Anda di halaman 1dari 17

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Halusinasi


Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek rangsangan
yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada
orang yang berbicara (Kusumawati, 2010).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi: merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, perabaan pengecapan dan penghiduan (Keliat, 2009)

2.2 Jenis dan Isi Halusinasi


Menurut Stuart (2010) ada beberapa jenis halusinasi, yaitu :
1. Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara dua
orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yang terdengar dimana klien
mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu kadang
dapat membahayakan.
2. Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster.
3. Penghidu
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu sering akibat
stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
4
5

4. Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
5. Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain.

2.3 Tanda dan Gejala


Menurut Keliat (1999) dikutip oleh Syahbana (2009) tanda dan gejala klien
dengan gangguan persepsi sensori halusinasi adalah :
1. Bicara, senyum dan tertawa sendiri;
2. Menarik diri dan menghindar dari orang lain;
3. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata;
4. Tidak dapat memusatkan perhatian;
5. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya),
dan takut;
6. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung.
Menurut Hamid (2010) yang dikutip oleh Jallo (2012), perilaku klien yang
terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
1. Bicara sendiri, senyum sendiri, dan ketawa sendiri;
2. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, dan respon
verbal yang lambat.;
3. Menarik diri dari orang lain, berusaha untuk menghindari orang lain;
4. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata;
5. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah;
6. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik dan
berkonsentrasi dengan pengalaman sensorinya;
7. Sulit berhubungan dengan orang lain;
8. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah;
9. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat;
10. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton;
11. Curiga dan bermusuhan, bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan;

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
6

12. Ketakutan dan tidak dapat mengurus diri;


13. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.

2.4 Tahapan Halusinasi


Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase menurut Stuart (2012), dan
setiap fase memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu:
1. Fase I
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa bersalah
dan takut serta mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenangkan
untuk meredakan ansietas. Pada fase ini, klien tersenyum atau tertawa yang
tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
diam dan asyik sendiri.
2. Fase II
Pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan. Klien mulai lepas kendali
dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan sumber yang
dipersepsikan. Pada fase ini, terjadi peningkatan tanda-tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital, asyik dengan
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi dengan realita.
3. Fase III
Klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan menyerah
pada halusinasi tersenut. Pada fase ini, klien sukar berhubungan dengan orang
lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan terutama jika akan
berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien mengikuti perintah
halusinasi. Pada fase ini, terjadi perilaku kekerasan, agitasi, menarik diri,
tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat membahayakan.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
7

2.5 Faktor Penyebab


1. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi penyebab halusinasi adalah :
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress
yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus
pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada
ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa
depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata
menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan
bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
2. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor presipitasi
terjadinya gangguan halusinasi adalah:

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
8

1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif
menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

2.6 Rentang respon


Rentang Respon Neurobiologis
Respon Adaptif Respon Maladaptif
 Pikiran logis  Distorsi pikiran  Gangguan
 Persepsi akurat (pikiran kotor) pikir/defusi
 Emosi konsisten  Ilusi  Halusinasi
dengan pengalaman  Reaksi emosi  Perilaku
 Perilaku seksual berlebihan atau disorganisasi
kurang  Isolasi sosial
 Perilaku aneh dan
tidak biasa
Gambar 2.1 Rentang Respon Halusinasi ( Stuart & Sundeen, 2007 )

2.7 Respon Maladaptif


2.7.1 Gangguan proses pikir/waham adalah keyakinan seseorang yang
berdasarkan penilaian realitis yang salah.
2.7.2 Halusinasi adalah gagngguan penerimaan tanpa adanya rangsangan dari
luar.
2.7.3 Kerusakan proses pikir emosi adalah tidak dapat mengontrol perasaannya.
2.7.4 Pikiran tidak terorganisasi adalah cara berpikir tidak realistis.
STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017
Gijainuri
9

2.7.5 Isolasi sosial: menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial dalam
berinteraksi.
2.7.6 Halusinasi pendengaran: adalah menghindar untuk berhubungan dengan
orang lain.

2.8 Faktor Predisposisi


2.8.1 Faktor biologis
Abnormalitasperkambangan syaraf berhubungan dengan respon neorologis
yang maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh penelitian-
penelitian sebagai berikut:
1. Penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang lebih
luas dalam perkembangan skizofren.
2. Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang berlebihan.
3. Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan terjadinya
atropi yang signifikan pada otak manusia
2.8.2 Faktor Psikologis.
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
2.8.3 Faktor Sosial budaya.
kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti: kemiskinan,
perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang terisolasi.

2.9 Faktor Presipitasi


Secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna,
putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor dan maslah
koping dapat mengindikasi kemungkinan kekambuhan(Kelliat,2006).

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
10

2.9.1 Biologis.
Ganggguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak akibat
ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima
oleh otak untuk diinterpretasikan.
2.9.2 Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

2.10 Mekanisme Koping


Prilaku yang mewakili upaya melindungi diri sendiri dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neorobiologik termasuk:
2.10.1 Regresi: menjadi malas beraktifitas sehari- hari.
2.10.2 Proyeksi: menjelaskan prubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
2.10.3 Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus
internal(Stuart , 2007)

2.11 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin dapat muncul pada penderita halusinasi adalah
adanya prilaku kekerasan, yaitu resiko mencedrai dirinya sendiri, orang lain dan
lingkungan selain itu komplikasi lainnya dapat muncul adalah mengisolasi diri
sendiri, klien kurang memperhatikan selfcare,menunjukan kerekatan terhadap
realita dan bertindak terhadap realita, gangguan orientasi realita.

2.12 Penatalaksanaan
2.12.1 Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara
individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di
sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
11

emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,


bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di
lakukan.
2.12.2 Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
2.12.3 Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan
pasien.
2.12.4 Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat
membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan
memilih kegiatan yang sesuai.
2.12.5 Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien
agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila
ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam
permainan atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
12

beritahukan pada keluarga pasien dan petugaslain agar tidak membiarkan


pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak bertentangan.

2.13 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2. Isolasi sosial.
3. Harga diri rendah

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
2.14 Perencanaan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Keperawatan
Gangguan TUM : Klien Setelah interaksi, klien a. Bina hubungan
sensori mampu menunjukkan tanda- saling percaya
persepsi : mengontrol tanda percaya pada dengan
halusinasi halusinasi. perawat, Ekspresi wajah menggunakan
pendengaran TUK 1 bersahabat, prinsip komunikasi
. Klien dapat Menunjukkan rasa terapeutik.
membina senang, Ada kontak b. Sapa klien dengan
hubungan mata, Mau berjabat ramah baik verbal
saling tangan, Mau maupun non verbal.
percaya. menyebutkan nama, c. Perkenalkan nama,
Mau menjawab salam, nama panggilan dan
Mau duduk tujuan perawat
berdampingan dengan berkenalan.
perawat, Bersedia d. Tanyakan nama
mengungkapkan lengkap dan nama
masalah yang dihadapi. panggilan yang
disukai klien
e. Buat kontrak yang
jelas
f. Tunjukkan sikap
jujur dan menepati
janji setiap kali
interaksi.
g. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima apa
adanya.
h. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatikan
kebutuhan dasar
klien.
14

i. Tanyakan perasaan
klien dan masalah
yang dihadapi klien.
j. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ekspresi perasaan
klien

TUK 2 Setelah interaksi a. Adakan kontak


Klien dapat diharapkan klien dapat sering dan singkat
mengenal menyebutkan: Jenis, Isi, secara bertahap.
halusinasinya. Waktu, Frekuensi, b. Observasi tingkah
Perasaan, Situasi dan laku klien terkait
kondisi yang dengan
menimbulkan halusinasinya bicara
halusinasi, Responnya dan tertawa tanpa
saat mengalami stimulus,
halusinasi. memandang ke kiri,
ke kanan, dan ke
depan seolah ada
teman bicara.
c. Tanyakan apakah
klien mengalami
sesuatu halusinasi
dengar, Jika klien
menjawab ya,
tanyakan apa yang
sedang didengarnya,
lanjutkan suara apa
yang katakana
bahwa perawat
percaya klien
mengalami hal
tersebut, namun
perawat sendiri
tidak mengalaminya

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
15

( dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi )
Katakan bahwa ada
klien lain yang
mengalami hal yang
sama, katakan
perawat akan
membantu klien.
Jika klien tidak
sedang
berhalusinasi
klarifikasi tentang
adanya pengalaman
halusinasi,
diskusikan dengan
klien :Isi, waktu dan
frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi,
siang, sore, malam
atau sering dan
kadang-kadang )
Situasi dan kondisi
yang menimbulkan
atau tidak
menimbulkan
halusinasi.
d. Diskusikan dengan
klien apa yang
dirasakan jika
terjadi halusinasi
dan beri kesempatan
klien untuk
mengungkapkan
perasaannya.

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
16

e. Diskusikan dengan
klien apa yang
dilakukan untuk
mengatasi masalah
tersebut.
f. Diskusikan tentang
dampak yang akan
dialaminya bila
klien menikmati
halusinasinya

TUK 3 Setelah interaksi a. Identifikasibersama


klien dapat diharapkan klien dapat klien cara atau
mengontrol menyebutkan tindakan tindakan yang
halusinasinya. yang biasanya dilakukan jika
dilakukan untuk terjadi halusinasi.
mengendalikan b. Diskusikan cara
halusinasinya. Klien yang digunakan
dapat menyebutkan cara klien,Jika cara yang
baru mengontrol digunakan adaptif
halusinasi. Kliendapat beri pujian, Jika
memilih dan cara yang digunakan
memperagakan cara maladaptive
mengatasi halusinasi. diskusikan kerugian
Klien melaksanakan cara tersebut
cara yang telah dipilih c. Diskusikan cara
untuk mengendalikan baru untuk
halusinasinya. Klien memutus/mengontr
mengikuti terapi ol timbulnya
aktivitas kelompok. halusinasi: Katakan
pada diri sendiri
bahwa ini tidak
nyata(“saya tidak
mau dengar’’) pada
saat halusinasi
terjadi temui orang

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
17

lain(perawat/ teman/
anggota keluarga)
untuk menceritakan
tentang
halusinasinya,
membuat dan
melaksanakan
jadwal kegiatan
sehari-hari yang
telah disusun,
Meminta
keluarga/teman/pera
wat menyapa jika
sedang
berhalusinasi.
d. Bantu klien memilih
cara yang sudah
diajurkan dan latih
untuk mencobanya.
e. Beri kesempatan
untuk melakukan
cara yang dipilih
dan dilatih.
f. Pantau pelaksanaan
yang telah dipilih
dan dilatih, jika
berhasil beri pujian.
g. Anjurkan klien
mengikuti terapi
aktifitas kelompok,
orientasi realita,
stimulasi persepsi.

TUK 4 Setelah pertemuan a. Buat kontrak


Klien dapat keluarga, keluarga dengan keluarga
dukungan dari menyatakan setuju untuk pertemuan

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
18

kelaurga dan untuk mengikuti (waktu, tempat dan


mengontrol pertemuan dengan topik ).
halusinasinya perawat, keluarga dapat b. Diskusikan dengan
membina hubungan keluarga (pada saat
saling percaya dengan pertemuan keluarga
perawat, keluarga kunjungan rumah):
menyebutkan pengertian
pengertian, tanda dan halusinasi, tanda
gejala, proses terjadinya dan gejala
halusinasi dan tindakan halusinasi, proses
untuk mengendalikan terjadinya
halusinasi. halusinasi, cara
yang dapat
dilakukan klien dan
keluarga untuk
memutus halusinasi,
obat-obatan
halusinasi, cara
merawat anggota
keluarga yag
halusinasi di rumah
(beri kegiatan,
jangan biarkan
sendiri, makan
bersama, berpergian
bersama, memantau
obat-obatan dan
cara pemberiannya
untuk mengatasi
halusinasi).
c. Beri informasi
waktu control
kerumah sakit dan
bagaimana cara
mencari bantuan
jika halusinasi tidak

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
19

dapat diatasi di
rumah.
TUK 5 Setelah interaksi klien 2.14.1 Diskusikan
klien dapat menyebutkan: manfaat dengan klien
memanfaatka minum obat, kerugian tentang manfaat dan
n obat dengan tidak munum obat, kerugian tidak
baik nama, warna, dosis, minum obat, warna,
efek terapi dan efek dosis, cara, efek
samping obat, terapi dan efek
klienmendemonstrasika samping
n penggunaan obat penggunaan obat.
dengan benar, klien 2.14.2 Pantau klien
menyebutkan akibat saat penggunaan
berhenti minum obat obat.
tanpa konsultasi dokter. 2.14.3 Beri pujian jika
klien menggunakan
obat dengan benar.
2.14.4 Diskusikan
akibat berhenti
minum obat tanpa
konsultasi dengan
dokter.

2.15 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan komponendari proses keperawatan, dimana
tindakan yang digunakan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan daria
suhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Implementasi dilakukan
sesuai dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sebelumnya berdasarkan
masalah keperawatan yang ditemukan dalam kasus, dengan menuliskan waktu
pelaksanaan dan respon klien (Patricia A. Potter, 2013).

2.16 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi menentukan respons klien terhadap tindakan keperawatan dan
seberapa jauh tujuan perawatan telah terpenuhi ((Patricia A. Potter, 2013).

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri
20

STIKes Eka Harap Palangka Raya, Program Profesi Ners 2017


Gijainuri

Anda mungkin juga menyukai