Anda di halaman 1dari 3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan yang baik atau kesejahteraan merupakan suatu kondisi dimana
tidak hanya terbebas dari penyakit. Sehat merupakan sebuah keadaan yang
dinamis yang berubah secara terus menerus sesuai dengan adaptasi individu
terhadap berbagai perubahan lingkungan yang ada di lingkungan internal dan
eksternalnya untuk mempertahankan keadaan fisik, emosional, intelektuap, sosial,
perkembangan dan spiritual yang sehat. Sedangkan sakit adalah suatu proses
dimana fungsi individu dalam satu atau lebih dimensi yang ada mengalami
perubahan atau penurunan bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya
(Potter dan Perry, 2011).
Menurut WHO sehat adalah keadaan keseimbangan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial, tidak hanya bebas dari penyakit dan kelemahan.Menurut
UU Kesehatan RI no. 23 tahun 1992, sehat adalah keadaan sejahtera tubuh, jiwa,
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.Sakit adalah ketidakseimbangan fungsi normal tubuh manusia,
termasuk sejumlah sistem biologis dan kondisi penyesuaian.
Kesehatan jiwa adalah satu kondisi sehat emosional psikologis, dan sosial
yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
yang efektif, konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional (Videbeck, 2008).
Sedangkan gangguan jiwa didefinisikan sebagai suatu sindrom atau perilaku yang
penting secara klinis yang terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya
distress (misalnya gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan pada satu atau lebih
area fungsi yang penting) (Videbeck, 2012)
Tn. N adalah seorang laki-laki berusia 31 tahun yang mengalami gangguan
kesehatan jiwa. Secara keseluruhan penampilan Tn. N rapi dan sesuai. Menurut
pengakuan Tn. A, dia mendengar suara-suara bisikan seorang perempuan yang
mengatakan saya akan membatu kamu untuk menyembuhkan penyakit yang
sedang kamu derita. Menurut pengakuan keluarga Tn. N saat dirumah sering
tertawa-tawa sendiri serta sering marah-marah. Sebelumnya (sekitar 5 bulan yang
lalu) klien pernah dirawat di RSJ nganjuk selama 10 hari karena mudah marah-
marah tanpa sebab. Setelah pulang dari RSJ nganjuk dirumah pasien berhenti
kontrol dan putus minum obat, akhirnya gejala gangguan jiwanya muncul

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
1
2

kembali. Masalah kesehatan yang dialami oleh Tn. N adalah gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan pengecapan dan penghidu (Keliat, 2009). Halusinasi adalah
hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikiran)
dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien memberi persepsi atau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien
mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang yang berbicara
(Kusumawati, 2010).
Seseorang dengan gangguan jiwa yang dirawat di suatu rumah sakit jiwa
membutuhkan perawatan yang baik agar gangguan yang terjadi dapat diatasi.
Intervensi yang dapat diberikan pada klien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran yaitu dengan 3 cara diantaranya dengan cara menghardik,
berbincang-bincang, dan dengan cara melakukan aktivitas. Menurut Stuart and
Laraia (2012) intervensi yang diberikan pada pasien halusinasi bertujuan
menolong mereka meningkatkan kesadaran tentang gejala yang mereka alami dan
mereka bisa membedakan halusinasi dengan dunia nyata dan mampu
mengendalikan atau mengontrol halusinasi yang dialami. Selain 3 cara tersebut,
terdapat cara lain untuk mengontrol halusinasi yaitu dengan cara Thought
stopping (penghentian pikiran). Thought stopping (penghentian pikiran)
merupakan salah satu contoh dari teknik psikoterapi kognitif behavior yang
dapat digunakan untuk membantu klien mengubah proses berpikir (Tang &
DeRubeis, 1999 dalam Retno Twistiandayani, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


a. Apakah klien mengenal halusnasinya?
b. Apakah klien dapat mengontrol halusinasinya?
c. Bagaimana klien mempraktekkan cara mengontrol halusinasi?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan jiwa untuk meningkatkan kesehatan
pada klien gangguan jiwa dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
3

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Pasien dapat mengenal halusinasinya
2. Pasien dapat mengetahui cara mengontrol halusinasi
3. Pasien dapat mempraktekkan cara mengontrol halusinasi
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa
Manfaat bagi mahasiswa adalah dapat menambah wawasan mahasiswa
tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran dan dapat menerapkan ilmu yang sudah dipelajari
selama kuliah.
1.4.2 Manfaat bagi Instansi Pendidikan
Manfaat bagi Instansi Pendidikan yaitu dapat dijadikan acuan dan referensi
oleh perawat dalam mengembangkan badan keilmuan keperawatan khususnya
keperawatan jiwa.
1.4.3 Manfaat bagi Profesi Keperawatan
Manfaat bagi keperawatan yaitu dapat dijadikan bahan masukan dan
pertimbangan dalam melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan yang tepat,
khususnya dalam pemberian intervensi keperawatan terkait keperawatan jiwa
dengan masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran.
1.4.4 Manfaat bagi Rumah Sakit Jiwa
Manfaat bagi Instansi Kesehatan atau RSJ Lawang yaitu dapat dijadikan
bahan rujukan dalam merawat klien dengan masalah utama gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.
1.4.5 Manfaat bagi pasien dan Keluarga
Manfaat bagi pasien yaitu membantu pasien dalam mengontrol gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran. Manfaat bagi keluarga yaitu keluarga
dapat mengetahui cara merawat anggota keluarga dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi pendengaran.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri

Anda mungkin juga menyukai