Berry Syahmeiza
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya, Palembang
Andi Alfatih
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya, Palembang
Email: alfatihmpa@yahoo.com
Junaidi
Jurusan Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Sriwijaya, Palembang
Email: junaidiakas@yahoo.com
Abstrak
Artikel ini bertujuan memberikan gambaran umum tentang implementasi kebijakan
pengembangan pariwisata di Kabupaten Empat Lawang serta faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilannya. Narasi didalamnya merupakan hasil penelitian
kualitatif dengan menggunakan teori Ripley dan Franklin. Hasil penelitian
menunjukan bahwa implementasi kebijakan pengembangan pariwisata di
Kabupaten Empat Lawang belum terlaksana dengan baik. Kepatuhan aparatur
yang terlibat dalam pelaksanaan program-program pariwisata belum dirasakan
secara maksimal. Sebab, banyak program diimplementasikan tidak sesuai dengan
jadwal yang ditetapkan. Walaupun aparatur telah memahami TUPOKSI masingmasing bidang dan hubungan kerja antar aparatur sudah berjalan baik, tetapi
sering terjadi penumpukan kerja yang berpengaruh terhadap kelancaran rutinitas
fungsi masing-masing bidang. Sedangkan kinerja kebijakan yang dikehendaki
belum optimal serta dampak dari kebijakan pengembangan pariwisata di
Kabupaten Empat Lawang belum dapat dilihat secara nyata.
Kata kunci: implementasi, kebijakan pariwisata, otonomi daerah
Pendahuluan
Indonesia merupakan salah satu
Negara yang memiliki keanekaragaman
hayati yang sangat tinggi berupa
Sumber Daya Alam (SDA) yang
berlimpah baik didaratan, udara,
maupundiperairan. Semua potensi alam
Jurnal Administrasi Negara (JAN)
yang
diinginkan.Implementasi
kebijakan atau pelaksanaan yang
dikutip dalam Solichin Abdul Wahab
(1997:64) ) dapat diartikan secara
singkat
(to
implement)
yang
mengandung arti to provide the means
for carrying ou (menyediakan sarana
untuk
melaksanakan
sesuatu).
Pelaksanaan suatu kebijakan dapat
dipandang
sebagai suatu proses
melaksanakan keputusan kebijakan.
Ada banyak pendapat para ahli yang
memberikan model dalam implementasi
kebijakan diantaranya adalah Van
Meter dan Van Horn (1975) , Merilee
S. Grindle (1980),
Daniel A.
Mazmanian dan Paul A. Sabatier (1983)
dan George C. Edwards III (1980).
Tetapi dalam mengukur keberhasilan
Implementasi
Kebijakan
Pengembangan Parwisata di Kabupaten
Empat lawang, peneliti menekankan
pada konsep implementasi kebijakan
dari Ripley dan Franklin (1986). Alasan
Peneliti mengunakan teori Ripley dan
Franklin (1986) karena penenltian ini
dilakukan pada saat implementasi
kebijakan sedang berlangsung sehingga
lebih menekankan pada proses yang
terjadi, peneliti ingin melihat tingkat
kepatuhan pelaksana dan berbagai hal
yang terjadi selama proses pelaksanaan
tersebut, kemudian model Implementasi
Kebijakan Ripley dan Franklin (1986)
cocok dengan konteks penelitian yang
bersifat bottom up dan dimensi-dimensi
dalam penelitian ini mudah dimengerti.
Ripley
dan
Franklin
(dalam
Subarsono, 2005: 89) menambahkan
bahwa kompleksitas implementasi
bukan saja ditunjukan oleh banyaknya
aktor atau unit organisasi yang terlibat
tetapi
juga
dikarenakan
proses
implementasi dipengaruhi oleh variabel
yang kompleks, baik variabel individu
maupun variabel organisasi, masingmasing variabel pengaruh tersebut juga
saling berinteraksi satu sama lain.
3
menarik
untuk
dibahas
karena
pelaksanaan kebijakan pemerintah akan
berharga jika mencapai sesuatu yang
diharapkan
Pendapat Ripley dan Franklin diatas
menunjukkan bahwa keberhasilan suatu
implementasi
akan
ditentukan
bagaimana
tingkat
kepatuhan,
kelancaran rutinitas fungsi lembaga ,
dan kinerja dan dampak dari kebijakan
yang sesuai dengan rencana dari
program. Bila dilihat dari ketentuan
diatas maka ketiga faktor tersebut
sebenarnya dapat juga dipandang
sebagai salah satu alat untuk
mengevaluasi terhadap implementasi
kebijakan.
Pembahasan
Uraian analisis di bawah ini merujuk
kepada framework yang dikembangkan
Ripley dan Franklin yang mengukur
berhasil atau tidaknya implementasi
kebijakan tergantung pada tiga dimensi
yaitu: kepatuhan, kelancaran rutinitas
Program-program Kebijakan
Petunjuk
pelaksanaan
Telah mematuhi
Belum mematuhi
Tidak mematuhi
Belum mematuhi
Telah mematuhi
Program usaha
Prasarana Wisata
Telah mematuhi
Telah mematuhi
Telah mematuhi
Sarana
Jadwal
Pelaksanaan
Program-program
kebijakan
pengembangan
pariwisata
yang
tercantum dalam Rencana Strategis
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten
Tahun
2009-2013.
Seharusnya dua tahun pelaksanaan
kebijakan
tersebut
setelah
ditetapkannya
Renstra
program
identifikasi objek wisata dan terutama
penyusunan RIPPDA harus sudah
rampung karena kedua program
merupakan langkah awal serta sebagai
acuan
dan
pedoman
untuk
pengembangan pariwisata di Kabupaten
Empat Lawang.
Analisis Keseluruhan Kelancaran
Rutinitas Fungsi
Tidak adanya masalah dalam
mengaplikasikan program dan tugas
yang
ada
dalam
kebijakan
pengembangan
pariwisata
dapat
dikatakan Kelancaran Rutinitas Fungsi
yang dikelola berjalan dengan baik.
Kelancaran Rutinitas Fungsi pada Dinas
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Empat Lawang dijelaskan pada table
berikut:
No.
Kelancaran
Rutinitas Fungsi
Pemahaman
dan Aparatur telah memahami tugas pokok dan fungsi
Pelaksanaan Tupoksi tetapi terdapat permasalahan dalam pelaksanaannya
Hubungan Kerja
Keterangan
No.
Indikator
Keterangan
Dampak terhadap
masyarakat
Fasilitas publik;
Kesejahteraan;
Dinamika sosial;
Kinerja kebijakan
terhadap Disbudpar
Belum berkualitas
Sudah banyak
Meningkat secara
kuantitas dan kualitas;
Meningkat dari sektor
pendapatan;
Mengalami perubahan;
Adanya program yang
belum sesuai dengan
target;
Baru akan disiapkan;
menunjang
objek
wisata
yang
tercantum dalam Master Plan objek
wisata dan jumlah pengunjung yang
datang sudah banyak walaupun
pengunjung yang datang sekarang
hanya menikmati nuansa alami dari
objek wisata tersebut dikarenakan
belum adanya sarana dan prasarana
yang memadai.
8
Kedua,
terhadap
masyarakat,
fasilitas publik sudah mengalami
peningkatan seperti jalan yang menuju
Kabupaten Empat Lawang sudah
memadai, serta jalan menuju kelokasi
objek wisata sudah diperbaiki walupun
pengerjaannya belum maksimal, selain
itu faktor-faktor penunjang seperti
rumah
makan,
penginapan
dan
transportasi di Kabupaten Empat
Lawang
sudah
mengalami
perkembangan.
Ketiga, kinerja Kebijakan yang
dikehendaki oleh Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Kabupaten Empat
Lawang, kinerja kebijakan belum dirasa
optimal dikarenakan adanya program
yang seharusnya telah selesai dilakukan
akan tetapi program tersebut belum
rampung, jadi adanya program yang
tidak sesuai dengan target ataupun
rencana yang dikehendaki serta jumlah
objek wisata sampai pada tahun 2010
belum ada yang sudah benar siap
kunjung akan tetapi pemerintah
Kabupaten Empat Lawang akan
menyiapkan dua objek wisata yang
akan disiapkan untuk kunjungan
wisatawan yang juga temasuk objek
wisata unggulan daerah Empat Lawang
yakni Objek wisata air terjun tujuh
panggung dan suban air panas.
Dari
uraian
di
atas
dapat
disimpulkan
dampak
kebijakan
pengembangan
pariwisata
yang
dikehendaki belum dapat dirasakan
secara nyata dikarenakan kebijakan
tersebut masih terbilang baru dilakukan
karena kebijakan tersebut baru dua
tahun pelaksanaanya setelah ditetapkan
kebijakan tersebut yang tercamtum
dalam Renstra tahun 2009-2013. Akan
tetapi
kinerja
kebijakan
yang
dikehendaki dirasa belum masksimal,
aparatur
yang
terlibat
dalam
pelaksanaan dirasakan belum optimal
karena dua tahun pelaksanaan kebijakan
pengembangan pariwisata, hal yang
Jurnal Administrasi Negara (JAN)
10
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung
Darmadjati, R.S. 2001. Istilah-Istilah Dunia Pariwisata. Pradnya Parmita: Jakarta
Keban, Yeremias T. 2004. Enam Dimensi Strategis Kebijakan Publik. Gava
Kebijakan Negara. Bumi Aksara: Jakarta
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. ANDI Yogyakarta: Yogyakarta
Media: Yogyakarta
Nugroho, Riant. 2008. Public Policy. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta
Pertja: Jakarta
Rajawali: Jakarta
Ripley, Rendal B. and Grace A. Franklin. 1986. Policy Implementation and
Bureaucracy, second edition. The Dorsey Press: Chicago-Illion
Singarimbun, Masri dan Effendi. 1995. Metode Penelitian Suvey. LP3S: Jakarta
Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Pustaka Pelajar: Yogyakarta
Sugiono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung
Sumarnonugroho, T. 1991. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial. Hanindi:
Yogyakarta:
Thoha, Miftah. 1997.Dimensi-dimensi Administrasi Negara. Rineka Cipta: Jakarta
Toha, Mifta. 1986. Kepemimpinan dalam Menejemen Suatu Pendekatan Prilaku.
Wahab, Solihin Abdul. 1997. Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi
Widjaja, AW. 1986. Peranan Motivasi dalam Kepemimpinan. Akademi Pressindo:
Jakarta
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik Teori dan Proses. Media Pressindo:
Jakarta
Yati, Oka A. 2001. Ilmu Pariwisata (Sejarah, Perkembangan & Prospeknya). PT.
Sumber lain:
Dokumen Rencana Strategis Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik
Indonesia Tahun 2009-2013
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan
Dokumen Rencana Strategis Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Empat
Lawang Tahun 2009-2013
11