Anda di halaman 1dari 3

Manajemen Bencana di Sekolah

Manajemen Bencana di Sekolah merupakan proses pengkajian yang kemudian diikuti oleh
perencanaan terhadap perlindungan fisik, perencanaan pengembangan kapasitas dalam
melakukan respon/ tanggap darurat, dan perencanaan kesinambungan pendidikan, di tingkat
sekolah masing-masing sampai dengan otoritas pendidikan di semua tingkatan, baik kabupaten/
kota, provinsi hingga nasional.

Manajemen Bencana di Sekolah ditentukan melalui pihak-pihak berwenang di sektor pendidikan


tingkat nasional, provinsi, kabupaten/ kota dan di tingkat komunitas sekolah (termasuk peserta
didik dan orang tua peserta didik), bekerja sama dengan mitra di bidang manajemen bencana,
untuk menjaga lingkungan belajar yang aman serta merencanakan kesinambungan pendidikan
pendidikan baik di masa tidak ada bencana maupun di saat terjadi bencana, sesuai dengan
standar internasional.

Identifikasi Bahaya di Sekolah

1. Fasilitas sekolah yang tidak memadai


Tidak semua perlengkapan dan mainan anak di sekolah dapat Anda periksa satu persatu.
Kadang ada benda-benda yang berbahaya,  namun luput dari penglihatan Anda dan pihak
sekolah. Misalnya ayunan atau tangga perosotan yang pecah.
2. Makanan yang kurang sehat
Ada beberapa playgroup atau taman kanak-kanak yang menyediakan menu makanan
setiap hari untuk para siswanya. Pilihan menu dan kebersihannya tentu melewati proses
seleksi yang cukup ketat.  Namun  tidak  dipungkiri,  sekolah bisa saja lalai dalam
menyajikan makanan, misalnya sayuran kurang segar, daging yang dimasak belum terlalu
matang atau kebersihan penyajiannya kurang terjaga.
3. Tertular penyakit
Belajar dalam satu kelas yang sama dalam waktu yang cukup lama, tentu membuat
interaksi balita dengan teman-temannya sangat dekat. Saat berpegangan tangan atau
berbagi makanan, anak tidak hanya berbagi kebahagiaan, tapi juga berbagi penyakit.

Selain itu, ketika satu anak sakit, penyakit tersebut dapat langsung menyebar teman yang
yang lainnya. Makanya, anak dapat terserang cacar air, tipes, demam berdarah, campak
hingga Flu Singapura (Hand Foot and Mouth disease).
4. Jatuh atau cidera
Ketika anak asyik bermain,  dia bisa menabrak temannya hingga dia terjatuh atau saat
membantu teman mengambil kotak pensil di atas rak, dia tertimpa buku-buku di atasnya.
Kejadian tersebut seringkali dialami anak dan sukses membuat mereka menangis dan
mengalami cidera.
5. Pelecehan seksual
Maraknya kasus pelecehan seksual terhadap anak, termasuk di sekolah,  adalah sebuah
sinyal bahwa Anda harus lebih waspada. Apalagi anak yang mengalami pelecehan
seksual mengalami mimpi  buruk, ketakutan yang berlebihan pada orang lain  dan
konsentrasi menurun yang akhirnya akan berdampak pada kesehatan.
6. Berkelahi dengan teman
Tidak diajak bermain, berebut mainan atau perhatian ibu guru seringkali jadi alasan yang
memicu rasa iri dan kesal dalam diri balita Anda. Ujung-ujungnya dia dan temannya jadi
saling menjambak, menyubit hingga memukul. Jika hal ini sudah terjadi, tak jarang luka
seperti lebam dan cakaran memenuhi tubuh anak. Itu tidak seberapa jika dibandingkan
dengan luka psikologisnya.

Balita mungkin akan enggan berteman atau malah jadi menutup diri. Untuk
menghindarinya, latih anak Anda untuk berbagi dan berempati dengan orang lain,
sehingga ketika dipertemukan dengan lingkungan yang lebih luas ia akan mudah
beradaptasi dan memahami keadaan temannya. Sikap tersebut akan mengurangi
kemungkinan terjadinya perkelahian di sekolahnya.

Bahaya di Sekolah yang berasal dari alam

1. Cuaca ekstrim selama satu tahun ajar


2. Longsor
3. Kebakaran hutan
4. Tsunami
5. Kekeringan/kerawanan pangan
6. Pengelolaan limbah padat (sampah)
7. Kekurangan air dan energy, serta pembiayaannya
8. Produksi bahan berbahaya dan penyimpanannya
9. Polusi udara

Program pengendalian bencana

 Membuat sekolah siaga bencana, apa yang dimaksud dengan sekolah siaga bencana
(SSB)?
Sekolah Siaga Bencana (SSB) merupakan  upaya membangun kesiapsiagaan sekolah
terhadap bencana dalam rangka menggugah kesadaran seluruh unsur-unsur dalam bidang
pendidikan baik individu maupun kolektif di sekolah dan lingkungan sekolah baik itu
sebelum, saat maupun setelah bencana terjadi.

 Tujuan membbangun sekolah siaga bencana


1. Membangun budaya siaga dan budaya aman disekolah dengan mengembangkan
jejaring bersama para pemangku kepentingan di bidang penanganan bencana.
2. Meningkatkan kapasipitas institusi sekolah dan individu dalam mewujudkan tempat
belajar yang lebih aman bagi siswa, guru, anggota komunitas sekolah serta komunitas
di sekeliling sekolah.
3. Menyebarluuaskan dan mengembangkan pengetahuan kebencanaan ke masyarakat
luas melalui jalur pendidikan sekolah.

Anda mungkin juga menyukai