Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB


Dosen: Sri Anjarwati,SE, M.Ak

Disusun oleh :

Kelompok 4
Maghfira Aisya Syawali (43122010133)
Fitri Wahyuningsih (43122010380)
Maharani Saputri (43122010387)
Shahiqa Lazuardy Murod (43122010370)
Zakiatun Nisa Salsabila (43122010386)
Nurul Fadila (43122010367)

TB 2

“TINDAK PIDANA KORUPSI”

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2022
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat serta
Karunia-Nya sehingga penyusunan makalah dalam Mata kuliah PENDIDIKAN ANTI
KORUPSI DAN ETIK UMB dapat terlaksana dengan baik dan lancar hingga selesai sampai
akhir. Tidak lupa juga ucapan banyak Terima kasih kepada pihak yang ikut membantu
berkontribusi dengan segala masukan saran serta arahan yang dapat diterapkan dalam
penyusunan makalah ini.

Kami sangat ingin dan memiliki harapan besar bahwa dengan adanya penyusunan
makalah ini dapat bermanfaat dan menambah ilmu serta wawasan kepada para pembaca
dan di praktik kan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari,

Kami memohon maaf apabila masih banyak terdapat kesalahan dalam penyusunan
makalah ini baik dalam kata maupun sumber yang diberikan karna terbatasnya pengetahuan
dan pengalaman. Oleh karena itu, kami memperlukan kritik dan arahan serta saran yang
membangun dari para pembaca demi memperbaiki makalah ini untuk seterusnya.
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….....……..1

DAFTAR ISI……………………………………………………………..…………... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ………………………………………………………......…… 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian tindak pidana korupsi …………………………..….………….…4

2.2 Unsur-unsur tindak pidana korupsi ……………….……………………..…..4

2.3 Sejarah diberlakukannya tindak pidana korupsi……………..………….…5

2.4 Faktor-faktor penyebab terjadinya tindak pidana korupsi…………….….9

2.5 Upaya pencegahan (peventif) terhadap tindak pidana korupsi…………..9

2.6 Contoh kasus tindak pidana korupsi…………………………………..…….10

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ……………………………………………………...…………..….13

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...….14

KUMPULAN SOAL PILIHAN GANDA…………………………………………..…15


3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Tindak pidana korupsi di indonesia sudah sangat meluas dan telah masuk sampai
ke seluruh lapisan kehidupan masyarakat. Perkembangannya terus meningkat dari tahun
ke tahun, dalam jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan Negara serta
dari segi kualitas tindak pidaa korupsi yang dilakukan semakin sistematis yang telah
memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat. Menurut Gunar Myrdal korupsi tersebut
meliputi kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan kekuasaan, aktifitas-aktifitas
pemerintahan, atau usaha-usaha tertentu untuk memperoleh kedudukan secara tidak
patut, serta kegiatan lainnya seperti penyogokan.
Dalam Undang-Undang No. 30 tahun 2002 tentang komisi pemberantasan tindak
pidana korupsi sudah mengatur secara jelas bagaimana pemberantasan tindak pidana
korupsi di indonesia tetapi masih saja terjadi korupsi di Indonesia. Ibarat penyakit, korupsi
di Indonesia telah berkembang dalam tiga tahap yaitu elitis, endemic, dan sistemik.
Pada tahap elitis, korupsi masih menjadi patologi sosial yang khas di lingkungan
para elit/pejabat. Pada tahap endemic, korupsi mewabah menjangkau lapisan
masyarakat luas. Lalu di tahap yang kritis, ketika korupsi menjadi sistemik, setiap individu
di dalam sistem terjangkit penyakit yang serupa. Boleh jadi penyakit korupsi di bangsa ini
telah sampai pada tahap sistemik.
Penanggulangan tindak pidana korupsi dapat ditempuh dengan upaya preventif.
Upaya penanggulangan prefentif adalah membuat rintangan atau hambatan agar tidak
terjadi tindak pidana korupsi. Untuk dapat membuat rintangan atau hambatan tindak
pidana korupsi maka diperlukan pemahaman yang seksama terhadap semua faktor yang
menyebabkan timbulnya korupsi serta semua hal-hal yang mendukung atau
mempengaruhinya.
Upaya pencegahan (preventive) terhadap tindak pidana korupsi adalah salah satu
jalan untuk memberantas pelaku tindak pidana korupsi agar kedepannya pelaku yang
berkeinginan secara langsung merugikan keuangan negara tidak berani untuk melakukan
perbuatan tindak pidana korupsi.
4

BAB II
PEMBAHASAN DAN CONTOH KASUS
2.1 Pengertian Tindak Pidana Korupsi
Dalam Ensiklopedia Indonesia Korupsi dalam Bahasa latin disebut sebagai corruption
= penyuapan dan corruptore = merusak. Keadaan dimana para pemegang kekuasaan
negara melakukan aksi penyalahgunaan wewenang dan bersifat negative atau
merugikan. Lumrah nya Korupsi disebut sebagai Tindakan Kejahatan dan Merusak dalam
segi apapun baik itu Moral, sifat, serta kondisi keadaan dalam Organisasi kepemimpinan
Negara ataupun Perusahaan, Keluarga, dari Golongan apapun yang bersifat negative dan
merugikan banyak orang.
Jadi Pengertian Tindak Pidana Korupsi adalah, Gerakan sebagai Upaya untuk
mengurangi bahkan juga menghilangkan para oknum pelaku Korupsi yang disebut
sebagai Koruptor. Dan memberikan sanksi Tegas kepada para pelaku kejahatan tersebut.
2.2 Unsur-Unsur Tindak Pidana Korupsi
Doktrin (pendapat ahli) atau yurisprudensi, memberikan penafsiran terhadap rumusan
undang-undang yang semula tidak jelas atau sering berubah makna karena
perkembangan zaman, kini dapat memberikan pengertian tentang unsur-unsur kejahatan
secara jelas dan pasti. Unsur Tindak Pidana Korupsi Yang Berkaitan Dengan Kerugian
Keuangan Negara. Unsur tindak pidana korupsi berikut ini tidak dapat dipisahkan dengan
Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi:

adapun unsur-unsur tindak pidana korupsi yang dapat dapat dirangkum dalam
disarikan dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 adalah sebagai berikut:

1. Tindakan seseorang atau badan hukum melawan hukum;


2. Tindakan tersebut menyalahgunakan wewenang;
3. Dengan maksud untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain;
4. Tindakan tersebut merugikan negara atau perekonomian Negara atau patut diduga
merugikan keuangan dan perekonomian negara;
5. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara
negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut
berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan
kewajibannya;
6. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya;
7. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili;
8. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada seseorang yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan ditentukan menjadi advokat untuk menghadiri sidang
pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan
diberikan berhubung dengan perkara yang diserahkan kepada pengadilan untuk
diadili;
9. Adanya perbuatan curang atau sengaja membiarkan terjadinya perbuatan curang
tersebut;
5

10. Pegawai negeri atau orang selain pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan
suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan
sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya,
atau membiarkan uang atau surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh
orang lain, atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut;
11. Dengan menggelapkan,menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat
dipakai barang, akta, surat, atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau
membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya
dan membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau
membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut serta
membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat
tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut;
12. Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji
padahal diketahui atau patut diduga, bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan
karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau
yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada
hubungan dengan jabatannya.

Dengan adanya unsur-unsur tindak pidana korupsi yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan, maka setiap tindakan seseorang atau korporasi yang memenuhi
kriteria atau rumusan delik di atas, maka kepadanya dikenakan sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku. Harus diingat dan dipahami bahwa unsur-unsur tindak pidana
sangat penting untuk diketahui karena dengan tidak terpenuhinya unsur suatu tindak
pidana, maka pelakunya kejahatan dapat bebas dari segala tuntutan hukum dan dalam
kenyataannya penyebab sehingga seorang terdakwa koruspi bebas dari jeratan hukum
karena tidak terpenuhinya unsur- unsur tersebut.

2.3 Sejarah Diberlakukannya Tindak Pidana Korupsi


Orde Lama
Terbitnya Peraturan Penguasa Militer No. 1957 menandai dimulainya pemberantasan
korupsi peradilan. Terdapat Langkah-Langkah Pemberantasan Korupsi dan Laporan
Umum pada No. 6 Tahun 1957 atau PRT/PM/06/1957. Serta Menyelidiki politisi yang
mengumpulkan aset mencurigakan. Karna tantara juga memiliki Kewenangan untuk
menyita aset tersangka, meski hanya bagi mereka yang melakukan korupsi setelah 9 April
1957. Beberapa anggota parlemen diperiksa acak dan ditangkap. Banyak pihak senang
dengan langkah terakhir pemberantasan korupsi ini. Namun, Jenderal AH Nasution
akhirnya mengakui kesulitan dalam melakukan tantangan terkait pemberantasan korupsi.
Karna pada Saat itu, upaya pemberantasan korupsi sedang terguncang. Dengan
beberapa perubahan, termasuk korupsi di seluruh Angkatan Darat.
Badan Pengawasan Kegiatan Aparatur Negara (Bapekan) yang didirikan oleh
Presiden Soekarno pada tahun 1959, bertugas melakukan penelitian dan mengawasi
setiap kegiatan aparatur negara. Ketika lembaga ini pertama kali dibuka. Hal ini mendapat
tanggapan yang luar biasa. Sampai Juli 1960, masyarakat mengajukan 912 laporan
korupsi, 400 di antaranya diselidiki. Dengan izin dari Soekarno, organisasi kedua, Panitia
Pembaharuan Aparatur Negara (Paran), didirikan pada Januari 1960.
AH Nasution memulai dan memimpin organisasi ini. Namun, kedua lembaga ini
akhirnya bersatu. Bapekan kemudian setuju untuk berkonsentrasi menyelidiki dan
memantau kegiatan aparatur negara, sedangkan Paran akan menangani korupsi. Pada
6

Mei 1962, Bapekan kemudian dibubarkan. Sementara itu, Paran dibubarkan pada Mei
1964 setelah hanya menangani 10% kasusnya.
Orde Baru
Orde Baru tidak jauh berbeda dengan Orde Lama dalam hal pemberantasan korupsi.
Padahal, kemerosotan seharusnya semakin meluas dan merata ke semua lini kehidupan
dan pemerintahan. Soeharto, presiden saat itu, terus-menerus diminta untuk
menunjukkan komitmennya dalam memberantas korupsi. Pada akhirnya DPR
mengesahkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 untuk memberantas tindak pidana
korupsi. Namun, undang-undang ini memiliki sejumlah kelemahan, di antaranya tidak
berlaku surut dan membawa tentara di bawah kendali sipil. Undang-undang ini telah
menunjukkan ketidakmampuannya untuk memberantas korupsi dari waktu ke waktu.
Karena pemerintahannya yang berkepanjangan, Orde Baru adalah rezim yang paling
banyak mengeluarkan peraturan. Sayangnya, tidak semua peraturan yang dibuat mampu
berkerja.
UU No. 3 Tahun 1971
memberikan Tindak Pidana berupa hukuman Penjara maksimal Seumur Hidup atau
dikenakan sanksi berupa tagihan membayar sebesar Rp 30.000.000 bagi semua kategori
Korupsi
meski sudah banyak penjelasan mengenai korupsi yang hanya mementingkan
kepentingan individu dari pada kelompok tetap saja masih banyak oknum dalam
masyarakat yang terus melakukan korupsi cenderung menyepelekan hukuman sehingga
memerluka banyak perbaikan.
Dinyatakan tidak berlaku lagi karna sudah berganti dengan UU No.31 Tahun 1999 berisi
Pemberantasan Korupsi.
Reformasi
Era reformasi yang dibawakan oleh gerakan nasional untuk menyelamatkan Indonesia
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) diharapkan akan menunjukkan keseriusan
dalam pemberantasan korupsi. Penerapan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999
Tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dari KKN menandai awal dari
pemberantasan korupsi pada masa kepresidenan Presiden BJ Habibie. Dalam aturan ini,
berbagai musuh yayasan pelemahan dibingkai. Seperti Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (KPTPK). Selain itu, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-
undang Nomor 31 Tahun 1999 dikeluarkan oleh pemerintah di bawah BJ Habibie. Namun,
lembaga dan undang-undang tersebut belum menghasilkan hasil yang signifikan.
Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TGPTPK) dibentuk pada
tahun 2000 di bawah kepemerintahan Abdurrahman Wahid (Gus Dur ). Yang merupakan
Anggota masyarakat dan aparat penegak hukum serta menjadi fokus wilayah kerja tim.
Selain itu, isu Gus Dur pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2000 tentang
Tata Cara Pelaksanaan Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam
Pemberantasan Korupsi. Yang dimana PP ini bertujuan untuk meningkatkan peran aktif
masyarakat dalam pemberantasan korupsi.
Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2000 kemudian dibatalkan oleh MA (Mahkamah
Agung). Putusan tentang hak menguji kepastian hukum yang diajukan oleh salah satu
hakim Mahkamah Agung menjadi dasar hukum TGPTPK. Pada Agustus 2001, TGPTPK
dibubarkan.
7

Pada masa Presiden Megawati Soekarno Putri, sejumlah kasus korupsi berlalu dan
digantikan oleh cerita-cerita yang tidak menyenangkan publik. Pemerintah Megawati
kemudian membentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPTPK) sebagai
hasil Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 yang berkaitan dengan Komisi
Pemberantasan Korupsi di tengah rendahnya kepercayaan publik terhadap lembaga
negara. Komis Pemberantasan Korupsi (KPK) tumbuh dari organisasi ini. Struktur dan
kelembagaan KPK independen serta tidak memiliki pengaruh apapun. KPK menjadi
lembaga yang disegani pejabat karna segera menunjukkan giginya.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mempertahankan KPK meski berganti
rezim. Dengan membentuk Tim Pemberantasan Korupsi (TimTas Tipikor) sesuai dengan
Keppres No.61 Tahun 2005. Presiden bertanggung jawab langsung kepada tim ini. Namun
tim ini tidak bertahan lama.karna Tim Pemberantasan Korupsi dibubarkan pada
pertengahan tahun 2007. Akan tetapi KPK tetap saja terus berjalan. Banyak kasus korupsi
besar dan kecil terungkap. Selain itu, beberapa pejabat ditahan karena dicurigai korupsi.
KPK hadir telah memberikan kepuasan terhadap hati rakyat. Keberadaan KPK dan
Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) yang terpisah dari peradilan umum, tetap
menjadi kekuatan dalam pemberantasan korupsi hingga masa pemerintahan Presiden
Joko Widodo.
UU No.28 Tahun 1999
Dibentuk pada masa BJ. HABIBIE untuk menjadi landasan dan komitmen setelah
tersingkirkan nya Rezim Orde Baru. Dijelaskan arti tentang Korupsi, kolusi, serta
nepotisme dimana secara keseluruhan nya merupakan perilaku tidak baik bagi
penyelenggara negara. Dibentuk nya komisi pengecekkan sebagai Lembaga yang
memiliki integritas tinggi dan memeriksa keseluruhan sumber kekayaan para apparat atau
penyelenggara negara, bahkan juga terhadap mantan aparat penugasan tersebut demi
mencegah serta memusnahkan Tindakan Korupsi
UU No.31 1999
Sudah menjadi Landasan penerapan hukum dalam memberantas aksi Korupsi Di Negara.
Dalam UU ini dijabarkan jika perilaku Korupsi hanya menguntungkan individu dan
merugikan kelompok (Egois). Penjabaran itulah Korupsi dapat dikelompokkan menjadi 30
bentuk, dan dibagi lagi menjadi 7 macam. yaitu penggelapan dalam jabatan, pemerasan,
gratifikasi, suap menyuap, benturan kepentingan dalam pengadaan, perbuatan curang,
dan kerugian keuangan negara.
UU No.30 Tahun 2002
Setelah semua hal telah dilewati pada akhir nya terciptalah KPK (Komisi Pemberantas
Korupsi) sebagai suatu Lembaga yang bertugas menghilangkan Korupsi Pada masa
kepemimpinan Megawati Soekarno Putri. Karena pada saat itu baik Jaksa ataupun Polisi
sebagai Aparat penegak hukum tidak Efektif dalam memberantas aksi korupsi. Dan
membutuhkan Lembaga Khusus untuk Menaungi nya. UU ini kemudian diperiksa lalu
dikoreksi dengan Revisi UU KPK Pada 2019 dengan timbul nya UU N0.19 Tahun 2019,
untuk meningkatkan kualitas integritas pada setiap apparat penegak hukum yakni,
kepolisian dan kejaksaan juga Lembaga KPK dalam penanganan Tindakan Korupsi.
Sejarah panjang pemberantasan korupsi di Indonesia menunjukkan bahwa
pemberantasan korupsi memang memerlukan upaya ekstra dan kemauan politik yang
kuat dari pemerintah saat ini. Peraturan perundang-undangan yang berlaku pada masa
pemerintahan tertentu mencerminkan politik pemberantasan korupsi itu sendiri. Undang-
8

undang Kelahiran yang secara khusus mengatur pemberantasan korupsi tindak pidana
tidak cukup untuk menunjukkan bahwa pemerintah serius atau dilakukan. Diperlukan lebih
dari sekedar mengeluarkan peraturan perundang-undangan, juga menuntut pelaksanaan
ketentuan undang-undang dengan mendorong aparat penegak hukum yang berwenang
untuk memberantas korupsi melalui tindakan tegas, berani, dan tidak pandang bulu.
Salah satu upaya yang signifikan untuk memberantas korupsi adalah undang-undang
antikorupsi. Untuk memberantas korupsi diperlukan undang-undang dan peraturan yang
kuat, tetapi kesadaran masyarakat juga diperlukan. Masyarakat dapat dapat sangat
membantu menghilangkan aksi korupsi jika memiliki kesadaran jika menyadari dan
memahami sifat perbuatan korupsi yang melanggar hukum. Oleh karena itu, diperlukan
sosialisasi undang-undang pemberantasan korupsi secara simultan dan konsisten,
khususnya mengenai delik-delik yang diaturnya. Kesadaran masyarakat akan tindak
pidana korupsi mutlak diperlukan
Walaupun pemerintahan dapat berubah, upaya pemberantasan korupsi tidak akan
pernah berhenti. Untuk memerangi dan memberantas korupsi, Indonesia telah
membentuk sejumlah landasan dan instrumen hukum. Korupsi diupayakan dapat dicegah
dengan menggunakan undang-undang dan peraturan pemerintah, dimana jika mereka
yang melakukannya akan dihukum sesuai perbuatan nya. Pencegahan dan penindakan
korupsi didukung oleh landasan hukum Indonesia dalam pemberantasannya. Salah
satunya menjadi landasan bagi Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang didirikan
untuk memberantas korupsi di tanah air.
Keseriusan pemerintah Indonesia dalam memberantas korupsi ditunjukkan oleh
landasan hukum tersebut. Untuk mengakomodir kondisi penuntutan kasus korupsi saat
ini, sejumlah modifikasi hukum dilakukan di sepanjang jalan. Peraturan pemerintah juga
mendorong publik berpartisipasi dalam pendeteksian dan pelaporan korupsi karena
pemerintah menyadari bahwa mereka tidak dapat bekerja sendiri. Dimulai dari anak-anak,
upaya pencegahan korupsi harus dilakukan sedini mungkin. Menanamkan pendidikan
antikorupsi di kalangan anak-anak prasekolah, pelajar dari masyarakat serta pada tenaga
pendidik organisasi kemasyarakatan, pelajar dari aparatur sipil negara
(Kementerian/Lembaga/Pemda), BUMN/ BUMD/Swasta, masyarakat politik, dan
masyarakat umum merupakan isu penting yang harus dibenahi dalam upaya pencegahan
korupsi.
Korupsi merupakan ancaman serius bagi stabilitas dan keamanan masyarakat,
merusak cita-cita dan moralitas, serta demokrasi, menghambat pembangunan ekonomi,
sosial, dan politik, Juga menyebabkan kemiskinan meluas yang memerlukan intervensi
pemerintah dan lembaga sosial. Pencegahan adalah salah satu cara untuk mengurangi
tingginya tingkat korupsi. Upaya serius yang dilakukan KPK untuk memberantas korupsi
salah satu nya melalui strategi preventif merupakan upaya yang cerdas.Strategi ini
menunjukkan bahwa KPK sadar bahwa jika masyarakat melakukan tindakan korupsi akan
menimbulkan bahaya bagi peradaban bangsa yang harus dicegah demi mempersiapkan
masa depan yang lebih baik. Dimulai dari anak-anak, upaya pencegahan korupsi harus
dilakukan sedini mungkin. Menanamkan pendidikan antikorupsi di kalangan anak-anak
prasekolah, pelajar dari masyarakat serta pada tenaga pendidik organisasi
kemasyarakatan, pelajar dari aparatur sipil negara (Kementerian/Lembaga/Pemda),
BUMN/ BUMD/Swasta, masyarakat politik, dan masyarakat umum merupakan isu penting
yang harus dibenahi dalam upaya pencegahan korupsi.
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Tindak Pidana Korupsi
9

Di Indonesia Menurut Abdullah Hehamahua, berdasarkan kajian dan pengalaman


setidaknya ada enam penyebab terjadinya korupsi di Indonesia, yaitu sebagai berikut :

1. Sistem Penyelenggaraan Negara yang Kelir Sebagai Negara yang baru


merdeka atau negara yang baru berkembang, seharusnya prioritas
pembangunan di bidang pendidikan. Tetapi selama puluhan tahun, mulai dari
Orde Lama, Orde Baru samapai Orde Reformasi ini.

2. Konpensasi PNS yang rendah Disebabkan prioritas pembangunan di bidang


ekonomi, seingga secara fisik dan kultural melahirkan pola konsumerisme.

3. Pejabat yang serakah Pola hidup konsumerisme yang dilahirkan oleh sistem
pembangunan seperti diatas mendorong pejabat untuk menjadi kaya secara
instant.

4. Law enforcemen tidak berjalan Disebabkan para pejabat serakah dan PNS-
nya karena gaji yang tidak cukup.

5. Hukuman yang ringan terhadap koruptor Disebabkan law enforcement tidak


berjalan di mana aparat penegak hukum bisa dibayar, maka hukuman yang
dijatuhkan kepada para koruptor sangat ringan, sehingga tidak menimbulkan
efek jera.

6. Budaya masyarakata yabg kondusip KKN Dalam Negara agraris seperti


Indonesia, masyarakat cendrung paternalistic.Tentang kausa atau sebab
orang melakukan perbuatan korupsi di Indonesia, berbagai pendapat telah
dilontarkan. Ditambah dengan pengalaman-pengalaman
2.5 Upaya Pencegahan (peventif) Terhadap Tindak Pidana Korupsi

Untuk menciptakan sebuah susunan kehidupan masyarakat yang bersih,


diperlukan sebuah sistem pendidikan anti korupsi yang berisi tentang sosialisasi
bentuk-bentuk korupsi, cara pencegahan dan pelaporan serta pengawasan terhadap
tindak pidana korupsi. Sebagai upaya untuk menumbuhkan generasi yang bersih dan
anti korupsi. Sebagaimana diatur tentang upaya pencegahan terhadap tindak pidana
korupsi dalama Pasal 13 UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi yaitu : dalam melaksanakan tugas pencegahan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 6 huruf d, Komisi Pemberantasan Korupsi berwenang
melaksanakan langkah atau upaya pencegahan sebagai berikut :

a. Melakukan pendaftaran dan pemeriksaan terhadap laporan harta kekayaan


penyelenggara negara.

b. Menerima laporan dan menetapkan status gratifikasi,


10

c. Menyelenggarakan program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang


pendidikan,

d. Merancang dan mendorong terlaksananya program sosialisasi


pemberantasan tindak pidana korupsi,

e. Melakukan kampanye antikorupsi kepada masyarakat umum,

f. Melakukan kerja sama bilateral atau multilateral dalam pemberantasan


tindak pidana korupsi.

Pencegahan korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis. Praktiknya bisa
berlangsung dimanapun, di lembaga negara, lembaga privat, hingga di kehidupan
sehari-hari. Melihat kondisi seperti itu, maka pencegahan menjadi layak didudukkan
sebagai strategi perdananya.
Melalui strategi pencegahan, diharapkan muncul langkah berkesinambungan
yang berkontribusi bagi perbaikan ke depan. Pendidikan antikorupsi membentuk
kesadaran akan bahaya korupsi kemudian bangkit melawannya. Untuk itu harus
adanya upaya yang sistematis dari penegak hukum dan masyarakat untuk mencegah
pelaku menjadi jera terhadap perbuatan korupsi sehingga kedepannya ada upaya dari
pencegahan yang dimulai sejak dini agar dimasa nanti saat seseorang sudah
memegang wewenang tidak menyelewengkam wewenangnya untuk melakukan
kejahatan korupsi.

2.6 Contoh Kasus Tindak Pidana Korupsi


1. Kasus korupsi KTP elektronik atau e-KTP merugikan negara senilai Rp2,3 triliun
dari total nilai proyek Rp5,9 triliun. Kasus korupsi e-KTP terjadi di tahun 2011 dan
2012.
Kasus ini berawal saat Kemendagri di tahun 2009 merencanakan mengajukan
anggaran untuk penyelesaian Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAP),
salah satu komponennya adalah Nomor Induk Kependudukan (NIK).
KPK menetapkan beberapa orang menetapkan tersangka korupsi dari pejabat
Kementrian Dalam Negeri dan petinggi DPR seperti Sugiharto, Irman, Andi Narogong,
Markus Nari, Anang Sugiana dan Setya Novanto.
Hukuman pelaku
Pengadilan sudah memvonis bersalah kepada orang yang terlibat dalam kasus korupsi
e-KTP.
Berikut rinciannya:

1. Sugiharto: 5 tahun penjara dan denda sebesar 500 juta (vonis 22 Juni 2017)


2. Irman: 7 tahun penjara dan denda sebesar 500 juta (vonis 20 Juli 2017)
11

3. Andi Naragong: 8 tahun penjara dan denda sebesar 1 milyar (21 Desember 2017)
4. Setya Novanto: 15 tahun penjara dan denda sebesar 500 juta (divonis 24 April
2018, kemudian mengajukan peninjauan kembali (PK) setahun setelahnya)
5. Anang Sugiana Sudiharjo: 6 tahun penjara dan denda sebesar 1 milyar (divonis 30
Juli 2018, inkrah setelah banding dan PK)
penjara (divonis pada 5 Desember 2018)


 6.Markus Nari: 6 tahun penjara dan denda sebesar 300 juta (divonis 11 November
2019)
Kasus korupsi proyek pengadaian tiga quay container crane (QCC) di PT PELINDO II
menyeret nama mantan dirut PT PELINDO RJ LINO. KPK resmi menahan RJ lino pada jum’at
26 maret 2021 setelah berhasil mengantongi audit kerugian negara dalam kasus ini. Kasus
dugaan di PT PELINDO II menyebabkan kerugian negara hingga Rp 6 Triliun. RJ lino
dijatuhkan hukuman 4 tahun penjara.

2. Kasus century bank, negara mengalami kerugian sebesar Rp 7 Triliun atas kasus Bank
Century. Pemberian fasilitas pendanaan jangka pendek (FPJP) ke bank century telah
menyebabkan kerugian negara Rp. 689,394 Miliar. Kasus gini turut menyeret
beberapa nama besar namun baru Budi Mulya yang sudah divonis 15 tahun penjara.

3. Kasus asuransi jiwasraya, jiwasraya mengalami gagal bayar polis kepada nasabah
terkait investasi saving plan sebesar Rp 12,4 triliun. Akibatnya negara mengalami
kerugian lebih dari Rp 13,7 triliun. Pengadilan tipikor DKI Jakarta telah menjatuhkan
vonis penjara seumur hidup kepada 6 terdakwa kasus korupsi PT ASURANSI
JIWASRAYA (Persero), yaitu:
• HERU HIDAYAT
Presiden komirsaris PT TRADA ALAM MINERA TBK
Dijatuhkan pidana penjara selama seumur hidup. Dan diwajibkan untuk
membayar uang pengganti sebesar 10.728.783.375.000.

• BENNY TJOKROSAPUTRO
Direktur utama PT HANSON INTERNASIONAL TBK
Dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup dan denda Rp 5 Miliar subside 1
tahun penjara, selain itu Benny juga dijatuhi pidana tambahan yaitu membayar
uang pengganti sebesar Rp. 6.078.500.000.000. Karena Banny menggunakan
pihak lain dalam jumlah banyak sebagai nominee dan bahkan menggunakan
KTP palsu serta menggunakan perusahaan yang tidak memiliki kegiatan untuk
menampung usahanya.

• JOKO HARTONO TIRTO


Direktur PT MAXIMA INTEGRA
Dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup dan pidana denda Rp 1 Miliar
subside 6 bulan penjara. Karena ia dianggap menggunakan cara licik seolah
ingin membebaskan jiwasraya dari kebangkrutan, tetapi malah menyebabkan
kerugian perseroan. Ia juga dinilai merusak dunia pasar modal, menghilangkan
kepercayaan masyarakat terhadap asuransi, serta menyebabkan kerugian
langsung terhadap masyarakat khususnya nasabah asuransi.

• HENDRISMAN RAHIM
12

Mantan direktur utama AJS


Dijatuhkan hukuman penjara 20 tahun dan denda Rp 1 miliar subside 6 bulan
kurungan.

• HARRY PRESETYO
Mantan direktur keuangan AJS
Dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup dan membayar denda Rp 1 Miliar
subside 6 bulan kurungan. Karena telah menyebabkan kerugian negara senilai
Rp 16,807 triliun. Ia juga tidak mendukung program pemerintah yang bebas
korupsi, kolusi, nepotisme, serta bersifat terstruktur, sistematis dan massif
terhadap asuransi jiwasraya.

• SYAHMIRWAN
Kepala divisi investasi dan keuangan AJS
Dijatuhkan hukuman penjara seumur hidup karena telah menyebabkan negara
mengalmi kerugian Rp 16,809 triliun. Ia juga dinilai tidak mendukung program
pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintah yang bebas korupsi, kolusi,
dan nepotisme.

4. Kasus PT ASABRI, BPK mengumumkan kerugian negara dalam tindak pidana korupsi
di PT ASABRI mencapai 22,78 triliun. Kerugian negara itu timbul akibat adanya
kecurangan dalam pengelolaan keuangan dana investasi PT ASABRI selama periode
2012-2019. Kasus ini turut menyeret nama Benny Tjokrosaputro dan Heru Hidayat
sebagai tersangka, yang juga terlibat dalam kasus korupsi jiwasraya
13

BAB III
KESIMPULAN
Tindak Pidana Korupsi adalah, Gerakan sebagai Upaya untuk mengurangi bahkan
juga menghilangkan para oknum pelaku Korupsi yang disebut sebagai Koruptor. Dan
memberikan sanksi Tegas kepada para pelaku kejahatan tersebut. Penyebab terjadinya
karena tindak pidana korupsi di Indonesia itu disebabkan oleh minimnya gaji yang
diberikan kepada para pekerja dan budaya masyarakat Indonesia cendrung paternalistik
dan pola hidup konsumerisme sehingga munculnya niat seseorang untuk melakukan
tindak pidana korupsi.
Cara pencegahan yang efektif adalah dengan cara memberikan pendidikan
diniterhadap anti korupsi, serta merubah pola prilaku masyarakat tentang dari pola hidup
konsumerisme menjadi sederhana dan menegakkan hukum sesuai dengan pasal 13
UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Melalui
strategi pencegahan, diharapkan muncul langkah berkesinambungan yang berkontribusi
bagi perbaikan ke depan. Pendidikan antikorupsi membentuk kesadaran akan bahaya
korupsi kemudian bangkit melawannya. Untuk itu harus adanya upaya yang sistematis
dari penegak hukum dan masyarakat untuk mencegah pelaku menjadi jera terhadap
perbuatan korupsi sehingga kedepannya ada upaya dari pencegahan yang dimulai sejak
dini agar dimasa nanti saat seseorang sudah memegang wewenang tidak
menyelewengkam wewenangnya untuk melakukan kejahatan korupsi.
14

DAFTAR PUSTAKA
Ermansjah Djaja, 2010, Memberantas Korupsi Bersama KPK, Jakarta, Sinar Grafika Offset

Abu Fida dan Abdu Rafi, 2006, Terapi Penyakit Korupsi dengan Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa),
Jakarta, Republika

Leden Marpaung, 2001, Tindak Pidana Korupsi (Pemberantasan dan Pencegahan), Jakarta,
Djambatan, h. 74.

Andi Hamzah, 2006, Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan Internasional,
PT Raja Grafindo Persada, Jakarta

Undang-Undang No.30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan


Korupsi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2000 tentang Tata Pelaksanaan
Peranserta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan Dalam Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi
15

SOAL-SOAL PILIHAN GANDA


1. Berikut adalah sikap yang dapat kita miliki agar terhindar dari perbuatan pidana korupsi
kecuali?
a. mendekatkan diri kepada tuhan
b. mensyukuri rezeki yang telah diberikan oleh tuhan
c. memiliki sifat jujur dan amanah

d. konsumtif dan hidup hedonisme

2. Berikut ialah contoh dari tindak pidana korupsi kecuali?

a. seorang walikota membuat kegiatan sosial

b. penyelewengan dana yang dilakukan oleh aparat negara


c. pegawai negri yang menerima gratifikasi
d. seorang hakim yang menerima suap

3. Undang-undang berapakah yang mengatur tentang pemberantasan tindak pidana


korupsi dirumuskan sebagai serangkaian tindakan untuk mencegahdan memberantas tindak
pidana korupsi melalui upaya koordinasi, supervisi,monitor, penyelidikan, penyidikan,
penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan dengan peran serta masyarakat
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ialah?

a. UU No. 30 tahun 2001

b. UU No. 30 tahun 2002


c. UU No. 35 tahun 2001
d. UU No. 35 tahun 2002

4. Berdasarkan rumusan UU yang mengatur tentang pemberantasan korupsi, menyiratkan


bahwa upaya pemberantasan korupsi tidak akan pernah berhasil tampah melibatkan 3 unsur
utama, kecuali?
a. Pencegahan

b. Pemahaman
16

c. Penindakan
d. Peran serta masyarakat

5. Perilaku apa saja yang tidak termasuk dalam kategori Tindak Pidana Korupsi ?
A. Penggelapan dana demi menggapai kekayaan diri
B. Menyogok Satpam sekolah agar diberikan izin masuk meski sudah telat

C. Tetap jujur berintegritas tinggi meski sudah dihasut

D. Menyontek Jawaban teman ketika sedang diberlangsungkan ujian dikelas.

6. Bagaimana upaya pemerintah dalam ikut andil memberantas korupsi ?


A. Melakukan kampanye besar-besaran dalam rangka pemilihan posisi jabatan negara
B. Memberikan penyuluhan tentang pentingnya generasi selanjutnya untuk bersikap jujur
demi memajukan negri

C. Ikut melakukan aksi korupsi meraup banyak keuntungan pribadi.


D. Bersikap tidak peduli terhadap rakyat kecil dan mengutamakan para pemilik modal.

7. Dibawah ini yang bukan termasuk tindak pidana korupsi adalah?


b. Merugikan keuangan neara
c. Benturan Kepentingan
d. Pemerasan

e. Pencurian

8. Yang di maksud dengan peran serta masyarakat dalam upaya masyarakat


pemberantasan korupsi adalah? A. Peran aktif masyarakat untuk mewujudkan
penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas KKN yang dilaksanakan dengan mentaati
hukum,moral dan sosial yang berlaku.

B. Peran aktif masyarakat dalam mengawasi wakil-wakil rakyat dalam menjalankan tugas
sebagai lembaga legislatif.
C. Peran aktif masyarakat dalam mengawasi pemerintah dalam menjalankan tugas nya
diberbagai bidang.
D. Peran aktif lembaga peradilan dalam menjalankan tugasnya dibidang hukum
memberantas korupsi disegala bidang.

9. Bagaimana permasalahan kasus korupsi jika pelaku mengembalikan barang yang


dikorupsi nya?
17

A. Tetap dihukum sesuai aturan yang berlaku demi memberi efek jera agar tidak terulangi

B. Dibebas kan secara bersyarat dan tetap diawasi


C. Membiarkan saja pelaku tersebut bebas tanpa penanganan apapun
D. Menghukum lebih berat lagi terhadap pelaku demi membalaskan rasa marah para
korban.
10. Pengertian tindak pidana korupsi terdapat pada UU?

a. UU No 31 tahun 1999

b. UU No 54 tahun 1556
c. UU No 33 tahun 1867
d. UU No 23 tahun 2009
e. UU No 33 tahun 2001

11. Lembaga Pertama yang berperan untuk memberantas korupsi di Indonesia adalah?
A. Komisi Pemberantasan Korupsi.

B. Opera Budhi.

C. Peran.
D. Tim Pemberantasan Korupsi.

12. Sebagai wujud keserasian masyarakat Indonesia dalam memberantas korupsi maka di
bentuk berbagai macam gerakan anti korupsi, kecuali?
A. Korupsi Pemberantasan Korupsi.
B. Indonesiq Corruption Watch.

C. Transparancy Bantuan Hukum.

D. Lembaga bantuan hukum.

13. Pada era presiden siapakah KPK pertama kalinya dibentuk?


A. Soekarno
B. Soeharto
C. Bj.Habibi

D. Megawati Soekarno Putri .

14. Siapakah ketua KPK pada periode 2003-2007?


18

A. Antasari Azhar
B. Busyro Muqoddas
C. Abraham Samad

D. Taufiequrachman Ruki .

15. Bagaimanakah bunyi visi KPK?


A. Pendobrak dan Pendorong Indonesia yang bebas dari korupsi
B. Menjadi Pemimpin dan Penggerak Perubahan untuk mewujudkan Indonesia yang bebas
dari korupsi

C. Mewujudkan Lembaga yang mampu mewujudkan Indonesia yang bebas dari korupsi .

D. Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan tindak pidana


korupsi
19

BUKTI PLAGIARISM

Anda mungkin juga menyukai