Oleh
FIRDHAN FARAMA
Stb. B1 A1 09 095
i
SKRIPSI
Oleh
FIRDHAN FARAMA
Stb. B1A109095
ii
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN
BERAS DI KOTA KENDARI
SKRIPSI
Oleh
FIRDHAN FARAMA
Stb. B1 A1 09 095
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana (Sl) pada Jurusan
Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Halu Oleo Kendari.
selama skripsi ini, namun berkat doa dari orang tua dan bantuan dari berbagai pihak,
skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tak
terhingga kepada Bapak Tajuddin, SE.,M.Si dan Ibu Nur Asizah, SE.,M.Si selaku
nasehat, meluangkan waktunya dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah tulus dan
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Usman Rianse, MS selaku Rektor Universitas Halu Oleo
Kendari.
ix
2. Ibu Dr. Hj. Rostin, SE., MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Halu Oleo.
3. Ibu Dr. Rosnawintang, SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas
Halu Oleo.
4. Ibu Dr. Irmawatty P. Tamburaka, SE, MP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi
5. Bapak Dr. Muh. Rafiy, SE., M.Si, Ibu Dr. Irmawatty P. Tamburaka, SE, MP, dan
6. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi
Universitas Halu Oleo yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu yang
telah berjasa mengajar dan mendidik penulis dari awal pendidikan hingga akhir
7. Seluruh Staf Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Halu Oleo,
terima kasih atas bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama ini.
8. Kedua orang tua saya tercinta dan tersayang, Ayah sayaArdi dan Ibusaya Rahmatia
serta trimakasih yang sebesar-besarnya buat teman-temanku Muh Irfan, Muh Erwin
Skilly, Muh Arif Retak dan seluruh pemain basket lantai dua Universitas Halu Oleo.
10. Terima kasih kepada pak Anwar atas segala motivasi dan dukungannya.
x
Atas segala bantuan , bimbingan, motivasi, dukungan dan pengorbanan yang
diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini, untuk itu penulis tidak lupa
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN……………………………………….……………… i
HALAMAN SAMPUL DALAM………………………..……………………………. ii
HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA ………………………………..… iii
HALAMAN PERSETUJUAN ………………………………………………………. iv
HALAMAN PENETAPAN PENGUJI SKRIPSI ………………………………...… v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………………. vi
ABSTRAK …………………………………………………………………………… vii
ABSTRACK ………………………………………………………………………… viii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI…………………………………………………………………..…….. xii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………........... xiv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………….... xv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………….………………. xvi
BAB I PENDAHULUAN
xii
3.4 Metode Analisis Data…………...…………………………………….. 26
3.4.1Uji Statistik………………………………………….….……....... 27
3.5 Variabel dan Definisi Operasional Variabel……………………………. 28
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………......... 53
LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xv
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu Negara agraris yang sebagian besar masyarakat
hidup dari hasil produksi pertanian atau sekitar 70.00% masyarakat sebagai petani.
Salah satu tujuan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pertanian yang
yang sangat berarti bagi kelangsungan hidup penduduk karena : 1) merupakan sumber
sumber produksi bahan baku untuk keperluan industri, 3) penghasil devisa Negara.
Ketiga aspek ini merupakan sumbangan sektor pertanian terhadap pembangunan secara
Peranan sektor pertanian yang tangguh seperti yang diharapkan dalam proses
masyarakat. Ketiga, menghemat dan menghimpun devisa dan yang keempat, sebagai
dasar yang memberikan dukungan terhadap sektor yang lain (Laksono, 2002).
tingkat pengepul (penebas) sangat mempengaruhi harga beras pada tingkat daerah,
sedangkan musim juga berpengaruh signifikan terhadap harga beras karena jika musim
1
kemarau hasil beras akan lebih baik jika dibandingkan pada musim penghujan. Faktor
lain yang Mempengaruhi Harga Beras di Indonesia menjelaskan bahwa harga beras
menentukan harganya. Keunikan tersebut antara lain beras sebagai makanan pokok
harga beras, namun jika harga beras tinggi penduduk miskin akan meningkat. Keunikan
yang lain meskipun pemerintah telah menaikkan harga dasar penjualan padi tetap saja
petani akan miskin. Selanjutnya penelitian ini menyebutkan bahwa persediaan beras di
tingkat pengepul (penebas) sangat mempengaruhi harga beras pada tingkat daerah,
sedangkan musim juga berpengaruh signifikan terhadap harga beras karena jika musim
kemarau hasil beras akan lebih baik jika dibandingkan pada musim penghujan. Namun
faktor yang paling berpengaruh terhadap harga beras adalah kebijakan impor beras oleh
pemerintah.
persediaan bahan pangan terutama beras, dengan jumlah yang besar. Jumlah penduduk
Kota Kendari tahun 2009 sebesar260.867 jiwa dan terus meningkat hingga pada tahun
2014 sebesar314.216jiwa. Sebagian hasil pertanian Kota Kendari di datangkan dari luar
Setiap tahun permintaan akan konsumsi beras terus meningkat seiring dengan
pertumbuhan penduduk. Hal ini karena beras merupakan makanan pokok yang penting
bagi sebagian besar penduduk di Indonesia.Beras yang memiliki sumber kalori yang
tinggi terutama kabohidrat yang memberikan sumber energi bagi tubuh manusia.
2
Tabel 1 Luas Panen, Permintaan Beras, Produksi Beras dan Harga Beras di Kota
Kendari Tahun 2009–2014.
Tahun LuasPanen Padi Permintaan Beras Harga Beras
(Ha) (Ton) (Ton) (Rp/kg)
Berdasarkan Tabel 1menunjukan bahwa pada Tahun 2009-2014 luas panen padi
Produksi padi, produksi beras dan harga beras Tahun 2009-2014 mengalami
kenaikan. Peningkatan produksi beras terjadi karena penggunaan input yang tepat sesuai
dengan anjuran dan peran dari penyuluh pertanian. Perbedaan peningkatan karena
proses dari padi menjadi beras mengakibatkan beras sebagian terbuang. Peningkatan
produksi tersebut tidak mampu menekan harga beras yang terus naik akibat peningkatan
jumlah penduduk yang terus bertambah di setiap tahunnya, sehingga permintaan terus
meningkat.
Ketersediaan akan kebutuhan beras bagi daerah perkotaan lebih tinggi. Kota
Kendari yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Tenggara, yang terus berkembang
3
dikarenakan daerah pedesaan memiliki lahan yang cukup luas dalam menyediakan
pangan tersebut, sampai sejauh mana bahan pangan tersebut dapat tersedia dan
penyebaran sampai ke tangan konsumen. Hal-hal tersebut menjadi penting dan saling
faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan beras itu sendiri di Kota Kendari
antaranya harga beras itu sendiri, barang subtitusi dan barang komplementer, dan juga
faktor produksi itu sendiri. Hal inilah yang kemudian mendorong penulis untuk
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah sebagai berikut
Kendari.
1. Bahan masukan dan pertimbangan bagi pemerintah dalam menyusun arah atau
4
2. Bahan informasi bagi peneliti yang akan mengadakan penelitian selanjutnya.
: harga beras, harga sagu, harga ubi kayu, dan jumlah penduduk priode Tahun 1999
-2014.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1KonsepHarga
Harga adalah jumlah uang (ditambah beberapa barang kalau mungkin) yang
(Swastha, 2010)
Harga adalah apa yang harus di berikan oleh konsumen (pembeli) untuk
Salah satu gejala ekonomi yang sangat penting dan berhubungan dengan prilaku
petani baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen adalah harga (Mubyarto,
1994). Dalam arti yang paling sempit, harga (price) adalah jumlah uang yang akan di
bebankan atas suatu produk atau jasa. Lebih luas lagi, harga adalah jumlah dari seluruh
nilai yang ditukar konsumen atas manfaat-manfaat memiliki atau menggunakan produk
optimis untuk alokasi sumber daya dan kepuasan konsumen.Dalam jangka pendek,
harga-harga itu harus memudahkan perdagangan dan arus peredaran yang tepat
Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh
permintaan dan penawaran dari barang tersebut.Oleh karena itu, untuk menganalisis
mekanisme penentuan harga dan jumlah barang yang di perjual belikan maka perlu
6
dilakukan analisis permintaan dan penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat
dipasar. Keadaan suatu pasar dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan
penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para
pembeli pada harga tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang
2005).
perpotongan antara kurva permintaaan dan penawaran. Apabila harga berada di atas
harga keseimbangan maka jumlah barang ditawarkan lebih besar dari pada jumlah yang
diminta, barang-barang tidak laku dan menumpuk sehingga terpaksa harga diturunkan.
Sebaliknya kalau harga berada dibawah harga keseimbangan maka jumlah barang yang
ditawarkan lebih sedikit dari pada jumlah barang yang diminta sehingga pembeli saling
berebut, persediaan barang segera menipis dan harga naik lagi (Mubyanto, 1989).
7
Harga yang terjadi di pasar merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan
kurva penawaran.Tetapi dalam kenyataan terdapat harga pada tingkat petani dan
konsumen disamping harga pedagang pembentukan harga yang muruni terjadi pada
tingkat harga pedagang besar karena hanya pada tingkat ini terdapat persaingan yang
agak sempurna dan pada umumnya penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang
baik tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu. Harga eceran dan harga pada
tingkat petani tinggal memperhitungkan dari harga pedagang besar yaitu dengan
menambah dan mengurangi dengan apa yang disebut margin pemasaran (Mubyarto,
1989).
Menurut Winardi (1981) harga jual tidak dapat disamakan dengan harga
pokok.Jika harga jual adalah nilai barang dan jasa untuk dijual atau dipertukarkan
dengan sejumlah uang kepada konsumen, maka harga pokok adalah jumlah dari
Kartasapoetra (1992) menyatakan bahwa ada tiga subyek yang menentukan dalam
pembentukan harga suatu produk pertanian di pasaran yaitu (1) produsen dengan biaya
produksi yang telah dikeluarkan sehingga produk itu terwujud dan siap untuk di
pasarkan, (2) konsumen dengan daya beli dan dasar-dasar yang kuat kebutuhan serta
kesukaannya, (3) pemerintah dengan peraturan dan ketentuan harga sebagai pengendali
tata pasaran. Sedangkan menurut Husein (1999), terdapat empat dasar dalam
menetapakan harga yaitu (1) berdasarkan biaya, (2) berdasarkan analisa pulang pokok,
Winardi (1981) bahwa tujuan penetuan harga pokok dalam suatu usaha adalah :
8
1. Penilaian produk yang telah selesai diproduksi
Dengan demikian tujuan pokok perhitungan harga adalah untuk mencapai suatu dasar
Kadariah (1994) harga adalah tingkat kemampuan suatu barang untuk ditukar
dengan barang lain. Selanjutnya dikatakan bahwa suatu barang mempunyai harga
karena barang itu berguna dan langka, artinya jumlah yang tersedia kurang
dibandingkan dengan jumlah yang diperlukan dan jika salah satu barang dari syarat
yang dipenuhi maka barang tersebut tidak mempunyai harga.Harga merupakan nilai dari
suatu barang atau jasa yang diperdagangkan.Harga dapat terjadi bila kekuatan tarik
Mubyarto (1989) menjelaskan bahwa salah satu gejala ekonomi yang paling
penting berhubungan dengan prilaku petani baik sebagai produsen maupun konsumen
adalah harga atau nilai tukar dari barang dan jasa.Selanjutnya Stanton (1988)
mengemukakan bahwa harga adalah alat ukur yang dinyatakan dalam bentuk uang
dimana seorang pembeli atau konsumen dapat memperoleh suatu barang dan jasa
yang ideal, maka mekanisme pasar di yakini akan mampu mengatasi persoalan-
persoalan ekonomi dengan pengawasan politik dan sosial yang minimal dari pemerintah
dan komunitas. Pasar tak lagi bermakna sebagai tempat atau lokasi belaka, namun sudah
meluas sebagai bagain penentu aspek moral kehidupan kolektif di tingkat desa hingga
9
nasional.Dalam kehidupan sektor pertanian, dimana mereka seakan-akan membangun
dunia sendiri, misal timbulnya pedagang kaki tangan dan pedagang komisioner
(Syahyuti, 2004).
pokok, politik harga serta penawaran dan permintaan.Harga adalah nilai suatu barang
atau jasa dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang atau
perusahaan bersedia untuk melepaskan barang dan jasa yang dimilikinya adalah jumlah
Dapat pula dilihat bahwa besarnya nilai tukar yang dibayarkan untuk memperoleh
suatu barang banyak di tentukan persetujuan antara penjual dan pembeli. Dengan kata
lain tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan penawaran. Suatu barang
mempunyai harga karena barang itu berguna dan jumlahnya terbatas sehingga disebut
sebagai barang ekonomis.Harga merupakan persoalan yang penting karena bukan hanya
konsumen terhadap harga tertentu, karena harga sering dijadikan indicator bagi
2.1.2 PengertianBeras
Beras adalah gabah yang bagian kulitnya sudah dibuang dengan cara digiling dan
disosoh menggunakan alat pengupas dan penggiling serta alat penyosoh (Astawan,
2004)
10
Menurut Sediaoetama (1999) beras merupakan makanan pokok bagi sebagian
terbesar rakyat Indonesia.Beras adalah butir padi yang telah dibuang kulit luarnya
(sekamnya) yang menjadi dasar dedak kasar. Dedak halus berasal dari lapisan-lapisan
permukaan biji beras, misalnya lapisan aleuron, lembaga dan beberapa sel biji yang
terlepas waktu proses penggilingan. Bila dedak kasar tidak dikonsumsi oleh manusia
maka dedak halus masih dapat dijadikan bahan makanan untuk dikonsumsi. Dedak
kasar biasanya masih dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar atau digunakan sebagai
Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam sendi kehidupan sosial
yang sangat penting karena lebih dari 90% masyarakat Indonesia mengkonsumsi beras.
Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia adalah sebagai
makanan pokok karena hampir seluruh produk Indonesia membutuhkan beras sebagai
bahan makanan utamanya disamping merupakan sumber nutrisi penting dalam struktur
pangan, sehingga aspek penyediaan menjadi hal yang sangat penting mengingat jumlah
penduduk Indonesia yang sangat besar. Pengenalan komoditi beras kepada masyarakat
sagu sebagai makanan utama, saat ini telah terbiasa dengan konsumsi nasi dalam
keseharian mereka, begitu juga dengan masyarakat Maluku, Sulawesi Utara, Madura
dan sebagainya.
Beras adalah makanan pokok berpati yang banyak di konsumsi oleh punduduk
Indonesia.Lebuh dari 50 persen jumlah kalori dan hamper 50 persen jumlah konsumsi
11
protein berasal dari beras. Dengarn meningkatnya pendapatan dapat diperkirakan bahwa
peranan beras sebagai sumber energy bagi tubuh manusia dimasa mendatang akan
semakin besar, oleh karena itu sejak REPELITA III pemerintah memberikan prioritas
pada kebijakan pangan yang mengutamakan makanan pokok berpati lainnya untuk
mengisi kekurangan beras. Mengingat pentingnya beras untuk rata-rata orang Indonesia
akan mengakibatkan ketidakseimbangan penawaran dan permintaan, jika hal ini terjadi
akan menimbulkan pengaruh yang tidak stabil pada harga-harga serta dapat
menimbulkan reaksi politik dan sosial yang tidak dikehendaki yang cenderung
2.1.3 KonsepPermintaan
Permintaan adalah jumlah dari suatu barang yang mau dan mampu dibeli pada
berbagai kemungkinan harga, selama jangka waktu tertentu, dengan anggapan hal-hal
barang yang dibutuhkan (absolut).Pengertian ini bisa muncul karena adanya pernyataan
bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan barang atau jasa untuk
kelangsungan hidupnya. Akan tetapi menurut ekonomi mikro dalam perspektif islam
yang di tulis oleh Muhammad (2004), permintaan adalah banyaknya jumlah barang
yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu, pada tingkat
12
Menurut Miller dan Mainers (1994) kaidah permintaan dapat dinyatakan dalam
cara yang paling sederhana, yaitu pada harga lebih tinggi sedikit barang yang akan
diminta ketimbang pada harga rendah, asalkan hal-hal lain sama. Jika dilihat dengan
cara lain bahwa pada harga renda, lebih banyak barang yang akan diminta ketimbang
pada harga tinggi, asakjab hal-hal lain sama. Jadi, kaida permintaan menyatakan bahwa
kuantitas yang diminta untuk suatu barang berhubungan terbalik dengan harga barang
tersebut, asalkan hal-hal lain sama pada setiap tingkat harga. Harga bukanlah satu-
satunya hal yang mempengaruhi berapa jumlah barang yang ingin dibeli orang. Ada
beberapa hal lain yang mempengaruhi jumlah yang dibeli. Pengaruh “non-harga” yang
penting adalah pendapatan. Jika ketika harga suatu barang berubah, pendapatan juga
berubah, kita tidak akan tahu apakan perubahan kuantitas yang dijual belikan dalam
pasar itu akibat perubahan harga ataukah akibat perubahan pendapatan, jika pendapatan
konstan, disamping parameter non-harga lainny, dan hanya harga yang berubah, dengan
yakin kita akan mengethui bahwa perubahan harga telah menyebabkan perubahan
Permintaan atas suatu barang dapat dilihat dari dua sudut, yaitu permintaan yang
dilakukan oleh seseorang/individu tertentu, dan permintaan yang dilakukan oleh semua
orang didalam pasar.Oleh karenanya didalam analisis perlu dibedakan diantara kurva
adalah harga barang tersebut, pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata
13
masyarakat, corak distribusi pendapatan dalam masyarakat, citarasa masyarakat, jumlah
penduduk dan ramalan keadaan dimasa yang akan mendatang (Sukirno, 1998).
Berbagai faktor penentu permintaan tersebut sangat sukar untuk dianalisis secara
sekaligus. Menurut Lipsey et al, (1995) kita tidak dapat memahami pengaruh setiap
variabel secara terpisah jika kita ingin mengetahui apa yang terjadi manakala segalanya
berubah pada waktu yang sesuai. Maka dari itu, kita hanya mempelajari pengaruh
variabel-variabel tersebut satu demi satu pada saat tertentu.Untuk maksud ini, kita
mempertahankan semua variabel konstan kecuali satu variabel yang kita pelajari
bagaimana pengaruhnya terhadap kuantitas yang diminta. Dengan cara yang sama, kita
dapat mempelajari semua variabel yang lainnya dengan demikian kita dapat memahami
tingkat kepentingan masing-masing variabel. Sekali pekerjaan ini dilakukan, kita dapat
variabel yang ada pengaruhnya seringkali diungkapkan dengan istilah latin, Ceteris
paribus.
yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga
hubungan antara jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga.Kurva
permintaan pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah.Hal ini karena
14
Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti yang
yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain,
pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami
perubahan maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan pindah ke kanan
atau ke kiri.
Kurva permintaan akan bergeser ke kanan atau ke kiri, yaitu seperti yang
yang ditimbulkan oleh faktor-faktor bukan harga. Sekiranya harga barang lain,
pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga lainnya mengalami
perubahan maka perubahan ini akan menyebabkan kurva permintaan pindah ke kanan
atau ke kiri.
Menurut Samuelson (2003) hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta
adalah berbanding terbalik (negative).Jika harga naik, kuantitas yang diminta turun,
15
cenderung turun apabila harga naik dapat dijelaskan oleh dua alasan : Pertama adalah
efek subtitusi, apabila harga sebuah barang naik, pembeli akan menggantinya dengan
barang serupa lainnya dengan harga yang lebih murah. Kedua adalah efek pendapatan,
Besar kecilnya permintaan terhadap suatu barang atau jasa dipengaruhi oleh
permintaan suatu barang meliputi: harga barang yang bersangkutan, harga barang
mempengaruhi jumlah jumlah permintaan terhadap suatu barang meliputi: harga, harga
preferensi (taste and preference), harga dari barang lain yang berhubungan, perubahan
dipengaruhi oleh factor harga, tingkat pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan harga
yang diamati dalam penelitian ini, maka faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
16
a. Harga Barang itu Sendiri
Pengaruh berbagai faktor terhadap permintaan atas suatu barang sulit untuk
dilakukan secara sekaligus, oleh sebab itu dalam membicarakan mengenai teori
tersebut dianggap bahwa permintaan atas suatu barang terutama dipengaruhi oleh harga
barang itu sendiri.Oleh sebab itu dalam teori permintaan yang terutama dianalisis adalah
analisis tersebut dimisalkan faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan atau ceteris
(Sukirno, 1994).
Hubungan terbalik ini berarti bila harga suatu barang naik turun, maka permintaannya
akan meliputi harga barang lain. Hubungan ini dikenal dengan Hukum Permintaan
(Salvantore, 1998).Sifat hubungan seperti ini disebabkan oleh kenaikan harga yang
menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat digunakan sebagai
pengganti. Sebaliknya, apabila harga turun dan jumlah permintaan tersebut seperti
permintaa barang lain. Keadaan ini terjadi jika kedua barang tersebut mempunyai
17
berpengaruh. Yang dimaksud dengan barang yang saling menggantikan adalah sifat dua
barang yang jika salah satunya meningkat, kuantitas barang lainnya yang diminta akan
meningkat, misalnya kopi dengan teh atau boleh juga susu, atau tempe dengan tahu, dan
sebagainya. Gejalanya, bila harga kopi naik biasanya permintaan teh akan naik. Begitu
juga dengan tempe, bila harga tempe naik maka permintaan tahu meningkat (Daniel,
2002).
suatu barang akan mempengaruhi harga barang lain tergantung apakah barang tersebut
atau tidak saling mempengaruhi atau netral saja (independent). Perubahan harga yang
sama dapat terjadi karena harga komoditi subtitusi naik. Umpamanya barang A dan B
adalah subtitusi, karena harga B naik, maka barang A menjadi relative lebih murah.
permintaan untuk membeli komoditi ke kanan, pada setiap harga akan dibeli jumlah
c. Jumlah Penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk makin besar pula barang yang dikonsumsi dan
dikonsumsi.Hal ini disebabkan karena konsumsi anak belasan tahun atau anak dibawah
umur 9 tahun. Yang pasti logikanya, bila jumlah penduduk bertambah maka tentu saja
18
Bila volume pembelian oleh masing-masing konsumen sama maka kenaikan
jumlah konsumen dipasar yang diakibatkan oleh perbaikan transportasi dan komunikasi
d. Tingkat Pendapatan
yang sangat penting didalam menentukan corak permintaan ke atas berbagai jenis
barang.
Selera atau kebisaan juga dapat mempengaruhi suatu barang. Selera konsumen
barang lain di pasar melalui spesialisais produk, yang mengakibatkan bentuk pangsa
pasar tersendiri (Monopolitik) bagi selera-selera tertentu sehingga semakin tinggi selera
Apabila terdapat perkiraan harga suatu barang akan naik dimasa yang akan
pada saat yang sekarang. Sehingga permintaan dalam jangka pendek akan meninggkat(
19
Menurut Sukirno (1994) berdasarkan terhadap perubahan tingkat pendapatan
berubah, berbagai jenis barang dapat dibedakan kedalam empat golongan yaitu barang
inferior, barang esensial, barang normal dan barang mewah.Namun Miller dan Meiners
(2000) membedakan jenis barang tersebut menjadi dua, yaitu barang normal dan barang
inferior.
kenaikan dalam permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan. Ada dua
memungkinkan para pembeli menukar konsumsi mereka dari barang yang kurang
b. Barang Inferior. Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orang-
terhadap barang-barang yang tergolong sebagai barang inferior akan menurun. Pada
baik mutunya. Efek pendapatan yang negatif dari barang-barang inferior yang lebih
besar dari pada baiknya jumlah barang yang diminta dapat menimbulkan apa yang
disebut dengan barang gifjen. Barang gifjen yaitu barang uang permintaannya justru
bertambah saat harganya meninggkat dan sebaliknya apabila harganya turun maka
20
Berdasarkan uraian sebelumnya, jelas bahwa secara umum permintaan suatu
barang atau jasa dipengaruhi oleh banyak factor, dimana factor tersebut merupakan
2.1.5 Elastisitas
drajat kepekaan atau respon dari jumlah barang yang diminta atau ditawarkan akibat
Elastisitas Permintaan adalah suatu alat atau konsep yang digunakan untuk
mengukur drajat kepekaan atau respon perubahan jumlah atau kualitas barang yang
dibeli sebagai akibat perunahan faktor yang mempengaruhi. Maka dikenal tiga
Elastisitas Pendapatan”.
Elastisitas harga permintaan adalah derajat kepekaan atau respon jumlah akibat
perubahan harga barang atau dengan kata lain merupakan perbandingan dari pada
pprestasi perubahan jumlah barang yang diminta dengan presentase perubahan dengan
harga dipasar, sesuai hukum permintaan, apabila harga naik maka jumlah barang yang
diminta akan mengalami penurunan, dan apabila harga turun maka jumlah barang yang
21
d. Priode waktu yang tersedia untuk menyesuaikan terhadap perubahan harga
2. Elastisitas Silang
terhadap suatu barang apabila terjadi perubahan terhadap harga barang lain dinamakan
3. Elastisitas Pendapatan
sesuatu barang sebagai akibat dari pada perubahan pendapatan pembelian dinamakan
elastisitas pendapatan.
Penawaran Beras Lokal di Kota Kendari” dimana hasil penelitian menunjukan bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran beras lokal adalah luas panen, harga beras
local, harga jagung, harga ubi kayu, dan harga sagu dapat dijelaskan variasi penawaran
beras local sebesar 84,6%, secara simultan luas panen, harga beras lokal, harga jagung,
harga ubi kayu dan harga sagu secara berasama-sama mempengaruhi penawaran beras
dengan menggunakan model Coob Douglas. Hasil penelitian menunjukan bahwa harga
sayur kacang panjang dan tanggungan keluarga berpengaruh terhadap permintaan sayur
kacang panjang oleh konsumen rumah tangga.Sedangkan harga sayur bayam, harga
22
sayur kangkung, dan pendapatan konsumen tidak berpengaruh terhadap permintaan
pada rumah makan di Kota Bau-Bau, dengan menggunakan regresi non linear berganda.
Hasil penelitian menunjukan bahwa variasi permintaan bawang merah pada rumah
makan di Kota Bau-Bau secara simultan dipengaruhi oleh faktor harga bawang merah,
pendapatan rumah makan dan jumlah pelanggan dimana secara statistic faktor-faktor
Secara sendiri-sendiri (parsial), variabel harga bawang merah tidak berpengaruh nyata
berpengaruh nyata terhadap bawang merah pada taraf kepercayaan 95% (α = 0,05).
Tria rosana dewi (2009) melakukan penelitian tentang analisis permintaan cabai
dapat disebabkan oleh factor ekonomi dan faktor sosial. Dimana faktor ekonomi yang
mempengaruhi adalah harga (harga cabai merah itu sendiri dan harga barang lain yang
dapat jadi pengganti dan penggenapnya) dan pendapatan. Sedangkan factor sosial yang
mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Klaten. Hal ini menunjukan jika jumlah
23
penduduk naik maka jumlah beras yang akan ikut diminta akan ikut mengalami
peingkatan.
pengaruh permintaan beras.Melihat dan memahami secara logis dan mengetahui faktor-
faktornya berdasarkan teori yang ada, ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
permintaan beras antaranya harga beras itu sendiri, harga barang-barang subtitusi
diperlukan suatu analisis statistik agar mendapat suatu kesimpulan yang signifikan dan
akurat.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi
linear berganda. Penggunaan analisis ini, diperlukan variabel X dan Y dimana variabel
X merupakan variabel bebas yaitu harga beras, harga Sagu, harga ubi, jumlah penduduk,
sedangkan Y adalah variabel terikat nilai permintaan beras itu sendiri yaitu permintaan
beras dalam satu priode dalam tiap tahunnya. Jika diketahui variabel X tersebut
berengaruh ataupun tidak berpengaruh terhadap variabel Y, maka dapat dijelaskan dan
diterangkan sebagai suatu kesimpulan. Agar lebih jelas alur pikir penelitian dapat dilihat
24
Permintaan Beras di
Kota Kendari
Barang Subtitusi
penelitian ini harga beras, jumlah penduduk, harga sagu, dan harga ubi kayu
25
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Kendari pada bulan Januari – Februari 2016.
(1) beras merupakan kebutuhan akan pangan yang penting dikonsumsi oleh penduduk di
Kota Kendari. (2) beras yang ditawarkan ke daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan
di pedesaan.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa data sekunder (Time
Series) yang dirangkum dalam kurun waktu tahun 1999-2014. Sumber data diperoleh
ini seperti BPS Kota Kendari, Dinas Pertanian Kota Kendari, Dinas Ketahanan Pangan
Kota Kendari, dan Badan Urusan Logistik (BULOG) Kota Kendari, Pedagang beras di
pasar.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Hubungan
alat analisis regresi linear berganda. Secara sistematis model yang digunakan adalah
sebagai berikut:
26
Ln = Ln bo + 𝑏1 ln 𝑋1 + 𝑏2 ln 𝑋2 + 𝑏3 ln 𝑋3 + 𝑏4 ln 𝑋4 + 𝑒
Keterangan :
bo = Konstanta
Model dapat dikatakan baik jika hasil regresi yang telah didapat kemudian diuji
melalui ekonometrika dan uji statistic.Uji ekonometrika diantaranya uji autokorelasi, uji
melalui Uji F, sedangkan parameter-parameter regresi dapat diuji melalui Uji t, serta uji
keoefisien determinasi.
Uji ini merupakan uji keragaman yang digunakan untuk melihat sejauhmana
determinasi mengukur persentase atau proporsi total variasi dalam variabel terikat yang
dijelaskan dalam model regresi. Sifat dasar dari R2 adalah besarannya yang selalu
27
b. Uji F
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah model regresi yang digunakan
valid.Model tersebut dikatakan valid apabila F hitung > F tabel dan sebaliknya apabila F
hitung < F tabel maka model tersebut tidak valid. Untuk lebih mudahnya, dapat dengan
0,05. Jika probabilitasnya < taraf kesalahan, maka dapat dikatakan bahwa model regresi
c. Uji t
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat.Apabila t hitung > t tabel maka
dapat dikatakan signifikan, yaitu terdapat pengaruh antara variabel bebas yang diteliti
dengan variabel terikat.Sebaliknya, jika t hitung < t tabel, maka dapat dikatakan tidak
signifikan.
menghindari adanya penafsiran yang keliru pada skripsi ini. Maka penulis memberikan
1. Permintaan beras adalah jumlah beras yang dibeli oleh masyarakat di Kota Kendari.
2. Jumlah penduduk adalah semua penduduk yang tinggal di Kota Kendari per
3. Harga beras adalah harga rata-rata beras setiap tahunnya yang berlaku di Kota
28
4. Harga sagu adalah harga rata-rata sagu setiap tahunnya yang berlaku di Kota
5. Harga ubi adalah harga rata-rata ubi setiap tahunnya yang berlaku di Kota Kendari,
29
BAB IV
Kota Kendari dan sekaligus juga sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Tenggara
secara geografis terletak pada 30 54’40’ - 40 3’05’ Lintang Selatan (LS) dan
membentang dari barat ke tibur diantara 1220 26’23’ - 1220 39’14’ Bujung Timur.
Luas wilayah yang dimiliki Kota Kendari 267,37Km2 atau 0,70 persen dataran
30
Tabel 2. Luas Wilayah Kota Kendari Menurut Kecamatan, Tahun 2014
Kecamatan Baruga dengan luas 48.00 𝑘𝑚2 atausekitar 16,77% sedangkan luas wilayah
yang paling sempit adalah kecamatan Kadia dengan luas 6,71 𝑘𝑚2 atau sekitar 2,51%
Menurut data yang ada memberikan indikasi bahwa di Kota Kendari Tahun 2014
terjadi 172 lh dengan curah curah hujan 2.263,6 mm. Suhu udara dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Perbedaan ketinggian dari permukaan laut, daerah pegunungan
dan daerah pesisir mengakibatkan keadaan suhu yang sedikit beda untuk masing-masing
tempat dalam suatu wilayah. Secara keseluruhan, wilayah Kota Kendari merupakan
Menurut data yang diperoleh dari Badan Pusat Meteriologi dan Geofisika Maritim
Kendari, selama Tahun 2014 suhu udara maksimum 31,80 C dan minimum 23,40 C.
31
Tekanan udara rata-rata 1.010,5 milibar dengan kelembapan 82%, kecepetan angin di
Penduduk di Kota Kendari pada Tahun 2013 sebesar 324.505 jiwa dan pada
Tahun 2014 sebesar 335.859 jiwa ini berdasarkan hasil pencatatan terakhir melalui
proyeksi survei penduduk antar sensus. Laju pertmbuhan Kota Kendari selama kurun
Tabel 3, jumlah penduduk yang paling besar yaitu pada kecamatan Kendari Barat yang
merupakan wilayah dengan penduduk yang jumlahnya paling besar di Kota Kendari
yang paling padat penduduknya di beberapa kecamatan yang ada di Kota Kendari yaitu
1256 jiwa/km2 . Hal ini bisa disebabkan karena Kota Kendari merupakan Ibu Kota
Provinsi Sulawesi Tenggara dimana semua kegiatan dan instansi tinggkat provinsi di
32
pusatkan di kota ini sehingga harus menampung penduduk dengan jumlah yang cukup
besar yaitu sebesar 335.889 jiwa. Untuk kepadatan dari masing-masing kecamatan di
Mandonga, 12.47
kendari
barat, Baruga, 6.67
Kendari, 8.31 14.8
Puatu, 9.56
Kambu, 9.35
Kadia,
13.53
Abeli, 7.73
Berdasarkan Gambar 5 terlihat bahwa kecamatan Mandonga, Kendari Barat dan Kadia
Pertanian dalam arti luas terdiri dari 5 sub sektor, yaitu tanaman pangan,
tentang pertanian, tidak bisa lepas dari penggunaan tanah sebagai prasarana dalam
pertanian atau lahan pertanian.Penggunaan tanah di Kota Kendari dapat dilihat pada
Tabel 4.
33
Tabel 4.Persentase Jenis Penggunaan Lahan di Kota Kendari.
No Penggunaan Lahan Luas(Ha) (%)
1 Lahan Sawah 1.319 4.45
a. Sawah Irigasi 1.037 3.50
b. Sawah Non-irigsi 282 0.95
c. Tegal/Kebun 5.110 17.26
d. Ladang/Huma 1.247 4.21
2. Lainnya (perkebunan, hutan rakyat,
Kolam/tebat/empang, dll) 7.083 23.94
3. Lahan Bukan Pertanian (pemukiman,
Perkantoran, jalan, dll) 13.522 45.69
Total 29.602 100.00
Sumber : BPS, Kota Kendari 2014
Penggunaan tanah di Kota Kendari yang ditunjukan pada Tabel 4, dapat diketahui
bahwa lebih dari 45.69% luas tanah di Kota Kendari merupakan tanah lahan bukan
pertanian yaitu seluas 13.522 Ha. Sedangkan 26.16% lainnya juga masih dimanfaatkan
sebagai lahan pertanian.Untuk penggunaan diluar pertanian yaitu sebesar 28.15% dari
Hasil pertanian di Kota Kendari untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari masing-
Tanaman Pangan
Tanaman pangan yang diusahakan di Kota Kendari terdiri dari lima jenis yang
utama yaitu padi sawah, jagung, kacang tanah, ubi kayu dan ubi jalar. Dapat dilihat pada
Tabel 5.
34
Tabel 5.Luas Panen, Produksi dam Hasil Perhektar Tanaman Bahan Makanan di Kota
Kendari Tahun 2014
No Tanaman Luas Panen Produksi Hasil/Hektar
Pangan ha ton (Produktivitas ton/ha)
1. Padi Sawah 1.555 7.111 4,57
2. Jagung 474 1.395 2,94
3. Kacang Tanah 103 64 0,62
4. Ubi Kayu 266 5.017 18,86
5. Ubi Jalar 99 907 9,16
Sumber : BPS Kota Kendari 2014
Luas panen untuk tanaman pangan paling besar didominasi oleh padi sawah
sebesar 1555ha, dan begitu pula dengan produksi masih ungul tanaman pangan padi
sawah sebesar 7111 ton.Tanaman yang paling rendah luas panennya adalah ubi jalar
sebesar 99 ha, dan tanaman yang paling rendah produksinya adalah kacang tanah
sebesar 64 ton. Sedangkan produktivitas tertinggi yaitu tanaman ubi kayu sebesar 18,86
ton/ha.
Komoditi beras yang dimaksud disini adalah beras yang diproduksi dalam Kota
Kelurahan Muhalo. Varietas beras seperti Ciliwung, Kepala Spesial, dan beras Dolog.
kecilnya beras yang ditawarkan kepada penduduk dalam Kota Kendari sangat
tergantung dari beberapa aspek antara lain harga barang itu sendiri, harga barang
35
4.3 Permintaan Beras di Kota Kendari
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwapermintaan beras paling banyak terdapat pada
Tahun 2014 sebesar 66203,72 ton, dan konsumsi paling sedikit terdapat pada Tahun
1999 sebesar 34106,18 ton. Perkembangan permintaan beras tertinggi di Kota Kendari
terjadi pada Tahun 2000 sebanyak 15%, sedang perkembangan terendah terjadi pada
Tahun 2006, hal ini terkonfirmasi bahwa ditahun yang bersamaan terjadi penurunan
jumlah pendudukdi Kota Kendari yang menyebabkan permintaan akan beras juga
berkurang.
himpunan kuantitas, yang bertempat tinggal disuatu tempat dalam batas wilayah Negara
36
pada waktu tertentu (Jonny, 2005).Data mengenai perkembangan jumlah penduduk
Tahun 2014 yakni sebesar 335889 jiwa.Dan jumlah penduduk terkecil terjadi pada
tahun 1999 yakni sebanyak 173040 jiwa. Dilihat dalam segi perkembangan,
perkembangan jumlah penduduk terbesar terjadi pada Tahun 2005 yakni 23,97%.
pangan beras.
Produksi beras Kota Kendari merupakan hasil dari olahan petani yang melakukan
usaha pengkombinasian faktor-faktor produksi yang dimiliki, seperti luas tanah, modal
37
beras berbeda-beda tergantung dari besarnya tingkat konversi dari produksi padi yang
dihasilkan, angka konversi beragam tergantung pada berbagai faktor seperti varietas,
musim, jenis penggilingan dan perlakuan pasca panen. Produksi beras kota kendari
Produksi beras Kota Kendari dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi, hal ini
1999 – 2014 mengalami fluktuasi seiring dengan berfluktuasinya produksi padi Kota
Kendari. Dalam kurun waktu 16 Tahun dari Tahun 1999 – 2014, produksi beras
tertinggi terdapat pada Tahun 2014 sebesar 4,,462 ton. Sedangkan produksi beras
38
4.6 Perkembangan Harga Beras, Harga Sagu, dan Harga Ubi Tahun 1999 – 2014.
Tabel 9. Perkembangan Harga Beras, Harga Sagu, Harga Ubi Kayu, Tahun 1999 –
2014
No Tahun Harga Beras Harga Sagu Harga Ubi Kayu
(Rp/kg) (Rp/kg) (Rp/kg)
1. 1999 2.544 905 615
2. 2000 2.131 1.182 735
3. 2001 2.463 1.344 897
4. 2002 2.756 1.387 1.052
5. 2003 2.779 1.372 1.258
6. 2004 2.563 1.449 1.504
7. 2005 3.400 1.457 1.799
8. 2006 4.036 1.532 2.151
9. 2007 4.737 2.727 2.573
10. 2008 5.004 2.840 3.098
11. 2009 5.873 3.492 3.402
12. 2010 6.541 4.000 3.628
13. 2011 6.693 3.689 3.573
14. 2012 8.219 3.461 3.426
15. 2013 8.248 4.657 3.720
16. 2014 8.348 4.762 4.383
Sumber :Statistik Harga Konsumen, BPS Kota Kendari 2014
Tabel 9 terlihat bahwa harga beras tertinggi pada tahun 2014 yakni Rp 8.348,
sedangkan harga terendah terdapat pada Tahun 2000 yakni Rp.2131. Perkembangan
harga beras di Kota Kendari mengalami peningkatan tiap tahunnya. Harga beras rata-
39
Kota Kendari ada beberapa bahan pangan alternatif non beras yang dikonsumsi
seperti, sagu dan ubi kayu. Proses penyajiannya pun beragam, seperti sagu di buat
Tabel 9 terlihat harga sagu dan ubi kayu dalam Tahun 1999 – 2014 mengalami
trend peningkatan.Akan tetapi jika membandingkan dengan harga beras kedua pangan
tersebut masih dibawah harga beras. Harga sagu tertinggi pada Tahun 2014 yakni Rp
4762 sedangkang harga sagu terendah terdapat pada Tahun 1999 takni 904, denga rata-
rata laju peningkatan sebesar tiap Tahun. Sedangkan harga ubi kayu tertinggi terdapat
pada Tahun 2014 yakni 4383, harga terendah terdapat pada tahun 1999 yakni 615. Rata-
rata laju peningkatan harga ubi kayu sebesar 12,47% tiap tahunnya.
Statistic Package for Soscial Scienes (SPSS) versi 22. Pengujian parameter dilakukan
pada tingkat taraf nyata 5% hasil dari analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada
Tabel 10.
40
Tabel 10. Nilai Parameter Analisis Regresi Linear Berganda Harga Beras, Harga Sagu,
Harga Ubi Kayu dan Jumlah Penduduk terhadap Permintaan Beras di Kota
Kendari.
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficient
Model B Std. Error Beta t Sig.
1. (Constant) 2.108 0.228 9.326 0.000
Harga Beras -0.024 0.027 -0.060 -0.908 0.383
Harga Sagu 0.004 0.028 0.011 0.142 0.890
Harga Ubi Kayu 0.005 0.032 0.013 0.155 0.880
Jumlah Penduduk 1.045 0.054 1.031 19.275 0.000
Sumber : Lampiran 2
Keterangan :
a = konstanta
e = Error
Ln = Permintaan Beras
Nilai konstanta = 2.108 Jika tidak terjadi perubahan pada hargaberas, harga sagu, harga
ubi kayu, jumlah penduduk maka permintaan beras di Kota Kendari meningkat sebesar
2.108
Nilai b1 (harga beras) = -0,024 mempunyai arti bahwa jika terjadi kenaikan 1 persen
Nilai b2 (harga sagu) = 0,004 mempunyai arti bahwa jika terjadi kenaikan 1 persen
41
Nilai b3 (harga ubi kyu) = 0,005 mempunyai arti bahwa jika terjadi kenaikan 1 persen
harga ubi kayu maka permintaan ubi kayu akan naik sebesar 0,005
Nilai b4 (jumlah penduduk) = 1,045 mempunyai arti bahwa jika terjadi kenaikan 1
persen jumlah penduduk maka permintaan beras akan naik sebesar 1,045
Uji koefisien :
a. Harga beras
Hipotesis:
Statistik uji :
Thitung > Ttabel maka H0 ditolak atau signifikansi < α maka H0 ditolak
Kesimpulan:
untuk variabel harga beras sebesar 0,383. Nilai signifikan lebih besar dari nilai
probabilitas (0,05) atau nilai 0,383 > 0,05, maka H0 diterima. Atau variable harga beras
memiliki nilai thitung = -0,908 < ttabel = 1,796 yang artinya harga beras tidak
b. Harga Sagu
Hipotesis:
42
Statistik uji :
Thitung > Ttabel maka H0 ditolak atau signifikansi < α maka H0 ditolak
Kesimpulan:
untuk variabel harga sagu sebesar 0,890. Nilai signifikan lebih besar dari nilai
probabilitas (0,05) atau nilai 0,890 > 0,05, maka H0 diterima. Atau variable harga sagu
memiliki nilai thitung = 0,142 < ttabel = 1,796 yang artinya harga sagu tidak
Hipotesis:
Statistik uji :
Thitung > Ttabel maka H0 ditolak atau signifikansi < α maka H0 ditolak
Kesimpulan:
untuk variabel harga ubi kayu sebesar 0,880. Nilai signifikan lebih besar dari nilai
probabilitas (0,05) atau nilai 0,880 > 0,05, maka H0 diterima. Atau variable harga ubi
kayu memiliki nilai thitung = 0,155 < ttabel = 1,796 yang artinya harga ubi kayu tidak
43
d. Jumlah penduduk
Hipotesis:
Statistik uji :
Thitung > Ttabel maka H0 ditolak atau signifikansi < α maka H0 ditolak
Kesimpulan:
untuk variabel jumlah penduduk sebesar 0,000. Nilai signifikan lebih kecil dari nilai
probabilitas (0,05) atau nilai 0,000 < 0,05, maka H0 ditolak. Atau variable jumlah
penduduk memiliki nilai thitung = 19,275 > ttabel = 1,796 yang artinya jumlah penduduk
Berdasarkan uji koefisien di atas dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang
signifikan terhadap terhadap variabel permintaan beras yaitu variabel jumlah penduduk
a. Uji F
Uji statistic F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel bebas yang
44
Tabel 11. Hasil Uji F-statistik
F Sig.
867.475 0.000
Sumber : Lampiran 3
Hipotesis:
H0 :Harga beras, harga sagu, harga ubi kayu dan jumlah penduduk tidak berpengaruh
H1 :Harga beras, harga sagu, harga ubi kayu dan jumlah pendudukberpengaruh
Statistik uji :
0,000 lebih kecil dari α = 0,05, atau Fhitung sebesar 867.475 lebih besar dari Ftabel
sebesar 3.36 .hal ini berarti seluruh variabel bebas (X) yang dimasukkan ke dalam
koefisien determinasi pada hasil regresi dapat dilihat pada Tabel 12.
45
Tabel 12. Uji Koefisien Determinasi
R R Square
0.998a 0.997
Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 12. Maka dapat diketahui nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0,997 yang berarti bahwa 99,7 persen keragaman variabel tak bebas (Y) dapat
dijelaskan atau dapat diterangkan oleh keragaman variabel bebas (X) dan sisanya
sebanyak 0,03 persen dijelaskan oleh variabel lain tidak termasuk dalam model
Hasil analisis diperoleh nilai koefisien korelasi (R) permintaan beras sebesar
0,998 dengan tanda positif dan mendekati 1, maka dapat diartikan bahwa antara
variabel tak bebas (Y) mempunyai hubungan erat dengan seluruh variabel bebas (X).
c. Uji t
Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukan seberapa jauh pengaruh satu
Tabel 13.uji t
Model t Sig.
46
1. Harga Beras
Berdasarkan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi harga
beras (X1) lebih besar dari α (0,383 > 0,05). Hal ini berarti harga beras tidak
2. Harga Sagu
Berdasarkan uji statistic pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi harga
sagu (X2) lebih besar dari α (0,890 > 0,05). Hal ini berarti harga sagu tidak berpengaruh
Berdasarkan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95% nilai signifikansi harga
ubi kayu (X3) lebih besar dari α (0,880 > 0,05). Hal ini berarti harga ubi kayu tidak
4. Jumlah Penduduk
Berdasarkan uji statitik pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi jumlah
penduduk (X4) lebih kecil dari α ( 0,000< 0,05). Hal ini berarti jumlah penduduk
Berdasarkan penjelasan uji t maka harga beras, harga sagu dan harga ubi kayu
tidak berpengaruh nyata.Oleh karena itu uji hipotesis dengan uji t maka hipotesis H0
47
4.8 Pembahasan
Berdasarkan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi harga
beras (X1) lebih besar dari α (0,383 > 0,05). Hal ini berarti harga beras tidak
Beras merupakan bahan makanan pokok masyarakat Kota Kendari. Hal ini
disebabkan beras lebih banyak dikonsumsi dari pada bahan makanan lain. Dengan
demikian naik ataupun turunnya harga beras tidak akan mempengaruhi permintaan
Berdasarkan uji statistik kepercayaan 95%, nilai signifikansi harga sagu (X2)
lebih besar dari α (0,890 > 0,05). Hal ini berarti harga sagu tidak berpengaruh nyata
Dengan nilai jual sagu yang rendah, petani enggan mengusahakannya karena tidak
mendatangkan keuntungan. Selain itu, sagu merupakan bahan olahan yang tidak di
budidayakan. Selain itu, sagu merupakan bahan olahan yang tidak di budidayakan
seperti halnya tanaman padi.Sagu sangat identik dengan bahan makanan pokok kedua
setelah beras. Sagu dalam bentuk olahan sinonggi menjadi makanan andalan masyarakat
Kota Kendari khususnya suku tolaki. Oleh karena itu sagu selain memiliki nilai
ekonomi juga memiliki nilai budaya karena menjadi makanan turun temurun dari suku
tolaki. Dengan demikian maka naik ataupun turunnya harga sagu tidak akan
48
4.8.3 Harga Ubi Kayu
Berdasarkan uji statistik pada tingkat kepercayaan 95% nilai signifikansi harga
ubi kayu (X3) lebih besar dari α (0,880 > 0,05). Hal ini berarti harga ubi kayu tidak
Harga jual ubi kayu yang lumayan rendah, petani enggan mengusahakan atau
olahan berupa kasuami. Dengan demikian makan naik ataupun turunnya harga ubi kayu
Berdasarkan uji statitik pada tingkat kepercayaan 95%, nilai signifikansi jumlah
penduduk (X4) lebih kecil dari α ( 0,000< 0,05). Hal ini berarti jumlah penduduk
berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota Kendari. Nilai koefisien regresi
variabel jumlah penduduk sebesar 1.031, maka dapat diinterpretasikan bahwa apabila
Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, diperoleh nilai koefisiens regresi
yang menunjukan pengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kota Kendari adalah
jumlah penduduk, ini menunjukan bahwa jika jumlah penduduk meningkat maka
Hasil penelitian ini didukung oleh teori yang menyatakan bahwa faktor-faktor
permintaan suatu barang meliputi : harga barang itu sendiri, harga barang lain, selera,
49
barang yang bersangkutan, harga barang subtitusi atau komplementernya, selera, jumlah
terhadap suatu barang meliputi: harga, harga barang lain, selera, jumlah penduduk,
permintaan beras, dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan juga akan
meningkat khususnya kebutuhan akan pangan untuk pertumbuhan dan memenuhi gizi
yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini selaras dengan hasil penelitian yang saya teliti,
menentukan harga sekaligus melindugi produsen dari kerugian dan konsumen dari harga
Penetapan harga minimum atau harga dasar yang dilakukan oleh pemerintah
harga gabah kering terhadap harga pasar yang terlalu rendah.Hal ini dilakukan suaya
tidak ada tengkulak (orang/pihak yang membeli dengan harga terlalu murah dan dijual
kembali dengan harga mahal) yang membeli produk tersebut diluar harga yang telah
ditetapkan pemerintah. Jika pada harga tersebut tidak ada yang membeli , maka
50
mendorongnya pasar gelap, yaitu pasar yang pembentukan harganya diluar harga
minimum.
pemerintah jika harga pasar dianggap terlalu tinggi diluar batas daya beli masyarakat
tersebut. Contoh penetapan harga maksimum di Indonesia antara lain harga obat-obatan
diapotek, harga BBM, dan tariff angkutan atau transportasi seperti bus kota, tariff kereta
api dan tariff taksi per kilometer. Seperti halnya penetapan harga minimum, penetapan
51
BAB V
5.1 Kesimpulan
1. Secara parsial jumlah penduduk berpengaruh nyata, sedangkan harga beras, harga
sagu dan harga ubi kayu tidak berpengaruh secara nyata terhadap permintaan beras
di Kota Kendari.
2. Hasil dari uji koefisien determinasi diperoleh nilai koefisien korelasi (R)
permintaan beras sebesar 0,998 dengan tanda positif dan mendekati 1, maka dapat
diartikan bahwa antara variabel tak bebas (Y) mempunyai hubungan erat dengan
3. Secara simultan harga beras, harga sagu, harga ubi kayu dan jumlah penduduk
5.2 Saran
Kendari baik itu didatangkan dari luar kota ataupun di eksport dari luar negeri.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
Jonny, Purba.2005. Pengelolaan Lingkungan Sosial.Yayasan Obor Indonesia. Jakarta
Kadariah. 1994. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomi. Universitas Indonesia. Jakarta.
Kartasapoetra.A.G. 1992.Manajemen Pertanian (Agribisnis). PT. Bina Aksara. Jakarta.
Kelana, S. 1996. Teori Ekonomi Mikro. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Kotler dan Amstrong.1999. TeoriEkonomi Makro Intermediate.Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Kustiah. 1986. Studi Kelayakan Bisnis. Rineka Cipta. Jakarta.
Lamb et.al. 2001. Pemasaran. Buku 1 dan 2. Penerjemah David Octarevia. Jakarta :
Penerbit Salemba Empat
Laksono.2002. Pembangunan Pertanian. Gramedia. Jakarta.
Lipsey et al. 1995.Pengantar Ilmu Ekonomi. Bina Rupa Askara. Jakarta.
Mandala Manurung dan Prathama Rahardja, 2002, Pengantar Ilmu Ekonomi, Jakarta:
LPFE-UI
Mankiw, N. Greorgy. 2000. Teori Makor Ekonomi. Edisi Keempat. Alih Bahasa : Imam
Nurmawam. Jakarta : Erlangga
Mears,LA. 1982. Era Baru Perberasan Indonesia. Terjemahan. Penerbit Gajah Mada
University Press
Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cet Pertama. LP3ES.. Jakarta.
Muhammad. 2004.Ekonomi Mikro dalam Prespektif Islam.BPFE.Yogyakarta.
Miller, R.L dan R.E. Meiners. 1994. Teori Ekonomi Intermediate. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
------------------------- .2000. Teori Ekonomi Intermediate. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Nopirin. 1997. Ekonomi Moneter I. Universitas Terbuka : Jakarta
Nitisemeto, Alex. S. 1981. Marketing.Ghalia Indonesia. Jakarta.
Putong, Iskandar. 2002. Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi Kedua. Penerbit
Ghalia Indonesia. Jakarta.
Rahardja, P. 1985. Teori Ekonomi Mikro. Fakultas Ekonomi Universias Indonesia.
Jakarta.
Rahim, A. 2007.Pengantar Ekonomi dan Kasus Ekonomika Pertanian. Panebar
Swadaya. Jakarta.
54
Rosyidi. S. 1987. Penurunan Pelajaran Ekonomi dan Koperasi.Ganeca Exact.
Bandung.
Samuelson..2003.IlmuMikroekonomi. Jakarta : PT. Global Media
Edukasi.PT.Rajagrafindo Persada : Jakarta
Salvantore, O. 1998.Teori Ekonomi Mikro. Terjemahan Rudy Sitompul. Erlangga.
Jakarta
Samueleus, Paul S. Dan Nordhaus William D. 1996. Makro Ekonomi. Edisi ke-
17.Cetakan ketiga. Jakarta. Erlangga
Sediaoetama, A.D. 1999. Ilmu Gizi (untuk Mahasiswa dan Profesi jilid II). Dian
Rakyat. Jakarta.
Soekartawi. 1993. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
--------------- 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Teori dan Aplikasi.Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
Sudarsono. 1991. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta : LP3ES.
Sugiyono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatid dan R&d. Alfabeta Bandung.
Sadono, Sukirno. 1994. Ekonomi Mikro. LP3ES. Universitas Indonesia. Jakarta.
---------- 1998. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta
---------- 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar edisi ketiga.
Suprihatin. 1984. Ekonomi dan Koperasi. Bandung: Ganesha. Exact
Swastha. 2010. Manajemen Penjualan. Yogyakarta : Penerbit BPFE.
Wijaya, F. 1991. Pengantar Ekonomika Mikro. Edisi Kedua. BPFE.
Winardi. 1981. Teori Ekonomi Mikro, Aspek-aspek Pengusaha. Bandung Mandar Maju.
55
Lampiran 1.Perkembangan Harga Beras, Harga Sagu, Harga Ubi Kayu dan Jumlah
Penduduk, Tahun 1999 – 2014
56
Lampiran 2.Output Regresi Linear.
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
ANOVAa
Total .109 15
Model Summaryb
57
Lampiran 5.Tabel T
58
Lampiran 6. Tabel F
59