DOSEN PEMBIMBING:
Prof. Dr. ROSNIDAR SEMBIRING, S.H., M.Hum
DISUSUN OLEH:
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena dengan rahmat
dan rahim-Nya yang telah dilimpahkan, taufiq dan hidayah-Nya dan atas segala kemudahan yang
telah diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan yang berjudul “Hukum Terhadap Korupsi” dapat terselesaikan.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul “Hukum Terhadap Korupsi” ini
adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
direncanakan. Isi dari makalah ini diambil dari berbagai sumber yang ada dan dikemas serta
dikembangkan sedemikian rupa sehingga makalah ini bisa terselesaikan dengan baik dan kami
menyadari masih banyak kekurangan-kekurangan yang terdapat di dalam makalah ini.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami tunjukan kepada pihak-pihak yang turut mendukung
terselesaikannya makalah ini antara lain :
1. Ibu Rosnidar Sembiring selaku dosen pembimbing
2. Rekan-rekan sekelompok yang bekerjasama menyelesaikan makalah ini, serta
3. Media massa,buku, dan media lainnya yang artikelnya kami gunakan dalam penulisan
Makalah ini
Setitik harapan dari penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat serta bisa menjadi wacana
yang berguna. Penulis menyadari keterbatasan yang penyusun miliki. Untuk itu, penulis
mengharapkan dan menerima segala kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
penyempurnaan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................... 9
3.2 Saran.............................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Perkembangan korupsi di Indonesia masih tergolong tinggi, sedangkan pemberantasannya
masih sangat lamban. Romli Atmasasmita menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah
merupakan virusyang menyebar keseluruh tubuh pemerintah sejak tahun 1960-an langkah-
langkah pemberantasannya pun masih tersendat sampaisekarang. Selanjutnya, dikatakan bahwa
korupsi berkaitan pula dengan kekuasaan karena dengan kekuasaan itu penguasa dapat
menyalahgunakan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kroninya.3Oleh karena
itu,korupsi tidak lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu
kejahatan luar biasa (extraordenary crime).Hal ini dikarenakan,metode konvensional yang selama
ini digunakan, terbukti tidak bisa menyelesaikan persoalan korupsi yang ada dimasyarakat.
Dengan demikian, dalam penanganannya pun juga harus menggunakan cara-cara luar biasa
(extra-ordenary).
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi
2. Untuk mempelajari sejarah pemberantasan tindak korupsi
3. Untuk mengetahui hambatan dalam pemberantasan korupsi
4. Untuk mempelajari langkah-langkah untuk mengatasi hambatan pemberantasan korupsi
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.3 Sejarah Pemberantasan Tindak Korupsi
Berbagai upaya pemberantasan korupsi dilakukan oleh pemerintah sejak kemerdekaan, baik
dengan menggunakan peraturan perundang-undangan yang ada maupun dengan membentuk
peraturan perundang-undangan baru yang secara khusus mengatur mengenai pemberantasan
tindak pidana korupsi. Di antara peraturan perundang-undangan yang pernah digunakan untuk
memberantas tindak pidana korupsi adalah:
1. Delik korupsi dalam KUHP.
2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/ Peperpu/013/1950.
3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi.
4. Undang-Undang No.3 tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
6. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
7. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
8. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun
1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
9. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
10. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against
Corruption (UNCAC) 2003.
11. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian
Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
12. Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Banyaknya
peraturan perundang-undangan korupsi yang pernah dibuat dan berlaku di Indonesia menarik
untuk disimak tersendiri untuk mengetahui dan memahami lahirnya tiap-tiap peraturan
perundang-undangan tersebut, termasuk untuk mengetahui dan memahami kekurangan dan
kelebihannya masing-masing.
4
2.4 Pandangan Hukum Terhadap Korupsi
Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
5
sehingga sering terkesan toleran dan melindungi pelaku korupsi, campur tangan eksekutif,
legislatif dan yudikatif dalam penanganan tindak pidana korupsi, rendahnya komitmen
untuk menangani korupsi secara tegas dan tuntas, serta sikap permisif (masa bodoh)
sebagian besar masyarakat terhadap upaya pemberantasan korupsi.
c. Hambatan Instrumental
Hambatan Instrumental yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya instrumen
pendukung dalam bentuk peraturan perundangundangan yang membuat penanganan
tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam
kelompok ini di antaranya: masih terdapat peraturan perundang-undangan yang tumpang
tindih21 sehingga menimbulkan tindakan koruptif berupa penggelembungan dana di
lingkungan instansi pemerintah; belum adanya “single identificationnumber” atau suatu
identifikasi yang berlaku untuk semua keperluan masyarakat (SIM, pajak, bank, dll.) yang
mampu mengurangi peluang penyalahgunaan oleh setiap anggota masyarakat; lemahnya
penegakan hukum penanganan korupsi; serta sulitnya pembuktian terhadap tindak pidana
korupsi.
d. Hambatan Manajemen
Hambatan Manajemen yaitu hambatan yang bersumber dari diabaikannya atau tidak
diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang baik (komitmen yang tinggi dilaksanakan
secara adil, transparan dan akuntabel) yang membuat penanganan tindak pidana korupsi
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya:
kurang komitmennya manajemen (Pemerintah) dalam menindaklanjuti hasil pengawasan;
lemahnya koordinasi baik di antara aparat pengawasan maupun antara aparat pengawasan
dan aparat penegak hukum; kurangnya dukungan teknologi informasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan; tidak independennya organisasi pengawasan; kurang
profesionalnya sebagian besar aparat pengawasan; kurang adanya dukungan sistem dan
prosedur pengawasan dalam penanganan korupsi, serta tidak memadainya sistem
kepegawaian di antaranya sistem rekrutmen, rendahnya ”gaji formal” PNS, penilaian
kinerja dan reward and punishment.
6
2.7 Langkah Pemberantasan Korupsi
Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut, telah dan sedang dilaksanakan langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang berhubungan
langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari. Tujuannya adalah
untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan publik yang profesional,
berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/pungutan liar. Langkah-langkah
prioritas ditujukan pada:
1. Penyempurnaan Sistem Pelayanan Publik
2. Peningkatan Kinerja Aparat Pelayanan Publik
3. Peningkatan Kinerja Lembaga Pelayanan Publik
4. Peningkatan Pengawasan terhadap Pelayanan Publik, dengan kegiatankegiatan prioritas
sebagaimana terlampir dalam matriks.
b. Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan pemerintah
yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya negara dan
sumber daya manusia serta memberikan akses terhadap informasi dan berbagai hal yang
lebih memberikan kesempatan masyarakat luas untuk berpartisipasi di bidang ekonomi.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
1. Penyempurnaan Sistem Manajemen Keuangan Negara
2. Penyempurnaan Sistem Procurement/ Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
3. Penyempurnaan Sistem Manajemen SDM Aparatur Negara, dengan kegiatan-kegiatan
prioritas.
c. Meningkatkan pemberdayaan perangkatperangkat pendukung dalam pencegahan korupsi.
Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat budaya hukum
dan memberdayakan masyarakat dalam proses pemberantasan korupsi. Langkah-langkah
prioritas ditujukan pada: (1) Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat; dan (2)
Penyempurnaan Materi Hukum Pendukung.
7
d. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi. SDM
penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan mempunyai integritas tinggi.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Korupsi merupakan suatu kejahatan yang sangat berbahaya, korupsi merupakan suatu
kejahatan yang luar biasa (extraordinary cryme) yang memang telah tumbuh seiring dengan
perkembangan peradaban manusia. Semakin hari perkembangan korupsi di dunia dan khususnya
di Indonesia bukanlah semakin berkurang, akan tetapi makin hari makin meluas dan bertambah.
Hal tersebut ditandai dengan modus dalam suatu kejahatan korupsi yang dari waktu ke waktu
bisa di katakan banyak mengalami perubahan yang drastis. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
macam kasus korupsi yang ditangani oleh para penegak hukum, baik oleh Komisi
Pemberantasan Korupsi, Kepolisian, maupun kejaksaan itu sendiri.
3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan
dan kekurangan maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi
perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang.
9
DAFTAR PUSTAKA
Tim Penulis Buku Pendidikan Anti Korupsi. Buku Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan
Tinggi/Anti Korupsi. Jakarta: Kemendikbud. Cetakan 1. Desember 2011. (diakses 4 Mei 2021,
pukul 05.16 WIB)
Tindak Pidana Korupsi dalam Perspektif Hukum Indonesia dan Pidana Islam.
https://jurnal.staialhidayahbogor.ac.id/index.php/am/article/view/677 (diakses 8 Mei 2021, pukul
10.40 WIB)
Jurnal Penegakan Hukum Pidana Terhadap Kasus-Kasus Korupsi dalam Menciptakan Clean
Government. https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/mimbar/article/download/25/pdf (diakses 8
Mei 2021, pukul 10.55 WIB)
10