud untuk membujuk supaya orang itu melakukan sesuatu atau tidak
melakukan sesuatu dalam rahasianya , yang berlawanan dengan kewenangan atau kewajibannya
yang menyangkut kepentingan umum . " Makalah ini dibuat bertujuan untuk membuat para
pembaca mengetahui lebih lanjut mengenai suap atau pennyuapan.
Suap merupakan tindak pidana dengan cara mempengaruhi orang lain untuk memutar
balikan sebuah kebenaran sesuai dengan apa yang diinginkan penyuap. Suap merupakan kondisi
- kondisi yang dilakukan oleh berbagai oknum atau pihak terkait . Contoh kasus suap di negara
Indonesia yang paling menyedot perhatian publik terjadi pada tahun 2014 , yaitu kasus suap
seorang hakim Mahkamah Konstitusi Suap merupakan tindak pidana dengan cara memberi
sesuatu yang bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan seseorang agar ia mau menjalankan dan
melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu sesuai dengan permintaan yang memberi suap .
Pemberian tersebut biasanya berupa sejumlah uang , barang , atau janji yang telah disepakati
anatara kedua belah pihak , yaitu pemberi suap dan penerima suap.
Audit Investigatif berkembang di Indonesia secara perlahan dan digunakan untuk
memecahkan berbagai kasus korupsi atau kejahatan ekonomi lainya hingga kini. Titik berat audit
investigative adalah upaya untuk penegakan supermasi 5 hokum terkait fraud yang muncul
dengan metode investigasi. Di sektor publik bidang ini dicetuskan sebagai upaya untuk
memerangi kecurangan atau korupsi. Pengusutan tindak pidana kecurangan yang dilakukan di
luar bidang hukum pengadilan dapat juga dibantu oleh seorang yang ahli yang dapat membantu
pengusutan diantaranya adalah auditor. bantuan yang dapat diberikan oleh auditor berkenaan
dengan korupsi dan kecurangan adalah dengan melakukan audit investigasi. audit investigasi
berhubungan dengan pengujian dan analisis forensik dalam pengumpulan bukti dengan
menggunakan teknik investigasi dan teknikteknik audit yang kemudian akan digunakan dalam
perkara pengadilan. oleh 2 karena itu pada auditor investigasi diperlukan kualitas keterampilan
dan keahlian kasus yaitu kombinasi antara auditor berpengalaman dan auditor peyidik kriminal.
Dalam pelaksanaan audit investigasi, maka auditor investigatif harus memiliki kemampuan
untuk membuktikan adanya kecurangan yang kemungkinan terjadi dan sebelumnya telah
terdeteksi oleh berbagai pihak. prosedur dan teknik yang digunakan dalam proses penyelidikan
harus sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam standar yang berlaku. hal tersebut tentunya
berpengaruh terhadap pengumpulan dan pengujian bukti-bukti yang dilakukan terkait kasus
penyimpangan atau kecurangan yang terjadi. salah satu tindak penyimpangan atau kecurangan
yang semakin marak terjadi di dunia adalah korupsi. Bentuk kecurangan ini tentu saja sangat
merugikan bagi masyarakat.

1.2 Rumusan Penyuapan Dan Tehnik Audit Investigasi


1. Apa itu pengertian Suap Menyuap ?
2. Apa saja Faktor atau Penyebab Terjadinya Tindak Penyuapan ?
3. Apa saja peraturan penundang - undangan mengenai kasus penyuapan ?
4. Apa saja sanksi atau hukuman bagi pelaku suap - menyuap ?
5. Dampak apa sajakah yang ditimbulkan dari suap - menyuap ?
6. Bagaimana cara mengatasi tindak pidana suap - menyuap ?
7. Apa saja contoh kasus suap dalam lingkup sederhana dan pemerintahan ?
8. Apa itu pengertian Tehnik Audit Investigasi?
9. Apa sajakah Tehnik Audit Investigasi?
1.3 Tujuan Penyuapan Dan Tehnik Audit Investigasi
1. Untuk mengetahui Defenisi suap menyuap
2. Untuk mengetahui Apa saja Faktor atau Penyebab Terjadinya Tindak Penyuapan
3. Untuk mengetahui Apa saja peraturan penundang - undangan mengenai kasus
penyuapan
4. Untuk mengetahui sanksi atau hukuman bagi pelaku suap - menyuap
5. Untuk mengetahui dampak apa sajakah yang ditimbulkan dari suap menyuap
6. Untuk mengetahui cara mengatasi tindak pidana suap - menyuap
7. Untuk mengetahui contoh kasus suap dalam cakupan sederhana dan pemerintahan.
8. Memberhentikan manajemen
9. Memeriksa mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevannya bukti.
10. Melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah
11. Menemukan dan mengamankan dokumen yang relevan untuk investigasi.
12. Menemukan asset yang digelapkan dan mengupayakan pemulihan dari kerugian yang
terjadi
13. Memastikan bahwa semua orang, terutama mereka yang diduga menjadi pelaku
kejahatan, mengerti kerangka acuan dari investigasi tersebut, harapannya adalah
bahwa mereka bersikap kooperatif dalam investigasi itu.
14. Memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak bias lolos dari perbuatannya.
15. Menyapu bersih semua karyawan pelaku kejahatan
16. Memastikan bahwa perusahaan tidak lagi menjadi sasaran penjarahan.
17. Menentukan bagaimana investigasi akan dilanjutkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Suap Menyuap
Seperti yang sudah dituliskan pada latar belakang, penyuapan atau bisa kita sebut dengan
suap saja adalah tindakan memberikan uang, barang atau bentuk lain dari pengorbanan dari para
pemberi suap kepada penerima suap yang dilakukan untuk mengubah sikap penerima atas
kepentingan kepentingan / minat si pemberi, walaupun sikap tersebut berlawanan dengan
penerima. Suap juga dapat kita simpulkan sebagai harta yang diperoleh karena terselesaikannya
suatu kepentingan manusia (baik untuk memperoleh keuntungngan maupun menghindari
kerugian atau bahaya) yang semoga harus diselesaikan tanpa ketidakseimbangan . Suap
menyuap yaitu tindakan memberikan uang atau menerima uang atau hadiah yang dilakukan oleh
pemberi maupun penerima suap untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan kewajibannya.

2.2 Faktor atau Penyebab Terjadinya Tindak Penyuapan


a. Rasa memiliki kekuasaan. Faktor yang dapat menjadi penyebab terjadinya tindak
penyuapan ada bermacam-macam: Orang yang memiliki uang banyak akan
merasa memiliki kekuasaan. Tidak heran apabila tersangka kasus suap hampir
seluruhnya merupakan tokoh yang berketinggian tinggi dan yang memiliki
kekayaan.
b. Rasa tidak sabaran. Manusia pasti pernah merasa tidak sabaran dalam melakukan
suatu hal sehingga ingin semua yang instan - instan saja, ini bisa . menjadi faktor
terjadinya kasus suap karena ingin suatu hal yang instan maka menghalalkan
segala cara yang jelas melanggar hukum yang berlaku
c. Lemah Iman. Penyuapan sendiri atau kasus suap ini telah dijelaskan dalam Islam
dan perbuatan suap ini jelas haram dan tidak boleh dilakukan. Oleh karena itu
seseorang dengan iman yang kuat jelas tidak akan melakukan tindakan ini ,
Namun orang dengan iman yang lemah maka ia akan mudah tergiur dengan uang
yang ditawarkan dan menghalalkan segalanya padahal sudah jelas di agama
manapun perbuatan suap ini dilarang.
d. Haus Jabatan. Banyak pejabat melakukan hal semacam ini karena mereka merasa
haus akan jabatan misalnya saja jika pada saat Pilkada ada saja calon kepala
daerah yang memberikan uang sogokan kepada msyarakat luar agar memilih dia
padahal sudah jelas ini merupkan perbuatan curang dan tidak terpuji.
e. Ada rasa Venalitas. Dalam KBBI, Venalitas adalah sebuah kata benda yang
berarti. keinginan untuk disuap. Tindak suap menyuap sebenarnya dapat kita
tolak kehadirannya , namun ada saja oknum yang merasa ini bukanlah hal yang
serius yang harus ditolak sehingga munculah rasa ingin disuap atau yang disebut
sebaga rasa Venalitas ,
f. Hukum yang bisa dibeli. Bagi kita oknum yang melakukan suap jelas harus
diadili , namun seperti yang kita tahu bahwa hukum di Indonesia adalah hukum .
yang bisa dibeli dengan uang. Bukan berarti hukumnya yang salah , tapi oknum -
oknum penegaknya yang membuat hukum jadi tak mempan bagi orang - orang
yang berduit
2.3. Peraturan Perundang - Undangan Mengenai Suap Menyyuap Peraturan Perundang -
undangan yang mengatur atau yang membahas mengenai suap menyuap antara lain adalah
 Pasal 3 UU No. 3 Tahun 1980 yang bunyinya adalah “Seseorang dikatakan
menerima suap jika ia menerima sesuatu atau janji, sedangkan ia mengetahui atau
seharusnya dapat mengira bahwa memberikan sesuatu atau janji itu
mengakibatkan supaya ia melakukan sesuatu di dalamnya yang berlawanan
dengan kewenangan atau kewajibannya yang mencakup kepentingan umum .
 Suap diatur dalam Kitab Undang - Undang Hukum Pidana ( Wetboek Van
Strafrecht , Staatsblad 1915 No 73 )
 UU No. 11 Tahun 1980 tentang Tindak Pidana Suap
 UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan.
 UU No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberatsan Tindak Pidana Korupsi
 Serta diatur pula pada UU No. 30 Tahun 2002 Tentang Komisi
 Dalam Kitab Undang - Undang Hukum Pidana ( KUHP ) tindak pidana .suap
diatur dalam Pasal 209 Ayat (1) yang berbunyi " Penyuapan merupakan tindak
pidana yang sering terjadi dan bersinggungan dengan pejabat pemerintahan yang
dilakukan oleh pengusaha / swasta. Bentuk suap antara lain dapat berupa
pemberian barang , uang sogok . dan sebagainya. Tujuan suap biasanya adalah
untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dari orang atau pegawai atau
pejabat yang disuap.
2.4 . Tindak pidana atau Sanksi Bagi Pelaku Suap Pasal
 Ancaman terhadap tindak pidana suap tidak main - main . Pelaku bisa dijerat .
dengan pasal 11 UU Tipikor dengan ancaman hukuman penjara paling singkat 1
tahun dan paling lama 5 tahun dan / atau pidana denda paling sedikit Rp. 50 Juta
dan paling banyak Rp . 250 Juta. Namun terjadi pro kontra mengenai sanksi
untuk tindak pidana kasus suap ini banyak yang .menjelaskan ada ketidakadilan
dalam penerapan delik suap. Pasal - pasal yang diterapkan untuk menjerat
pemberi dan penerima suap seringkali tidak sinkron, " Kejaksaan dan Kepolisian
cenderung menggunakan Pasal 5 UU Tipikor dengan ancaman maksimal 5 tahun,
sedangkan KPK menggunakan Pasal 12A dengan ancaman maksimal seumur
hidup.
 Secara kasat mata, KPK nampaknya ingin memberikan efek penjeraan secara
maksimal kepada penerima suap . Namun dalam praktiknya , KPK cenderung
tidak konsisten . Kepada pemberi suap , KPK menerapkan pasal yang ringan,
sedangkan penerimanya diganjar pasal berat. Semestinya, sambung Andi Hamzah
, dalam penegakan hukum ada konsistensi , misalnya kalau Pasal5 .Ayat 1 untuk
menjerat pemberi suap, pasangannya , penerima suap , harusnya dijerat Pasal 5
Ayat 2.
 Untuk kasus suap dalam cakupan Pegawai Negeri pada Ketentuan pasal 418
hanya menyebutkan seorang pegawai negeri yang diketahui menerima suatu
pemberian atau janji , sedangnya atau patut harus curiga bahwa hal itu diberikan
ditujukan kepada kekuasaan atau wewenang yang berhubungan dengan
jabatannya , atau menurut maksud si pemberi pemberi izin ada izin dengan
jabatan tersebut , maka akan diancam dengan pidana penjara paling lama 6 bulan
atau denda maksimal Rp 300 Juta
 Sedangkan penyuapan yang dikenal pada Paasal 12A UU 31 Tahun 1999
sebagaimana diubah dengan UU No. 20/2001 tentang Pmeberantasan Tindak
Pidana Korupsi yang dikatakan sebagai " pemberian suap " . Pasal 12 Penerima
itu suap bisa pidana penjara seumur hidup atau 4 hingga 20 tahun penjara dan
denda seniali Rp . 200 Juta hingga Rp. 1 miliar.
2.5 Dampak dari Tindak Suap - Menyuap
Dampak dan suap antara lain :
 Moral rakyat Indonesia semakin memburuk dengan melekatnya sikap-sikap yang
seharusnya tidak kita terapkan. Moral rakyat Indonesia akan terbiasa hidup
dengan prinsip curang dan yang penting menguntungkan diri sendiri. Karena
seringnya terjadi suap, masyarakat Indonesia lebih mengandalkan uang daripada
kejujuran dan kerja keras .
 Dengan melakukan suap, kita akan semakin merasa ketergantungan. dengan uang
agar masalah yang kita hadapi bisa terselesaikan dengan cepat.
 Perilaku suap dilihat dari sisi perkembangan ekonomi , suap dapat menurunkan
kondisi perekonomian negara. Uang yang seharusnya dipilih ke negara, malah
masuk ke kantong pribadi.
 Dengan maraknya perilaku suap di Indonesia, maka kita akan dipandang sebagai
negara yang buruk etikanya. Suap menyuap merupakan suatu tindakan yang
melanggar hukum dan nilai - nilai etika atau moral. Sehingga, jika kita
menerapkannya, kita akan menodai nilai - nilai luhur dasar negara kita.
2.6 Cara Mengatasi atau Memberantas Tindak Pidana Suap.
 Hal terpenting yaitu bagaimana pemerintah memperbaiki birokrasi dalam
mengatur dunia usaha. Birokrasi yang rumit dan berbelit belit adalah faktor yang
paling berkontribusi untuk menyuburkan praktik suap menyuap.
 Selanjutnya adalah konflik kepentingan yang harus diatur secara tegas dalam
aturan hukum. Hal ini untuk memutuskan rantai kolusi antara kepentingan
pengusaha dan kewenangan yang melekat pada pejabat publik.
 Selain itu pada penegakan hukum harus diperkuat. Akan sangat sulit
memberantas kasus ini jika penegak hukum cenderung memperlemah uapaya
penegakan hukum, seperti dakwaan dan tuntutan.
 Pada akhirnya berbuah vonis ringan atau bahkan bebas dan tuntutan hukum .
Pada intinya adalah semua orang harus sama - sama saling membantu dalam
mewujudkan indonesia yang bebas suap . Penerintah kedepannya harus
menciptakan birokrasi yang jujur , adi dan transparan dibantu dengan
masyarakatnya yang ikut serta mengawasi dan segera melaporkan kepada
lembaga yang bersangkutan jika melihat ada tindak penyuapan.
2.7 Contoh kasus suap/penyuapan.
1. Misalnya saja di bidang pekerjaan yang biasanya terjadi pada saat penerimaan
pegawai baru pasti ada seleksi berupa serangkaian tes baik itu tes wawancara
ataupun tes tertulis . Namun ada beberapa orang yang ingin mendapatkan
pekerjaan, tetapi tidak ingin ribet maka hal yang dilakukan biasanya adalah
menyuap atau menyogok orang dalam perusahaan tersebut. maka selesailah
urusannya. Misalnya saja dengan mengunjungi rumah sang atasan atau orang
dalam tersebut dan berkedok ingin bersilaturahmi , kemudian barulah negosiasi
dimulai.
2. Kasus e-KTP (Kartu Tanda Penduduk Elektronik):
Pada tahun 2017, Indonesia dikejutkan dengan kasus mega korupsi terkait proyek
e-KTP. Beberapa pejabat tinggi, termasuk anggota DPR dan Menteri Dalam
Negeri, dituduh menerima suap terkait proyek pengadaan e-KTP senilai triliunan
rupiah. Uang suap tersebut diduga digunakan untuk memuluskan proses
pengadaan dan merugikan keuangan negara.
3. Kasus Korupsi di PT. Asuransi Jiwasraya:
Pada tahun 2020, terungkap bahwa PT. Asuransi Jiwasraya mengalami masalah
keuangan serius akibat investasi yang merugikan. Dalam proses penyelidikan,
ditemukan dugaan praktik penyuapan yang melibatkan beberapa pihak terkait
manajemen perusahaan. Pihak yang diduga menerima suap untuk memberikan
keuntungan investasi kepada pihak tertentu.
4. Kasus Suap di Pengadaan Proyek Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat (PUPR):
Pada tahun 2018, KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) menangani kasus suap
terkait proyek pengadaan paket pekerjaan di Kementerian PUPR. Beberapa
pejabat Kementerian PUPR diduga menerima suap dari kontraktor agar proyek-
proyek tersebut dapat diberikan kepada kontraktor tersebut.
5. Kasus Suap Bupati Indramayu:
Bupati Indramayu, Irianto MS Syafiuddin, ditangkap oleh KPK pada tahun 2019
terkait dugaan suap terkait proyek pembangunan infrastruktur di daerah tersebut.
Ia diduga menerima suap terkait proyek pembangunan dan menyalahgunakan
wewenangnya.
6. Kasus Suap Impor Sapi:
Pada tahun 2012, Menteri Pertanian Indonesia pada saat itu, Suswono, dituduh
terlibat dalam kasus suap terkait kebijakan impor daging sapi. Dia diduga
menerima suap agar memberikan izin impor daging sapi ke Indonesia. Kasus ini
menjadi perhatian karena melibatkan seorang pejabat tinggi di tingkat
kementerian.

2.8 Audit Investigasi adalah proses pengumpulan dan pengujian bukti-bukti terkait kasus
penyimpangan yang berindikasi merugikan keuangan Negara dan / atau perekonomian Negara,
untuk memperoleh kesimpulan yang mendukung tindakan litigasi dan/atau tidakan korektif
manajemen. Audit Investigasi dapat dilaksanakan atas permintaan Kepala Daerah dan Aparat
Penegak Hukum. Audit Investigasi termasuk didalamnya audit dalam rangka menghitung
kerugian keuangan Negara, audit hambatan kelancaran pembagunan, audit eskalasi audit klaim.

2.9 Teknik Audit Investigasi


1) Memeriksa Fisik
Pengamatan fisik dari alat bukti atau petunjuk fraud menolong investigator untuk
menemukan kemungkinan korupsi yang telah dilakukan.
2) Meminta informasi dan konfirmasi
Meminta informasi dari auditee dalam audit investigatif harus disertai dengan
informasi dari sumber lain agar dapat meminimalkan peluang auditee untuk
berbohong. Meminta konfirmasi adalah meminta pihak lain (selain auditee) untuk
menegaskan kebenaran atau ketidakbenaran suatu informasi. Meminta konfirmasi
dapat diterapkan untuk berbagai informasi, baik keuangan maupun nonkeuangan.
Harus diperhatikan apakah pihak ketiga yang dimintai konfirmasi punya kepentingan
dalam audit investigatif. Jika ada, konfirmasi harus diperkuat dengan konfirmasi
kepada pihak ketiga lainnya.
3) Memeriksa dokumen
Tidak ada audit investigatif tanpa pemeriksaan dokumen. Definisi dokumen menjadi
lebih luas akibat kemajuan teknologi, meliputi informasi yang diolah, disimpan, dan
dipindahkan secara elektronis. Karena itu, teknik memeriksa dokumen mencakup
komputer forensik.
4) Review Analitikal
Dalam review analitikal, yang penting adalah: kuasai gambaran besarnya dulu (think
analytical first!). Review analitikal adalah suatu bentuk penalaran yang membawa
auditor pada gambaran mengenai wajar atau pantasnya suatu data individual
disimpulkan dari gambaran yang diperoleh secara global. Kesimpulan wajar atau
tidak diperoleh dari perbandingan terhadap benchmark. Kesenjangan antara apa yang
dihadapi denganbenchmark: apakah ada kesalahan (error), fraud, atau salah
merumuskan patokan. Kenali pola hubungan (relationship pattern) data keuangan
yang satu dengan data keuangan yang lain atau data non-keuangan yang satu dengan
data non-keuangan yang lain.
5) Menghitung Kembali (Reperform)
Reperform dalam audit investigatif harus disupervisi oleh auditor yang
berpengalaman karena perhitungan yang dihadapi dalam audit investigatif umumnya
sangat kompleks, didasarkan atas kontrak yang sangat rumit, dan kemungkinan
terjadi perubahan dan renegosiasi berkali-kali.
6) Net Worth Method
Membuktikan adanya penghasilan yang tidak sah dan melawan hukum. Pemerikasan
dapat dihubungkan dengan besarnya pajak yang dilaporkan dan dibayar setiap
tahunnya. Laporan harta kekayaan pejabat merupakan dasar dari penyelidikan.
Pembalikan beban pembukitian kepada yang bersangkutan.
7) Follow The Money
Berarti mengikuti jejak yang ditinggalkan dari arus uang sampai arus uang tersebut
berakhir. Naluri penjahat selalu menutup rapat identitas pelaku, berupaya memberi
kesan tidak terlihat atau tidak di tempat saat kejadian berlangsung. Dana bisa
mengalir secara bertahap dan berjenjang, tapi akhirnya akan berhenti di satu atau
beberapa tempat penghentian terakhir. Tempat inilah yang memberikan petunjuk
kuat mengenai pelaku fraud.

3.1 Kunci Keberhasilan Investigasi Dengan Teknik Audit


1) Mengerti dengan baik persoalan yang akan dipecahkan, apa yang akan diinvestigasi.
2) Kuasai dengan baik tehnik-tehnik investigasi
3) Cermat dalam menerapkan tehnik yang dipilih
4) Cermat dalam menarik kesimpulan dari hasil penerapan tehnik yang kita pilih.

3.2 Prediction

Langkah pertaman akutan dalam audit investigatifnya adalah menyusun prediction. Fraud
Examiners Manual (2006) menjelaskan Prediction sebagai berikut: “Prediction adalah
keseluruhan dari peristiwa, keadaan pada saat peristiwa itu, dan segala hal terkait atau
berkaitan yang membawa seseorang yang cukup terlatih dan berpengalaman dengan
kehati-hatin yang memadai, kepada kesimpulan bahwa fraud telah, sedang atau akan
berlangsung. Prediction adalah dasar untuk memulai investigasi. Investigasi atau
pemeriksaan atau pemeriksaan fraud jangan dilaksanakan tanpa adanya prediction yang
tepat.
Setiap investigasi dimulai dengan keinginan atau harapan bahwa kasus ini berakhir dengan
litigasi.Padahal ketika memulai investigasi, pemeriksa belum memiliki bukti yang cukup.
Ia bau mempunyai dugaan atas dasar prediction yang dijelaskan di atas. Keadaan ini tidak
berbeda sengan ilmuan yang mebuat “dugaan” atas dasar pengamatannya terhadap
berbagai fakta, kemudian “dugaan” ini diujinya. Seperti hoptesis yang haus terjadi;
selanjutnya akan disebut teori fraud. Teoi ini tidak lain dari rekaan atau perkiraan yang
harus dibuktikan.
Investigasi dengan pendekatan teori fraud meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Analisis yang tersedia
2. Ciptakan (atau kembangkan) hipotesis berdasarkan analisis diatas
3. Uji atau tes hipotesis tersebut
4. Perhalusan atau ubah hipotesis berdasarkan hasil pengujian sebelumnya.

3.3 Investigasi dengan Teknik audit


Kata ”investigasi” dalam akuntansi forensik umumnya berarti audit investigasi atau audit
forensik. Ada beberapa tujuan dari investigasi yaitu:
a) memberhentikan manajemen. Tujuan utamanya adalah sebagai teguran keras bahwa
manajemen tidak mampu mempertanggungjwabkan kewajiban fidisiernya,
b) memeriksa, mengumpulkan dan menilai cukupnya dan relevan bukti. Konsepnya
adalah forensic evidence dan bukan sekedar bukti audit.
c) melindungi reputasi dari karyawan yang tidak bersalah,
d) memastikan bahwa pelaku kejahatan tidak lolos dari perbuatannya,
e) menyapu bersih semua karyawan yang melakukan kejahatan,
f) memastikan bahwa perusahaan tidak lagi dijadikan sasaran penjarahan,
g) mengumpulkan cukup bukti yang dapat diterima pengadilan dengan sumber daya dan
berhentinya kegiatan perusahaan seminimal mungkin,
h) melindungi nama baik perusahan atau lembaga,
i) melaksanakan investigasi dalam koridor kode etik. Suatu investigasi hanya dimulai
apabila ada dasar yang layak atau lebih dikenal dengan ”prediction”.
Seorang investigator mereka-reka mengenai apa, bagaimana, siapa dan pertanyaan lain yang
diduga terkait atau relevan dengan pengungkapan kasusnya. Investigasi atau Audit forensik
dapat merupakan pengembangan lebih lanjut atas hasil audit operasional, audit kinerja yang
memuat adanya indikasi KKN dengan konsekuensi terjadinya kerugian keuangan negara,
namun demikian audit forensik dapat juga didasarkan indikasi kerugian yang tertayang
sebagai berita dalam media massa maupun dalam laporan atau pengaduan masyarakat.
Ada dua macam audit investigasi atau audit forensik:
1. Audit Investigasi/forensik Proaktif Dilakukan pada corporate yang mempunyai risiko
penyimpangan, tetapi corporate tersebut dalam proses awal auditnya belum atau
tidak didahului oleh informasi tentang adanya indikasi penyimpangan yang dapat
atau berpotensi menimbulkan kerugian keuangan/ kekayaan negara dan/ atau
perekonomian negara.
2. Audit investigasi/forensik Reaktif Mengandung langkah-langkah pencarian dan
pengumpulan bukti-bukti yang diperlukan untuk mendukung dugaan awal tentang
indikasi adanya penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan/
kekayaan negara dan/ atau perekonomian negara. Investigasi atau audit forensic
memiliki beberapa prinsip yaitu yang didasarkan pada pengalaman dan praktek.
Prinsip investigasi dijadikan pedoman bagi investigator dalam setiap situasi sebagai
berikut:
1. Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang dapat
mendukung fakta yang dipermasalahkan,
2. Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran dengan memperhatikan keadilan dan
berdasarkan pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku,
3. Investigator mengumpulkan fakta-fakta sedemikian rupa sehingga bukti-bukti yang
diperolehnya dapat memberikan kesimpulan sendiri ( bahwa telah terjadi tindak
kejahatan dan pelakunya teridentifikasi).
4. Informasi merupakan napas dan darahnya investigasi sehingga investigator harus
mempertimbangkan segala kemungkinan untuk dapat memperoleh informasi,
5. Pengamatan, informasi dan wawancara merupakan bagian yang penting dalam
investigasi,
6. Pelaku kejahatan adalah manusia,oleh karena itu jika ia diperlakukan sebagaimana
layaknya manusia maka mereka juga akan merespon sebagaimana manusia. Teknik
audit adalah cara-cara yang dipakai dalam mengaudit kewajaran penyajian leporan
keuangan. Hasil dari penerapan teknik audit adalah bukti audit.
Audit forensik merupakan audit yang bersifat khusus, namun demikian teknologi atau
metodologi auditnya dapat menggunakan teknik audit secara umum sesuai dengan standar
audit yang berlaku dengan menggunakan teknik audit yang sifatnya eksploratif yaitu
1. Pengujian terhadap fisik/physical examination yang meliputi penghitungan uang
tunai, kertas berharga, persediaan barang, aktiva tetap dan barang berwujud lainnya,
2. Meminta konfirmasi /confirmation dalam investigasi bahwa tindakan konfirmasi
harus dikolaborasi-padukan dengan sumber lain/substained,
3. Mengaudit dokumen atau buril /documentation termasuk dokumen digital, electrical
dan lainnya. Teknik audit selanjutnya adalah
4. Reviuw yang sifatnya analitis/analytical review yaitu teknik menjawab terjadinya
kesenjangan atas perbandingan yang dihadapi dengan apa yang layaknya harus
terjadi,
5. Meminta informasi lisan atau tertulis dari pihak yang diaudit/inquiry of the auditee
untuk mendukung masalah,
6. Menghitung kembali/reperformance yang mana penggunaan teknik ini dilakukan
dengan menguji kebenaran perhitungan (perkalian, pembagian, penambahan,
pengurangan) dalam rangka memberikan

3.4 Theodorus M Tuanakotta mengutip standar yang dirumuskan K.H. Spencer Pickett
dan Jennifer Pickett dengan 7 (tujuh) standar untuk melakukan investigasi terhadap fraud,
yaitu :
1. Seluruh investigasi harus dilandasi praktek terbaik yang diakui/accepted best
practices)
2. Kumpulkan bukti-bukti dengan prinsip kehati-hatian/due care sehingga bukti-bukti
tadi dapat diterima di pengadilan
3. Pastikan bahwa seluruh dokumentasi dalam keadaan aman, terlindungi dan diindeks;
dan jejak audit tersedia.
4. Pastikan bahwa para investigator mengerti hak-hak azasi pegawai dan senantiasa
menghormatinya.
5. Beban pembuktian ada pada yang “menduga” pegawainya melakukan kecurangan,
dan pada “penuntut umum” yang mendakwa pegawai tersebut, baik dalam kasus
hukum administratif maupun hukum pidana.
6. Cakup seluruh subtansi investigasi dan “kuasai” seluruh target yang sangat kritis
ditinjau dari segi waktu.
7. Liput seluruh tahapan kunci dalam proses investigasi, termasuk perencanaan,
pengumpulan bukti dan barang bukti, wawancara, kontak dengan pihak ketiga,
pengamanan mengenai hal-hal yang bersifat rahasia, ikuti tatacara atau protokol,
dokumentasi dan penyelenggaraan catatan, keterlibatan polisi, kewajiban hukum, dan
persyaratan mengenai pelaporan.

3.5 Contoh Kasus Tehnik Audit Investigasi


Salah satu contoh kasus teknik audit investigasi di Indonesia adalah Kasus Century.
Kasus ini terjadi pada tahun 2008-2009 dan melibatkan Bank Century, yang saat itu
mengalami krisis likuiditas. Berikut adalah contoh kasus tersebut:
Kasus Century:
1. Tujuan Audit Investigasi:
- Menyelidiki dugaan penyalahgunaan dana bailout oleh Bank Indonesia untuk
menyelamatkan Bank Century.
2. Teknik Audit:
- Pemeriksaan Dokumen:
- Memeriksa dokumen-dokumen resmi terkait penanganan krisis Bank Century,
termasuk surat keputusan, surat-surat keuangan, dan laporan keuangan.
- Wawancara:
- Wawancara dengan pejabat Bank Indonesia, pejabat pemerintah, dan pihak terkait
lainnya untuk mendapatkan pemahaman lebih lanjut tentang keputusan penyelamatan.
- Pemeriksaan Transaksi Keuangan:
- Menganalisis transaksi keuangan Bank Century, khususnya yang terkait dengan dana
bailout, untuk mengidentifikasi apakah ada indikasi penyalahgunaan atau pelanggaran.
- Pemeriksaan Kebijakan dan Prosedur:
- Memeriksa kebijakan dan prosedur yang digunakan oleh Bank Indonesia dalam
menyelamatkan Bank Century untuk menilai kepatuhan terhadap standar dan prosedur
yang berlaku.
- Pemeriksaan Keterlibatan Pihak-Pihak Terkait:
- Mengevaluasi keterlibatan dan hubungan antara pejabat Bank Century dengan pihak-
pihak lain, termasuk pejabat pemerintah, untuk mendeteksi adanya konflik kepentingan
atau praktik yang tidak etis.
3. Hasil Audit Investigasi:
- Menyimpulkan apakah ditemukan bukti penyalahgunaan dana bailout, pelanggaran
hukum, atau kebijakan yang tidak sesuai standar.
4. Tindak Lanjut:
- Jika ditemukan bukti pelanggaran, tindakan hukum dan administratif dapat diambil
terhadap pihak yang terlibat. Rekomendasi perbaikan dan perubahan kebijakan juga dapat
diajukan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

Kasus Century menjadi sorotan masyarakat Indonesia karena melibatkan sejumlah uang
yang besar dan memicu kontroversi terkait keputusan penyelamatan oleh Bank Indonesia.
Audit investigasi dalam kasus ini memiliki peran penting dalam membongkar fakta-fakta
dan memastikan akuntabilitas pihak yang terlibat.
BAB III
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
 Suap merupakan tindak pidana dengan cara mempengaruhi orang lain untuk memutar
balikan sebuah kebenaran sesuai dengan apa yang diinginkan penyuap. Moral rakyat
Indonesia akan terbiasa hidup berdasarkan prinsip curang dan yang penting
menguntungkan diri sendiri. Karena seringnya terjadi suap , masyarakat Indonesia
lebih mengandalkan uang daripada kejujuran dan kerja keras.
 Pada intinya adalah semua orang harus sama - sama saling membantu dalam
mewujudkan indonesia yang bebas suap. Pemerintah kedepannya harus menciptakan
birokrasi yang jujur, adil dan transparan dibantu dengan masyarakatnya yang ikut serta
mengawasi dan segera melaporkan kepada lembaga yang bersangkutan jika melihat
ada tindak penyuapan.
 Investigasi secara sederhana dapat didefinisikan sebagai upaya pembuktian. Namun
demikian ada banyak tujuan melakukan investigasi. Istilah investigasi dalam
penggunaan sehari-hari member kesan seolah hanya ada satu tujuan yaitu dalam
konteks tindak pidana korupsi. Artinya tujuan akhir investigasi adalah menjebloskan
koruptor ke penjara dan atau mendapatkan kembali sebagian atau seluruh hasil
jarahannya. Pemilihan diantara berbagai alternative tujuan investigasi tergantung dari
organisasi dan jenis serta besarnya kecurangan/Fraud. Investigasi dalam istilah generik
dapat juga berarti audit forensik. Audit forensik merupakan audit yang bersifat khusus,
namun demikian teknologi atau metodologi auditnya dapat menggunakan teknik audit
secara umum sesuai dengan standar audit yang berlaku. Teknik audit yang dilakukan
oleh auditor forensik dapat digunakan untuk mengungkap fraud yang terjadi di
corporate baik pada sektor swasta maupun publik. Sehingga penguasaan yang baik
atas metodologi/teknik audit dari auditor forensik akan meminimalkan terjadinya fraud
corporate.
4.2 Saran.
Sebaiknya pihak pemerintah lebih tanggap dalam menangani kasus – kasus korupsi yang
terjadi di Indonesia khususnya kasus – kasus penyuapan, dengan menegakan keadilan
serta memberikan hukuman yang sesuai dan juga hukuman yang dapat memberikan efek
jerah sehingga dapat mengurangi bahkan meniadakan tindakan korupsi di Indonesia.

 Bagi Masyarakat : Menganggap masyarakat Indonesia sebagai warga negara yang


baik lebih taat aturan demi kebaikan bersama, serta lebih berhati-hati dalam
melakukan tindakan yang akan dilakukan agar tidak mempraktikan tindakan korupsi
dalam kehidupan bermasyarakat.
 Bagi Mahasiswa : Sebagai generasi muda penerus bangsa yang Cerdas sebaiknya
para mahasiswa menedepankan sikap-sikap yang berhasil dalam melakukan berbagai
tindakan agar tidak merugikan sesama dalam dalam linkup dunia perkuliahan di
kampus.

Anda mungkin juga menyukai