Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

STUDI KEPEMIMPINAN ISLAM


“SIFAT AMANAH”

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Studi Kepemimpinan Islam
Dosen Pengampu : Ir. Dalyono, MSI., C Text ATI

Oleh:
1. Bagus Herlambang (19521080)
2. Fikri Fadhlurrohman (19521072)
3. Habib Rifa’i (19521079)
4. Muhammad Daffa Arib Akbar (19521098)
5. Putra Nur Gimantara (19521106)

KELOMPOK 1
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat
dan hidayah-Nya yang telah memberikan jalan dan pemikiran sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Studi Kepemimpinan Islam yang berjudul “Amanah” tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
Ir. Dalyono pada mata kuliah Studi Kepemimpinan Islam. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang Amanah bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Pada kesempatan ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
pada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
pembuatan makalah.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan makalah ini sangat kami harapkan.
Apabila ada kekurangan dari makalah ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga karya
tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Yogyakarta, 25 Maret 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.......................................................................................................5

C. Tujuan..........................................................................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................6

A. Konsep Kepemimpinan dalam Islam...........................................................................6

B. Sifat - Sifat Istimewa Rasulullah SAW.......................................................................6

C. Gaya Kepemimpinan Rasulullah SAW.......................................................................9

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................11

A. Pengertian Amanah...................................................................................................11

B. Hubungan Amanah Dengan Sifat Kepemimpinan Dalam Islam...............................12

C. Ciri Pemimpin Yang Bersifat Amanah......................................................................13

D. Contoh dan Bentuk Perilaku Amanah.......................................................................14

BAB IV KESIMPULAN..........................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amanah merupakan salah satu ciri atau sifat mulia yang harus dimiliki oleh setiap
individu muslim. Amanah juga merupakan suatu sifat yang tidak terlihat dalam diri seseorang
secara lahiriah, tetapi amanah dapat terlihat secara jelas dalam diri seseorang melalui tingkah
laku, gerak-gerik, maupun tindak-tanduk dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bekerja
maupun berinteraksi dengan orang lain serta ketika beribadah. Amanah sendiri adalah salah
satu nilai penting bagi individu muslim atau dalam Islam lebih dikenal dengan istilah
syakhsiyyah atau akhlak. Dalam bahasa Arab, syakhsiyyah memiliki arti ‘sifat-sifat yang
membedakan seseorang dengan yang lain.’ Amanah sendiri termasuk ke dalam sifat yang
harus dimiliki oleh setiap Nabi dan Rasul Allah SWT. Hal tersebut dikarenakan utusan Allah
tidak mungkin memiliki sifat yang bertentangan dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah,
salah satunya adalah sifat khianat yang mana merupakan kebalikan dari amanah. Maka dari
itu, sudah semestinya kita sebagai makhluk ciptaan Allah harus meneladani sifat-sifat yang
dimiliki oleh utusan Allah tersebut di zaman yang modern ini, salah satunya yaitu sifat
amanah.
Berkaitan dengan amanah, pada zaman yang modern ini, banyak sekali orang-orang
yang diberikan tanggungjawab sebagai seorang pemimpin, dari pemimpin suatu kelas di
sekolah hingga menjadi pemimpin suatu negara. Dalam pandangan Islam sendiri,
kepemimpinan merupakan tanggungjawab dan amanah yang mana tidak hanya
dipertanggungjawabkan kepada anggota-anggotanya saja tetapi juga dipertanggungjawabkan
kepada Allah SWT (Zainuddin, 2005:17). Manusia sebagai satu-satunya ciptaan Allah yang
paling sempurna diberikan amanah oleh Allah untuk menjadi seorang wakilnya Allah SWT di
bumi, yaitu sebagai khalifah Allah SWT, dengan menjadi seorang pemimpin yang
bertanggungjawab mengurus, mengelola, dan memelihara serta memakmurkan bumi. Namun
pada kenyataannya, masih banyak orang-orang yang telah diberikan amanah sebagai seorang
pemimpin tidak melaksanakan amanah tersebut, melainkan menyalahgunakan tanggungjawab
tersebut hanya demi kepentingan pribadinya. Sebagai contoh, dalam kegiatan politik, para
pejabat baik di daerah maupun negara yang memiliki posisi-posisi tertentu memanfaatkan
posisi tersebut untuk memperkaya dirinya sendiri ataupun kelompoknya. Hal tersebut
memperlihatkan bahwa meneladani sifat amanah ini sendiri tidaklah mudah seperti yang telah
disampaikan oleh Allah dalam Al-Quran pada surah Al-Ahzab ayat 72, sebagai berikut. 

َ َ‫ال فَأَبَ ْينَ أَ ْن يَحْ ِم ْلنَهَا َوأَ ْشفَ ْقنَ ِم ْنهَا َو َح َملَهَا اإْل ِ ْن َسانُ ۖ إِنَّهُ َكان‬
‫ظلُو ًما َجهُواًل‬ ِ َ‫ض َو ْال ِجب‬
ِ ْ‫ت َواأْل َر‬
ِ ‫إِنَّا َع َرضْ نَا اأْل َ َمانَةَ َعلَى ال َّس َما َوا‬

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir
akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu
amat zalim dan amat bodoh.”

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Amanah?
2. Apa hubungan Amanah dengan sifat kepemimpinan dalam Islam?
3. Bagaimana ciri-ciri pemimpin yang memiliki sifat Amanah?
4. Bagaimana contoh dan bentuk dari perilaku Amanah?

C. Tujuan 
1. Untuk mengetahui pengertian dari Amanah.
2. Untuk mengetahui hubungan Amanah dengan sifat kepemimpinan dalam Islam.
3. Untuk mengetahui ciri-ciri pemimpin yang memiliki sifat Amanah.
4. Untuk mengetahui apa saja contoh perilaku Amanah.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kepemimpinan dalam Islam


Kepemimpinan dalam perspektif islam adalah suatu kegiatan memimpin,
mengarahkan, mempengaruhi, dan menunjukkan jalan kepada Allah SWT yang dilakukan
mengikuti syariat-syariat islam. Manusia sebagai khalifah di bumi diwajibkan untuk berusaha
memiliki dan meraih sifat sifat kepemimpinan karena salah satu tujuan dan tugas umum
seorang pemimpin adalah untuk menasehati kelompok dan mengarahkannya apabila memang
diperlukan untuk mencapai sasaran-sasaran bersama. Agar efektif, maka pemimpin harus
melatih pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok yang ada di bawah pimpinannya, sehingga
mereka dapat menolong diri sendiri, masyarakatnya, dan dalam jangka panjang akan
melahirkan manfaat bagi seluruh masyarakat. Kepemimpinan merupakan faktor penentu
sebuah organisasi dapat berjalan dengan efektif dan efisien atau tidak. Sehingga, kualitas
pemimpin menentukan keberhasilan lembaga atau organisasinya. Sebab, pemimpin yang
sukses itu mampu mengelola organisasi, dapat mempengaruhi secara konstruktif orang lain
dan menunjukkan jalan yang benar yang harus dikerjakan bersama.
Dalam Islam kepemimpinan identik dengan istilah khalifah . Kata dasar khalifah pada
dasarnya bermakna pengganti atau wakil. Pemakaian khalifah setelah nabi Muhammad wafat
terutama bagi keempat Khulafa Ar Rasyidin. Imam dan khalifah adalah dua istilah yang
digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pemimpin. Kata imam terambil dari kata amma,
yaummu, yang berarti menuju, menumpu dan meneladani. Konsep Islam, kepemimpinan
sebagai sebuah konsep interaksi, relasi, proses otoritas, kegiatan mempengaruhi,
mengarahkan dan mengkoordinasi baik secara horizontal maupun vertikal. Kemudian, dalam
teori manajemen, fungsi pemimpin sebagai perencana dan pengambil keputusan (planning
and decision maker), pengorganisasian (organization), kepemimpinan dan motivasi (leading
and motivation), pengawasan (controlling), dan lain lain.
Kepemimpinan menjadi tolak ukur yang dapat diterapkan pada setiap zaman. Nabi
Muhammad telah mencontohkan bagaimana kepemimpinannya dapat berhasil, beliau sebagai
sosok ideal dapat dijadikan panutan dalam berbagai hal. Pengangkatan beliau sebagai Rasul
adalah untuk memimpin manusia dan alam serta dijadikan teladan. Firman Allah dalam QS.
Al-Ahzab; 21 bahwa dalam diri Nabi terdapat keteladanan yang dapat dicontoh oleh orang
orang di zamannya atau pun setelahnya.
B. Sifat - Sifat Istimewa Rasulullah SAW
Dalam Islam, suri teladan yang paling sempurna terdapat pada diri Nabi Muhammad
saw, seorang yang mempunyai sifat-sifat yang selalu terjaga dan dijaga oleh Allah swt. Allah
berfirman dalam surat Al-Ahzab ayat 21, yang artinya “Sungguh telah ada pada (diri)
Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”. Sifat yang dimaksud
dikenal dengan sebutan sifat wajib Rasul. Sifat wajib Rasul merupakan pencerminan karakter
Nabi Muhammad saw. dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin umat. Secara rinci
sifat-sifat tersebut sebagai berikut:
1. As-Siddiq (ٌ‫)ص ْدق‬
ِ
Shiddiq artinya benar atau dapat juga diartikan jujur.sifat shiddiq adalah kesesuaian
antara yang disampaikan atau diucapkan dengan apa yang dilakukan atau kenyataan
sebenarnya.
Seorang yang memiliki sifat shiddiq ini akan merasa selalu diawasi Allah SWT
sehingga tidak akan berkata dusta/bohong,Hal itu disebabkan karena keyakinan bahwa Allah
SWT Maha Mengetahui segala.Nabi dan Rasul memiliki keyakinan dan keimanan kepada
ALLAH SWT yang luar biasa sehingga timbul sifat ash-shiddiq di dalam diri para Nabi dan
Rasul. Sifat shidiq para Nabi dan Rasul ini telah ALLAH SWT abadikan di dalam Q.S
maryam:41.
‫ص ِّد ْيقًا نَبِيًّا‬ ِ ‫ َو ْاذ ُكرْ فِي ْال ِكتَا‬ 
ِ َ‫ب إِ ْب َرا ِه ْي َم ۚ إِنَّهُ َكان‬
Artinya: “Dan ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al Kitab (Al Quran)
ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan lagi seorang Nabi.” (QS.
Maryam ayat 41)
2. Fathonah (ٌ‫)فَطَانَة‬
Fathonah artinya pintar,cerdik atau cerdas.Nabi dan Rasul diberikan sifat fatanah ini
oleh Allah SWT sehingga dengan kecerdasan itu para Rasul dan Nabi dapat  menjalankan
amanah, tugas dan tanggungjawab sebagai seorang Nabi dan Rasul.tugas utama dari Nabi dan
Rasul adalah menyampaikan pesan atau wahyu yang telah diwahyukan Allah SWT.
Dalam proses menyampaikan suatu wahyu atau pesan dibutuhkan sebuah kecerdasaan
dalam banyak aspek seperti aspek pemilihan kosakata yang digunakan,penyusunan
kalimat,intonasi dan situasi yang tepat dan bidang lainnya sehingga membantu
penyempurnaan penyampaian pesan tersebut..Kecerdasan bukan hanya cara penyampaian
tetapi termasuk juga di dalamnya problem solving,tingkah laku,kepemimpinan dan lainnya.
Sifat ini tertulis dalam Alquran Surat Al-An’am ayat 83:
ٍ ‫ك ُح َّجتُنَٓا َءاتَ ْي ٰنَهَٓا إِ ْب ٰ َر ِهي َم َعلَ ٰى قَوْ ِمِۦه ۚ نَرْ فَ ُع َد َر ٰ َج‬
َ َّ‫ت َّمن نَّ َشٓا ُء ۗ ِإ َّن َرب‬
‫ك َح ِكي ٌم َعلِي ٌم‬ َ ‫َوتِ ْل‬
Artinya: “Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya.” (Q.S. Al-An’am: 83).
3. Tabligh (‫)تَ ْبلِ ٌغ‬
Tabligh artinya menyampaikan.menyampaikan yang dimaksud adalah sebuah
penyampaian pesan yang bersifat komunikatif,argumentatif dan bil-hikmah(bijaksana dan
tepat sasaran) serta pesan yang disampaikan harus qaulan sadiidan (pembicaraan yang benar
dan berbobot).kembali ke tugas utama Rasulullah SAW adalah menyampaikan wahyu yang
telah diwahyukan kepada Rasulullah.sifat tabligh ini berkesinambungan dengan tugas utama
Rasulullah,dalam menyampaikan wahyu atau pesan tidak boleh ada yang terlewatkan, atau
tidak tersampaikan dan disampaikan secara jelas karena ini tugas Rasulullah SAW.
Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa ta’ala,
‫ت هللاِ َويَ ْخ َشوْ نَهُ َواَل يَ ْخ َشوْ نَ أَ َحدًا إِاَّل هللاَ ۗ َو َكفَ ٰى بِاهللِ َح ِس ْيبًا‬
ِ ‫الَّ ِذ ْينَ يُبَلِّ ُغوْ نَ ِر َسااَل‬
Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut
kepada-Nya dan mereka tidak merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan
cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan.” (QS. Al Ahzab ayat 39)
4. Amanah
Al-amanah artinya dapat dipercaya. Al-Amanah menurut bahasa ialah kesetiaan, ketulusan
hati, kepercayaan (tsiqah) atau kejujuran. Yang dimaksud dengan amanah di sini ialah suatu
sifat dan sikap yang setia, tulus hati, jujur dan bertanggungjawab dalam melaksanakan
sesuatu yang dipercayakan kepadanya baik berupa harta benda, rahasia maupun tugas dan
kewajiban. Konsekuensi sebagai penerima amanah tersebut, kita terikat secara moral untuk
melaksanakan amanah itu dengan baik dan benar.
Nabi dan Rasul merupakan utusan dari  Allah SWT yang diberikan amanah untuk
menerima dan menyampaikan wahyu Allah SWT. Sifat Al-Amanah pada Rasul memiliki arti
bahwa Rasul dapat dipercaya. Mulai dari perkataannya, hingga perbuatannya semua dapat
dipercaya. Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh penduduk Mekkah dengan gelar “Al-Amin”
yang artinya terpercaya,jauh sebelum beliau diangkat menjadi Seorang Nabi. Apa pun yang
beliau ucapkan, penduduk Mekkah mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang
pembohong.
Sifat Al-Amanah ini telah dipaparkan di dalam Al-Quran di dalam surat Asy-Syu’ara
ayat 106-107 dan Al A’raaf ayat  68:
- Surat Asy-Syu’ara ayat 106-107:
‫ إِنِّى لَ ُك ْم َرسُو ٌل أَ ِمين‬, َ‫ال لَهُ ْم أَ ُخوهُ ْم نُو ٌح أَاَل تَتَّقُون‬
َ َ‫إِ ْذ ق‬
Artinya: “Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka, ‘Mengapa kamu tidak
bertakwa?’ Sesungguhnya aku ini seorang rasul kepercayaan (yang diutus) kepadamu.”
(Q.S. Asy-Syu’ara: 106-107)
- Surat Al-a’raaf ayat 65:
“Aku menyampaikan amanat-amanat Tuhanku kepadamu dan aku hanyalah pemberi nasihat
yang terpercaya bagimu.” [Al-A’raaf 68]

C. Gaya Kepemimpinan Rasulullah SAW


Nabi Muhammad adalah seorang pemimpin umat islam yang berjaya. Manakala
dalam konteks pembawa perubahan baginda Rasulullah SAW telah berjaya menghasilkan
revolusi yang signifikan dalam cara hidup dan pemikiran masyarakat Arab. Sifat
kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. diantaranya: disiplin wahyu, mulai dari diri sendiri,
memberikan keteladanan, komunikasi yang efektif, dekat dengan umatnya, selalu
bermusyawarah, memberikan pujian.
     Dalam pembentukan masyarakat yang baik diperlukan gaya kepemimpinan yang sesuai
dan prinsip kepemimpinan yang tepat. Dalam hal ini Rasulullah menggunakan gaya
kepemimpinan yang partisipatif, deklaratif, delegatif, inovatif dan konsultatif.
Gaya Partisipatif adalah gaya kepemimpinan dengan cara memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk itu secara aktif baik menata, spiritual, fisik maupun material dalam
kiprahnya dalam perusahaan. Gaya inovatif yaitu pemimpin yang selalu berusaha dengan
keras untuk mewujudkan usaha-usaha pembaruan di dalam segala bidang, baik bidang
politik, ekonomi, sosial, budaya atau setiap produk terkait dengan kebutuhan manusia. Gaya
Kepemimpinan Konsultatif, dicirikan oleh Pengambilan keputusan dan pemecahan masalah
dilakukan oleh pemimpin setelah mendengarkan keluhan dari bawahan,Pemimpin
menentukan tujuan dan mengemukakan berbagai ketentuan yang bersifat umum setelah
melalui proses diskusi dan konsultasi dengan para bawahan,Hubungan dengan bawahan
baik.gaya kepemimpinan konsultatif adalah kepemimpinan yang menunjukkan dalam
menetapkan tujuan, memberikan perintah-perintah, dan membuat keputusan setelah
berkonsultasi dengan bawahannya. Ada kepercayaan terhadap bawahan, bawahan sudah
diberi kesempatan membuat keputusan dalam bidang tugasnya, keputusan penting tetap di
tangan pemimpin,bawahan merasa diberi kebebasan untuk berdiskusi dengan atasannya.
Ada 3 Prinsip dasar dalam  kepemimpinan islam yang harus dijalankan dan dipegang teguh
antaranya,
1. Musyawarah, yaitu prinsip pertama dalam kepemimpinan Islam, Al-Qur’an
menyatakan dengan jelas bahwa pemimpin Islam wajib mengadakan musyawarah
dengan orang yang mempunyai pengetahuan atau dengan orang yang dapat
memberikan pandangan yang baik, sebagaimana yang termaktub dalam QS Al-Syura
[42]: 38.
2. Adil, yaitu pemimpin seharusnya memperlakukan manusia secara adil dan tidak berat
sebelah, lepas dari suku bangsa, warna kulit, keturunan, atau agama. Al-Qur’an
memperintahkan agar kaum muslimin berlaku adil bahkan ketika berurusan dengan
para penentang mereka.19 sebagaimana yang termaktub dalam Al-Qur’an (Al-Nisaa’
[4]: 58)
3. Kebebasan berfikir, yaitu pemimpin Islam hendaklah memberikan ruang dan
mengundang anggota kelompok untuk dapat mengemukakan kritiknya secara
konstruktif. Pemimpin hendaklah berjuang menciptakan suasana kebebasan berfikir
dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan menasehati satu sama
lain sedemikian rupa, sehingga para pengikutnya merasa senang mendiskusikan
masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan bersama
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amanah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata amanah memiliki tiga pengertian,
yaitu 1) sesuatu yang dipercayakan atau dititipkan kepada orang lain, 2) keamanan;
ketentraman, dan 3) dapat dipercaya (boleh dipercaya); setia. Sedangkan secara Bahasa,
amanah adalah sesuatu yang bisa dipercayakan yaitu berupa sekumpulan tindakan yang harus
dilakukan. Menurut Bahasa Arab, amanah adalah sesuatu yang berkaitan dengan sifat
seseorang yang dapat dipercaya atau sesuatu yang dapat dipercayakan.

Amanah menurut pengertian terminologi (istilah) terdapat beberapa pendapat,


diantaranya menurut Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Amanah adalah sesuatu yang harus
dipelihara dan dijaga agar sampai kepada yang berhak memilikinya. Menurut Ibn Al-Araby,
amanah adalah segala sesuatu yang diambil dengan izin pemiliknya atau sesuatu yang
diambil dengan izin pemiliknya untuk diambil manfaatnya. Dari beberapa pengertian di atas,
dapat diambil suatu pengertian bahwa amanah adalah menyampaikan hak apa saja kepada
pemiliknya, tidak mengambil sesuatu melebihi haknya dan tidak mengurangi hak orang lain,
baik berupa harga maupun jasa. Perlu dicatat, amanah sangat berkaitan dengan akhlak yang
lain, seperti kejujuran, kesabaran, atau keberanian. Karena untuk menjalankan amanah, perlu
keberanian yang tegas. Amanah sebagai salah satu unsur dalam Islam, membuktikan bahwa
salah satu fungsi agama adalah memberikan nilai pada kehidupan. Apalagi, amanah dititipkan
pada hal-hal kecil, bukan hanya hal-hal besar saja.

Sifat amanah merupakan sifat yang wajib ada pada diri setiap muslim. Sifat amanah adalah
sifat yang sangat mulia sebagaimana disebutkan di dalam firman Allah Subhanahu Wa
Ta’ala, QS Al-Mu’minun:8 dan QS Al-Ma’arij: 32 :

َ‫َوالَّ ِذ ْينَ هُ ْم اِل َمٰ ٰنتِ ِه ْم َو َع ْه ِد ِه ْم َرا ُعوْ ن‬

“Dan (sungguh beruntung) orang yang memelihara amanat-amanat dan janjinya”

Di dalam ayat ini, Imam Ibnu Katsir menafsirkan orang amanah adalah orang yang
jika diberi kepercayaan maka mereka tidak akan mengkhianatinya tetapi mereka
menunaikannya kepada yang berhak. Menurut Muhammad Nassib Ar-Rifa’i dalam Buku
Ringkasan Ibnu Katsir Jilid 4 menjelaskan orang-orang yang memelihara amanah-amanah
dan janjinya, apabila mereka diberi amanah tidak mengkhianatinya dan bila berjanji tidak
pernah melanggarnya. Inilah sifat orang-orang beriman, sedangkan yang sebaliknya adalah
sifat-sifat orang munafik. Sebagaimana hadis dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam:
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu jika berbicara berdusta, jika berjanji
mengingkari dan jika dipercaya (diberi amanah) berkhianat.” (H.R. Bukhari, Muslim,
Tirmidzi dan Nasa’i).

B. Hubungan Amanah Dengan Sifat Kepemimpinan Dalam Islam


Kepemimpinan dan tugas pekerjaan sesuai kedudukan seseorang di mata agama Islam
dipandang sebagai amanah dan harus berada pada ahlinya atau orang yang tepat.
Sebagaimana hadis dari Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam yang berbunyi: “Apabila
suatu urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, tunggulah kiamat (masa kehancurannya)”
(HR Bukhari).

Seseorang yang mendapat amanah kepemimpinan (kekuasaan) politik maka menjadi


keharusan konstitusional dan sekaligus kewajiban agama untuk menunaikan amanah yang
menjadi tanggung jawabnya. Apabila seseorang dilimpahi amanah menjadi Kepala Desa,
Camat, Bupati, Gubernur dan Presiden atas pilihan rakyat sesuai hierarkinya, pada hakikatnya
Allah jugalah yang memberikan amanah tersebut, bukan hanya karena rakyat yang memilih.
Demikian pula seseorang yang ditunjuk sebagai presiden Allah-lah yang memberikan amanah
tersebut kepadanya. Pada posisi atau kedudukan manapun dalam masyarakat, di situ ada
amanah Allah yang wajib dipelihara dan ditunaikan kepada yang berhak. Hal ini sebagaimana
dijelaskan dalam Hadits Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: Dari Ibn Umar ra berkata;
Rasulullah saw bersabda: “Kalian adalah pemimpin dan yang dimintai pertanggungjawaban
tentang kepemimpinan kalian. Seorang penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai
pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. Seorang isteri adalah pemimpin terhadap
rumah suaminya dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Dan seorang
pembantu adalah pemimpin dalam menjaga harta tuannya dan akan dimintai pertanggung
jawaban atas kepemimpinannya. Kamu semua adalah pemimpin dan kamu semua akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinanmu” (Bukhari-Muslim).

Amanah mengharuskan memilih seseorang yang paling pantas untuk mengemban


sebuah jabatan. Jika kita menyimpang darinya dan memilih orang lain karena pertimbangan
hawa nafsu atau suka, pertimbangan sogokan dan kekerabatan maka kita - dengan
mengenyampingkan orang yang mampu dan pantas dan mengangkat orang yang lemah - telah
melakukan sebuah pengkhianatan yang besar.
Rasulullah saw menegaskan : “Barang siapa mengangkat seseorang berdasarkan kesukuan
atau fanatisme, sementara di sampingnya ada orang lain yang lebih disukai Allah dari
padanya, maka ia telah mengkhianati Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman”, (HR
Imam Al-Hakim).

C. Ciri Pemimpin Yang Bersifat Amanah


Karakteristik atau ciri seorang pemimpin yang dapat memegang amanah adalah dapat
ditinjau dari berbagai aspek yakni secara spiritual, operasional, maupun emosional. Berikut
adalah beberapa contoh karakteristik seorang pemimpin yang bersifat amanah:
1. Karakteristik spiritual
Karakteristik spiritual adalah karakter-karakter yang harus dimiliki seorang pemegang
amânah dalam kaitannya dengan kehidupan spiritual, yaitu hubungannya dengan Allah.
Karakter-karakter yang termasuk pada kategori ini adalah:
 Beriman dan Bertakwa. Iman adalah poin terpenting yang harus dimiliki oleh
seseorang. Untuk seorang muslim, keimanan yang benar akan mendatangkan
ketakwaan. Ketakwaan akan menyebabkan ia senantiasa menjaga diri dari sesuatu
yang akan membahayakan dirinya, seperti neraka yang disebabkan oleh dosa karena
tidak melaksanakan perintah atau mengerjakan larangan. 
 Tawakkal. Seorang pemegang amanah apa pun bentuknya harus bertawakal atau
menyerahkan segalanya kepada Allah setelah menjaga dan menjalankan amanah secara
maksimal. Tawakkal yang seperti ini akan mendatangkan ketenangan jiwa dan
meningkatkan kepercayaan diri seseorang, bahkan menimbulkan kepasrahan terhadap
hasil yang akan didapatinya. Karakter-karakter spiritual di atas, akan menumbuhkan
keinginan yang kuat dari seorang pemegang amanah untuk menjaga dan menunaikan
amanah yang dipegangnya.
2. Karakteristik Operasional
Maksud karakteristik operasional adalah karakter-karakter pemegang amânah kompeten
yang berhubungan dengan proses menjalankan amânah. Adapun karakter-karakter yang
termasuk dalam kategori ini adalah:
 Jujur. Seorang pemegang amanah harus memiliki integritas yang tinggi, yaitu
kesesuaian antara perkataan, termasuk janji dengan perbuatannya. Kejujuran yang
dilakukan seseorang akan mendatangkan kebaikan dan petunjuk, kejujuran juga akan
mendatangkan kepuasan dan ketenangan batin. Sehingga mampu memelihara dan
menjalankan amanah yang dipegangnya dengan sebaik-baiknya. 
 Adil. Seorang pemegang amanah harus berlaku adil terhadap amanah yang diemban,
pemberinya dan bahkan terhadap dirinya sendiri. Berlaku adil terhadap amanah adalah
menjaga dan menjalankannya dengan cara terbaik tidak mengurangi sedikitpun. Adil
terhadap pemberinya adalah dengan mengembalikan amanah tersebut dalam keadaan
utuh tanpa kurang dan cacat atau melaksanakannya sesuai dengan yang diinginkan
pemberinya. Sedangkan adil terhadap dirinya sendiri adalah melaksanakan amânah
yang diembannya dengan sebaik-baiknya sehingga ia memperoleh ketakwaan dari
Allah.
 Bijaksana. Seorang pemegang amanah harus bijaksana dalam menjaga dan
menjalankannya. Orang yang bijaksana akan bersikap realistis dalam menjalankan
amanah yang diembannya. Sehingga ia tidak berekspektasi tinggi melainkan tetap
melaksanakannya dengan secara maksimal sesuai dengan prosedur dan
kemampuannya.
3. Karakteristik Emosional
Maksud dari karakteristik emosional adalah karakter-karakter yang berhubungan dengan
perasaan seorang pemegang amânah dalam menjaga dan menunaikannya. Karakter-
karakter tersebut adalah sebagai berikut:
 Sabar. Seorang pemegang amanah harus sabar atau tabah dalam menerima dan
menjalankannya sebagai salah satu sarana beribadah kepada Allah. Ia harus sabar
ketika menghadapi cemoohan orang-orang yang tidak suka dengan kedudukannya
sebagai pemegang amanah. Ia harus sabar dalam menahan berbagai godaan hawa nafsu
yang mendorong diri untuk berkhianta, atau menyelewengkannya. 
 Syukur. Seseorang yang senantiasa bersyukur tidak akan mengkhianati amanah
apapun yang dipercayakan kepadanya, besar ataupun kecil. Ia akan menjaga dan
menjalankannya secara maksimal dan sebaik-baiknya sebagai bentuk syukur dan
terima kasih atas kepercayaan yang telah diberikan kepadanya.

D. Contoh dan Bentuk Perilaku Amanah


Dalam kehidupan sehari-hari amanah itu dapat terwujud dalam berbagai aktivitas
manusia, diantaranya adalah:
1. Menjaga rahasia. Menjaga rahasia juga merupakan bagian penting dalam menjaga
amanah, karena jika seorang muslim itu dapat dipercaya untuk menjaga rahasia (baik
rahasia pribadinya, rahasia keluarganya, rahasia kelompok,maupun rahasia negaranya)
maka ia wajib menjaga rahasia tersebut dengan penuh tanggung jawab.
2. Tidak menyalahgunakan kekuasaan yang telah diberikan kepadanya.Orang yang
kebetulan mengemban jabatan tertentu (pemimpin) juga merupakan suatu amanah yang
harus dijaga. Ia harus melaksanakan amanahnya itu sebagai seorang pemimpin yang telah
dipercaya oleh masyarakat. Jika sebelum memangku jabatannya ia sudah memberikan
atau menebar janji-janji tertentu dengan harapan masyarakat akan memilihnya untuk
menduduki jabatan tersebut, maka jika ia terpilih nanti ia harus dapat memenuhi segala
janjinya sesuai dengan yang telah ia ucapkan.
3. Menunaikan kewajiban dengan baik. Orang yang menjaga amanah harus dapat
melaksanakan kewajiban yang dipikulkan kepadanya dengan baik agar ia dapat
memakmurkan serta mensejahterakan bumi ini.
4. Memelihara semua nikmat dan karunia yang telah Allah berikan kepada kita. Semua
nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah kepada kita itu ialah seperti berupa umur,
kesehatan, harta benda, ilmu, anak, pasangan hidup,kehidupan, dan lain-lain itu kita
haruslah wajib menjaga dan memanfaatkannya dengan baik dan benar, karena jika kita
menyalahgunakan dan menyia-nyiakan segala nikmat dan karunia yang telah Allah
berikan pada kita maka kita telah berkhianat kepada amanah yang telah dipikulkan Allah
kepada kita.
5. Amanah dalam menjaga agama. Amanah yang paling besar adalah menjaga nilai dan
syiar-syiar agama kepada seluruh umat manusia, karena pada hari kiamat kelak kita
semua akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah dalam agama ini.
BAB IV
KESIMPULAN
Berdasarkan dari penjabaran di atas, dapat disimpulkan bahwa amanah merupakan
salah satu sifat mulia yang harus dimiliki setiap individu muslim dalam menjalankan
kehidupan di dunia. Hal tersebut dikarenakan, sifat amanah ini sangat berkaitan dengan sifat-
sifat mulia lainnya, seperti kejujuran, keberanian, atau kesabaran sehingga dengan memiliki
sifat amanah ini akan membawa kepada sifat-sifat mulia lainnya. Amanah sendiri memiliki
arti dapat dipercaya, bertanggung jawab, setia, dan tulus terhadap sesuatu yang telah
disampaikan atau dipercayakan kepadanya. Maka dari itu, harus dilaksanakan dengan sebaik
dan sebenar mungkin agar pesan yang dipercayakan kepada kita dapat tersampaikan dengan
tepat dan tidak kurang sedikitpun.
Seseorang yang memiliki sifat amanah memiliki beberapa karakteristik atau ciri
seperti jujur, adil, tawakal, bijaksana, sabar, selalu bersyukur, dan dapat menjaga rahasia.
Orang yang memiliki sifat amanah ini akan selalu dapat dipercaya oleh orang lain dalam
mengemban tugas, salah satunya adalah sebagai pemimpin. Sebagai seorang pemimpin, harus
mempunyai sifat amanah agar dapat menjabat tugas tersebut dengan penuh hati dan
melaksanakannya demi kebutuhan orang-orang disekitarnya bukan untuk kepentingan
pribadi. Selain itu, seorang pemimpin yang memiliki sifat amanah akan selalu dapat
dipercaya oleh masyarakat untuk dijadikan pemimpin karena akan selalu membawa kebaikan
untuk masyarakatnya.
DAFTAR PUSTAKA

Sakdiah, Sakdiah. “KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN DALAM ISLAM (KAJIAN


HISTORIS FILOSOFIS ) SIFAT-SIFAT RASULULLAH.” Jurnal Al-Bayan: Media
Kajian Dan Pengembangan Ilmu Dakwah, jurnal.ar-
raniry.ac.id/index.php/bayan/article/view/636.

Tyas, Nashria Rahayuning. “MODEL KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN NABI


MUHAMMAD SAW.” Muslim Heritage,
jurnal.iainponorogo.ac.id/index.php/muslimheritage/article/view/1851.

Imran, Ali. “AMANAH DALAM AL-QUR'AN” Kajian Tafsir Tematik, http://digilib.uin-


suka.ac.id/34579/1/14531001_BAB-I_V_DAFTAR-PUSTAKA

Abidin, Z., & Khairudin, F. (2017). Penafsiran Ayat-Ayat Amanah Dalam Al-Qur'an. Jurnal
Syahadah, 5, 139-140.

Anonim. (-). Amanah. Jurnal Universitas Negeri Yogyakarta, 2-3.

Darwis, S. (2013). Sifat Amanah. Jurnal Nasihat Pekanan Insan Takaful, 2.

Purnamasari,M.(2018).”PENERAPAN SIDIQ, AMANAH, TABLIGH, DAN FATONAH


TERHADAP PEGAWAI ASURANSI JIWA PADA PT. PRUDENTIAL LIFE
ASSURANCE PRU-SYARIAH CABANG KOTA METRO”.Skripsi IAIN Jurai Siwo
Metro,21-26.

Musyrifin,M.(2020).”IMPLEMENTASI SIFAT-SIFAT RASULULLAH DALAM


KONSELING BEHAVIORAL”.Jurnal UIN Sunan Kalijaga,11,4-5

Halim, Abdul, dkk. (2019). Karakteristik Pemegang Amanah Dalam Al-Qur’an.


Jurnal Studi al-Qur’an dan Hadis, Vol.1, No.2.

Fazji, Chairul. Amanah. Diakses dari:


https://www.academia.edu/34886693/Makalah_Amanah_docx

Anda mungkin juga menyukai