Anda di halaman 1dari 20

PENGARUH PERNIKAHAN DINI YANG BERDAMPAK

PADA KUALITAS PENDUDUK

(PERCERAIAN, PENDIDIKAN, KESEHATAN, FERTILITAS, KEPADATAN


PENDUDUK, DAN KRIMINALITAS)

Vadilla Aries Tantya1, Nunung Nurwati2


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran
vadilla18001@mail.unpad.ac.id, nngnurwati@yahoo.co.id

ABSTRAK

Pernikahan dini atau pernikahan dibawah usia menikah yang belum siap untuk melaksanakan
pernikahan di Indonesia masih cukup tinggi. Terdapat beberapa faktor mengenai pernikahan
dini diantaranya yaitu faktor internal dan eksternal yang kemudian mempengaruhi kualitas
hidup penduduk seperti kepadatan penduduk, pekerjaan, kesehatan dan pendidikan.Tujuan
dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dampak dari perkawinan muda terhadap kualitas
penduduk yang terdiri dari perceraian (yang berdampak pada psikologis anak), pendidikan,
kesehatan, meningkatnya fertilitas dan mortalitas, kepadatan penduduk dan kriminalitas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan cara melihat, memahami dari
beberapa literature seperti jurnal, buku, dan sumber lainnya. Data yang didapatkan yaitu data
sekunder yang didapatkan tidak secara langsung dari objek atau subjek penelitian. Hasil
menunjukkan kurang lebih anak dibawah usia 18 tahun berjumlah 10 juta telah melakukan
pernikahan dini. Pernikahan dini lebih sering terjadi pada anak perempuan dibandingkan
dengan anak laki laki. Di indonesia terdapat sekitar 11% anak berusia 15 tahun melakukan
pernikahan dini dan 35% anak berusia 18 tahun. Prevalensi tinggi kasus pernikahan dini
tercatat di Nigeria sekitar 79%, kemudian Kongo 74%, Afganisthan 54% dan Bangladesh
51%. Berdasarkan data yang dilihat dari tahun 2015 hingga 2017 disimpulkan bahwa
pengentasan angka perkawinan anak mengalami kegagalan yang artinya pernikahan dini
semakin bertambah.

Kata Kunci: Pernikahan Dini, Kualitas Penduduk, Dampak Pernikahan Dini

ABSTRACT

Early marriage or marriage under the age of marriage who are not ready to carry out
marriages in Indonesia is still quite high. There are several factors regarding early marriage
including internal and external factors which then affect the quality of life of the population
such as population density, employment, health and education. The purpose of this paper is to
determine the impact of young marriages on the quality of the population consisting of
divorce (which has an impact on child psychology), education, health, increase and mortality,
population density and crime. The method used in this research is by looking at,
understanding from several literatures such as journals, books, and other sources. The data
obtained are secondary data obtained not directly from the object or subject of research. The
results show that approximately 10 million children under the age of 18 have had early
marriages. Early marriage is more common in girls compared to boys. In Indonesia, there are
around 11% of children aged 15 years having early marriages and 35% of children aged 18
years. The high prevalence of early marriage cases was recorded in Nigeria around 79%, then
1
Congo 74%, Afganisthan 54% and Bangladesh 51%. Based on data seen from 2015 to 2017 it
was concluded that the alleviation of child marriages had failed which meant that early
marriages were increasing

Keywords: Early Marriage, Population Quality, Impact of Early Marriage

PENDAHULUAN penduduk dan kondisi kependudukan akan


Kemajuan suatu negara atau tempat mempengaruhi pembangunan yang
yang ditinggali oleh suatu penduduk dilaksanakan. Pembangunan
bergantung terhadap kualitas penduduk itu mempengaruhi dinamika penduduk berarti
sendiri, maka penduduk memegang peran berfungsi sebagai dependent variabel.
yang sangat penting dalam hal ini. Sedangkan kondisi kependudukan akan
Sebagaimana menurut UU Nomor 10 mempengaruhi pembangunan yang
Tahun 1992 pengertian penduduk adalah dilaksanakan berarti penduduk sebagai
adalah orang dalam matranya sebagai diri independent variabel.
pribadi, anggota keluarga, anggota Di Indonesia saat ini angka
masyarakat, warga negara, dan himpunan pernikahan dini masih cukup tinggi. Arti
kuantitas yang bertempat tinggal di suatu dari pernikahan dini itu sendiri adalah
tempat dalam batas wilayah negara pada intitusi agung untuk mengikat dua insang
waktu tertentu. Sehingga penduduk yang lawan jenis yang masih remaja atau
berkualitas akan berpengaruh terhadap dibawah umur dalam satu ikatan keluarga
kualitas negaranya. Sedangkan pengertian (Lutfiati, 2008). Nukman (2009)
kualitas penduduk itu sendiri menurut UU menyatakan bahwa pernikahan dini adalah
Nomor 10 Tahun 1992 adalah kondisi pernikahan dibawah usia menikah yang
penduduk dalam aspek fisik dan non fisik bahkan seharusnya belum siap untuk
serta ketaqwaan terhadap Tuhan Yang melaksanakan pernikahan. Pernikahan dini
Maha Esa yang merupakan dasar untuk merupakan salah satu faktor yang dapat
mengembangkan kemampuan dan mempengaruhi kualitas penduduk serta
menikmati kehidupan sebagai manusia akan menaikan angka fertilitas atau angka
yang berbudaya, berkepribadian, dan layak kelahiran yang cukup signifikan. Sehingga
Terdapat dua pandangan perubahan hal ini dapat berdampak pada negara
penduduk menurut sejarah kependudukan tempat tinggalnya ataupun masyarakat itu
menurut Hardiani & Junaidi (2011) yaitu sendiri.
pembangunan mempengaruhi dinamika

2
Tujuan dari penulisan artikel usia 13-18 tahun) yang masih belum siap
ilmiah ini adalah untuk mengetahui baik secara fisik ataupun psikologis yang
dampak dari perkawinan muda terhadap diakibatkan oleh banyak faktor
kualitas penduduk yang terdiri dari diantaranya adalah faktor ekonomi, sosial
perceraian (yang berdampak pada budaya, dan akibat pergaulan bebas.
psikologi anak), pendidikan, kesehatan, Dampaknya adalah pasangan remaja yang
meningkatnya fertilitas dan mortalitas, menikah pada usia muda akan cenderung
kepadatan penduduk, dan kriminalitas. bergantung pada orangtua secara finansial
maupun emosional sehingga menyebabkan
Definisi Pernikahan kegagalan dalam pernikahan mereka.
Pernikahan adalah hubungan
(akad) antara laki-laki dan perempuan Dasar Hukum Usia Pernikahan di
dengan maksud agar masing-masing dapat Indonesia
menikmati yang lain (istimtaa’) dan untuk Dasar hukum usia pernikahan di
membentuk keluarga yang sakinah dan Indonesia adalah mengacu pada UU
membangun masyarakat yang bersih Nomor I Tahun 1974 tercantum dalam
(Utsaimin, 2009). pasal 7 ayat (1) yang berbunyi bahwa
Berhasilnya suatu pernikahan, perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria
kebahagiaan suami isteri serta yang ada sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak
didalamnya, hubungan yang baik antara wanita mencapai umur 16 tahun.
orang tua dan anak, penyesuaian yang baik
antara anak-anak, kemampuan untuk Faktor yang Menyebabkan Pernikahan
memperoleh kepuasan dari perbedaan Dini
pendapat, kebersamaan, penyesuaian yang Ada beberapa faktor yang
baik dalam masalah menyebabkan resiko seorang anak akan
keuangan, penyesuaian yang baik dari menghadapi pernikahan di usia remaja
pihak keluarga pasangan hal ini atau pernikahan dini, menurut studi
merupakan indikator keberhasilan suatu literature UNICEF. Menurut literature
pernikahan. tersebut pernikahan dini atau pernikahan di
usia muda ini sangat berkaitan erat dengan
Definisi Pernikahan Dini tradisi dan budaya yang ada yang
Pernikahan atau perkawinan yang menyebabkan hal ini sangat sulit untuk
dilakukan oleh laki-laki dan perempuan diubah. Salah satunya adalah karena alasan
yang masih dibawah umur/remaja (dengan ekonomi, harapan mencapai keamanan
3
sosial dan finansial setelah menikah yang karena sudah tidak perawan lagi, dan hal
menjadikan kebanyakan orang tua ini menjadi aib.
termotivasi dan mendorong anak-anaknya Tanpa mengenyampingkan
yang masih remaja untuk menikah di usia perasaan dan kegalauan orang tua, hal ini
muda atau dibawah umur (Fadlyana & sebuah solusi yang kemungkinan di
Larasaty, 2016). kemudian hari akan menyesatkan anak-
Ada dua faktor yang anak. Ibarat anak sudah melakukan suatu
mempengaruhi terjadinya pernikahan dini, kesalahan yang besar, bukan memperbaiki
yaitu faktor dari diri anak itu sendiri kesalahan tersebut, tetapi orang tua justru
ataupun faktor dari luar diri anak. faktor membawa anak pada suatu kondisi yang
dari diri anak itu sendiri adalah sebagai rentan terhadap masalah. Karena sangat
berikut: besar di kemudian hari perkawinan anak-
a. Faktor Pendidikan anak tersebut akan dipenuhi konflik.
Jika seorang anak putus sekolah c. Hamil Sebelum Menikah
pada usia wajib sekolah, kemudian Jika kondisi anak perempuan itu
mengisi waktu dengan bekerjan, namun telah dalam keadaan hamil, maka orang
lain halnnya dengan anak yang tua cenderung menikahkan anak-anak
menganggur. Dalam kekosongan waktu tersebut. Bahkan ada beberapa kasus,
tanpa pekerjaan membuat mereka akhirnya walau pada dasarnya orang tua anak gadis
melakukan hal-hal yang tidak produktif. ini tidak setuju dengan calon menantunya,
Salah satunya adalah menjalin hubungan tapi karena kondisi kehamilan si gadis,
dengan lawan jenis yang akan maka dengan terpaksa orang tua
menimbulkan pikiran untuk menikah di menikahkan anak gadis tersebut.
usia muda saja. Sedangkan berikut merupakan
b. Faktor Telah Melakukan Hubungan faktor dari luar diri anak tersebut adalah
Biologis sebagai berikut:
Ada beberapa kasus, diajukannya a. Faktor Pemahaman Agama
pernikahan karena anak-anak telah Ada sebagian dari masyarakat kita
melakukan hubungan biologis layaknya yang memahami bahwa jika anak menjalin
suami istri. Dengan kondisi seperti ini, hubungan dengan lawan jenis, telah terjadi
orang tua anak perempuan cenderung pelanggaran agama. Dan sebagai orang tua
segera menikahkan anaknya, karena wajib melindungi dan mencegahnya
menurut orang tua anak gadis ini, bahwa dengan segera menikahkan anak-anak
tersebut.
4
b. Faktor Ekonomi dan mortalitas, kepadatan penduduk, dan
Kita masih banyak menemui kasus- kriminalitas
kasus dimana orang tua terlilit hutang yang
sudah tidak mampu dibayarkan. Dan jika Indikator Kualitas Hidup Penduduk
si orang tua yang terlilit hutang tadi Ada beberapa indikator yang dapat
mempunyai anak gadis, maka anak gadis dijadikan acuan sebagai laju kesejahteraan
tersebut akan diserahkan sebagai “alat disuatu negara menurut Hardiani &
pembayaran” kepada si piutang. Dan Junaidi, (2011). Hal ini disebut dengan
setelah anak tersebut dikawini, maka indikator sosial ekonomi, dianataranya
lunaslah hutang-hutang yang melilit orang adalah sebagai berikut:
tua si anak. a. Kepadatan Penduduk
c. Faktor Adat dan Budaya Kepadatan penduduk berkaitan
Di beberapa belahan daerah di dengan kuantitas atau jumlah penduduk
Indonesia, masih terdapat beberapa disuatu tempat atau negara yang
pemahaman tentang perjodohan. Dimana ditinggalinya. Kepadatan penduduk ini
anak gadisnya sejak kecil telah dijodohkan bisa menjadi potensi atau bisa pula
orang tuanya. Dan akan segera dinikahkan menjadi beban. Ketika jumlah penduduk
sesaat setelah anak tersebut mengalami seimbang dengan sumber daya yang ada
masa menstruasi. Padahal umumnya anak- dan penduduk tersebut memiliki kualitas
anak perempuan mulai menstruasi di usia hidup yang baik. Namun akan menjadi
12 tahun. Maka dapat dipastikan anak beban jika antara jumlah penduduk dan
tersebut akan dinikahkan pada usia 12 potensi sumber daya yang ada tidak
tahun, jauh di bawah batas usia minimum seimbang serta penduduk tersebut tidak
sebuah pernikahan yang diamanatkan UU. memiliki kualitas hidup yang baik.
(Ahmad, 2009). b. Pekerjaan (Mata Pencaharian)
Suatu kegiatan yang dilakukan
Permasalahan Pernikahan Dini untuk menghasilkan sebuah barang
Beberapa permasalahan dalam ataupun jasa dengan tujuan untuk
pernikahan dini meliputi faktor yang akan mendapat penghasilan dalam kurun waktu
berdampak pada kualitas penduduk itu tertentu, inilah yang disebut sebagai
sendiri seperti perceraian (yang akan pekerjaan (mata pencaharian)
berpengaruh pada psikologi anak), c. Kesehatan
kesehatan, pendidikan, naiknya fertilitas Kesehatan merupakan kombinasi
dari fisik, psikis dan kesejahteraan sosial
5
ekonomi yang merupakan kondisi atau berada disana kira-kira berkisar 42% anak
indikator umum dari kehidupan seseorang. dibawah usia 18 tahun sudah menikah. Di
d. Pendidikan beberapa negara lain juga seperti Amerika
Pendidikan merupakan suatu usaha Latin dan Karibia, wanita yang sudah
yang dilakukan seluruh aspek yang ada di menikah pada saat berusia 18 tahun atau
dalam kehidupan kita baik orang terdekat, dibawahnya sebanyak 29%. Prevalensi
masyarakat ataupun lembaga-lembaga tinggi kasus pernikahan usia dini tercatat
yang ada, baik yang terjadi secara formal di Nigeria (79%), Kongo (74%),
maupun non formal dengan tujuan untuk Afganistan (54%), dan Bangladesh
mengubah kebiasaan-kebiasaan tidak baik (51%).8 Secara umum, pernikahan anak
menjadi kebiasaan baik yang terjadi lebih sering terjadi pada anak perempuan
selama kita hidup untuk memperbaiki dibandingkan anak laki-laki, sekitar 5%.
kualitas dari menjadi lebih baik dan anak laki-laki menikah sebelum mereka
mampu menjawab tantangan di masa berusia 19 tahun. Selain itu didapatkan
depan. pula bahwa perempuan tiga kali lebih
banyak menikah dini dibandingkan laki-
METODE laki (Fadlyana & Larasaty, 2016). Di
Metode yang digunakan dalam Indonesia sendiri sekitar 11% anak berusia
penelitian ini adalah dengan cara melihat, 15 tahun sudah melakukan pernikahan
memahami dari beberapa literature seperti dini, dan yang menikah di usia 18 tahun
jurnal, buku, dan lainnya. Data yang adalah 35%
didapatkan yaitu data sekunder, yang Di Indonesia sepertiga dari jumlah
didapatkan tidak secara langsung dari perkawinan yang terdata dari beberapa
objek atau subjek penelitian. daerah dalam Survei Data Kependudukan
Indonesia (SDKI) pada tahun 2007
HASIL perkawinan ini dilakukan oleh pasangan
Survei Data Pernikahan Dini yang masih dibawah umur yaitu dibawah
Berdasarkan survei yang dilakukan 16 tahun. Pada tahun tersebut total kasus
oleh UNICEF pada tahun 2002 kasus pernikahan dini di Indonesia yaitu sekitar
pernikahan dini paling sering dilakukan di 50 juta penduduk, dan rata-rata usia
Afrika dan Asia Tenggara. Kurang lebih perkawinannya adalah 19,1 tahun. Di
anak usia dibawah 18 tahun berjumlah 10 beberapa daerah di Indonesia seperti Jawa
juta telah melakukan pernikahan dini, di Timur, Kalimatan Selatan, Jambi dan Jawa
Afrika dari seluruh populasi anak yang Barat angka pernikahan dini berturut-turut
6
39,4%, 35,5%, 30,6%, dan 36%. Bahkan Indonesia. Hal ini berarti angka
di sejumlah pedesaan, pernikahan perkawinan anak berdasarkan sebaran
seringkali dilakukan segera setelah anak provinsi di seluruh Indonesia sudah
perempuan mendapat haid pertama mencapai angka yang mengkhawatirkan,
(Fadlyana & Larasaty, 2016). yakni dengan jumlah persentase 61%
Analisis survei penduduk antar (enam puluh satu persen), sebagai berikut :
sensus (SUPAS) 2005 dari Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) didapatkan angka pernikahan di
perkotaan lebih rendah dibanding di
pedesaan, untuk kelompok umur 15-19
tahun perbedaannya cukup tinggi yaitu
5,28% di perkotaan dan 11,88% di
pedesaan. Hal ini menunjukkan bahwa Gambar 1. Prevalensi Perkawinan Anak
wanita usia muda di perdesaan lebih berdasarkan Provinsi di Indonesia, 2015

banyak yang melakukan perkawinan pada


usia muda.2 Meskipun pernikahan anak
Sedangkan di tahun 2017, terdapat
merupakan masalah predominan di negara
kenaikan jumlah provinsi
berkembang, terdapat bukti bahwa
yangmenunjukkan angka perkawinan anak
kejadian ini juga masih berlangsung di
yang bertambah dari tahun 2015 yakni
negara maju yang orangtua menyetujui
Provinsi Maluku Utara dan Provinsi Riau
pernikahan anaknya berusia kurang dari 15
yang kini tergolong provinsi yang
tahun.
menunjukkan angka cukup tinggi (diatas
Berdasarkan Data Badan Pusat
25%). Angka persentase perkawinan anak
Statistik Tahun 2017, angka prevalensi
masing-masing kedua provinsi tersebut
perkawinan anak sudah menunjukkan
yakni 34,41% dan 25,87%, dalam grafik
angka yang tinggi pada tahun 2015, yakni
pada gambar 2.
tersebar di 21 Provinsi dari 34 Provinsi di

7
Gambar 2. Persentase perempuan berumur 20-24 tahun yang pernah kawin yang umur
perkawinan pertamanya umur 18 tahun menurut provinsi, 2017
Dari data yang didapatkan Badan
Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017, Nasib anak perempuan akan berada
menunjukan bahwa Indonesia Darurat dalam bahaya karena melihat naiknya
Perkawinan Anak di 67% wilayah di angka pernikahan dini, dilihar dari tahun
Indonesia. Gambar dan grafik diatas 2015 sampai 2017 disimpulkan bahwa
menunjukkan bahwa angka perkawinan pengentasan angka perkawinan anak
anak diatas 10% merata pada seluruh mengalami kegagalan yang artinya
provinsi di Indonesia. Sedangkan sebaran pernikahan anak ini jumlahnya semakin
angka di atas 25% mengenai perkawinan bertambah. Padahal di Indonesia terdapat
anak berada di 23 provinsi dari total 34 dasar hukum mengenai perkawinan yang
provinsi yang ada di Indonesia. tertuang dalam Pasal 7 ayat (1) UU

8
Perkawinan mengenai batas umur menafkahi. Selanjutnya krisis moral,
perkawinan, namun saat ini dasar hukum seperti menyakiti jasmani seperti
tersebut sedang meminta Mahkamah melakukan KDRT. Hal ini disebabkan
Konstitusi untuk menguji dasar hukum karena belum siapnya para pasangan muda
ini . ini untuk menikah baik secara fisik
maupun psikis.
PEMBAHASAN  Psikologi Anak
Perceraian dan Dampak pada Psikologi Menjadi orangtua di usia dini
Anak disertai keterampilan yang kurang untuk
Perceraian adalah bentuk mengasuh anak sebagaimana yang dimiliki
perpecahan dari keharmonisan keluarga orang dewasa dapat menempatkan anak
yang mengakibatkan perpisahan diantara yang dilahirkan berisiko mengalami
suami dan istri. Perceraian ini sangat perlakuan salah dan atau penelantaran.
berpengaruh terhadap anak baik secara Berbagai penelitian menunjukka bahwa
fisik dan psikis. Pernikahan dini anak yang dilahirkan dari pernikahan usia
merupakan salah satu faktor yang dini berisiko mengalami keterlambatan
menyebabkan terjadinya perceraian. perkembangan, kesulitan belajar,
Pada umunya pernikahan di bawah gangguan perilaku, dan cenderung menjadi
umur berjalan dengan tidak harmonis orangtua pula di usia dini.
karena belum siapnya memikul beban Perceraian akan menimbulkan
hidup dan tanggung jawab sebagai orang suatu penyesuaian diri karena seorang
tua, sehingga berptotensi akan muncul anak hanya akan tinggal dengan salah satu
ketidak harmonisan pernikahan atau dari orang tua mereka baik itu ayah
berahir dengan perceraian, karena ataupun ibu. Reaksi anak akan sangat
ketidaksiapan dalam pernikahan dipenagruhi oleh cara orang tua
berdampak pada kehidupan berumah berperilaku sebelum, selama, dan sesudah
tangga. perceraian. Pada saat itu anak akan sangat
Banyak faktor yang menyebabkan membutuhkan dukungan, kepekaan, dan
para pasangan muda bercerai, terutama kasih sayang yang lebih besar untuk
terkait masalah ekonomi dan krisis moral. membantunya mengatasi rasa kehilangan
Penyebab terbanyak para pasangan muda yang dialaminya. Sehingga anak akan
ini memang yang pertama faktornya itu mencari perhatian yang lebih dari
karena ekonomi, karena seringkali pihak lingkungan sosialnya seperti teman,
suami terbanyak tidak ada tanggung jawab
9
ataupun orang lain yang dekat dengannya penurunan prestasi pendidikan dari anak
agar bisa memberikan kasih sayang, dengan orangtuanya bercerai dibandingkan
dukungan, dan lainnya untuk mengobati dengan anak yang keluarganya sempurna.
rasa kehilangannya itu. Tingkah laku lainnya seperti
Ketika sebuah keluarga mengalami menjadi pemarah, agresif, menjadi kasar,
perceraian, anak adalah korban yang tidak lagi ceria, tidak suka bergaul, serta
paling terluka, takut kehilangan sosok sering melamun dan mengkhayalkan orang
ayah atau ibunya yang kini tidak tinggal tuanya akan bersatu seperti dahulu lagi.
lagi serumah. Anak menganggap Anak akan bercerita kepada teman, atau
perceraian adalah “tanda kematian” untuk orang dekatnya mengenai khayalan dan
keutuhan keluarganya, anak akan merasa keinginannya akan kembalinya bersatu
separuh dari dirinya telah hilang dan hidup kedua orang tuanya yang sudah bercerai
tidak akan sama lagi sehingga seorang dan hal ini akan dilakukan berulang-ulang
anak harus menerima kesedihan dan kali.
perasaan kehilangan yang sangat Ketika orangtuanya bercerai dan
mandalam. memiliki pasangan baru baik itu ayah atau
Dampak perceraian orang tua ibu tiri sang anak, hal ini akan
menyebabkan adanya perubahan perilaku menimbulkan perubahan sikap dari orang
pada anak atau menimbulkan perilaku- tua terhadap anak yang menimbulkan anak
perilaku yang baru. Anak dengan usia merasa menerima penolakan dari orang
sekolah dasar dan remaja bisa berpikir tuanya merasa kehilangan orang tua
terlalu berlebihan sampai menganggap aslinya. (Sarbini & Wulandari, 2014).
dirinya adalah penyebab kedua orang Pada saat dewasa, anak bisa saja
tuanya bercerai, sehingga terjadi menjadi kasar dan brutal akibat dari
perubahan perilaku menjadi pendiam dan perceraian orang tua yang disebabkan oleh
pemalu terutama di lingkungan sosialnya. kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
Tidak dapat dipungkiri bahwa anak bisa Semasa kecil anak sering melihat orang
saja mencari pelarian yang buruk akibat tuanya melakukan KDRT sehingga
dampak dari perceraian seperti terjerumus menimbulkan trauma mendalam yang pada
kedalam pergaulan bebas, nakal akhirnya anak tersebut menganggap hal itu
berlebihan, narkoba atau hal buruk lainnya adalah suatu yang benar sehingga anak
yang didapatkan dari teman atau orang lain tersebut lakukan kembali kepada
di lingkungan sosialnya. Perubahan pasangannya di masa mendatang. Sikap
perilaku ini mengakibatkan terjadinya kasar dan brutal ini akan ia lakukan
10
terhadap teman, pasangan, ataupun orang lagi. Dalam lamunan tersebut terkadang
lain di lingkungan sosialnya. banyak perasaan yang menghampiri
Anak menganggap orangtuanya seperti perasaan sangat sedih karena
adalah motivator terbesar mereka, dan juga kehidupan indah dalam keluarga sudah
pemberi semangat utama dalam hidup tidak dirasakan lagi seperti dulu sebelum
seorang anak. Jika seandainya orangtuanya orang tua bercerai, perasaan marah karena
bercerai maka anak akan merasa menganggap tuhan tidak adil terhadap
kehilangan motivator utamanya dan hidupnya, dan perasaan bersalah karena
semangatnya sehingga anak akan berpikir dia berpikir bahwa orang tuanya bercerai
bahwa apapun yang dilakukannya disebabkan oleh dirinya. Tidak jarang juga
hanyalah sia – sia karena sebesar apapun perasaan tidak nyaman akan menghampiri
prestasi dan hal positif yang dilakukan seorang anak terutama pada remaja yang
oleh anak tidak akan membuat kedua orang tuanya bercerai, perasaan nyaman
orang tuanya bersatu, harmonis, rukun, tersebut salah satunya untuk biaya
dan bahagia seperti dahulu lagi. Hal ini kehidupannya, karena dalam kehidupan
memberikan fakta yang wajar bahwa di sosial biaya hidup sangatlah penting bagi
lapangan mayoritas anak – anak dengan seorang remaja karena untuk memenuhi
latar belakang keluarga yang broken home kebutuhannya sehari-hari dalam menvari
adalah anak – anak nakal yang sering jati diri. Bukan mengenai masalah
menimbulkan masalah perlindungan, karena pada masa remaja
Seorang anak yang orang tuanya biasanya mereka tidak begitu
bercerai akan mempunyai perasaan iri membutuhkan orang tua, dan ini biasanya
didalam lingkungan sosialnya seperti terjadi pada remaja yang bebas yaitu
ketika anak dengan latar belakang keluarga remaja yang memang tidak pernah patuh
bercerai, tidak harmonis akan melihat pada orang tuanya dari sebelum perceraian
teman, atau orang disekitarnya dengan tejadi.
latar belakang keluarga yang harmonis Para ahli juga menurutkan adanya
merasa cemburu dan bisa saja perbedaan respon perceraian yang berbeda
mengintimdasi temannya karena merasa antara anak laki-laki dan anak perempuan.
bahwa hidup sangat tidak adil terhadap Dampak perceraian pada remaja
dirinya. perempuan cenderung akan membuat
Selain itu anak yang orang tuanya mereka lebih tertekan dan terisolasi dan
telah bercerai seringkali melamun dan akan menutup diri. Sedangkan pada anak
mengkhayalkan orang tua mereka bersatu laki-laki cenderung meluapkannya, mereka
11
akan mengespresikan kemarahan dengan berhenti dari sekolah dan dinikahkan oleh
cara yang berbeda – beda. orang tuanya agar lebih meringankan
Hal yang sangat berat dalam kasus beban keluarga (UNICEF, 2006).
perceraian ini adalah bagaimana Dari berbagai penelitian didapatkan
memulihkan kembali hubungan yang baik bahwa terdapat korelasi antara tingkat
dan menciptakan keakraban kembali pendidikan dan usia saat menikah,
antara kedua orang tua. Pengaruh orang semakin tinggi usia anak saat menikah
tua itu dapat menciptakan kekuatan pada maka pendidikan anak relatif lebih tinggi
diri anak. Meskipun demikian, kasus dan demikian pula sebaliknya. Pernikahan
perceraian ini tetap memberikan dampak di usia dini menurut penelitian UNICEF
terhadap perkembangan jiwa dan sosial tahun 2006 tampaknya berhubungan pula
seorang anak. dengan derajat pendidikan yang rendah.
Menunda usia pernikahan merupakan
Pendidikan salah satu cara agar anak dapat
Pernikahan dini berdampak pada mengenyam pendidikan lebih tinggi.
pendidikan yang didapatkan oleh sang Hal ini termasuk kedalam indicator
anak. Survey menjelaskan bahwa semakin kualitas kehidupan penduduk yang
muda usia seorang anak menikah artinya dikemukakan oleh Hardiani & Junaidi
semakin rendah pula pendidikan yang (2011) dimana pendidikan merupakan hal
dicapainya. Tanggung jawab karena sudah yang sangat penting yang nantinya akan
berkeluarga dan berumah tangga seperti mempengaruhi masa depan dan hal ini
menjadi seorang istri atau suami, menjadi juga berhubungan dengan indikator lain
calon ibu atau calon ayah, sertya menjadi yaitu pekerjaan (mata pencaharian),
kepala rumah tangga yang harus dimana ketika seseorang yang
mementingkan keluarga apapun pendidikannya kurang maka akan sulit
keadaannya dan terpaksa menjadi tulang untuk mendapatkan pekerjaan dan akan
punggung keluarga di usia yang sangat berpengaruh terhadap keadaan
muda yang seharusnya masih dalam usia ekonominya.
sekolah harus terputus karena menikah di
usia muda. Selain itu banyak juga keluarga Kesehatan
yang memiliki keterbatasan ekonomi dan Kesehatan dalam indikator kualitas
kesulitan untuk menyekolahkan anaknya hidup penduduk merupakan indikator yang
karena biaya pendidikan yang cukup sangat penting, melihat bahwa dampak
mahal yang pada akhirnya sang anak dari perkawinan muda ini sangat beresiko
12
terhadap kesehatan pelakunya, terutama persalinan. Selain itu komplikasi ini dapat
sang anak perempuan. Komplikasi medis terjadi karena berhubungan seksual di usia
merupakan resiko yang tak terhindarkan muda. Pernikahan anak berhubungan erat
pada ibu dan anak yang dikandung dengan fertilitas yang tinggi, kehamilan
seandainya sang ibu mengandung pada dengan jarak yang singkat, juga terjadinya
usia dibawah 17 tahun karena kondisi kehamilan yang tidak diinginkan
fisiknya yang memang belum siap untuk (Pambudy M N, 2008).
mengandung dan melahirkan. Hal ini Perkawinan muda juga sangat
berkaitan dengan kematian atau sakit yang beresiko untuk meningkatkan penyakit
diderita oleh ibu dan anak. anak yang menular seksual seperti HIV. Para remaja
mengandung pada usia yang yang menikah di usia muda belum
belumseharusnya yaitu berusia 10-14 memiliki pengetahuan, dan mengerti
tahun lima kali lipat sangat beresiko dasar-dasar kesehatan reproduksi dan juga
meninggal saat hamil dan melahirkan, resiko-resiko yang akan terjadi seperti
pada rentan usia 15-19 tahun beresiko dua penyakit menular seksual ini. Infeksi HIV
kali lipat meninggal. Hal ini dibandingkan terbesar didapatkan sebagai penularan
dengan calon ibu yang memiliki rentan langsung dari partner seks yang telah
usia 20-24 tahun yang sudah siap untuk terinfeksi sebelumnya. Lebih jauh lagi,
mengandung dan melahirkan baik secara perbedaan usia yang terlampau jauh
fisik ataupu mental. Bahkan di beberapa menyebabkan anak hampir tidak mungkin
negara lain kasus kematian enam kali lipat meminta hubungan seks yang aman akibat
seperti Kamerun, Nigeria, dan Etiopoa dominasi pasangan. Pernikahan usia muda
(UNPFA, 2005). juga merupakan faktor risiko untuk
Pada tahun 2003 dari data yang terjadinya karsinoma serviks.5-10,13
dikeluarkan oleh UNPFA menunjukkan Keterbatasan gerak sebagai istri dan
bahwa perkawinan usia muda kurangnya dukungan untuk mendapatkan
menyebabkan komplikasi kronik pada saat pelayanan kesehatan karena terbentur
persalinan yaitu Obsteric Fistula kondisi ijin suami, keterbatasan ekonomi,
sebanyak 15-30%. Obsteric Fistula adalah maka penghalang ini tentunya
kerusakan yang terjadi pada organ berkontribusi terhadap meningkatnya
kewanitaan yaitu kebocoran urin atau feses angka morbiditas dan mortalitas pada
kedalam vagina. Wanita dibawah umur remaja yang hamil.
yaitu kurang dari 20 tahun sangat rentan Selain itu ada beberapa dampak
mengalami komplikasi ini pada saat proses kesehatan lain yaitu dalam proses
13
kehamilan dan persalinan yang dapat dengan operasi Caesar maka
ditimbulkan dari pernikahan usia dini ini. keadaan ini akan menyebabkan
Berikut ini beberepa resiko tinggi kematian ibu maupun janinya.
kehamilan dan persalinan yang dapat di 6. Pasangan yang kurang siap untuk
alami oleh remaja (usia kurang dari 20 menerima kehamilan cenderung
tahun): untuk mencoba melakukan
1. Kurang darah (Anemia) pada masa pengguguran kandungan (Aborsi)
kehamilan akibat yang buruk bagi yang dapat berakibat kematian
janin yang di kandungnya seperti bagi wanita.
pertumbuhan janin yang terlambat, 7. Karena kurang pengetahuan dan
kelahiran premature(tidak cukup perawatan kesehatan reproduksi,
bulan). pernikahan dini beresiko tinggi
2. Kurang gizi pada masa kehamilan untuk tertular penyakit menular
yang dapat mengakibatkan seksual, seperti keputihan yang
perkembangan biologois dan tidak normal, kencing sakit dll.
kecerdasan janin terhambat. Bayi 8. Kemungkinan terjadinya kanker
lahir dengan berat badan rendah. serviks (kanker dari leher Rahim
3. Penyulit pada saat melahirkan wanita) pada perkawinan usia
seperti perdarahan dan persalinan muda lebih besar dari pada
lama. mereka yang kawin pada usia
4. Keracunan kehamilan, yang di kira-kira dua kali lipat untuk
tandai bengkak teruta,ma di kaki mendapatkan kanker di
dan tangan serta tekanan darah bandingkan dengan wanita yang
tinggi. Bila ini tidak mendapat menikah pada umur yang lebih
pengobatan yang baik dan benar, tua.
maka keadaan ini dapat 9. Resiko kematian ibu dan janin
menimbulkan kejang-kejang yang pada saat persalinan 2-4 kali
pada gilirannya dapat membawa lebih tinggi dari persalinan
maut baik pada bayi maupun wanita usia 20 sampai 35 tahun.
ibunya. 10. Anak-anak yang di lahirkan oleh
5. Ketidakseimbangan besar bayi ibu remaja mengalami beberapa
dengan lebar panggul. Biasanya ini masalah antara lain:
akan menyebabkan macetnya Perkembangan yang terhambat,
persalinan. Bila tidak diakhiri premature (berat badan lahir
14
rendah). Hal ini selanjutnya kesehatan secara fisik (biologis) dan juga
akan sangat berpengaruh pada kesehatan psikis. Hal ini tidak sesuai
pertumbuhan dan perkembangan dengan pernyataan mereka mengenai
fisik maupun mental anak. indikator kualitas penduduk yang artinya
Anak yang menjadi korban pernikahan di karena dampak dari pernikahan ini
usia muda sangat rentan pula memiliki mengakibatkan kualitas penduduk dari
penyakit mental karena akibat dari aspek kesehatannya cukup buruk.
pernikahan ini membuat psikisnya sangat
terpukul. Trauma yang diakibatkan dari Meningkatnya Fertilitas dan Mortalitas
psikis anak yang belum siap melakukan Meskipun tidak terlalu tinggi
hubungan seks pun akan menjadi trauma namun hasil survei demografi dan
besar dan juga berkepanjangan yang kesehatan Indonesia (SDKI) pada tahun
sangat sulit untuk disembuhkan. Banyak 2012 menjadi tamparan keras bagi
hak-hak anak yang tidak didapatkannya pemerintah, karena angka kenaikan jumlah
seperti hal untuk belajar dan menyenyam penduduk yang tidak terkendali semakin
pendidikan, hak bermain dan menikmati tinggi dan ini merupakan akibat dari
waktu luang dan hak-hak lainnya yang fenomena pernikahan dini
seharusnya didapatkan oleh sang anak. Data survei SDKI memperlihatkan
Anak akan menjadi pendiam, murung dan tingkat kelahiran (TFR) nasional
memiliki perasaan menyesal atas meningkat dari 2,41 menjadi 2,6,
keputusan yang bahkan ia sendiri tidak sedangkan di Yogyakarta menunjukkan
mengerti dan menginginkannya serta anak peningkatan dari 1,93 menjadi 2,1. Harus
juga akan kehilangan kepercayaan dirinya. diakui pasca reformasi, bidang
Anak juga secara psikologis belum siap kependudukan kurang mendapat perhatian.
untuk bertanggungjawab dan berperan Hal ini tentu menjadi beban pemerintah,
sebagai istri, partner seks, ibu, sehingga sebab meski kenaikan tersebut nol koma
jelas bahwa pernikahan anak implikasinya pada jutaan orang.
menyebabkan imbas negatif terhadap BKKBN yang bertugas untuk
kesejahteraan psikologis serta melakukan sosialisasi dan penyuluhan dari
perkembangan kepribadian mereka. tahun 2002 dinilai gagal dalam tugas
Kesehatan menurut Hardiani & pengendalian penduduk, hal ini juga
Junaidi, (2011), merupakan kombinasi dari karena tugas yang semestinya dikerjakan
fisik, psikologi dan kesejahteraan sosial. oleh BKKBN dikerjakan pula oleh
Dibawah ini akan dijelaskan mengenai kelompok atau lembaga-lembaga lain.
15
Moto dua anak lebih baik tidak lagi angka kematian ibu dan bayi juga tinggi
dihiraukan dan banyak pasangan suami berbanding lurus dengan angka fertilitas
istri terlebih pasangan usia remaja banyak dan kelahiran bayi.
yang tidak mengenal dengan alat Hal ini berhubungan pula dengan
kontrasepsi, hal ini karena program ini indikator kesehatan dan kepadatan
bukan lagi menjadi program utama namun penduduk yang dijelaskan oleh Hardiani &
hanya program bayangan saja. Junaidi (2011). Karena kematian ibu saat
Menurut data yang didapatkan dari melahirkan merupakan dampak negative
Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 dari adanya pernikahan dini dimana
angka perkawinan anak dibawah usia kondisi fisik atau biologis seorang ibu
diatas 10 persen tersebar merata di seluruh yang masih dibawah umur masih belum
provinsi Indonesia juga dari data Badan cukup kuat untuk melahirkan. Tingginya
Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 yang fertilitas juga mempengaruhi kualitas
berdasarkan pada survei demografis dan penduduk karena nantinya akan
kesehatan Indonesia (SDKI) diketahui berdampak pada ketidak sesuaiaan jumlah
bahwa angka fertilitas remaja usia 15-19 penduduk dengan potensi sumber daya
ialah 48 berbanding dalam 1000 kehamilan yang ada.
yang dimana mengutip data yang didapat
dari Koalisi Perempuan Indonesia yakni Kepadatan Penduduk
Indonesia berkedudukan ke-10 teratas Ketidakseimbangan penduduk
dunia dan posisi kedua di Asia terkait dengan potensi yang ada ataupun ledakan
perkawinan anak yang mana akan penduduk sangat mempengaruhi kualitas
mengkhawatirkan terhadap Angka hidup dan tingkat kesejahteraan penduduk.
Kematian ibu saat melahirkan Kepadatan penduduk merupakan indikator
Seperti yang telah diketahui bahwa yang berpengaruh terhadap kualitan
saat ini Indonesia memasuki fase bonus penduduk itu sendiri(Hardiani & Junaidi,
demografi yang dimana warga usia 2011).
produktif yang melakukan pernikahan dini Terdapat banyak masaah yang
semakin besar jumlahnya dapat berpotensi timbul akibat dari kepadatan penduduk
meningkatkan Angka Kematian Ibu saat yang tidak seimbang, yang artinya
melahirkan. Untuk menurunkan Angka indikator kepadatan penduduk ini sangat
Kematian Ibu saat melahirkan adalah hal mempengaruhi kualitas hidup dari
yang terbilang sulit dikarenakan tinggi nya masyarakat. Hal yang dapat ditimbulka
angka pernikahan dini yang menyebabkan dari kepadatan penduduk yang tinggi sdan
16
tidak seimbang dengan sumber daya yang
ada adalah diantaranya seperti sulitnya Kriminalitas
mendapatkan pekerjaan karena lapangan Dampak dari pernikahan dini
kerja yang masih terbatas yang akan akibat tidak siapnya anak untuk menjadi
menyebabkan kemiskinan, sulitnya pasangan suami istri dan membina rumah
memiliki rumah dan lain-lain. Hal-hal ini tangga adalah adanya tindakan criminal
dapat menyebabkan penurusan kualitas seperti Kekerasan dalam rumah tangga
hidup masyarakat itu sendiri (Hardiani & (KDRT) yang banyak dialami oleh pihak
Junaidi, 2011). perempuan yang sudah termasuk dalam
Banyak keluarga yang mengalami tindakan kriminalitas.
kemiskinan dan kesulitan ekonomi, dan Kekerasan dalam rumah tangga
dalam banyak kasus di Indonesia atau yang disingkat KDRT merupakan
kemiskinan ini terjadi karena dampak dari kekerasan yang menimbulkan penderitaan
pernikahan dini hal ini didapatkan dari baik berupa fisik, seksual, ataupun
survey yang dilakukan oleh Komisi psikologis terhadap para korbannya yang
Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). didominasi oleh perempuan. Penelantaran
Sehingga kemiskinan semakin marak rumah tangga juga termasuk ke dalam
terjadi KDRT seperti mengancam korban untuk
Kepadatan penduduk ini sangat melakukan perbuatan tertentu ataupun
berdampak pada kualitas penduduk, hal ini pemaksaan yang merampas kemerdakaan
muncul karena meningkatnya fertilitas secara hukum dalam lingkup rumah tangga
akibat dari pernikahan usia dini dimana (Rayi, Sukohar, Hutahuruk, & Putra,
karena semakin banyaknya penduduk akan 2016).
menjadi beban apabila jumlah penduduk Dalam Jurnal Perempuan edisi ke-
melampaui kapasitas wilayah Negara 45 diperoleh data yang menunjukan angka
tersebut sesuai dengan pernyataan kejadian KDRT dari tahun 2001 sampai
Hardiani & Junaidi (2011). Dimana karena 2005. Kenaikan angka kejadian KDRT
penduduk yang melakukan pernikahan dini terjadi pada tahun 2002 sampai 2005,
ini kebanyakand dari masyarakat miskin sedangkan dari 2001 ke tahun 2002
dan juga tidak memiliki riwayat mengalami penurunan kasus. Pada tahun
pendidikan yang memadai untuk medanpat 2001 terjadi 258 kasus lalu mengalami
pekerjaan. Hal ini menyebabkan antara penurunan di tahun 2002 sebanyak 226
jumlah penduduk dan sumberdaya yang kasus, lalu naik di tahun 2003 sebanyak
ada menjadi tidak seimbang. 272 kasus, dan naik seterusnya seperti di
17
tahun 2004 sebanyak 328 dan di tahun dibawah umur atau remaja (13-18 tahun)
2005 sebanyak 455 kasus KDRT (Rayi et masih belum siap secara fisik ataupun
al., 2016). psikologis. Hal tersebut diakibatkan oleh
Dampak yang ditimbulkan dari banyak faktor diantaranya adalah faktor
kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) ekonomi, sosial budaya, dan akibat
ini tidak hanya didalam keluarga inti itu pergaulan bebas.
sendiri. Melainkan banyak macamnya, Berdasarkan indikator kualitas
bahkan bisa berpengaruh terhadap anggota hidup penduduk Hardiani & Junaidi,
lain dalam keluarga. Luka fisik dan (2011) menyebutkan ada beberapa
psikologis yang serius yang biasanya indikator yang dapat dijadikan acuan
paling banyak diderita oleh pihak sebagai laju kesejahteraan disuatu negara,
perempuan hal ini menimbulkan yaitu :
keberlangsungan dan sifat endemis dari a. Kepadatan Penduduk.
KDRT membatasi kesempatan perempuan b. Pekerjaan.
untuk memperoleh persamaan hak dalam c. Kesehatan.
berbagai bidang seperti hukum, sosial, d. Pendidikan.
ekonomi, dan politik. Dampak lain adalah Pada penelitian dengan metode
retaknya hubungan keluarga dan dapat literatur ini diperoleh hasil yaitu
menyebabkan sumber masalah sosial berdasarkan survei yang dilakukan oleh
lainnya (Rayi et al., 2016). UNICEF pada tahun 2002 kasus
Selain itu ada pula tindakan pernikahan dini paling sering dilakukan di
kriminalitas lainnya akibat dari pernikahan Afrika dan Asia Tenggara. Selain itu
dini ini. Yang diakibatkan dari tidak didapatkan pula hasil bahwa perempuan
mempunyai riwayat pendidikan yang tiga kali lebih banyak menikah dini
memdai sehingga tidak mendapatkan dibandingkan dengan laki-laki.
pekerjaan maka bisa menimbulkan Berdasarkan Data Badan Pusat
tindakan criminal seperti mencuri atau Statistik Tahun 2017, angka prevalensi
melakukan kejahatan lainnya untuk perkawinan anak sudah menunjukkan
memenuhi kebutuhan hidup keluarganya angka yang tinggi pada tahun 2015, yakni
sehari-hari. tersebar di 21 Provinsi dari 34 Provinsi di
Indonesia. Pada gambar 1 menunjukkan
SIMPULAN Prevalensi Perkawinan Anak berdasarkan
Pernikahan atau perkawinan yang Provinsi di Indonesia, 2015.
dilakukan oleh pasangan yang masih
18
Dampak dari pernikahan dini yang Terdapat banyak masalah yang timbul
berpengaruh terhadap kualitas penduduk akibat dari kepadatan penduduk yang tidak
adalah perceraian (yang berdampak pada seimbang, yang artinya indikator
psikologis anak), pendidikan, kesehatan, kepadatan penduduk ini sangat
naiknya angka fertilitas dan mortalitas, mempengaruhi kualitas hidup dari
kepadatan penduduk, dan mortalitas. masyarakat.
Dampak dari perceraian adalah, Kekerasan dalam rumah tangga
yang menjadi penyebab perceraian pada atau yang disingkat KDRT yang terjadi
pasangan muda adalah faktor ekonomi, akibat dari pernikahan dini merupakan
karena nafkah yang diberikan oleh suami kekerasan yang menimbulkan penderitaan
tidak memenuhi kebutuhan. Hal tersebut baik berupa fisik, seksual, ataupun
dapat terjadi karena tidak adanya kesiapan psikologis terhadap para korbannya yang
fisik maupun psikis dari para pasangan didominasi oleh perempuan. Kekerasan
muda ini. dalam rumah tangga (KDRT) menjadi
Pada pernikahan usia muda, faktor lain dalam perceraian dan dapat
pendidikan yang dimiliki oleh pasangan menimbulkan perilaku negatif terhadap
muda sangatlah minim. Menurut penelitian anak yaitu anak bisa saja menjadi kasar
UNICEF tahun 2006, pernikahan dini dan brutal akibat dari perceraian orang tua
tampaknya berhubungan pula dengan yang disebabkan oleh kekerasan dalam
derajat pendidikan yang rendah. rumah tangga (KDRT) tersebut. Sikap
Dampak dari perkawinan muda ini kasar dan brutal ini akan ia lakukan
sangat beresiko terhadap kesehatan terhadap teman, pasangan, ataupun orang
pelakunya, terutama sang anak perempuan. lain di lingkungan sosialnya.
Komplikasi medis merupakan resiko yang
tak terhindarkan pada ibu dan anak yang UCAPAN TERIMAKASIH
dikandung seandainya sang ibu Dalam menyelesaikan karya ilmiah
mengandung pada usia dibawah 17 tahun ini, penulis banyak mendapat bantuan,
karena kondisi fisiknya yang memang doa, serta dukungan dari berbagai pihak.
belum siap untuk mengandung. Sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah
Ketidakseimbangan penduduk SWT, penulis ingin menyampaikan
sebagai dampak dari pernikahan dini terimakasih dan penghargaan kepada: Ibu
dengan potensi yang ada ataupun ledakan Nunung Nurwati selaku Dosen Mata
penduduk sangat mempengaruhi kualitas Kuliah Studi Kependudukan, serta teman-
hidup dan tingkat kesejahteraan penduduk.
19
teman yang telah mendukung dalam
penyelesaian artikel ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Fadlyana, E., & Larasaty, S. (2016).
Pernikahan Usia Dini dan
Permasalahannya. Sari Pediatri,
11(2), 136.
https://doi.org/10.14238/sp11.2.2
009.136-41

Hardiani, & Junaidi. (2011). Analisis


Kuantitas dan Kualitas
Penduduk sebagai Modal Dasar
dan Orientasi Pembangunan di
Provinsi Jambi. Retrieved from
https://www.researchgate.net/pub
lication/277908932_Analisis_Ku
antitas_dan_Kualitas_Penduduk_
sebagai_Modal_Dasar_dan_Orie
ntasi_Pembangunan_di_Provinsi
_Jambi

Lutfiati. 2008. Pernikahan Dini pada


Kalangan Remaja (15-19 tahun).

Nukman, 2009. Pernikahan Dini.

Rayi, P., Sukohar, A., Hutahuruk, P., &


Putra, A. (2016). Kekerasan
dalam Rumah Tangga pada
Kasus Pernikahan Dini Domestic
Violence In The Case Of Early
Marriage. 6, 143–148.

Sarbini, W., Wulandari, K., Sos, S., Si, M.


(2014). Kondisi Psikologi Anak
dari Keluarga yang Bercerai ( The
Conditions Of Child Psychology
Toward Family Divorced). 2-5

UNICEF. 2006. Child Protection


Information Sheet: Child Marriage

UNPFA. 2015. Child Marriage Fact


Sheet.

20

Anda mungkin juga menyukai