Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“KORUPSI”

SEMESTER GANJIL T.A 2022/2023

Disusun Oleh :

Nama : Wahyuni P. Messe


Nim : 751331122024
Kelas : 1.A

POLTEKKES KEMENKES GORONTALO

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKS


TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah yang berjudul “Korupsi” ini dapat tersusun sampai dengan
selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh
lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi
kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Gorontalo, November 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i


KATA PENGANTAR ................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan ........................................................................................ 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 6
2.1 Pengertian Korupsi ...................................................................... 6
2.2 Jenis-Jenis Korupsi ..................................................................... 6
2.3 Dasar Hukum Korupsi ................................................................ 7
2.4. Lembaga Pemberantas Korupsi ................................................. 7
2.5 Faktor-Faktor Terjadinya Korupsi .............................................. 8
2.6 Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi .................................... 9
2.7 Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan- Korupsi .................. 13
2.8 Contoh Kasus Korupsi Di Provinsi Gorontalo ........................... 14
BAB III KESIMPULAN ............................................................................ 16
3.1 Kesimpulan ................................................................................. 16
3.2 Saran ........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu
proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh
dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibatsejak dari
perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantaradua faktor
tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.indonesia merupakan
salah satu negara terkaya di asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber
daya alamnya. Tetapi ironisnya, negaratercinta ini dibandingkan dengan negara
lain di kawasan asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan
termasuk negara yang miskin.mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah
rendahnya kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari
segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan
kepribadiannya.
Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara
negara menyebabkan terjadinya korupsi.korupsi di indonesia dewasa ini sudah
merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat berbahaya yang
mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat
besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan
pengurasankeuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota
legislatif dengan dalih studi banding, thr, uang pesangon dan lainsebagainya di
luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara
demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itumerupakan cerminan
rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap
kerakusan dan aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas?
Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas.

4
Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi sampai
pada titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap negara ini akan mampu
mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah
negara yang maju. Karenakorupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan
dapat membawa negara ke jurang kehancuran.
Sorotan masyarakat yang demikian tajam tersebut harus difahami sebagai
bentuk kepedulian dan sebagai motivator untuk terus berjuang mengerahkan
segala daya dan strategi agar maksud dan tujuan pemberantasan korupsi dapat
lebih cepat, dan selamat tercapai. Selain itu, diperlukan dukungan yang besar dari
segenap kalangan akademis untuk membangun budaya anti korupsi sebagai
komponen masyarakat berpendidikan tinggi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Korupsi?
2. Apa Jenis-jenis Korupsi?
3. Apa Saja Dasar Hukum Korupsi?
4. Apa Lembaga Pemberantasan Korupsi?
5. Apa Saja Faktor-Faktor Terjadinya Korupsi
6. Bagaimana cara pencegahan dan pemberantasan korupsi?
7. Apa Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan Korupsi?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui arti yang lebih mendalam mengenai Korupsi.
2. Untuk mengetahui Jenis-jenis Korupsi
3. Untuk mengetahui Dasar Hukum Korupsi
4. Untuk mengetahui Lembaga apa saja yang memberantas atau
menindaklanjuti korupsi
5. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Terjadinya Korupsi
6. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah dan memberantas korupsi.
7. Untuk mengetahui Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan dengan
Korupsi

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi

Korupsi bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok


adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak
lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak
legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak. Dalam arti yang luas, korupsi atau
korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi.
Semua bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya.
Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai
dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi
adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para
pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele
atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan
kriminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu
sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan
membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan antara korupsi
dan kejahatan.

Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara


yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada
yang legal di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain.

1. Menurut Undang - Undang :


Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi
adalah: “Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan

6
perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain
atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara.”

2. Menurut Para Ahli :


Haryatmoko : Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan
kemampuan yang didapat dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi,
keputusan, pengaruh, uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan
dirinya.

3. Akibat dari Korupsi


korupsi tak ubahnya seperti tindakan pengecut yang memanfaatkan jabatan
dan posisi yang telah dipercayakan kepadaseseorang. Korupsi lebih kejam dari
pencurian. Secara psikologi, pencurianterjadi karena keadaan sosial ekonomi
masyarakat yang timpang dengantuntutan kebutuhan yang tiada pernah
terhenti, sehingga dengan upayaapapun harus didapatkan penghasilan. Maka
mencuri merupakan jalan akhiryang ditempuh untuk menutup segala kebutuhan
ini. Namun korupsi adalahtindakan amoral yang lebih culas. Korupsi bukan
karena kebutuhan,melainkan karena kesempatan dan kedudukan. Korupsi
adalah
penyakit birokrasi pemimpin yang harus ditanggulangi secara menyeluruh.
3.2 Jenis-jenis Korupsi
1. Adminstrative Coruption
Dimana segala sesuatu yang dijalankan adalah sesuai dengan
hukum/peraturan yang berlaku.Akan tetapi individu-individu tetentu
memperkaya dirinya sendiri.Misalnya proses rekruitmen pegawai
negeri,dimana dilakukan dalam negeri,dimana dilakukan ujian seleksi mulai
dari seleksi administratif sampai ujian pengetahuan atau kemampuan,akan
tetapi yang harus diluluskan sudah tertentu orangnya.

7
2. Against The Rule Corruption
Artinya korupsi yang dilakukan adalah sepenuhnya bertentangan
dengan hukum,misalnya penyuapan,penyalahgunaan jabatan untuk
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi.

2.3 Dasar Hukum Korupsi

a. UU No. 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.


b. UU No. 28 tahun 1999 tentang Penyelengaraan Negara yang Bersih dan
Bebas KKN.
c. UU No. 3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
d. UU No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
e. Ketetapan MPR No. X/MPR/1998 tentang Penyelengaraan Negara yang
Bersih dan Bebas KKN.
f. UU No. 15 tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang.
g. UU No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi (KPK).
h. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 5 tahun 2004 tentang
Percepatan Pemberantasan Korupsi.
i. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Peran Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
j. Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 2005 tentang Sistem Manajemen Sumber
2.4 Lembaga Pemberantasan Korupsi

KPK Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (biasa disingkat


KPK RI atau KPK), adalah lembaga negara yang dibentuk dengan tujuan
meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak
pidana korupsi. Komisi ini didirikan berdasarkan kepada Undang –Undang
Republik Indonesa Nomor 30 Tahun 2002 mengenai Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi.

8
1. Tugas :
 Koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi;
 Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak
pidana korupsi
2. Wewenang :
 Mengkoordinasikan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan tindak
pidana korupsi;
 Menetapkan sistem pelaporan dalam kegiatan pemberantasan tindak
pidana korupsi;
2.5 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi
1. Faktor Penyebab Internal
1) Sifat serakah/tamak/rakus manusia
Keserakahan dan tamak adalah sifat yang membuat seseorang selalu tidak
merasa cukup atas apa yang dimiliki, selalu ingin lebih. Dengan sifat tamak,
seseorang menjadi berlebihan mencintai harta. Padahal bisa jadi hartanya sudah
banyak atau jabatannya sudah tinggi. Dominannya sifat tamak membuat
seseorang tidak lagi memperhitungkan halal dan haram dalam mencari rezeki.
Sifat ini menjadikan korupsi adalah kejahatan yang dilakukan para profesional,
berjabatan tinggi, dan hidup berkecukupan.
2) Gaya hidup konsumtif
Sifat serakah ditambah gaya hidup yang konsumtif menjadi faktor
pendorong internal korupsi. Gaya hidup konsumtif misalnya membeli barang-
barang mewah dan mahal atau mengikuti tren kehidupan perkotaan yang serba
glamor. Korupsi bisa terjadi jika seseorang melakukan gaya hidup konsumtif
namun tidak diimbangi dengan pendapatan yang memadai.
3) Moral yang lemah
Seseorang dengan moral yang lemah mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Aspek lemah moral misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, atau rasa
malu melakukan tindakan korupsi. Jika moral seseorang lemah, maka godaan
korupsi yang datang akan sulit ditepis. Godaan korupsi bisa berasal dari atasan,

9
teman setingkat, bawahan, atau pihak lain yang memberi kesempatan untuk
melakukannya.
2. Faktor Penyebab Eksternal
1) Aspek Sosial

Kehidupan sosial seseorang berpengaruh dalam mendorong terjadinya


korupsi, terutama keluarga. Bukannya mengingatkan atau memberi hukuman,
keluarga malah justru mendukung seseorang korupsi untuk memenuhi
keserakahan mereka. Aspek sosial lainnya adalah nilai dan budaya di
masyarakat yang mendukung korupsi. Misalnya, masyarakat hanya menghargai
seseorang karena kekayaan yang dimilikinya atau terbiasa memberikan
gratifikasi kepada pejabat. Dalam means-ends scheme yang diperkenalkan
Robert Merton, korupsi merupakan perilaku manusia yang diakibatkan oleh
tekanan sosial, sehingga menyebabkan pelanggaran norma-norma. Menurut
teori Merton, kondisi sosial di suatu tempat terlalu menekan sukses ekonomi
tapi membatasi kesempatan-kesempatan untuk mencapainya, menyebabkan
tingkat korupsi yang tinggi.

Teori korupsi akibat faktor sosial lainnya disampaikan oleh Edward


Banfeld. Melalui teori partikularisme, Banfeld mengaitkan korupsi dengan
tekanan keluarga. Sikap partikularisme merupakan perasaan kewajiban untuk
membantu dan membagi sumber pendapatan kepada pribadi yang dekat dengan
seseorang, seperti keluarga, sahabat, kerabat atau kelompoknya. Akhirnya
terjadilah nepotisme yang bisa berujung pada korupsi.

2) Aspek Politik
Keyakinan bahwa politik untuk memperoleh keuntungan yang besar
menjadi faktor eksternal penyebab korupsi. Tujuan politik untuk memperkaya
diri pada akhirnya menciptakan money politics. Dengan money politics,
seseorang bisa memenangkan kontestasi dengan membeli suara atau menyogok
para pemilih atau anggota-anggota partai politiknya. Pejabat yang berkuasa

10
dengan politik uang hanya ingin mendapatkan harta, menggerus kewajiban
utamanya yaitu mengabdi kepada rakyat.
Melalui perhitungan untung-rugi, pemimpin hasil money politics tidak
akan peduli nasib rakyat yang memilihnya, yang terpenting baginya adalah
bagaimana ongkos politiknya bisa kembali dan berlipat ganda. Balas jasa
politik seperti jual beli suara di DPR atau dukungan partai politik juga
mendorong pejabat untuk korupsi. Dukungan partai politik yang mengharuskan
imbal jasa akhirnya memunculkan upeti politik. Secara rutin, pejabat yang
terpilih membayar upeti ke partai dalam jumlah besar, memaksa korupsi.
3) Aspek Hukum

Hukum sebagai faktor penyebab korupsi bisa dilihat dari dua sisi, sisi
perundang-undangan dan lemahnya penegakan hukum. Koruptor akan mencari
celah di perundang-undangan untuk bisa melakukan aksinya. Selain itu,
penegakan hukum yang tidak bisa menimbulkan efek jera akan membuat
koruptor semakin berani dan korupsi terus terjadi.

Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk hukum yang
tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan
hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sanksi yang tidak
sebanding terhadap pelaku korupsi, terlalu ringan atau tidak tepat sasaran, juga
membuat para pelaku korupsi tidak segan-segan menilap uang negara.

4) Aspek Ekonomi
Faktor ekonomi sering dianggap sebagai penyebab utama korupsi. Di
antaranya tingkat pendapatan atau gaji yang tak cukup untuk memenuhi
kebutuhan. Fakta juga menunjukkan bahwa korupsi tidak dilakukan oleh
mereka yang gajinya pas-pasan. Korupsi dalam jumlah besar justru dilakukan
oleh orang-orang kaya dan berpendidikan tinggi. Banyak kita lihat pemimpin
daerah atau anggota DPR yang ditangkap karena korupsi. Mereka korupsi
bukan karena kekurangan harta, tapi karena sifat serakah dan moral yang
buruk.Di negara dengan sistem ekonomi monopolistik, kekuasaan negara

11
dirangkai sedemikian rupa agar menciptakan kesempatan-kesempatan ekonomi
bagi pegawai pemerintah untuk meningkatkan kepentingan mereka dan
sekutunya. Kebijakan ekonomi dikembangkan dengan cara yang tidak
partisipatif, tidak transparan dan tidak akuntabel.
5) Aspek Organisasi
Faktor eksternal penyebab korupsi lainnya adalah organisasi tempat
koruptor berada. Biasanya, organisasi ini memberi andil terjadinya korupsi,
karena membuka peluang atau kesempatan. Misalnya tidak adanya teladan
integritas dari pemimpin, kultur yang benar, kurang memadainya sistem
akuntabilitas, atau lemahnya sistem pengendalian manajemen.
Mengutip buku Pendidikan Antikorupsi oleh Eko Handoyo, organisasi
bisa mendapatkan keuntungan dari korupsi para anggotanya yang menjadi
birokrat dan bermain di antara celah-celah peraturan. Partai politik misalnya,
menggunakan cara ini untuk membiayai organisasi mereka. Pencalonan pejabat
daerah juga menjadi sarana bagi partai politik untuk mencari dana bagi
kelancaran roda organisasi, pada akhirnya terjadi money politics dan lingkaran
korupsi kembali terjadi.
2.6 Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi

1. Membentuk lembaga independen yang khusus menangani korupsi


2. Mewajibkan pejabat publik melaporkan dan mengumumkan jumlah kekayaan
yang dimiliki baik sebelum dan sesudah menjabat. Masyarakat ikut
memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan setelah selesai
menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan dengan
melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya ke orang lain
3. Memberi hak kepada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap
informasi. Perlu dibangun sistem dimana masyarakat (termasuk media)
diberikan hak meminta segala informasi sehubungan dengan kebijakan
pemerintah yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
4. Pemberantasan tindak pidana korupsi harus dimulai dari diri sendiri dari hal-
hal yang kecil dan mulai hari ini agar setiap daerah terbebas dari korupsi.

12
5. Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan
pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah dilakukan. Melalui
pemantauan dan evaluasi dapat dilihat strategi atau program yang sukses dan
gagal. Program yang sukses sebaiknya silanjutkan, sementara yang gagal
dicari penyebabnya.
2.7 Keterkaitan Pendidikan Kewarganegaraan Dengan Korupsi

Menurut Bank Dunia korupsi merupakan pemanfaatan kekuasaan untuk


mendapat keuntungan pribadi. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dilihat bahwa
tanggung jawab sebagai salah satu elemen yang penting dari terbentuknya suatu
pemerintahan yang sehat yang menjadi tujuan dari pendidikan kewarganegaraan
telah dilecehkan oleh sikap penguasa yang memanfaatkan kekuasaannya untuk
memperoleh keuntungan pribadi. Korupsi merupakan suatu penghianatan terhadap
kepercayaan masyarakat, kelompok sosial dan badan pemerintah. Walaupun
berbagai kebijakan telah dilaukan untuk memberantas korupsi namun pada
kenyataannya belum cukup untuk mencegah terjadinya korupsi di negeri ini.

Pentingnya pendidikan kewarganegaraan terdiri dari dapat menjaga


keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia atau NKRI; dapat menumbuhkan
karakter; mendidik masyarakat menjadi warga negara yang baik; dasar
pengetahuan; dan komitmen sebagai agen perubahan. Sedangkan pentingnya
pendidikan antikorupsi terdiri dari, apa yang dapat mengembangkan karakteristik
antikorupsi; mengurangi perilaku korupsi; membangun basis pengetahuan/budaya
antikorupsi; dan penolakan terhadap perilaku korupsi.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu bidang kajian yang


mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia
melalui koridor “value-based education” yaitu untuk membina dan
mengembangkan kemampuan dan ketrampilan berpikir aktif warga negara,
terutama generasi muda dalam berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pendidikan Kewarganegaraan menjadi
sangat strategis di tengah upaya pemerintah dalam membangun karakter bangsa

13
melalui jenjang pendidikan mulai dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan
tinggi. Kestrategisan Pendidikan Kewarganegaraan untuk menanamkan nilai-nilai
dapat dimaksimalkan sebagai transmisi pembentukan sikap anti korupsi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Hal tersebut menjadi suatu yang penting karena pada dasarnya Pendidikan
Kewarganegaraan tidak hanya mengajarkan bagaimana warga negara menjadi
individu yang good citizen tetapi juga harus menjadi individu yang anti terhadap
perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme agar tercipta generasi yang mempunyai
moral dan karakter yang sesuai dengan Pancasila. Maka dari itu, makalah ini
mengambil judul “Peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pencegahan
Korupsi”.

2.8 Contoh Kasus Korupsi Di Provinsi Gorontalo

Akibatkan Kerugian Negara, Dit Reskrim Khusus Polda Gorontalo


Tetapkan Mantan Ketua KONI Kabgor Dalam Kasus Korupsi Dana Hibah

Tribratanews.gorontalo.polri.go.id – Polda Gorontalo, Penyidik


Ditreskrimsus Polda Gorontalo secara resmi menetapkan IPH alias Helmy sebagai
tersangka dalam dugaan kasus korupsi dana hibah Komite Olahraga Nasional
Indonesia (KONI) Kabupaten Gorontalo (Kabgor) Tahun Anggaran 2020.

IPH merupakan mantan Ketua KONI Kabupaten Gorontalo periode 2016-


2020. Penetapan tersangka disampaikan Wakil Direktur Ditreskrimsus, AKBP
Fahmudin, SIK yang didampingi oleh Kasubdit Tipikor Kompol M Khalid
Zulkarnaen, SIK, MH dan Kaur Penmas Polda Gorontalo AKP Heny Rahayu, SH
dalam konferensi pers yang dilaksanakan oleh Bid Humas Polda Gorontalo, Rabu
(10/8/2022).

Fahmudin menyampaikan IPH diduga melakukan perbuatan melawan


hukum dengan sengaja melakukan penyewengan dana hibah KONI dari
Pemerintah Kabupaten Gorontalo tidak sesuai dengan Nota Perjanjian Hibah
Daerah (NPHD).

14
“Sehingga mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp. 357.030.050 rupiah, dari
total hibah sebesar RP. 1.5 miliar,” kata Fahmudin. Fahmudin juga menjelaskan
rician penggunaan dana hibah yang tidak sesuai NPHD tersebut, diantaranya
pinjaman sebesar 100 juta rupiah untuk digunakan menebus mobil pribadi IPH
sebesar 70 juta rupiah. Berikutnya penggunaan dana hibah untuk perjalanan
anggota Musisi Seniman Gorontalo (MSG) ke Palu, dalam rangka kegiatan
pembukaan caffe milik IPH senilan 20 Juta.

Penggunaan dana hibah untuk kegiatan pembuatan video clip saudara IPH
senilai 1 sampai 5 juta rupiah dengan beberapa kali pengambilan gambar video,
serta penggunaan dana hibah untuk kegiatan MSG dibeberapa lokasi senilai 250
Juta Rupiah.

“IPH juga menerima dana dari Vicry Akbar Naue hasil dari sewa sound sistem
tanpa sepengatahuan dari KONI. IPH menggunakan dana hibah terebut tidak
sesuai dengan NPHD,” ungkapnya. Lebih lanjut dirinya menegaskan, IPH juga
memerintahkan Sofyan Henga selaku Bendahara Umum KONI Kabupaten
Gorontalo periode 2016-2020 untuk membuat pertanggung jawaban yang tidak
sesuai dengan realisasi pengeluaran sebenarnya.

“Hasil pemeriksaan dana hibah KONI Kabupaten Gorontalo tahun anggaran 2020
menunjukan bahwa dokumen pertanggungjawaban keuangan atas realisasi
penggunaan dana hibah tersebut disusun secara proforma dan tidak sesuai dengan
realisasi pengeluaran sebesar 357.030.050 rupiah, berdasarkan laporan
pemeriksaan investigasi perhitungan kerugian negara oleh BPK RI,” bebernya.

Terakhir Fahmudin menuturkan, IPH disangkakan Pasal 2 Ayat 1 UU Nomor 31


Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah
diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Perubahan atas UU Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Juncto Pasal 55 ayat 1
KUHP.

15
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara
langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam
perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan
menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya
pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan
lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia,
serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu
Adminstrative Coruption dan Against The Rule Corruption. Serta ada hukum yang
mengatur tindakan tersebut dan ada lembaga tersendiri yang menangani kasus
tersebut.
Pendidikan Kewarganegaraan sangat penting dalam membangun karakter,
sehingga dapat menjaga keutuhan Indonesia, menciptakan basis pengetahuan
untuk menjadi warga negara yang baik, bisa mengurangi dan bahkan menolak
perilaku korupsi, membangun budaya anti korupsi, dan menjadi haluan untuk
berbangsa dan bernegara. Selanjutnya penelitian ini dibatasi pada persepsi awal
mahasiswa tahun pertama terhadap pelaksanaan pendidikan kewarganegaraan dan
antikorupsi, penelitian selanjutnya dapat lebih difokuskan pada maha-
3.2 Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Dan seharusnya pemerintah
lebih tegas terhadap terpidana korupsi. Undang-undang yang adapun dapat
dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Agar korupsi tidak lagi menjadi budaya di
negara ini.

16
DAFTAR PUSTAKA

Zulqarnain, Zulqarnain dkk. Persepsi mahasiswa tentang pendidikan


kewarganegaraan dan antikorupsi: Penting dan relevansiIntegritas: Jurnal
Antikorupsi Vol 8, No. 1, 2022, pp. 123-134
https://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas
https://tribratanews.gorontalo.polri.go.id/56446/akibatkan-kerugian-negara-dit-
reskrim-khusus-polda-gorontalo-tetapkan-mantan-ketua-koni-kabgor-dalam-
kasus-korupsi-dana-hibah/
http://acch.kpk.go.id/statistik;jsessionid=7F20FD5BEB7FBE969BDB1233677BE
D8D
http://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi
http://nabilazizarrohman.wordpress.com/2013/06/07/makalah-korupsi/
http://rezkirasyak.blogspot.com/2012/04/korupsi-dan-jenis-jenis-korupsi.html

17

Anda mungkin juga menyukai