Anda di halaman 1dari 16

1.

1 Konsep Keluarga
1.1.1 Definisi
Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-
ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Pertalian antara suami dan istri
adalah perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya
adalah darah atau kadangkala adopsi dan unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan
tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi
dan berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si
suami dan istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara
perempuan. Peranan-peranan tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi
masing-masing keluarga diperkuat melalui sentimen-sentimen yang
sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional yang
menghasilkan pengalaman.
1. Keluarga Inti
Keluarga inti ( Nuclear Family ) adalah unit keluarga yang terdiri
dari suami, isteri, dan anak-anak mereka yang kadang-kadang disebut
juga sebagai “conjugal” family.
2. Keluarga Besar
Keluarga besar ( extended family )Keluarga yang disamping terdiri
dari suami, istri, dan anak-anak kandung, juga sanak saudara lainnya,
baik menurut garis vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, mantu, cucu,
cicit), maupun menurut garis horizontal (kakak, adik, ipar) yang berasal
dari pihak suami atau pihak isteri.
1.1.2 Tipe-tipe Keluarga
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah.

1
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu.
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
ibu.
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami.
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan
keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga
karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
1.1.3 Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas
yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga, sebagai berikut :
1. Fungsi biologis
1. Untuk meneruskan keturunan.
2. Memelihara dan membesarkan anak.
3. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga.
4. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis
1. Memberikan kasih sayang dan rasa aman.
2. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga.
3. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga.
4. Memberikan Identitas anggota keluarga.
3. Fungsi Sosialisasi
1. Membina sosialisasi pada anak.
2. Membentuk norma-norma perilaku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak.
3. Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
1. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.

2
2. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga.
3. Menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa yang akan
datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua, dsb.
1.2 Konsep Penyakit
1.2.1 Definisi
Gastritis atau lebih dikenal sebagai maag berasal dari bahasa
yunani yaitu gastro, yang berarti perut/lambung dan itis yang bebrarti
inflamasi/peradangan.Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung
(Kapita Selecta Kedokteran, Edisi Ketiga hal 492). Gastritis adalah segala
radang mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus atau local
(Price & Wilson 2006). Berdasarkan berbagai pendapat tokoh diatas,
gastritis dapat juga diartikan sebagai suatu proses inflamasi pada lapisan
mukosa dan submukosa lambung dan secara hispatologi dapat dibuktikan
dengan adanya infiltrasi sel-sel radang pada daerah tersebut. Gastritis
bukan merupakan penyakit tunggal, tetapi terbentuk dari beberapa kondisi
yang kesemuanya itu mengakibatkan peradanngan pada lambung.
Biasanya peradangan tersebut merupakan akibat dari infeksi oleh bakteri
yang sama dengan bakteri yang dapat mengakibatkan borok di lambung
yaitu Helicobacter pylori. Peradangan ini mengakibatkan sel darah putih
menuju ke dinding lambung sebagai respon terjadinya kelainan pada
bagian tersebut.
1.2.2 Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong terletak pada
bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga.Lambung orang dewasa
mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat mengembang
untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1 gallon. Bila
lambung dalam keadaan kosong, makan ia akan meliputi, mirip seperti
sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan mengembang lipatan-
lipatan tersebut secara bertahap membuka lambung memproses dan
menyimpan makanan dan secara betahap melepaskannya ke dalam usus
kecil. Ketika makanan masuk kedalam esofagus, sebuah cincin otot yang

3
berada pada sambungan antara esophagus dan lambung (esophagus
sphincter) akan membuka dan membiarkan makanan masuk kelambung.
Setelah masuk kelambung cincin ini menutup.Dinding lambung terdiri dari
lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di lambung, dinding
lambung akan mulai menghancurkan makanan tersebut. Pada saat yang
sama , kelenjar-kelenjar yang berada di mukosa pada dinding lambung
akan mulai mengeluarkan cairan lambung (termasuk enzim-enzim dan
asam lambung), untuk lebih menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida.Asam ini
sangat korosif sehingga paku besi dapat larut dalam cairan ini. Dinding
lambung dilindungi oleh mukosa-mukosa bicarbonate (sebuah lapisan
penyangga yang mengeluarkan ion bicarbonate secara regular sehingga
menyeimbangkan keasaman dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat
korosif asam hidroklorida. Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme
pelindung ini kewalahan dan mengakibatkan rusak dan meradangnya
dinding lambung. Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan
terjadinya gastritis antara lain:
1. Infeksi bakteri . Sebagian besar populasi di dunia teinfeksi oleh bakteri
H.Pylori yang hidup di bagian lapisan mukosa yang melapisi dinding
lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti bagaimana bakteri
tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan penularan tersebut terjadi
melalui jalur oral atau akibat memakan makanan atau minuman yang
terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi H.Pylori sering terjadi pada
masa kanak-kanak dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak
dilakukan perawatan. Infeksi H.Pylori ini sekarang diketahui sebagai
penyebab utama terjadinya peptic ulcer dan penyebab tersering
terjadinya gastritis. Infeksi dalam jangka waktu yang lama akan
menjadi peradangan menyebar yang kemudian mengakibatkan
perubahan pada lapisan pelindung dinding lambung. Salah satu
perubahan itu adalah atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana
kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung secara perlahan rusak.
Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat

4
mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak dapat
dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung sehingga
meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker lambung. Tapi
sebagaian besar orang yang terkena infeksi H. Pylori kronis tidak
mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala gastritis, hal ini
mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang membuat sebagian
orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus. Obat analgesic
anti inflamasi nomsteroid (AINS) seperti aspirin, ibuprofen dan
naproxendapat menyebabkan peradangan pada lambung dengan cara
mengurangi prostalglandin yang bertugas melindungi dinding lambung.
Jika pemaikaian pbat-obat tersebut hanya sesekali maka kemungkinan
terjadinya masalah lambung akan kecil. Tapi jika pemakaian dilakukan
secara terus menerus atau pemakaian yang berlebihan dapat
mengakibatkan gastritisd dan peptic ulcer.
3. Penggunaan alcohol secara berlebihan. Alcohol dapat mengiritasi dan
mengikis mukosa pada dinding lambung dan membuat dinding
lambung lebih rentan terhadap aam lambung walaupun pada kondisi
normal.
4. Penggunaan kokain. Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan
pendarahan dan gastritis.
5. Stress fisik. Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka
bakar, atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok
serta pendarahan pada lambung.
6. Kelainan aoutoimune.Autoimmune atrophic gastritis terjadi ketika
system kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat yang berada dalam
dinding lambung. Hal ini mengakibatkan peradangan dan secara
bertahap menipiskan dinding lambung, menghancurkan kenlenjar-
kelenjar penghasil asam lambung dan mengganggu produksi factor
intrinsic (yaitu sebuah zat yang membantu tubuh mengabsorbsi vitamin
B-12). Kekurangan B-12, akhirnya, dapat mengakibatkan pernicious
anemia, sebuah konsisi serius yang jika tidak dirawat mempengaruhi

5
seluruh system dalam tubuh. Autoimmune atrophic gastritis terjadi
terutama pada orang tua.
7. Crohn’s disease. Walaupun penyakit ini biasanya menyebabkan
peradangan kronis pada dinding saluran cerna, namun kadang-kadang
dapat juga menyebabkan peradangan pada dinding lambung. Ketika
lambung terkena penyakit ini, gejala-gejala dari crohn’s disease (yaitu
sakit perut dan diare dalam bentuk cairan) tampak lebih menyolok dari
pada gejala-gejala gastritis.
8. Radiasi dan Kemoterapi. Perawatan terhadap kanker seperti kemoterapi
dan radiasi dapat mengakibatkan peradangan pada dinding lambung
yang selanjutnya dapat berkembang menjadi gastritis dan peptic
ulcer.ketika tubuh terkena sejumlah kecil radiasi, kerusakan yang terjadi
biasanya sementara, tapi dalam dosis besar akan mengakibatkan
kerusakan tersebut menjadi permanen dan dapat mengikis dinding
lambung serta merusak kelenjar-kelenjar penghasil asam lambung.
9. Penyakit bile refluk. Bile (empedu) adalah cairan yang membantu
mencerna lemak-lemak dalam tubuh. Cairan ini diproduksi oleh hati
ketika dilepaskan, empedu akan melewati serangkaian saluran kecil dan
menuju ke usus kecil. Dalam kondisi normal, sebuah otot sphincter
yang berbentuk seperti cincin (pyloric valve) akan mencegah empedu
mengalir balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja
dengan benar, balik ke dalam lambung. Tapi jika katup ini tidak bekerja
dengan benar, maka empedu akan masuk ke dalam lambung dan
mengakibatkan peradangan dan gastritis.
10. Faktor-faktor lain. Gastritis sering juga dikaitkan dengan kondisi
kesehatan lainnya seperti HIV/AIDS, infeksi oleh parasit, dan gagal hati
atau ginjal.
1.2.3 Klasifikasi
Gastritis menurut jenisnya terbagi menjadi 2, yaitu (David Ovedorf 2002) :
1. Gastritis akut

6
Disebabkan oleh mencerna asam atau alkali kuat yang dapat
menyebabkan mukosa menjadi gangren atau perforasi. Gastritis akut
dibagi menjadi dua garis besar yaitu :
a. Gastritis Eksogen akut ( biasanya disebabkan oleh faktor-faktor dari
luar, seperti bahan kimiamisal : lisol, alkohol, merokok, kafein lada,
steroid , mekanis iritasi bakterial, obat analgetik, anti inflamasi
terutama aspirin (aspirin yang dosis rendah sudah dapat
menyebabkan erosi mukosa lambung) ).
b. Gastritis Endogen akut
2. Gastritis Kronik
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau
maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H.
Pylory). Gastritis kronik dikelompokkan lagi dalam 2 tipe yaitu tipe A
dan tipe B. Dikatakan gastritis kronik tipe A jika mampu menghasilkan
imun sendiri. Tipe ini dikaitkan dengan atropi dari kelenjar lambung
dan penurunan mukosa. Penurunan pada sekresi gastrik mempengaruhi
produksi antibodi. Anemia pernisiosa berkembang pada proses ini.
Gastritis kronik tipe B lebih lazim. Tipe ini dikaitkan dengan infeksi
helicobacter pylori yang menimbulkan ulkus pada dinding lambung.
1.2.4 Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia
misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas maupun
asam. Pada orang yang mengalami stres akan terjadi perangsangan saraf
simpatis NV (Nervus vagus) yang akan meningkatkan produksi asam
klorida (HCl) di dalam lambung. Adanya HCl yang berada di dalam
lambung akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia. Zat kimia
maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel
kolumner, yang berfungsi untuk menghasilkan mukus, mengurangi
produksinya. Sedangkan mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa
lambung agar tidak ikut tercerna. Respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa

7
gaster. Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster
akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat
menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena kontak
HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan
sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel
mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel
mukosa akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang
terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti
sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu
24-48 jam setelah perdarahan.
2. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme ini
menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya desquamasi sel
dan muncullah respon radang kronis pada gaster yaitu: destruksi kelenjar
dan metaplasia. Metaplasia adalah salah satu mekanisme pertahanan tubuh
terhadap iritasi, yaitu dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya
dengan sel desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat
maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan,
lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel penggantinya
tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan
rasa nyeri. Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada
lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah
lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan
perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999: 162).
1.2.5 Manifestasi Klinis
1. Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Pada
kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
a. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat
sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.

8
b. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan
asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada
uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat
lokasinya.
c. Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
d. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
e. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai
darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda – tanda
anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
f. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga
menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata
seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai gangguan
kesadaran.
2. Gastritis kronis

a. Bervariasi dan tidak jelas


b. Perasaan penuh, anoreksia
c. Distress epigastrik yang tidak nyata
d. Cepat kenyang
1.2.6 Komplikasi
1. Gastritis Akut
Komplikasi yang dapat ditimbulkan oleh gastritis akut adalah perdarahan
saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematemesis dan melena, dapat
berakhir sebagai syock hemoragik. Khusus untuk perdarahan SCBA, perlu
dibedakan dengan tukak peptik. Gambaran klinis yang diperlihatkan
hampir sama. Namun pada tukak peptik penyebab utamanya adalah H.
pylory, sebesar 100% pada tukak duodenum dan 60-90 % pada tukak
lambung. Diagnosis pasti dapat ditegakkan dengan endoskopi.
2. Gastritis Kronis
Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu gangguan penyerapan
vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12 menyebabkan anemia
pernesiosa, penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum

9
pylorus. Gastritis Kronis juka dibiarkan dibiarkan tidak terawat, gastritis
akan dapat menyebabkan ulkus peptik dan pendarahan pada lambung.
Beberapa bentuk gastritis kronis dapat meningkatkan resiko kanker
lambung, terutama jika terjadi penipisan secara terus menerus pada
dinding lambung dan perubahan pada sel-sel di dinding lambung.
1.2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah
dan letaknya tersebar.
2. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi
tidak pernah melewati mukosa muskularis.
3. Pemeriksaan radiology.
4. Pemeriksaan laboratorium.
5. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL
menurun pada klien dengan gastritis kronik.
6. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar
vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.
7. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.
8. Gastroscopy.Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan)
mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.
9. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci untuk
perdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan / derajat
ulkus jaringan / cedera.
10. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat
disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi
kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.
11. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah
diduga gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456).
1.2.8 Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan
faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan sering,
serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan sebagai berikut
a. Gastritis Akut

10
1. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala
menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.

2. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.


3. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali, encerkan
dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya aluminium
hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa proton,
antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
4. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari buah
jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
5. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena bahaya
perforasi.
6. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat berbentuk
cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum dipakai untuk
mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir asam lambung
dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat asam lambung dengan
cepat.
7. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi
mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan
merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin atau
famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
b. Gastritis Kronis

1. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.


2. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus
kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan
misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur (karena
suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk meminum obat-
obat golongan ini. Cytoprotective agents yang lainnya adalah
bismuth subsalicylate yang juga menghambat aktivitas H. Pylori.
3. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk
mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup “pompa”

11
asam dalam sel-sel lambung penghasil asam. Penghambat pompa
proton mengurangi asam dengan cara menutup kerja dari “pompa-
pompa” ini. Yang termasuk obat golongan ini adalah omeprazole,
lansoprazole, rabeprazole dan esomeprazole. Obat-obat golongan
ini juga menghambat kerja H. pylori.
4. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin atau
amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi
H.Phylory. . Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa regimen
dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering digunakan
adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat pompa proton.
Terkadang ditambahkan pula bismuth subsalycilate. Antibiotik
berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat pompa proton
berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual, menyembuhkan
inflamasi dan meningkatkan efektifitas antibiotik. Terapi terhadap
infeksi H. pylori tidak selalu berhasil, kecepatan untuk membunuh
H. pylori sangat beragam, bergantung pada regimen yang
digunakan. Akan tetapi kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih
efektif daripada kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu
yang lama (terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari)
juga tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.
pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali setelah
terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan pemeriksaan
feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering dipakai untuk
memastikan sudah tidak adanya H. pylori. Pemeriksaan darah akan
menunjukkan hasil yang positif selama beberapa bulan atau bahkan
lebih walaupun pada kenyataanya bakteri tersebut sudah hilang.

12
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data Umum :
Nama Kepala Keluarga, Alamat, Pekerjaan Kepala, Keluarga,
Pendidikan Kepala Keluarga, Komposisi Keluarga.
Riyayat dan tahap perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini, Tahap perkembangan keluarga
yang belum terpenuhi, Riwayat kesehatan keluarga inti, Riwayat kesehatan
keluarga sebelum nya.
Data lingkungan
Karakteristik rumah. Karakteristik tetangga dan komunitasnya, Mobilitas
geografi keluarga Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan
masyarakat.
Struktur Keluarga
Struktur peran, Nilai atau norma budaya keluarga, Pola komuniksi
keluarga, Struktur kekuatan keluarga.
Fungsi Keluarga
Fungsi pendidikan /afektif: Fungsi sosialisasi: Fugsi ekonomi:
Fungsi pemenuhan ( perawatan/pemeliharaan )kesehatan. Fungsi
religious, Fungsi rekreasi: Fungsi reproduksi
Stress Dan Koping Keluarga
Streesor(masalah) jangka pendek: Streesor(masalah)jangka panjang,
Kemampuan keluarga berespon terhadap streesor (masalah), Strategi
adaptasi disfusional
Riwayat Kesetan
Keluhan utama An. T Nyeri tekan pada epigastrium
Harapan Keluarga
Keluarga mengharap kan agar anak yang bernama An. T segera menikah
dan lekas sembuh dari sakitnya.

13
B. Diagnosa
1) Nyeri akut pada Tn.A b.d KMK mengenal masalah gastritis
Tujuan :
 Setelah dilakukan kunjungan pada keluarga di harapkan nyeri dapat
teratasi
Kriteria hasil :
 Nyeri hilang 0 ( 0-10 )

Intervensi :

1. Kaji skala nyeri


2. Observasi TTV
3. Jelaskan pada keluarga tentang pengertian gastritis.
4. Ajarkan pada Ny.T untuk menggunakan tekhnik nafas dalam jika nyeri
kambuh

2) Gangguan mobiltas fisik pada Tn.B b.d KMK merawat anggota


keluarga yang sakit.
Tujuan :
 Gangguan mobilitas dapat teratasi.
Kriteria Hasil :
 Aktivitas kembali normal

Intervensi :
1. Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab gastritis.
2. Ajarkan kepada Ny.T tentang carapenghematan energi.
3. Tingkatkan batas aktivitas sesuai toleransi.
4. Anjurkan Ny. T untuk beristirahat bila kelelahan.

3) Kurang pengetahuan pada keluarga Tn. B b.d Ketidaktahuan


keluarga mengerti tentang masalah kesehatan
Tujuan :
 Kurang pengetahuan teratasi.

14
Kriteria Hasil :
 Klien dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, perawatan, pencegahan dan pengobatan.
Intervensi :
1. Kaji pengetahuan keluarga tentang gastritis.
2. Diskusikan dengan keluarga mengenai arti gastritis.
3. Evaluasi penjelasan yang diberikan.
4. Berikan pujian terhadap pengetahuan keluarga

C. Implementasi
Implementasi komponen dan proses keperawatan adalah kategori perilaku
keperawatan dimana tindakan yang dihadapi untuk mencapai tujuan, dari
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan ( pottter dan perry, 2005 ; 903 )

D. Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap perbandingan yang sistematik dan
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan
dilakukan, perkembangan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan
lainnya. Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dongeos, Marilyn.E.dkk.2010.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat


Penerbitan Departemen Penyakit Dalam FKUI..
Herdman, Heather.2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran
Morhead, Sue. 2009. Nursing Outcomes Classification (NOC). America : Mosb
Anderson, Sylvia Price. Pathofisiologi: Konsep Klinis proses-proses penyakit
edisi 6 volume II. ECG. Jakarta : 2010
Doengoes M.E. (2010), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3 . EGC.
Jakarta
Brunner & Suddarth. 2010. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2. Jakarta: EGC

16

Anda mungkin juga menyukai