Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

TONSILITIS

1.1 Konsep Dasar Penyakit


1.1.1 Definisi
Tonsilitis adalah massa jaringan limfoid yang terletak di rongga faring. Tonsil
menyaring dan melindungi saluran pernafasan serta saluran pencernaan dari invasi
organisme patogen dan berperan dalam pembentukan antibodi. Meskipun ukuran
tonsil bervariasi, anak-anak umumnya memiliki tonsil yang lebih besar daripada
remaja atau orang dewasa. Perbedaan ini dianggap sebagai mekanisme
perlindungan karena anak kecil rentan terutama terhadap ISPA. (Wong, 2008 :
940).
Tonsilitis adalah inflamasi dari tonsil yang disebabkan oleh infeksi
(Harnawatiaj, 2006).
Tonsilitis adalah radang yang disebabkan oleh infeksi bakteri kelompok A
streptococcus beta hemolitik, namun dapat juga disebabkan oleh bakteri jenis lain
atau oleh infeksi virus (Hembing, 2004).
Macam-macam tonsillitis menurut Imam Megantara (2006), yaitu sebagai
berikut:
1. Tonsillitis akut
Tonsil akut merupakan radang akut pada tonsil. Disebabkan oleh
streptococcus pada hemoliticus, streptococcus viridians, dan streptococcus
piogynes, dapat juga disebabkan oleh virus.
2. Tonsilitis falikularis
Tonsil membengkak dan hiperemis, permukaannya diliputi eksudat diliputi
bercak putih yang mengisi kipti tonsil yang disebut detritus. Detritus ini terdapat
leukosit, epitel yang terlepas akibat peradangan dan sisa-sisa makanan yang
tersangkut.
3. Tonsilitis Lakunaris
Bila bercak yang berdekatan bersatu dan mengisi lacuna (lekuk-lekuk)
permukaan tonsil.

1
4. Tonsilitis Membranosa (Septis sore Throat)
Bila eksudat yang menutupi permukaan tonsil yang membengkak tersebut
menyerupai membrane. Membran ini biasanya mudah diangkat atau dibuang dan
berwarna putih kekuning-kuningan.
5. Tonsilitis kronik
Radang kronik pada pada tonsil. Tonsillitis kronik biasanya sering terjadi
pada anak-anak terbanyak pada usia kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada
usia 10 tahun. Faktor predisposisi : rangsangan kronik (makanan) pengaruh cuaca,
pengobatan radang akut yang tidak adekuat dan hygiene mulut yang buruk.

1.1.2 Etiologi
Penyebab terjadinya tonsillitis yaitu oleh adanya infeksi bakteri dan virus,
(Mansjoer, 2001) :
a. Streptokokus Beta Hemolitikus
Streptokokus beta hemolitikus adalah bakteri gram positif yang dapat
berkembang biak ditenggorokan yang sehat dan bisa menyebabkan infeksi saluran
nafas akut.
b. Streptokokus Pyogenesis
Streptokokus pyogenesis adalah bakteri gram positif bentuk bundar yang
tumbuh dalam rantai panjang dan menyebabkan infeksi streptokokus group A.
Streptokokus Pyogenesis adalah penyebab banyak penyakit penting pada manusia
berkisar dari infeksi khasnya bermula ditenggorakan dan kulit.
c. Streptokokus Viridans
Streptokokus viridans adalah kelompok besar bakteri streptokokus komensal
yang baik a-hemolitik, menghasilkan warna hijau pekat agar darah. Viridans
memiliki kemampuan yang unik sintesis dekstran dari glukosa yang
memungkinkan mereka mematuhi agregat fibrin-platelet dikatup jantung yang
rusak.
d. Virus Influenza
Virus influenza adalah virus RNA dari famili Orthomyxo viridae (virus
influenza). Virus ini ditularkan dengan medium udara melalui bersin pada
manusia gejala umum yang terjadi yaitu demam, sakit tenggorokan, sakit kepala,

2
hidung tersumbat. Dalam kasus yang buruk influenza juga dapat menyebabkan
terjadinya pneumonia.

1.1.3 Manifestasi Klinis


Menurut Megantara, Imam 2006, manifestasi klinik dari tonsillitis yaitu
Nyeri tenggorokan (yang semakin parah jika penderita menelan) nyeri seringkali
dirasakan ditelinga (karena tenggorokan dan telinga memiliki persyarafan yang
sama). Tanda dan gejala lainnya yaitu:
1. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil membengkak, hiperemis :
terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang detritus berdekatan menjadi
satu (tonsillitis laturasis) atau berupa membrane semu.
2. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan uvula terdesak melewati
garis tengah. Kelenjar sub mandibula membengkak dan nyeri tekan, terutama
pada anak-anak.
3. Tonsila biasanya nampak bercak – bercak dan kadang diliputi oleh eksudat.
Eksudat ini mungkin keabu – abuan atau kekuningan. Eksudat ini dapat
mengumpul dan membentuk membran dan pada kasus dapat terjadi nekrosis
jaringan lokal, nyeri tenggorokan, sulit menelan, demam, mual dan kelenjar
limfa pada leher membengkak, malaise (perasaan tidak menentu pada tubuh
yang tidak nyaman ).
4. Tengorokan terasa kering, atau rasa mengganjal di tenggorokan (leher)
5. Nyeri saat menelan (nelan ludah ataupun makanan dan minuman) sehingga
menjadi malas makan Nyeri dapat menjalar ke sekitar leher dan telinga.
6. Demam, sakit kepala, kadang menggigil, lemas, nyeri otot. Dapat disertai batuk,
pilek, suara serak, mulut berbau, mual, kadang nyeri perut, pembesaran
kelenjar getah bening (kelenjar limfe) di sekitar leher.
7. Ada kalanya penderita tonsilitis (kronis) mendengkur saat tidur (terutama jika
disertai pembesaran kelenjar adenoid (kelenjar yang berada di dinding bagian
belakang antara tenggorokan dan rongga hidung). Tentu tidak semua keluhan
dan tanda di atas diborong oleh satu orang penderita. Hal ini karena keluhan
bersifat individual dan kebanyakan para orang tua atau penderita akan ke
dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri telan

3
8. Nyeri tenggorokan atau nyeri telan ringan bersifat kronik, menghebat bila
terjadi serangan akut.
9. Badan lesu, nafsu makan berkurang, sakit kepala.
10. Pada adenoiditis kronik terjadi hidung buntu, tidur mendengkur.
11. Tonsil umumnya membesar, pada serangan akut tonsil hyperemi.
12. Arkus anterior posterior merah.
13. Pada rinoskopi anterior, fenomena palatum mole negative, kadang tertutup
sekret mukopurulen.
Tentu tidak semua keluhan dan tanda di atas diborong oleh satu orang
penderita. Hal ini karena keluhan bersifat individual dan kebanyakan para orang
tua atau penderita akan ke dokter ketika mengalami keluhan demam dan nyeri
telan.

1.1.4 Patofisiologi
Bakteri dan virus masuk dalam tubuh melalui saluran napas bagian atas,
akan menyebabkan infeksi pada hidung atau faring kemudian menyebar melalui
sistem limfa ke tonsil. Adanya bakteri dan virus patogen pada tonsil menyebabkan
terjadinya proses inflamasi dan infeksi sehingga tonsil membesar dan dapat
menghambat keluar masuknya udara. Infeksi juga dapat mengakibatkan
kemerahan dan edema pada faring serta ditemukannya eksudat berwarna putih
keabuan pada tonsil sehingga menyebabkan timbulnya sakit tenggorokan, nyeri
telan, demam tinggi bau mulut serta otalgia yaitu nyeri yang menjalar ke telinga.
(Nurbaiti 2001).
Pada Tonsilitis Akut, penularan terjadi melalui droplet dimana kuman
menginfiltrasi lapisan Epitel kemudian bila epitel ini terkikis maka jaringan
umfold superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang dengan
infiltrasi leukosit polimorfo nuclear, sedangkan tonsillitis kronik terjadi karena
proses radang berulang ,maka epitel mukosa dan jaringan limpoid terkikis,
sehingga pada proses penyembuhan jaringan limpoid diganti oleh jaringan
parut. Jaringan ini akan mengerut sehingga ruang antara elompok melebar
(kriptus) yang akan diisi oleh detritus. Proses ini meluas hingga menembus kapsul
dan akhirnya timbul purlengtan dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris

4
1.1.5 Pemeriksaan Penunjang
1. Tes laboratorium
Tes laboratorium ini digunakan untuk menentukan apakah bakteri yang ada
dalam tubuh pasien merupkan akteri gru A, karena grup ini disertai dengan
demam renmatik, glomerulnefritis, dan demam jengkering.
2. Pemeriksaan usap tenggorok
Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan sebelum memberikan pengobatan,
terutama bila keadaan memungkinkan. Dengan pemeriksaan ini kita dapat
mengetahui kuman penyebabkan dan obat yang masih sensitive terhadapnya.
3. Pemeriksaan darah lengkap yaitu :
Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan lekosit pada anak,
apabila ada menandakan anak terkena infeksi.
4. Kultur dan uji resistensi bila diperlukan.

1.1.6 Penatalaksanaan
1) Penatalaksanaan medis

Penatalaksanaan menurut Brunnes dan Suddart (2001), tujuan dari


penatalaksanaan tonsilitis adalah untuk membunuh kuman atau bakteri yang
menyerang tonsil dengan obat antibiotik diantaranya yaitu :

1. Antibiotik baik injeksi maupun otot seperti cefotaxim, penisilin, amoksilin,


eritromisin dan lain-lain.

2. Antiperetik untuk menurunkan demam seperti parasetamol, ibuprofen.

3. Apabila penyakit tonsil sudah kronis harus dilakukan tindakan operatif


(tonsilektomi) karena penyakit tonsilitis yang sudah kronis akan terjadinya
pembesaran pada tonsil sehingga dapat mengakibatkan sesak nafas karena
jalan nafas yang tidak efektif sehingga harus dilakukan tindakan
tonsilektomi.

5
2) Penatalaksanaan keperawatan

1. Anjurkan pasien untuk makan dan minum 6 jam setelah oprasi.

2. Untuk sementara hindari makanan yang berminyak, manis, pedas, dan


lainnya yang dapat mengiritasi tenggorokan

3. Memantau tanda-tanda pendarahan.

4. istirahat yang cukup.

5. Menawarkan makan seperti es cream dingin dan hindari jus jeruk.

6. Mengatasi ketidak nyamanan pada tenggorokan dengan ( komprs es ) bila


mau.

7. pemberian diit cair atau lunak sesuai kondisi pasien.

8. Menghindari pasien untuk menghindari latihan berlbihan, batuk, bersin,


berdahak dan menyisi hidung segera selama 1-2 minggu.

Pada penderita tonsillitis, terlebih dahulu harus diperhatikan pernafasan dan


status nutrisinya. Jika perbesaran tonsil menutupi jalan nafas, maka perlu
dilakukan tonsilektomi, demikian juga jika pembesaran tonsil menyebabkan
kesulitan menelan dan nyeri saat menelan, menyebabkan penurunan nafsu makan
/ anoreksia. Pada penderita tonsillitis yang tidak memerlukan tindakan operatif
(tonsilektomi), perlu dilakukan oral hygiene untuk menghindari perluasan infeksi,
sedangkan untuk mengubahnya dapat diberikan antibiotic, obat kumur dan
vitamin C dan B.
Pemantauan pada penderita pasca tonsilektomi secara kontinu diperlukan
karena resiko komplikasi hemorraghi. Posisi yang paling memberikan
kenyamanan adalah kepala dipalingkan kesamping untuk memungkinkan drainage
dari mulut dan faring untuk mencegah aspirasi. Jalan nafas oral tidak dilepaskan
sampai pasien menunjukkan reflek menelanya telah pulih.

6
Jika pasien memuntahkan banyak darah dengan warna yang berubah atau
berwarna merah terang pada interval yang sering, atau bila frekuensi nadi dan
pernafasan meningkat dan pasien gelisah, segera beritahu dokter bedah. Perawat
harus mempunyai alat yang disiapkan untuk memeriksa temapt operasi terhadap
perdarahan, sumber cahaya, cermin, kasa, nemostat lengkung dan basin pembuang.
Jika perlu dilakukan tugas, maka pasien dibawa ke ruang operasi, dilakukan
anastesi umur untukmenjahit pembuluh yang berdarah. Jika tidak terjadi
perdarahan berlanjut beri pasien air dan sesapan es. Pasien diinstruksikan untuk
menghindari banyak bicara dan bentuk karena hal ini akan menyebabkan nyeri
tengkorak.
Setelah dilakukan tonsilektomi, membilas mulut dengan alkalin dan larutan
normal salin hangat sangat berguna dalam mengatasi lender yang kental yang
mungkin ada. Diet cairan atau semi cair diberikan selama beberapa hari serbet dan
gelatin adalah makanan yang dapat diberikan. Makanan pedas, panas, dingin,
asam atau mentah harus dihindari. Susu dan produk lunak (es krim) mungkin
dibatasi karena makanan ini cenderung meningkatkan jumlah mucus yang
terbentuk.
1. Penatalaksanaan tonsilitis akut
a. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanamid selama 5 hari dan obat
kumur atau obat isap dengan desinfektan, bila alergi dengan diberikan
eritromisin atau klindomisin.
b. Antibiotik yang adekuat untuk mencegah infeksi sekunder, kortikosteroid
untuk mengurangi edema pada laring dan obat simptomatik.
c. Pasien diisolasi karena menular, tirah baring, untuk menghindari
komplikasi kantung selama 2-3 minggu atau sampai hasil usapan
tenggorok 3x negatif.
d. Pemberian antipiretik.
2. Penatalaksanaan tonsilitis kronik
a. Terapi lokal untuk hygiene mulut dengan obat kumur / hisap.
b. Terapi radikal dengan tonsilektomi bila terapi medikamentosa atau terapi
konservatif tidak berhasil.

7
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
1) Identitas klien
a. Usia
Tonsillitis akut biasanya sering terjadi pada anak-anakterbanyak pada usia
kira-kira 5 tahun dan puncak berikutnya pada usia 10.
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin tidak mempengaruhi terjadinya tonsillitis. Semua anak dapat
mengalami tonsillitis. Hal itu dipengaruhi dari makanan yang mereka
makan, perawatan hygiene yang kurang.
c. Agama
d. Pendidikan
e. Alamat
2) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Penderita biasanya demam, nyeri tengkorak, mungkin sakit berat dan
merasa sangat nyeri terutama saat menelan dan membuka mulut disertai
dengan trismus (kesulitan membuka mulut). Bila laring terkena, suara
akan menjadi serak. Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis, tonsil
membengkak, hiperemis : terdapat detritus (tonsillitis folibularis), kadang
detritus berdekatan menjadi sati (tonsillitis laturasis) atau berupa
membrane semu. Tampak arkus palatinus anterior terdorong ke luar dan
uvula terdesak melewati garis tengah. Kelenjar sub mandibula
membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak-anak. Pembesaran
adenoid dapat menyebabkan pernafasan mulut, telinga mengeluarkan
cairan, kepala sering panas, bronchitis, nafas bau dan pernafasan bising.
b. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien dengan tonsillitis diturunkan dari keluarga. Penyakit yang mungkin
di derita oleh keluarga adalah gangguan infeksi pernafasan. Tetapi
tonsilitis lebih disebabkan karena anak mengkonsumsi makanan seperti
makanan manis, mengandung banyak pengawet dan perawatan mulut yang
tidak baik.

8
c. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada penyakit selama ibu hamil yang menjadi latar belakang dari
tonsillitis. Hanya saja kemungkinan besar anak terserang tonsillitis
dikarenakan anak dilahirkan premature. Hal itu disebabkan dari kegunaan
organ tubuh yang belum matur sehingga akan menyebabkan cepat dan
gampang diserang penyakit. Hal itu termasuk dengan tonsil pada anak.
3) Pemeriksaan fisik
a. Nadi
Pada pasien yang memiliki tonsillitis biasanya nadinya cepat (takikardi)
b. Suhu
Bila terjadi infeksi tonsillitis suhu akan naik (hipertermi, > 37,5oC)
c. Pernapasan
Pada pasien dengan tonsillitis memiliki respirasi yang meningkat.
d. B1 (breathing)
 Inspeksi
Pada pasien dengan tonsillitis terlihat adanya peningkatan usaha dan
frekuensi pernafasan, serta penggunaan otot bantu pernafasan.
 Palpasi
Ekspansi paru meningkat, fremiktus traktil dada berkurang atau tidak ada.
 Perkusi
Pada dada terdengar suara normal, diafragma mendatar dan menurun,
penanjakan hati mengecil, batas paru dan hati lebih rendah, pekak jantung
berkurang.
e. B2 (Blood)
Pada pasien dengan tonsilitis terlihat peningkatan tekanan darah dan nadi,
serta terjadi pula peningkatan suhu karena infeksi pada tonsil sehingga
terjadi pembengkakan tonsil.
f. B3 (brain)
Pada infeksi perlu dikasi tingkat kesadarannya. Di samping itu, di perlukan
pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran klien apakah
composmentis, somnolen,dll.

9
g. B4 (Bladder)
Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan dengan
kecukupan intake cairan, output urine menurun.
h. B5 (Bowel)
 Mual/muntah (anoreksia)
 Nafsu makan memburuk
 Tidak mampu untuk mengkonsumsi makanan karena pembengkakan
tonsil
 Penurunan berat badan menetap.
i. B6 (Bone)
Penderita tonsillitis merasa keletihan, kelemahansecara umum
memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Hal tersebut diakibatkan karena kebutuhan nutrisi dan cairan pasien
berkurang akibat nyeri saat menelan makanan dan minuman.
4) Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Pada anak yang memiliki gejala tonsillitis akan memiliki keluhan susah
untuk menelan, nafsu makan berkurang, mengeluh sakit ketika menelan,
kadang-kadang anoreksia. Hal itu ditandai dengan keadaan mulut kering.
Biasanya dengan keluhan ini berat badan anak menurun yang disebabkan
oleh kurangnya nutrisi dari makanan yang bisa masuk ke dalam tubuh
akibat dari tonsillitis.
b. Istirahat dan Tidur
Pasien yang menderita tonsillitis akan mengalami gangguan tidur. Hal ini
disebabkan karena nyeri yang dimiliki akibat dari pembengkakan pada
tonsil. Kesulitan tidur ini akan menghambat pertumbuhan dan daya tahan
tubuh dari anak.
c. Hygiene Personal
Pasien yang menderita tonsilitis mandi 2x sehari, saat BAB dan BAK
peampres langsung diganti oleh ibu. Terpenuhi karena Hygiene
Personalnya dipenuhi oleh ibunya dan dengan bantuan perawat.

10
d. Eliminasi
Haluaran urine pada anak yang menderita tonsillitis menurun. Hal itu
disebabkan oleh ketidak mampuan anak untuk menelan air, sehingga anak
tidak mau meminum air akibat rasa sakit yang dirasakan ketika menelan.
Hal itu menyebabkan haluaran urin menjadi menurun.

2. Diagnose keperawatan
Pre Operasi
1. Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan
4. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
5. Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman.
Post operasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
3. Kurang pengetahuan tentang diet berhubungan dengan kurang informasi.
3. Intervensi
Pre operasi
Dx 1 : Kerusakan menelan berhubungan dengan proses inflamasi.
NOC : Perawatan Diri : Makan
Tujuan : Setelah dlakukan tindakan keperawatan terapi menelan selama 3 x24 jam
diharapkan tidak ada masalah dalam makan dengan skala 4 sehingga kerusakan
menelan dapat diatasi
Kriteria hasil :
1. Reflek makan
2. Tidak tersedak saat makan
3. Tidak batuk saat menelan
4. Usaha menelan secara normal
5. Menelan dengan nyaman
Skala : 1. Sangat bermasalah

11
2. Cukup bermasalah
3. Masalah sedang
4. Sedikit bermasalah
5. Tidak ada masalah
NIC : Terapi menelan
Intervensi :
1. Pantau gerakan lidah klien saat menelan
2. Hindari penggunaan sedotan minuman
3. Bantu pasien untuk memposisikan kepala fleksi ke depan untuk menyiapkan
menelan.
4. Libatkan keluarga untuk memberikan dukungan dan penenangan pasien selama
makan / minum obat.

Dx 2 : Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan jaringan tonsil.


NOC : Kontrol Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24
jam diharapkan tidak ada masalah dalam nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri
dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
a. Mengenali faktor penyebab.
b. Mengenali serangan nyeri.
c. Tindakan pertolongan non analgetik
d. Mengenali gejala nyeri
e. Melaporkan kontrol nyeri
Skala : 1. Ekstream
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak Ada
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.

12
2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
3. Berikan analgesik yang sesuai.
4. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
5. Anjurkan pasien untuk istirahat.
Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia.
NOC : Fluid balance
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nutrisi selama 3 x
24 jam diharapkan tidak ada masalah nutrisi dengan skala 4 sehingga ketidak
seimbangan nutrisi dapat teratasi
Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan BB sesuai tujuan
b. BB ideal sesuai tinggi badan
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda malnutrisi.
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Manajemen nutrisi
1. Berikan makanan yang terpilih
2. Kaji kemampuan klien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
3. Berikan makanan sedikit tapi sering
4. Berikan makanan selagi hangat dan dalam bentuk menarik.
Dx 4: Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit
NOC : Termoregulasi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan fever treatment selama 3 x 24
jam diharapkan tidak ada masalah dalam suhu tubuh dengan skala 4 sehingga
suhu tubuh kembali normal atau turun.
Kriteria hasil :
a. Suhu tubuh dalam rentang normal

13
b. Suhu kulit dalam batas normal
c. Nadi dan pernafasan dalam batas normal.
Skala : 1. Ekstrem
2. Berat
3. Sedang
4. Ringan
5. Tidak ada
NIC : Fever Treatment
1. Monitor suhu sesering mungkin
2. Monitor warna, dan suhu kulit
3. Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan.
4. Monitor intake dan output
5. Berikan pengobatan untuk mengatasi penyebab demam.
Dx 5: Cemas berhubungan dengan rasa tidak nyaman
NOC : Kontrol Cemas
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengurangan cemas selama 3 x
24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kecemasan dengan skala 4 sehingga
rasa cemas dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
a. Ansietas berkurang
b. Monitor intensitas kecemasan
c. Mencari informasi untuk menurunkan kecemasn
d. Memanifestasi perilaku akibat kecemasan tidak ada
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang-kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Pengurangan Cemas
1. Sediakan informasi yang sesungguhnya meliputi diagnosis, treatmen dan
prognosis.
2. Tenangkan anak / pasien.

14
3. Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan. (takhikardi,
eskpresi cemas non verbal)
4. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas dengan cara yang tepat.
5. Instruksikan pasien untuk melakukan teknik relaksasi
Post Operasi
Dx 6 : Nyeri akut berhubungan dengan insisi bedah, diskontinuitas jaringan.
NOC : Level Nyeri
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan manejemen nyeri selama 3 x 24
jam diharapkan tidak ada masalah tentang nyeri dengan skala 4 sehingga nyeri
dapat hilang atau berkurang
Kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri
b. Frekuensi nyeri.
c. Lamanya nyeri
d. Ekspresi wajah terhadap nyeri
Skala : 1. Tidak pernah dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
NIC : Menejemen Nyeri
Intervensi :
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
2. Ajarkan teknik non farmakologi dengan distraksi / latihan nafas dalam.
3. Berikan analgesik yang sesuai.
4. Observasi reaksi non verbal dari ketidanyamanan.
5. Tingkatkan istirahat pasien.
Dx 7 : Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasif.
NOC: Kontrol Infeksi

15
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan kontrol infeksi selama 3 x 24
jam diharapkan tidak ada infeksi dengan skala 4 sehingga resiko infeksi tidak
terjadi
Kriteria hasil:
a. Dapat memonitor faktor resiko
b. Dapat memonitor perilaku individu yang menjadi faktor resiko
c. Mengembangkan keefektifan strategi untuk mengendalikan infeksi.
d. Memodifikasi gaya hidup untuk mengurangi faktor resiko.
Keterangan Skala :
1. Tidak pernah menunjukkan
2. Jarang menunjukkan
3. Kadang menunjukkan
4. Sering menunjukkan
5. Selalu menunjukkan
NIC: Kontrol Infeksi
a. Ajarkan teknik mencuci tangan dengan benar.
b. Gunakan sabun anti mikroba untuk cuci tangan.
c. Lakukan perawatan aseptik pada semua jalur IV.
d. Lakukan teknik perawatan luka yang tepat.
Dx 8 : Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang mengenal informasi.
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan pengajaran pengobatan selama 3
x 24 jam diharapkan tidak ada masalah dengan kurang pengetahuan dengan skala
4 sehingga pengetahuan pasien dan keluarga dapat bertambah
NOC : Knowledge: Diet
a. Menyebutkan keuntungan dan diet yang
b. Menyebutkan makanan-makanan yang diperbolehkan
c. Menyebutkan makanan-makanan yang dilarang.
Ket: 1 : Tidak mengetahui
2 : Terbatas pengetahuannya
3 : Sedikit mengetahui
4 : Banyak pengetahuannya
5 : Intensif atau mengetahuinya secara kompleks

16
NIC : Pengajaran Pengobatan
1. Jelaskan kepada anak dan orang tua tentang tujuan obat.
2. Informasikan kepada anak akibat tidak minum obat.
3. Ajarkan anak untuk minum obat sesuai dnegan dosis.
4. Informasikan kepada anak dan keluarga tentang efek samping

17
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall.2000.Buku Saku Diagnosa Keperawatan.Jakarta:EGC
Mansjoer, dkk.2001.Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta:EGC
Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed.
8. Jakarta : EGC; 2001.

18

Anda mungkin juga menyukai