Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

HUKUM TERHADAP KORUPSI

DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. ROSNIDAR SEMBIRING, S.H., M.Hum

DISUSUN OLEH:

DEVIRA AFRA DEVIANTY (201101146)


ELSA ALPIONICA BR GINTING (201101188)
ENI TRISNAWATI BR ZEBUA (201101080)
FHADZILLA LESTARI (201101084)
MARIA FRANSISKA BR SIMANULLANG (201101152)
MUSLIADI SIREGAR (201101098)
PUTRI KARINI AZZAHRA (201101108)

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2021
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat
dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang
telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul “Hukum Terhadap Korupsi” dapat terselesaikan.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul “Hukum Terhadap Korupsi” ini
adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan. Isi dari makalah ini diambil dari berbagai sumber yang ada dan dikemas serta
dikembangkan sedemikian rupa sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan baik dan kami
menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami tunjukan kepada pihak-pihak yang turut mendukung
terselesaikannya makalah ini antara lain :
1. Ibu Rosnidar Sembiring selaku dosen pembimbing
2. Rekan-rekan sekelompok yang bekerjasama menyelesaikan makalah ini, serta
3. Media massa,buku, dan media lainnya yang artikelnya kami gunakan dalam penulisan
Makalah ini
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana
yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu, penulis
mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.

Medan, 10 Mei 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................... 2

1.3 Tujuan Masalah............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3

2.1 Pengertian Korupsi ....................................................................................................... 3


2.2 Anatomi Kejahatan Korupsi ......................................................................................... 3
2.3 Sejarah Pemberantasan Tindak Korupsi........................................................................ 4
2.4 Pandangan Hukum Terhadap Korupsi........................................................................... 5
2.5 Lemahnya Penegakan Hukum Terhadap Korupsi ........................................................ 5
2.6 Hambatan Pemberantasan Korupsi................................................................................ 5
2.7 Langkah Pemberantasan Korupsi.................................................................................. 7
2.8 Lembaga Penegak Hukum dalam Pemberantasan Korupsi........................................... 8
2.9 Klasifikasi Perbuatan Korupsi dalam UUD Korupsi..................................................... 8

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 9

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 9

3.2 Saran.............................................................................................................................. 9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindak pidana korupsi selalu mendapat perhatian yang lebih dibandingkan dengan tindak
pidana lain di berbagai belahan dunia. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat dampak negatif
yang ditimbulkan oleh tindak pidana korupsi. Dampak yang ditimbulkan dapat menyentuh
berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana ini dapat
membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan pembangunan sosial
ekonomi dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas,karena lambat
laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah budaya.Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita
menuju masyarakat adil dan makmur.
Tidak hanya pemangku jabatan dan kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi,
baik di sektor publik maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.
Tindak pidana ini tidak hanya merugikan keuangan Negara, tetapi juga merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat.1Di berbagai belahan dunia, korupsi
selalumendapatkan perhatian lebih dibandingkan tindak pidana lainnya.
Kultur korupsi telah mendarah daging dan menjadi penyakit akut di bangsa Indonesia. Telah
banyak regulasi yang dibuat pemerintah untuk merealisasikan tekad pemberantasan korupsi.
Pranata hukum yang ada telah menjelaskan jenis dan sanksi hukum atas berbagai perbuatan yang
dikategorikan tindak pidana korupsi. Tindak pidana korupsi dalam perspektif Indonesia adalah
penyalahgunaan kewenangan pejabat negara berupa; terkait dengan kerugian keuangan negara;
terkait dengan suap-menyuap; terkait dengan penggelapan dalam jabatan; terkait dengan
perbuatan pemerasan; terkait dengan perbuatan curang; terkait dengan benturan kepentingan
dalam pengadaan; dan terkait dengan gratifikasi.
Persoalan korupsi dimanapun, dan terutama di Indonesia, telah merupakan salah satu
persoalan yang sangat rumit. Hampir semua lini kehidupan bernegara sudah terjangkit wabah
korupsi, bahkan korupsi seolah-olah sudah menjadi budaya, sekalipun berbagai peraturan
perundang-undangan untuk memberantasnya telah ada, tetapi sampai saat ini Pemerintah belum
juga berhasil memberantas kegiatan dan pelaku korupsi.

1
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya
masih sangat lamban. Romli Atmasasmita menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah
merupakan virusyang menyebar keseluruh tubuh pemerintah sejak tahun 1960-an langkah-
langkah pemberantasannya pun masih tersendat sampaisekarang. Selanjutnya, dikatakan bahwa
korupsi berkaitan pula dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat
menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya.3Oleh karena
itu,korupsi tidak lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu
kejahatan luar biasa (extraordenary crime).Hal ini dikarenakan,metode konvensional yang selama
ini digunakan, terbukti tidak bisa menyelesaikan persoalan korupsi yang ada dimasyarakat.
Dengan demikian, dalam penanganannya pun juga harus menggunakan cara-cara luar biasa
(extra-ordenary).

1.2 Rumusan Masalah


Dari Latar belakang tersebut, maka perlu kiranya penulis untuk menjelaskan secara rinci
mengenai :
1. Apa yang dimaksud dengan korupsi ?
2. Bagaimana sejarah pemberantasan tindak korupsi ?
3. Apa saja hambatan dalam pemberantasan korupsi ?
4. Apa saja langkah untuk mengatasi hambatan pemberantasan korupsi ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi
2. Untuk mempelajari sejarah pemberantasan tindak korupsi
3. Untuk mengetahui hambatan dalam pemberantasan korupsi
4. Untuk mempelajari langkah-langkah untuk mengatasi hambatan pemberantasan korupsi

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Istilah korupsi berasal dari bahasa latin yakni corruptio. Dalam bahasa Inggris adalah
corruption atau corrupt, dalam bahasa Perancis disebut corruption dan dalam bahasa Belanda
disebut dengan coruptie. Agaknya dari bahasa Belanda itulah lahir kata korupsi dalam bahasa
Indonesia.Korup berarti busuk, buruk; suka menerima uang sogok (memakai kekuasaannya untuk
kepentingan sendiri dan sebagainya). Korupsi adalah perbuatan yang buruk (seperti penggelapan
uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya). Korupsi berakibat sangat berbahaya bagi
kehidupan manusia, baik aspek kehidupan sosial, politik, birokrasi, ekonomi, dan individu.
Bahaya korupsi bagi kehidupan diibaratkan bahwa korupsi adalah seperti kanker dalam darah,
sehingga siempunya badan harus selalu melakukan “cuci darah” terus menerus jika ia
menginginkan dapat hidup terus. Secara aksiomatik, akibat korupsi dapat dijelaskan seperti
berikut.

2.2 Anatomi Kejahatan Korupsi


Anatomi Kejahatan Korupsi. Masalah kejahatan sesungguhnya bukanlah masalah yang baru
dalam abad millenium ini, kejahatan sudah sejak jaman dulu terjadi yaitu sejak penciptaan
manusia oleh Tuhan. Oleh karena itu kejahatan dinyatakan sebagai the oldest social problem, dan
merupakan universal phenomenon, selain itu menurut Durkheim, kejahatan merupakan fenomena
yang normal yaitu selalu ada dan terdapat pada setiap masyarakat. Kejahatan selalu berkembang
menyesuaikan diri dengan perjalanan waktu, berkembangnya ilmu dan teknologi. Secara
fundamental atau essensial kejahatan adalah tetap kejahatan, terlepas dari pendapat yang berbeda-
beda tentang penganut teori kejahatan, hanya bentuk dan sifatnya saja kejahatan itu berubah, atau
metode pelaksanaannya Casu Quo. Kejahatan modus operandinya saja yang mengambil bentuk
atau wujud yang baru, namun essensinya sama. Dengan perkataan lain raison de’tre dar.

3
2.3 Sejarah Pemberantasan Tindak Korupsi
Berbagai upaya pemberantasan korupsi dilakukan oleh pemerintah sejak kemerdekaan, baik
dengan menggunakan peraturan perundang-undangan yang ada maupun dengan membentuk
peraturan perundang-undangan baru yang secara khusus mengatur mengenai pemberantasan
tindak pidana korupsi. Di antara peraturan perundang-undangan yang pernah digunakan untuk
memberantas tindak pidana korupsi adalah:
1. Delik korupsi dalam KUHP.
2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/ Peperpu/013/1950.
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi.
4. Undang-Undang No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
6. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
7. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
8. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
9. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
10. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against
Corruption (UNCAC) 2003.
11. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
12. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Banyaknya
peraturan perundang-undangan korupsi yang pernah dibuat dan berlaku di Indonesia menarik
untuk disimak tersendiri untuk mengetahui dan memahami lahirnya tiap-tiap peraturan
perundang-undangan tersebut, termasuk untuk mengetahui dan memahami kekurangan dan
kelebihannya masing-masing.

4
2.4 Pandangan Hukum Terhadap Korupsi
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.

2.5 Lemahnya Penegakan Hukum Terhadap Korupsi


Sebab, salah satu penyebab lemahnya penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi adalah
masih rendahnya moralitas aparat penegak hukum. Singkatnya, penegakan hukum hanya bisa
dilakukan apabila lembaga-lembaga hukum bertindak profesional, jujur dan menerapkan prinsip
good governance.

2.6 Hambatan Pemberantasan Korupsi


Hambatan dalam pemberantasan korupsi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Hambatan Struktural
Hambatan Struktural yaitu hambatan yang bersumber dari praktik-praktik
penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang membuat penanganan tindak pidana
korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di
antaranya: egoisme sektoral dan institusional yang menjurus pada pengajuan dana
sebanyak-banyaknya untuk sektor dan instansinya tanpa memperhatikan kebutuhan
nasional secara keseluruhan serta berupaya menutup-nutupi penyimpangan-
penyimpangan yang terdapat di sektor dan instansi yang bersangkutan; belum
berfungsinya fungsi pengawasan secara efektif; lemahnya koordinasi antara aparat
pengawasan dan aparat penegak hukum; serta lemahnya sistem pengendalian intern yang
memiliki korelasi positif dengan berbagai penyimpangan dan inefesiensi dalam
pengelolaan kekayaan negara dan rendahnya kualitas pelayanan publik.
b. Hambatan Kultural
Hambatan Kultural yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan negatif yang
berkembang di masyarakat. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya: masih
adanya ”sikap sungkan” dan toleran di antara aparatur pemerintah yang dapat
menghambat penanganan tindak pidana korupsi; kurang terbukanya pimpinan instansi

5
sehingga sering terkesan toleran dan melindungi pelaku korupsi, campur tangan eksekutif,
legislatif dan yudikatif dalam penanganan tindak pidana korupsi, rendahnya komitmen
untuk menangani korupsi secara tegas dan tuntas, serta sikap permisif (masa bodoh)
sebagian besar masyarakat terhadap upaya pemberantasan korupsi.
c. Hambatan Instrumental
Hambatan Instrumental yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya instrumen
pendukung dalam bentuk peraturan perundangundangan yang membuat penanganan
tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam
kelompok ini di antaranya: masih terdapat peraturan perundang-undangan yang tumpang
tindih21 sehingga menimbulkan tindakan koruptif berupa penggelembungan dana di
lingkungan instansi pemerintah; belum adanya “single identificationnumber” atau suatu
identifikasi yang berlaku untuk semua keperluan masyarakat (SIM, pajak, bank, dll.) yang
mampu mengurangi peluang penyalahgunaan oleh setiap anggota masyarakat; lemahnya
penegakan hukum penanganan korupsi; serta sulitnya pembuktian terhadap tindak pidana
korupsi.
d. Hambatan Manajemen
Hambatan Manajemen yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau tidak
diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang baik (komitmen yang tinggi dilaksanakan
secara adil, transparan dan akuntabel) yang membuat penanganan tindak pidana korupsi
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya:
kurang komitmennya manajemen (Pemerintah) dalam menindaklanjuti hasil pengawasan;
lemahnya koordinasi baik di antara aparat pengawasan maupun antara aparat pengawasan
dan aparat penegak hukum; kurangnya dukungan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan; tidak independennya organisasi pengawasan; kurang
profesionalnya sebagian besar aparat pengawasan; kurang adanya dukungan sistem dan
prosedur pengawasan dalam penanganan korupsi, serta tidak memadainya sistem
kepegawaian di antaranya sistem rekrutmen, rendahnya ”gaji formal” PNS, penilaian
kinerja dan reward and punishment.

6
2.7 Langkah Pemberantasan Korupsi
Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut, telah dan sedang dilaksanakan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang berhubungan
langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari. Tujuannya adalah
untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan publik yang profesional,
berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/pungutan liar. Langkah-langkah
prioritas ditujukan pada:
1. Penyempurnaan Sistem Pelayanan Publik
2. Peningkatan Kinerja Aparat Pelayanan Publik
3. Peningkatan Kinerja Lembaga Pelayanan Publik
4. Peningkatan Pengawasan terhadap Pelayanan Publik, dengan kegiatankegiatan prioritas
sebagaimana terlampir dalam matriks.
b. Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan pemerintah
yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya negara dan
sumber daya manusia serta memberikan akses terhadap informasi dan berbagai hal yang
lebih memberikan kesempatan masyarakat luas untuk berpartisipasi di bidang ekonomi.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
1. Penyempurnaan Sistem Manajemen Keuangan Negara
2. Penyempurnaan Sistem Procurement/ Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
3. Penyempurnaan Sistem Manajemen SDM Aparatur Negara, dengan kegiatan-kegiatan
prioritas.
c. Meningkatkan pemberdayaan perangkatperangkat pendukung dalam pencegahan korupsi.
Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat budaya hukum
dan memberdayakan masyarakat dalam proses pemberantasan korupsi. Langkah-langkah
prioritas ditujukan pada: (1) Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat; dan (2)
Penyempurnaan Materi Hukum Pendukung.

7
d. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi. SDM
penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan mempunyai integritas tinggi.

2.8 Lembaga Penegak Hukum Dalam Pemberantasan Korupsi


KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun
(Undang–Undang No. 30 Tahun 2002).

2.9 Klasifikasi Perbuatan Korupsi Dalam UUD Korupsi


Adapun klasifikasi perbuatan korupsi dalam UUD Korupsi, diantaranya :
a. Merugikan keuangan Negara
b. Suap menyuap
c. Penggelapan dalam jabatan
d. Pemerasan
e. Perbuatan curang
f. Bentukan kepentingan dalam pengadaan
g. Gratifikasi

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan suatu kejahatan yang sangat berbahaya, korupsi merupakan suatu
kejahatan yang luar biasa (extraordinary cryme) yang memang telah tumbuh seiring dengan
perkembangan peradaban manusia. Semakin hari perkembangan korupsi di dunia dan khususnya
di Indonesia bukanlah semakin berkurang, akan tetapi makin hari makin meluas dan bertambah.
Hal tersebut ditandai dengan modus dalam suatu kejahatan korupsi yang dari waktu ke waktu
bisa di katakan banyak mengalami perubahan yang drastis. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
macam kasus korupsi yang ditangani oleh para penegak hukum, baik oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi, Kepolisian, maupun kejaksaan itu sendiri.

3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 1999 tantang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi (diakses 4 Mei 2021, pukul 05.09 WIB)

Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi. Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan
Tinggi/Anti Korupsi. Jakarta: Kemendikbud. Cetakan 1. Desember 2011. (diakses 4 Mei 2021,
pukul 05.16 WIB)

Tindak Pidana Korupsi dalam Perspektif Hukum Indonesia dan Pidana Islam.
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/view/677 (diakses 8 Mei 2021, pukul
10.40 WIB)

Jurnal Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kasus-Kasus Korupsi dalam Menciptakan Clean
Government. https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/download/25/pdf (diakses 8
Mei 2021, pukul 10.55 WIB)

Dampak Korupsi terhadap Penegakan Hukum. https://aclc.kpk.go.id/materi/bahaya-dan-dampak-


korupsi/infografis/dampak-korupsi-terhadap-penegakan-hukum (diakses 8 Mei 2021, pukul 15.09
WIB)

Korupsi dan Lemahnya Penegakan Hukum di Indonesia.


https://www.medanbisnisdaily.com/m/news/read/2014/12/01/132724/korupsi-daan-lemahnya-
penegakan-hukum-di-indonesia/ (diakses 8 Mei 2021, pukul 15.10 WIB)

10

Anda mungkin juga menyukai