Anda di halaman 1dari 46

EVALUASI PROGRAM GERAKAN INDONESIA SADAR ADMINISTRASI

KEPENDUDUKAN (GISA) DI KOTA MEDAN

Disusun Oleh:

Shara Eirene Purba 170903133


Zulharryansah MS 170903135
Natanael Wahyu  170903137
Wenny Hazminovia Siregar    170903139
Yuki Sonia Purba 170903141
Via Aulia Rahma        170903143
Bethesda Erika Simanjuntak 170903147
Raysha Anindita      170903149
Tengku Putri 170903151
Mhd. Fadhlan Al-Fuadi 170903153

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN

2020

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian........................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi........................................................................................................................ 7

2.2 Program GISA.............................................................................................................. 11

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian........................................................................................................... 14

3.2 Lokasi Penelitian........................................................................................................... 14

3.3 Informan Penelitian....................................................................................................... 14

3.4 Teknik Pengumpulan Data............................................................................................ 15

3.5 Validasi Data................................................................................................................. 15

3.6 Teknik Analisis Data..................................................................................................... 17

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Sejarah singkat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota


Medan...................................................................................................................... 18

4.1.2 Visi dan Misi Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota
Medan...................................................................................................................... 19

4.1.3 Struktur Organisasi Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota
Medan...................................................................................................................... 19

4.1.4 Jumlah Pegawai Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota
Medan........................................................................................................................ 20

2
4.1.5 Deskripsi Jabatan Tugas Pokok dan Fungsi................................................... 20
4.2 Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA)
4.2.1 SIBISA Disdukcapil Kota
Medan........................................................................................................... 27
4.2.2 Pelaksanaan Aplikasi SIBISA di Disdukcapil Kota
Medan........................................................................................................... 31
4.3 Indikator Evaluasi Program SIBISA Disdukcapil Kota Medan
4.3.1 Standar Utilitas (Utility Standard)................................................................... 34
4.3.2 Standar Feasibilitas (Feasibility Standard)...................................................... 35
4.3.3 Standar Properietas (Properiety Standard)....................................................... 36
4.3.4 Standar Akurasi (Accuracy Standard)….......................................................... 37
4.4 Evaluasi Program SIBISA Disdukcapil Kota Medan..................................................... 40

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................
5.2 Saran................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Evaluasi program adalah suatu unit atau kesatuan kegiatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi yang merealisasi atau mengimplementasi dari suatu kebijakan,
berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang guna pengambilan keputusan. Evaluasi program
bertujuan untuk mengetahui pencapaian tujuan program yang telah dilaksanakan.
Selanjutnya, hasil evaluasi program digunakan sebagai dasar untuk melaksanakan
kegiatan tindak lanjut atau untuk melakukan pengambilan keputusan berikutnya.

Implementasi kebijakan menjadi salah satu tujuan penerapan suatu program yang
dilakukan oleh pemerintah dan perlu di evaluasi dalam penerapan nya. Implementasi
Kebijakan adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu-individu atau pejabat-
pejabat pemerintah atau swasta yang diarahkan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
diterapkan dalam keputusan-keputusan kebijakan sebelumnya (Van Metter dan Van
Horn). Implementasi kebijakan tersebut salah satunya Instruksi Menteri Dalam Negeri
Republik Indonesia Nomor 470/837/SJ tentang Gerakan Indonesia Sadar Admistrasi
Kependudukan. Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan atau disingkat
GISA adalah Sebuah gerakan untuk membangun ekosistem pemerintahan yang sadar
akan pentingnya administrasi kependudukan. Undang-Undang No. 24 tahun 2013 tentang
Perubahan atas Undang-Undang No. 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
yang telah disahkan oleh DPR RI pada tanggl 26 November 2013 merupakan perubahan
yang mendasar di bidang adminduk serta dasar hukum dari Gerakan Indonesia Sadar
Administrasi Kependudukan atau GISA. Tujuan utama dari gerakan ini untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat di bidang administrasi kependudukan menuju pada
masyarakat yang tertib, pemerintahan yang efektif dan efisien serta negara yang memiliki
daya saing. Target dari program Gisa yaitu masyarakat, Aparatur Petugas pelayanan
admindukcapil, lembaga Pengguna (Pemerintah dan Swasta) serta diterapkan mulai dari
tingkat desa atau kelurahan, kecamatan, kabupaten atau kota, provinsi, dan berpuncak di
tingkat nasional Indonesia. 
Program utama dari kebijakan Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan
(GISA) yaitu: 1) Program Sadar Kepemilikan Dokumen Kependudukan: Peningkatan

4
perilaku tertib Administrasi Kependudukan di lingkungan keluarga, satuan pendidikan,
satuan kerja, dan komunitas masyarakat, Pemenuhan kepemilikan dokumen
kependudukan yang diperlukan oleh setiap penduduk, Peningkatan nilai guna dokumen
kependudukan bagi berbagai pelayanan publik, Pencapaian target kinerja pemerintah
daerah di bidang penerbitan dokumen kependudukan sesuai target nasional yang telah
ditentukan, 2) Program Sadar Pemutakhiran Data Penduduk: Peningkatan kesadaran
penduduk untuk melaporkan setiap terjadi perubahan peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting yang dialami oleh setiap penduduk, Pelaksanaan Pemutakhiran Kartu
Keluarga sebagai data induk penduduk secara berkala, Pelaksanaan konsolidasi data
penduduk secara tertib dan teratur melalui aplikasi Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK), 3) Program Sadar Pemanfaatan Data Kependudukan Sebagai
Satu-Satunya Data Yang Dipergunakan Untuk Semua Kepentingan: Pemanfaatan data
kependudukan oleh seluruh Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) untuk Perencanaan
Pembangunan, Pelayanan Publik, Alokasi Anggaran, Pembangunan Demokrasi,
Penegakan Hukum dan Pencegahan Kriminal, Pemberian kemudahan bagi lembaga
pengguna data non lembaga vertikal skala rovinsi, kabupaten/kota dalam kerjasama
pemanfaatan data kependudukan skala rovinsi, kabupaten/kota, 4) Program Sadar
Melayani Administrasi Kependudukan Menuju Masyarakat Yang Bahagia: Peningkatan
perilaku aparatur untuk mendukung pelayanan administrasi kependudukan,
Menyederhanakan mekanisme dan syarat pelayanan administrasi kependudukan,
Membuat inovasi pelayanan administrasi kependudukan sehingga pelayanan menjadi
lebih efektif dan efisien, Mengembangkan sistem pelayanan administrasi kependudukan
yang online dan terintegrasi antar peristiwa kependudukan dan peristiwa penting yang
berkaitan. 
Tahap pelaksanaan Kebijakan Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan
(GISA) yaitu sebagai berikut: 1) Persiapan: pembentukan tim teknis, pendataan, 2)
Sosialisasi: sosialisasi terhadap 5 Kecamatan, kelurahan RW dan RT yang terpilih sebagai
kelurahan GISA, 3) Pendampingan: Pembinaan terhadap 5 Kecamatan, Kelurahan, RW
dan RT yang terpilih sebagai Kelurahan GISA, 4) Evaluasi: evaluasi kegiatan. 
Berdasarkan program di atas merupakan upaya peningkatan kualitas pelayanan di
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan, dimana kualitas pelayanan
publik adalah Sesuatu yang berhubungan dengan terpenuhinya harapan atau kebutuhan
pelanggan, dimana pelayanan dikatakan berkualitas apabila dapat menyediakan produk
dan jasa (pelayanan) sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan. Evaluator program

5
harus orang-orang yang memiliki kompetensi, di antaranya mampu melaksanakan,
cermat, objektif, sabar dan tekun, serta hati-hati dan bertanggung jawab dalam melakukan
evaluasi, perlu dipertimbangkan model evaluasi yang akan dibuat. Biasanya model
evaluasi ini dibuat berdasarkan kepentingan seseorang, lembaga atau instansi yang ingin
mengetahui apakah program yang telah dilaksanakan dapat mencapai hasil yang
diharapkan.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah pelaksanaan program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan


(GISA) Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Administrasi Kependudukan Di Dinas
Kependudukan dan Pencacatan Sipil Kota Medan sudah sesuai dengan panduan yang ada?
2. Apa saja faktor yang menghambat pelaksanaan program Gerakan Indonesia Sadar
Administrasi Kependudukan (GISA) Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Administrasi
Kependudukan Di Dinas Kependudukan dan Pencacatan Sipil Kota Medan? 
3. Apakah pelaksanaan program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan
(GISA) Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Administrasi Kependudukan Di Dinas
Kependudukan dan Pencacatan Sipil Kota Medan mendorong terjadinya perubahan?

1.3 TujuanPenelitian
1. Untuk mengetahui pelaksanaan program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi
Kependudukan (GISA) Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Administrasi Kependudukan
Di Dinas Kependudukan dan Pencacatan Sipil Kota Medan.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan program Gerakan
Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA) Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan
Administrasi Kependudukan Di Dinas Kependudukan dan Pencacatan Sipil Kota Medan.

3. Untuk mengetahui pelaksanaan program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi


Kependudukan (GISA) Dalam Peningkatan Kualitas Pelayanan Administrasi Kependudukan
Di Dinas Kependudukan dan Pencacatan Sipil Kota Medan apakah dapat mendorong
terjadinya perubahan.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian terhadap sebuah data yang dikumpulkan melalui


asesmen. Data yang dikumpulkan tersebut dapat digunakan untuk proses pengambilan
keputusan dengan data yang telah diperoleh melalui pengukuran baik menggunakan
instrumen tes maupun non tes. Secara harfiah evaluasi berasal dari kata evaluation dalam
bahasa inggris. Kata tersebut diserap ke dalam perbendaharaan Istilah bahasa Indonesia
“evaluasi”. 

Evaluasi Menurut Joint Committee on Standards for Educational Evaluation definisi


evaluasi adalah “Investigasi sistematis nilai atau merit dari sebuah obyek”. Kriteria model
evaluasi program yang baik harus memenuhi empat standar seperti yang dikemukakan oleh
Daniel Stuffebeam, (2002: 2); Guskey, (2000: 60-63); dan The Joint committee (1994) yaitu:
standar kegunaan (utility standard), standar kelayakan (feasibility standard), standar
kepatuhan (propriety standard), dan standar ketelitian (accuracy standard). Selanjutnya
Daniel Stufflebeam (2003:10) dan The Joint Committee (2003) menyatakan standar evaluasi
program yang lengkap sebagai berikut:

“These require to meet conditions of utility (serving the information needs of


intended users), feasibility (keeping evaluation operations realistic, prudent, viable, and
frugal), propriety (conducting evaluations legally, ethically, and with due regard for the
welfare of participants and those affected by result), and accuracy (revealing and conveying
technically sound information about the features that determine the evaluand’s merit, worth,
probity, and/or significance)”.

Standar kegunaan (utility standard) akan dibutuhkan seorang evaluator untuk


menghadapi perbedaan berbagai macam klien yang berperan dengan hasil evaluasi, untuk
memastikan informasi yang dibutuhkan dan untuk melaporkan informasi yang relevan
terhadap klien secara jelas menyeluruh dan tepat waktu. Standar Utilitas ini untuk
memastikan bahwa evaluasi akan menyajikan informasi yang sesuai dengan keperluan
pemakai. Standar utilitas (disingkat U) terdiri dari 7 komponen (U1-U7), sbb :
1. U1 Identifikasi Stokeholder. Orang yang terlibat dalam atau dipengaruhi oleh evaluasi,
sehingga kebutuhan mereka dapat diatasi.
2. U2 Kredibilitas Evaluator. Orang yang melaksanakan evaluasi harus baik, dapat dipercaya

7
dan kompeten untuk melakukan evaluasi, sehingga hasil evaluasi mencapai maksimum pada
tingkat kredibilitas dan penerimaannya.
3. U3 Informasi Lingkup dan Seleksi. Informasi yang dikumpulkan harus dipilih secara luas
untuk menjawab pertanyaan yang bersangkutan mengenai program dan responsif terhadap
kebutuhan dan kepentingan klien dan pemangku kepentingan tertentu lainnya.
4. U4 Identifikasi Nilai. Perspektif, prosedur, dan pemikiran yang digunakan untuk
menafsirkan temuan harus hati-hati dijelaskan, sehingga menjadi dasar untuk penilaian yang
jelas.
5. U5 Kejelasan Laporan. Laporan evaluasi harus secara jelas menggambarkan program yang
sedang dievaluasi, termasuk konteks dan tujuan, prosedur, dan temuan evaluasi, sehingga
informasi penting yang disediakan, dan mudah dipahami.
6. U6 Ketepatan waktu dan Diseminasi Laporan, temuan sementara yang signifikan dan
laporan evaluasi harus disebarluaskan kepada pengguna yang dimaksudkan, sehingga mereka
dapat menggunakan secara tepat waktu.
7. U7 Evaluasi Dampak. Evaluasi harus direncanakan, dilaksanakan, dan dilaporkan dengan
cara yang mendorong tindak lanjut oleh para pemangku kepentingan, sehingga kemungkinan
bahwa evaluasi akan digunakan meningkat.
Standar kelayakan (feasibility standard) akan berfokus pada kelayakan dan realisasi
bahwa prosedur evaluasi efektif secara biaya dan dapat diterapkan. Standar evaluasi ini
memerlukan rencana evaluasi yang dapat diterapkan dalam suatu kondisi sulit sesuai nilai
penelitian terhadap praktek. Sehingga memerlukan evaluasi yang realistis, bijaksana, cerdas,
dan hemat. Standar kelayakan diperlukan untuk meyakinkan bahwa evaluasi berlangsung
realistis, cermat, diplomatis dan hemat. Ada 3 butir standar kelayakan, disingkat F (F1 s.d F3)
yang bisa diuraikan sbb :
1. Fl Prosedur Praktis. Prosedur evaluasi harus praktis, untuk menjaga gangguan seminimal
mungkin untuk memperoleh informasi yang diperlukan,
2. F2 Viabilitas Politik. Evaluasi harus direncanakan dan dilakukan dengan mengantisipasi
posisi yang berbeda dari berbagai kepentingan kelompok, sehingga kerjasama mereka dapat
diperoleh dan agar ada upaya yang membatasi salah satu kelompok untuk operasi evaluasi
atau bias atau penyalahgunaan hasilnya dapat dihindari atau menetralisir.
3. F3 Efektivitas Biaya. Evaluasi harus efisien dan menghasilkan informasi nilai yang cukup,
sehingga sumber daya yang dikeluarkan dapat dibenarkan.
Standar kepatuhan (proprierty standard) akan menggambarkan kenyataan bahwa
evaluasi dapat mempengaruhi banyak orang dalam banyak hal. Dalam standar kesesuaian ini

8
memastikan bahwa hak seseorang yang terlibat dalam evaluasi akan dilindungi, sehingga
evaluasi dapat berjalan secara legal, etis, dan dengan mempertimbangkan keselamatan
terhadap keterlibatan serta efek evaluasi. Ada 8 butir standar kesesuaian, disingkat P (P1 s.d
P8) yang bisa diuraikan sbb :
1. P1 Orientasi Layanan. Evaluasi harus dirancang untuk membantu organisasi dan efektif
melayani kebutuhan berbagai peserta yang ditargetkan.
2. P2 Kewajiban formal. Kewajiban para pihak formal untuk evaluasi (apa yang harus
dilakukan, bagaimana, oleh siapa, kapan) harus disetujui secara tertulis, sehingga pihak yang
berwajib mematuhi semua kondisi dari perjanjian resmi atau negosiasi ulang itu.
3. P3 Hak Asasi Manusia. Evaluasi harus dirancang dan dilaksanakan untuk menghormati
dan melindungi hak dan kesejahteraan manusia.
4. P4 Interaksi Manusia. Evaluator harus menghormati harkat dan martabat manusia dalam
interaksi mereka dengan orang lain yang terkait dengan evaluasi, sehingga peserta tidak
merasa terancam atau dirugikan.
5. P5 Penilaian Lengkap dan Adil. Evaluasi harus lengkap dan adil dalam pemeriksaan dan
pencatatan kekuatan dan kelemahan program yang dievaluasi, sehingga kekuatan dapat
dibangun dan masalah dapat ditangani.
6. P6 Pengungkapan Temuan. Para pihak formal untuk evaluasi harus memastikan bahwa
temuan evaluasi bersama dibuat agar dapat diakses oleh orang yang terkena dampak evaluasi
dan lain-lain dengan hak legal menyatakan menerima hasilnya.
7. P7 Benturan Kepentingan. Konflik kepentingan harus ditangani secara terbuka dan jujur,
sehingga tidak mengorbankan proses evaluasi dan hasil.
8. P8 Tanggung Jawab Fiskal. Alokasi evaluator dan pengeluaran sumber daya harus
mencerminkan prosedur yang akuntabilitas dan sebaliknya lebih bijaksana dan etis
bertanggung jawab, sehingga pengeluaran dicatat dan tepat.
Standar akurasi/ketelitian (accuracy standard) memerlukan suatu hasil kesimpulan
informasi tepat dengan teknik yang memadai dan logika meyakinkan terhadap data. Sehingga
deskripsi dari analisa data tepat dalam memberikan informasi. Evaluasi harus menyingkap
dan menyampaikan informasi yang memadai secara teknis Standar akurasi/ketelitian ini
terdiri dari 12 standar dari (A1 s.d A12)
1. Al Dokumentasi Program. Program yang dievaluasi harus dijelaskan dan
didokumentasikan secara jelas dan akurat, sehingga program ini dengan jelas diidentifikasi. 2.
A2 Analisis Konteks. Konteks di mana program ada harus diperiksa secara rinci, sehingga
mungkin mempengaruhi program dan dapat diidentifikasi.

9
3. A3 Menjelaskan Tujuan dan Prosedur. Tujuan dan prosedur evaluasi harus dimonitor dan
dijelaskan secara cukup rinci, sehingga dapat diidentifikasi dan dinilai.
4. A4 Sumber Informasi. Sumber informasi yang digunakan dalam evaluasi program harus
dijelaskan cukup detail, sehingga kecukupan informasi dapat dinilai.
5. A5 Pembentukan Informasi. Pengumpulan dan prosedur informasi harus dipilih atau
dikembangkan dan kemudian diimplementasikan, sehingga mereka akan memastikan bahwa
interpretasi berlaku untuk penggunaan yang dimaksudkan.
6. A6 Informasi Terpercaya. Pengumpulan dan prosedur Informasi harus dipilih atau
dikembangkan dan kemudian diimplementasikan, sehingga mereka akan memastikan bahwa
informasi yang diperoleh cukup dapat diandalkan untuk penggunaan yang dimaksudkan.
7. A7 Informasi Sistematik. Informasi yang dikumpulkan, diproses, dan dilaporkan dalam
suatu evaluasi harus secara sistematis terakhir, dan setiap kesalahan yang ditemukan harus
diperbaiki.
8. A8 Analisis Kuantitatif Informasi. Informasi kuantitatif dalam suatu evaluasi harus secara
tepat dan sistematis dianalisis, sehingga pertanyaan evaluasi secara efektif dijawab.
9. A9 Analisis Kualitatif Informasi. Informasi kualitatif dalam suatu evaluasi harus secara
tepat dan sistematis dianalisis, sehingga pertanyaan evaluasi secara efektif dijawab.
10. A10 Kesimpulan. Kesimpulan yang dicapai dalam evaluasi harus secara eksplisit
dibenarkan, sehingga stakeholder dapat menilai.
11. A11 Pelaporan Imparsial. Prosedur pelaporan harus waspada terhadap gangguan yang
disebabkan oleh perasaan pribadi dan bias dari setiap hal yang menyangkut evaluasi,
sehingga laporan evaluasi cukup mencerminkan temuan evaluasi.
12. A12 Metaevaluation. Evaluasi itu sendiri harus secara formatif dan summatively
dievaluasi terhadap ini dan standar terkait lainnya, sehingga perilakunya dengan tepat
dipandu dan, pada saat penyelesaian, stakeholder erat dapat memeriksa kekuatan dan
kelemahan
Evaluasi juga didefinisikan sebagai proses sistematik mengenai tujuan yang akan
dicapai, evaluasi selalu memasukkan nilai keputusan yang tersirat dalam tujuan, dengan kata
lain bahwa akhir suatu evaluasi adalah suatu keputusan akan keberadaan suatu kegiatan atau
program. Oleh karena itu evaluasi juga tidak lepas dari pengambilan keputusan, karena hasil
evaluasi merupakan hasil landasan untuk menilai suatu program dan memutuskan apakah
program tersebut perlu diteruskan atau masih perlu diperbaiki. Untuk memahami secara utuh.
apa itu evaluasi dan evaluasi program. William N. Dunn dalam pengantar analisis kebijakan
publik edisi 2 menyebutkan bahwa indikator evaluasi (Efektifitas, Efisiensi, Kecukupan,

10
Pemerataan, Responsivitas dan Ketepatan) dapat digunakan untuk mengevaluasi suatu
kebijakan publik. Wirawan mendefinisikan evaluasi sebagai riset untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi,
menilainya dengan membandingkannya dengan indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan
untuk mengambil keputusan mengenai objek evaluasi. (Wirawan, 2011:7)
Menurut Farell, sebuah evaluasi adalah tindakan yang digunakan untuk menilai nilai
atau harga dari sebuah program. Program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk
melaksanakan kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak terbatas. Kebijakan
bersifat umum dan untuk merealisasikan kebijakan disusun berbagai jenis program. Semua
program perlu dievaluasi untuk menentukan apakah layanan atau intervensinya telah
mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi program adalah metode sistematik untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan memakai informasi untuk menjawab pertanyaan dasar
mengenai program. Evaluasi program dapat dikelompokkan menjadi evaluasi proses (process
evaluation), evaluasi manfaat (outcome evaluation) dan evaluasi akibat (impan evaluation).
Evaluasi proses meneliti dan menilai apakah intervensi atau layanan program telah
dilaksanakan seperti yang direncanakan; dan apakah target populasi yang direncanakan telah
dilayani. Evaluasi ini juga menilai mengenai strategi pelaksanaan program. Evaluasi
bermanfaat untuk meneliti, menilai, dan menentukan apakah program telah menghasilkan
perubahan yang diharapkan.(wirawan, 2007 : 7)

2.2 Program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi (GISA)

Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan atau yang lebih di kenal GISA
adalah sebuah gerakan untuk membangun ekosistem pemerintahan yang sadar akan
pentingnya administrasi kependudukan.

GISA dilaksanakan dengan 4 Program:

1.    Program Sadar Kepemilikan Dokumen Kependudukan

2.    Program Sadar Pemutakhiran Data Penduduk

3.    Program Sadar Pemanfaatan Data Kependudukan

4.    Program Sadar Melayani Administrasi Kependudukan

11
GISA dilaunching oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo bersama Dirjen
Dukcapil Prof. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, SH, MH, Gubernur Kepulauan Riau Dr. H. Nurdin
Basirun, S.Sos, M.Si dan Walikota Batam Muhammad Rudi, serta disaksikan oleh lebih dari
1.600 pejabat yang membidangi administrasi kependudukan dari provinsi dan
Kabupaten/Kota seluruh Indonesia.

Launching GISA berlangsung pada pelaksanaan Rapat Koordinasi Nasional


Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Rakornas Dukcapil) Tahun 2018 di Hotel Harmoni One
& Convention Center Batam, Kepulauan Riau, Kamis (08/02/2018). Rakornas Dukcapil yang
berlangsung pada tanggal 7 s.d 9 Februari 2018 di Kota Batam mengangkat tema "Gerakan
Indonesia Sadar Adminduk (GISA) Menuju Sukses Pilkada Serentak 2018 dan Pemilu 2019".

Dengan launching GISA, diharapkan akan terbangunnya ekosistem pemerintahan dan


masyarakat yang sadar akan pentingnya adminstrasi kependudukan. Targetnya adalah
masyarakat, aparatur petugas pelayanan Dukcapil, dan lembaga pengguna (pemerintah dan
swasta). GISA diterapkan mulai dari tingkat Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota,
Provinsi, dan berpuncak di tingkat Nasional Indonesia. Dalam penerapannya, Provinsi
mewujudkan paling dikit 1 Kabupaten/Kota sebagai Kabupaten/Kota sadar administrasi
kependudukan, Kabupaten/Kota mewujudkan paling sedikit 1 kecamatan sebagai kecamatan
sadar administrasi kependudukan, dan kecamatan mewujudkan paling sedikit 1
Desa/Kelurahan sadar administrasi Kependudukan. Puncak akhir dari GISA adalah
terwujudnya Indonesia yang sadar administrasi kependudukan, sehingga terwujud tertib
administrasi kependudukan sebagaimana amanat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi
Kependudukan.

Dalam penerapannya, GISA memiliki beragam program didalamnya. Yang menjadi


fokus peneliti adalah program SIBISA.
Melihat keadaan saat ini, dengan adanya Pandemi Covid-19 ini Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Kota Medan merilis website bagi masyarakat untuk mengurus administrasi
kependudukan secara Online. Dukcapil Kota Medan berharap dengan hadirnya aplikasi ini
dapat memberikan fungsi pelayanan publik. Bahkan, saat ini telah dapat diterapkan
pencetakan sendiri dokumen kependudukan yang dimohonkan oleh masyarakat melalui
Anjungan Dukcapil Mandiri yang disediakan. Hal ini dilakukan untuk memberikan
kemudahan masyarakat dalam pelayanan Administrasi Kependudukan. Disdukcapil Kota

12
Medan berkomitmen penuh untuk menerapkan Wilayah bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah
Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Komitmen dilakukan guna membangun citra pelayanan
publik yang semakin berkualitas serta mencerminkan kemudahan, kecepatan, kesederhanaan
dan ketapatan waktu dalam pelayanan. Semua ini dilakukan guna memwujudkan pelayanan
yang membahagiakan masyarakat sesuai dengan Gerakan Sadar Administrasi Kependudukan
(GISA) yang mengamanatkan Program sadar melayani Administrasi Kependudukan menuju
masyarakat yang bahagia. 
Adapun Administrasi Kependudukan yang dapat diurus melalui Sibisa yakni : 
 Akta Kelahiran 
 Akta Pengakuan Anak 
 Akta Pengesahan Anak
 Akta Pengangkatan Anak 
 Akta Perkawinan 
 Akta Perceraian 
 Akta Kematian 
 Kartu Keluarga 
 Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) 
 Kartu Identitas Anak ( KTI ) 
 Surat Pindah 
Aplikasi ini bisa didownload di playstore dan tersedia juga versi web. Untuk Versi
Web Masyarakat Medan bisa mengunjungi situs  sibisa.pemkomedan.go.id. 

13
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bentuk Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif


adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara
holistik, dan dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
(Moeleong, 2006:6). Salah satu ciri penelitian kualitatif adalah data yang dikumpulkan
berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan demikian, laporan penelitian akan
berisi kutipan kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan tersebut. Peneliti juga
menggunakan catatan lapangan berupa catatan observasi dan sumber lain. Penelitian ini
dilakukan secara bertahap dan dalam jangka waktu tertentu. Peneliti berusaha mengumpulkan
data melalui wawancara dan observasi dengan terjun langsung ke lapangan menemui
informan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana evaluasi
program Gerakan Indonesia Sadar Administrasi kependudukan di Kota Medan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian berada di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan yang
terletak Jl. Iskandar Muda No.270, Petisah Tengah, Kec. Medan Petisah, Kota Medan,
Sumatera Utara 20151.

3.3 Informan Penelitian

Informan penelitian adalah orang-orang yang dapat memberikan informasi. Informan


penelitian adalah sesuatu baik orang, benda ataupun lembaga (organisasi), yang sifat
keadaanya diteliti, (Sukandarumidi, 2002 : 65). Informan dalam penelitian ini adalah

14
Tabel 3.1 : Matriks Informan Penelitian

No. Informan Penelitian Jumlah

1 Kepala Bidang Data 1 orang 


Kependudukan

2 Admin 6 orang

3 Masyarakat Kota Medan 16 orang

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian, merupakan salah satu
unsur yang sangat penting. Teknik pengumpulan data diperlukan untuk membantu peneliti
dalam penelitiannya. Melalui pengumpulan data proses pencatatan terhadap peristiwa,
keterangan, dan hal-hal yang berkaitan dengan subjek penelitiannya dapat digunakan untuk
mendukung penelitian yang dilakukan. Dalam pengumpulan data ada beberapa teknik yang
dapat digunakan. Berikut ini beberapa teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan
data:

1. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan


oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu
(Moeleong, 2006: 186). Dengan melakukan wawancara, peneliti mendapatkan
informasi mengenai hal-hal yang ingin ditanyakan terkait dengan penelitian yang
sedang dilakukan. Wawancara dilakukan secara langsung, atau melalui tatap muka
antara peneliti dengan narasumber. Sebelum melakukan wawancara, pewawancara
hendaknya membuat beberapa daftar pertanyaan yang bisa dijadikan pedoman ketika

15
melakukan wawancara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara
semiterstruktur, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan
wawancara terstruktur (Sugiyono, 2011: 233). Peneliti saat mewawancarai informan
tetap membuat beberapa daftar pertanyaan sebagai pedoman. Wawancara disesuaikan
dengan situasi dan kondisi saat itu.
2. Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan
melakukan pengamatan secara langsung pada masyarakat yang objeknya di lapangan
(Bungin, 2003: 178). Teknik pengamatan memungkinkan peneliti melihat dan
mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang
terjadi pada keadaan sebenarnya (Moeleong, 2006). Sama halnya dengan 39
wawancara, dalam teknik observasi seorang peneliti juga perlu membuat pedoman
tentang aspek apa saja yang akan diamati saat penelitian berlangsung. Teknik
observasi ada dua macam, yaitu observasi partisipatif dan observasi non partisipatif.
Observasi partisipatif sendiri dibagi menjadi empat, yaitu partisipasi pasif, moderat,
aktif dan lengkap (Sugiyono, 2011: 227). Observasi partisipatif pasif inilah yang
dilakukan peneliti dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti mengobservasi
bagaimana remaja dalam berinteraksi dengan lingkungan keluarga maupun sosialnya
dengan menggunakan smartphone yang mereka miliki.
3. Dokumentasi dalam penelitian ini berupa foto-foto penelitian yang diambil saat
pengambilan data berlangsung. Foto-foto tersebut berisikan aktivitas peneliti maupun
informan yang menjadi objek dalam penelitian ini.

3.5 Validitas Data

Dalam Wirawan (2012:156) untuk memastikan data/informasi lengkap dan validitasnya


dan reliabilitasnya tinggi, penelitian kualitatif mempergunakan teknik triangulasi
(triangulation). Triangulasi adalah suatu pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi
lebih dari satu strategi dalam satu penelitian untuk menjaring data/informasi. Triangulasi
adalah suatu metode yang dipakai dalam metode yang dipakai dalam penelitian kualitatif-
sering juga dipakai dalam metode kuantitaif- untuk mengukur validitas dan reabilitas dalam
penelitian kualitatif. Triangulasi merupakan sintesis dan integrasi data dari berbagai sumber-
sumber melalui pengumpulan, eksaminasi, perbandingan dan interprestasi. Triangulasi
membantu untuk meniadakan ancaman bagi setiap validitas dan reabilitas data, triangulasi
tidak hanyamembandingkan data dari berbagai sumber data, akan tetapi juga mempergunakan

16
berbagai teknik dan metode untuk meneliti dan menjaring data/informasi dari fenomena yang
sama. Dalam penelitian dapat dipergunakan lima jenis triangulasi, yaitu :

1. Triangulasi data adalah mempergunakan berbagai sumber data/informasi. Dalam teknik


triangulasi ini adalah mengelompokkan para pemangku kepentingan program dan
mempergunakannya sbagai sumber/data informasi.

2. Triangulasi peneliti. Teknik triangulasi ini digunakan oleh evaluator atau tim evaluator
dalam satu proyek evaluasi. Para evaluator mempergunakan metode kualitatif yang sama,
misalnya wawancara, observasi, studi kasus, kelompok kunci atau informan kunci. Temuan
dari setiap evaluator dibandingkan, jika temuan dari berbagai evaluator berbeda Satu sama
lain maka diperlukan studi lebih lanjut untuk menentukan perbedaan tersebut.

3. Triangulasi teori. Triangulasi teori adalah penelitian dengan mempergunakan berbagai


profesional dengan berbagai latar belakang ilmu pengetahuan untuk menilai suatu set
data/informasi.

4. Triangulasi metode. Triangulasi metode adalah pemakaian berbagai metode-metode


kuantitatif dan/atau metode kualitatif untuk mengevaluasi program. Jika kesimpulan dari
setiap metode sama, maka validitas penelitian ditetapkan.

5. Triangulasi lingkungan. Triangulasi jenis ini mempergunakan berbagai lokasi yang


berbeda, altar dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan dengan lingkungan dimana
penelitian mengambil tempat seperti waktu suatu hari, hari suatu suatu minggu atau musim
dalam satu tahun.

Dalam penelitan ini penulis menggunakan jenis triangulasi data. Teknik triangulasi data
dilakukan dengan membandingkan data yang diperoleh melalui wawancara antara subjek
penelitian yang satu dengan yang lain.

3.6Teknik Analisis Data

Analisa dan interpretasi data mengunakan metode penelitian deskriptif (kualitatif) dilakukan
dengan cara:

a. Peringkasan data (reduksi data) dimana data mentah diseleksi, disederhanakan, dan diambil
intinya.

17
b. Data disajikan secara tertulis berdasarkan kasus-kasus faktual yang saling berkaitan.
Tampilan data (displai data) ini digunakan untuk memahami tentang fenomena apa yang
sebenarnya terjadi.

c. Menjabarkan dan menghubungkan proposisi-proposisi yang muncul dari data di atas dan
kemudian menyusunnya kembali sehingga mampu menjelaskan fenomena yang terjadi.

d. Menarik kesimpulan (verifikasi data) atau pola keteraturan/pola penyimpangan yang


terjadi dalam fenomena-fenomena tersebut, membuat prediksi atas kemungkinan
perkembangan selanjutnya.

18
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi


4.1.1 Sejarah singkat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan
Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan merupakan instansi yang
sebelumnya dikenal sebagai Kantor Catatan Sipil Kota Medan. Tugas utamanya adalah
melaksanakan Catatan Sipil. Pencatatan Sipil sendiri merupakan suatu upaya hukum
pencatatan kelahiran, perkawinan , Status anak dan kematian.
Sebagai hasil absorbsi dari masa pemerintahan kolonial Belanda, pada awalnya
pelaksanaan catatan sipil oleh pemerintah Indonesia bersifat pluralis. Artinya catatan sipil
dilaksanakan dengan penggolongan-penggolongan warga Negara Indonesia berdasarkan
pasal 131 dan 163 Indische Satatregeling dengan ketentuan:
1. Untuk orang Eropa digunakan Reglament pencatatan sipil Eropa Staatblad 1849
2. Untuk perkawinan campuran ditetapkan penetapan Raja tanggal 29 Desember 1896
No.158
3. Untuk Tionghoa digunakan Statblad 1917
4. Untuk orang Indonesia digunakan Staatblad 1920, dan bagi orang Indonesia Kristiani,
Jawa, Madura, Ambon, Staatblad digunakan 19335.
5. KUH perdata pembagian ini berubah sejak tanggal 27 sedember 1966, berdasrkan
Instruksi Presidium Kebinet No.31/u/IN/122/1966 yang mengatur bahwa warga
Negara dibedakan atas Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing
(WNA).
Sejalan dengan perkembangan tugas Kantor Catatan Sipil, terjadi pula perkembangan
hukum individu. Diantaranya berkaitan dengan pelaksanaan perkawinan sesuai dengan UU
No.1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang kemudian dilaksanakan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No . 9 Tahun 1975.

19
Sementara itu, berkaitan dengan peraturan dan peningkatan Pembina penyelenggaraan
catatan sipil lahirlah Kepres No.12/1983 dan Keputusan Mandagri No.54/1983 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kantor Catatan Sipil Kabupaten Kotamadya. Tugas lain yang
dijalankan oleh Kantor Catatan Sipil berikutnya adalah administrasi kependudukan yang
dilaksanakan berdasarkan.
1. Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1977 tentang pendaftaran penduduk.
2. Keputusan Mentri Dalam Negri No.2A/1995 tentang Prosedur dan Tata Cara
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk;
3. Keputusan Mentri Dalam Negeri No.150/1998 tentang Pedoman Organisasi dan Tata
Cara Pendaftaran Penduduk;
4. Peraturan Daerah No.1/1998 tentang Penyelenggaraan Penduduk dalam Rangka
Kotamadya Tingga II Medan;
5. Keputusan Walikota Medan No.474/1273/SK/1998 tentang Peraturan Pelaksanaan
6. Menyusul Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan
diubah dengan Undang-undang No.32 Tahun 2004 tentang Perintahan Daerah .

Maka berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.4 Tahun 2001, Keputusan
Walikota Medan No.24 Tahun 2001, Kantor Catatan Sipil mengalami perubahan dan
perlusasan tugas menjadi Dinas Kependudukan. Dengan demikian, disamping masih
melaksankan tugas-tugas pencatatan Sipil, Dinas Kependudukan juga melaksanakan tugas-
tugas kenpendudukan lainya.
Selanjutnya berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan No.03 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi di Lingkungan Pemerintahan Kota Medan Dinas Kependudukan
Kota Medan Berubah Menjadi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

4.1.2 Visi dan Misi Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan
Adapun visi dan misi dari Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan,
adalah sebagai berikut :
Visi : “Mewujudkan pelayanan prima kepada masyarakat dalam bidang administrasi
kependudukan dan akta-akta catatan sipil”.
Misi : Meningkatkan penyelenggaraan kegiatan Pendaftaran Penduduk Warga Negara
Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing (WNA) serta penyelenggaraan pencatatan dan
penerbitan akta-akta catatan sipil, memberikan pelayanan prima kepada masyarakat yang
cepat, tepat dan mudah

20
4.1.3 Struktur Organisasi Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan
Struktur organisasi adalah salah satu cara pembagian kerja atautanggung jawab serta
wewenang agar sistem organisasi berjalan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing.
Struktur Organisasi Disdukcapil Pemko Medan diatur dalam Peraturan Walikota Medan No.
39 Tahun 2017, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan merupakan unsur
penunjang pemerintah Kota Medan yang dipimpin oleh seorang kepala dinas yang
berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Wali Kota melalui Sekretaris Daerah.
Adapun susunan organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan
adalah sebagai berikut :
Gambar 4.1.3.1 Struktur Organisasi

Sumber: https://disdukcapil.pemkomedan.go.id/

4.1.4 Jumlah Pegawai Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan
PEJABAT JUMLAH
Kepala Dinas 1 Orang
Sekretaris 1 Orang
Kepala Bidang 4 Orang
Kasi/Kasubid 15 Orang
Staf ASN 111 Orang
Staf Non ASN 68 Orang
JUMLAH 200 Orang
Tabel 4.1.4 : Matriks Jumlah Pegawai

4.1.5 Deskripsi Jabatan Tugas Pokok dan Fungsi


Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan mempunyai tugas melaksanakan

21
urusan pemerintahan daerah dibidang kependudukan dan catatan sipil berdasarkan asas
otonomi dan tugas pembantuan. Fungsi Dinas
Kependudukan dan catatan Sipil Kota Medan sebagai berikut:

 Merumuskan kebijakan teknis dibidang kependudukan dan catatan sipil.


 Menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang
kependudukan dan catatan sipil.
 Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang kependudukan dan catatan sipil.
 Mendokumentasikan hasil pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
 Menjamin kerahasian dan keamana data atas peristiwa kependudukan dan
peristiwa penting
 Melakukan verifikasi dan validasi data dan informasi yang disampaikan oleh
penduduk dalam pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil
 Menyediakan data Agregat Kependudukan dan Catatan sipil
 Melaksanajan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah.
Kependudukan Dan Catatan Sipil sesuai Keputusan Walikota Medan N0.03 Tahun
2009, Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil memiliki susunan organisasi sebagai berikut.
Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Pemerintah Kota
Medan sesuai dengan surat Keputusan Walikota Medan No.03 Tahun 2009 untuk masing-
masing perangkat kerja, Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Medan terdiri atas :
1. Sekretariat
Sekretariat dipimpin oleh seorang Sekretaris yang dalam melaksanakan tugasnya
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas.Sekretariat mempunyai tugas
melaksanakan sebagian administrasi kepegawaian, keuangan, perlengkapan,
kerumatanggaan dan urusan lainnya. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana tersebut
diatas, Sekretariat mempunyai fungsi:
 Menyusun rencana kegiatan kerja
 Mengelola urusan perlengkapan, kerumahtanggaan dan pengadaan barang dinas
 Melaksanakan pengelolaan urusan surat menyurat dan urusan umum dinas
 Mengelola urusan administrasi keuangan serta rencana penyusunan laporan
keuangan Dinas
 Mengevaluasi dan melaporkan pelaksaan rencana program kerja dinas
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan

22
bidang tugasnya.
Sekretariat terdiri dari:
 Sub Bagian Umum
 Sub Bagian Keuangan
 Sub Bagian Penyusunan Program
Setiap Sub Bagian dipimpin oleh seoarang Kepala Sub Bagian yang dalam
melaksanakan tugasnya dibawah dan bertanggung jawab kepada Sekretaris.
 Sub bagian Umum mempunyai tugas mengelola surta menyurat, surat keterangan
Bidang kependudukan dan catatan sipil, pengadaan barang dan perlengkapan
kerumahtanggaan, mengelola administrasi dibidang kepegawaian serta urusan umum
lainnya.
 Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola Administrasi keuangan serta
rencana penyusunan laporan keuangan.
 Sub bagian Penyusunan Program mempunyai tugas mengumpulan dan menyiapkan
bahan perumusan rencana dan program kerja dinas, menganalisa dan menyajikan
data serta mengevaluasi dan melaporkan pelaksanaan rencana program kerja dinas.
2. Bidang Kependudukan
Bidang Kependudukan dipimpin oleh seoarang Kepala Bidang yang dalam
melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.Bidang Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan sebagai tugas dinas dibidang
pelayanan dan pendaftaran penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang
Asing.Untuk melaksanakan tugasnya Bidang Kependudukan mempunyai fungsi:
 Menyusun rencana kegiatan kerja
 Registrasi Penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing dan
pemberian Nomor Induk Kependudukan(NIK)
 Melaksanakan kegiatan pendaftaran dan pencatatan adminstrasi penduduk Warga
Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing
 Mengumpulkan dan mengelola bahan pelayanan pendaftaran penduduk Warga
Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing
 Melaksanakan kegiatan penerbitan Kartu keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk
(KTP)
 Mengelola pendaftaran dan pencatatan mutasi penduduk Warga Negara Indonesia
(WNI) dan Orang Asing

23
 Melaksanakan tugas tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
Bidang Kependudukan terdiri dari:
 Seksi Registrasi Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan
 Seksi Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk
 Seksi Mutasi Penduduk
Setiap Seksi dipimpin oleh seoarang Kepla Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang.
 Seksi Registrasi Penduduk dan Nomor Induk Kependudukan mempunyai tugas
memverifikasi dan memvalidasi formulir bio data penduduk dan merekam data ke
dalam database kependudukan untuk mendapatkan NIK.
 Seksi Mutasi Penduduk mempunyai tugas memeriksa dan meneliti/pindah datang,
merekam data ke dalam data base kependudukan, menertibkan surat keterangan
pindah/pindah datang antar kabupaten/kota dalam satu propinsi dan pindah/pindah
datang antar propinsi.
 Seksi Kartu Keluarga dan Kartu Tanda Penduduk mempunyai tugas memverifikasi
dan memvalidasi data penduduk dan kelengkapan berkas persyaratan, merekam data
kedalam database, menerbitkan KK dan KTP.
3. Bidang Catatan Sipil
Bidang Catatan Sipil dipimpin oleh seoarang Kepala Bidang yang dalam
melaksanakan tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala
Dinas.Bidang Catatan Sipil mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas dinas di bidang
pelayanan pencatatan sipil penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang
AsingUntuk melaksanakan tugas Bidang Catatan Sipil mempunyai fungsi:
 Menyususn rencana kegiatan kerja
 Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti berkas
pencatatan,mengelola data serta penerbitkan Akta Kelahiran, Akta kematian, Akta
Perkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan Anak.
 Melaksanakan pendaftran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti berkas
pencatatan, serta mencatat pengesahan dan pengangkatan anak, perubahan nama
Warga Negara Indonesia (WNI) dan Orang Asing
 Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti berkas
pencatatan, serta mengelola perubahan status kewarganegaraan

24
 Melaksanakan pendaftaran dan pencatatan, memeriksa dan meneliti berkas
pencatatan, serta mencatat pembatalan perkawinan dan perceraian
 Melaksanakan pencatatan peristiwa penting lainnya
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya
Bidang Catatan Sipil terdiri dari:
 Seksi Kelahiran dan Kematian
 Seksi Perkawinan dan Perceraian
 Seksi Perubahan Data
Setiap seksi dipimpin oleh seoarang Kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Catatan Sipil.
Seksi kelahiran dan Kematian mempunyai tugas menyiapkan bahan pencatatan,
pendaftaran dan memeriksa meneliti berkas pencatatan serta mengelola data dan
menerbitkan akta kelahiran dan akta kematian bagi Warga Negara Indonesia (WNI) dan
Orang Asing
 Seksi Perkawinan dan Perceraian mempunyai tugas menyiapkan bahan pencatatan,
pendaftaran dan memeriksa dan meneliti berkas pencatatan serta mengelola data dan
menerbitkan akta perkawinan dan akta perceraian bagi Warga Negara Indonesia
(WNI) dan Orang Asing
 Seksi Perubahan Data mempunyai tugas mengumpulkan bahan dan data, memeriksa
dan meneliti berkas serta mengelola data dan menerbitkan Akta Pengakuan Anak,
pendaftaran dan pencatatan pengesahan dan pengangkatan Anak, perubahan nama,
perubahan status kewarganegaraan, menerbitkan salinan dan Akta Kutipan II dan
seterusnya serta mencatat peristiwa penting lainnya bagi Warga Negara Indonesia
(WNI) dan Orang Asing.
4. Bidang Data Kependudukan
Bidang Data Kependudukan dipimpin oleh Kepala Bidang yang dalam melaksanakan
tugasnya berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang Data
Kependudukan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang Pengelolaan
Data dan Laporan Penduduk Warga Negara Indonesia (WNI) dan Warga Negara Asing
(WNA)Untuk melaksanakan tugas Bidang Data Kependudukan mempunyai fungsi:
 Menyusun rencana kegiatan kerja
 Menyimpan dan memelihara akurasi data kependudukan dan catatan sipil dalam

25
database kependudukan
 Menjaga kerahasian data Individu masyarakat
 Menyediakan Data Agregat Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai dasar
pengolahan data Statistik dan laporan data Kependudukan
 Menyiapkan bahan dan data untuk pelaksanaan penyuluhan Admistrasi
Kependudukan dan Catatan sipil
 Memeriksa, mengesahkan dokumen yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan serta
mengelola dan menyimpan dokumen Kependudukan dan Catatan sipil
 Menyiapkan bahan dan data untuk kegiatan pelaksanaan penyukuhan Bidang
Kependudukan dan Catatan Sipil WNI/Orang Asing
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya
Bidang Data Kependudukan terdiri dari:
 Seksi Data kependudukan
 Seksi Penyimpanan Dokumen Kependudukan
 Seksi Penyuluhan
Setiap seksi dipimpin oleh seoarang kepala Seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Data kependudukan
 Seksi Data kependudukan mempunyai tugas, menyiapkan dan memelihara akurasi
data kependudukan dan catatan sipil dalam database kependudukan, menjaga
kerahasian data individu masyarakat, menyediakan data agregat kependudukan dan
catatan sipil sebagai dasar pengolahan bahan statistik dan laporan data
kependudukan, menyiapkan bahan dan data untuk pelaksanaan penyuluhan
administrasi kependudukan dan catatan sipil
 Seksi penyimpanan dokumen kependudukan mempunyai tugas melaksanakan
pemeriksaan, pengesahan dokumen berkas yang telah dikeluarkan sebelum
diarsipkan serta mengelola dan menyimpan dokumen kependudukan dan catatan
sipil
 Seksi penyuluhan mempunyai tugas menyiapkan bahan dan data untuk kegiatan
pelaksanaan penyuluhan bidang kependudukan dan catatan sipil WNI/Orang Asing
5. Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi Dan Pengendalian Kependudukan
Bidang pengelolaan informasi administrasi dan pengendalian kependudukan dipimpin
oleh seoarang kepala Bidang yang dalam melaksanakan tugasnya berada dibawah dan

26
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Bidang pengelolaan informasi administrasi dan
pengendalian kependudukan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang
pengendalian dan pengawasan, serta penyuluhan pendaftaran penduduk Warga Negara
Indonesia(WNI )dan Warga Negara Asing (WNA). Untuk melaksanakan tugas Bidang
Pengelolaan informasi Administrasi Pengendalian Penduduk mempunyai fungsi:
 Menyusun rencana kerja
 Pengolahan data dan menyusun grafik data statistik
 Memberikan layanan informasi Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil melalui
papan informasi mauoun secara lisan
 Pemeriksaan data dan dokumen yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan
 Pengendalian,pemantauan,pengawasan dan penyelidikan terhadap penyelenggaraan
administrasi kependudukan dan catatan sipil
 Pengendalian ,pemantauan dan pengawasan mobilitas penduduk dan arus komuter
penduduk
 Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan
bidang tugasnya.
Bidang pengelolaan informasi administrasi dan pengendalian kependudukan terdiri
dari :
 Seksi pengelolaan informasi administrasi kependudukan
 Seksi pengendalian kependudukan
Setiap seksi dipimpin oleh seorang kepala seksi yang dalam melaksanakan tugasnya
dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Bidang Pengelolaan Informasi Administrasi
Pengendalian Kependudukan.
 Seksi pengelolaan informasi administrasi kependudukan mempunyai tugas
melaksanakan pengolahan data dan menyusun grafik data statistik serta memberikan
layanan informasi Bidang Kependudukan dan Catatan Sipil melalui papan informasi
maupun secara lisan
 Seksi pengendalian penduduk mempunyai tugas melaksanakan pemeriksaan data dan
berkas yang telah dikeluarkan sebelum diarsipkan dan melaksanakan
pengendalian,pemantauan,penyelidikan terhadap penyelenggaraan admistrasi
kependudukan dan catatan sipil dan mobilitas penduduk serta arus komuter
penduduk
6. Kelompok Jabatan Fungsional

27
Kelompok jabatan fungsional mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas Dinas
Kependudukan Dan Catatan Sipil sesuai dengan keahlian dan kebutuhan
 Kelompok jabatan fungsional dimaksud pada pasal tersebut diatas terdiri dari
sejumlah tenaga,dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam kelompok
sesuai dengan keahliannya.
 Setiap kelompok tersebut pada ayat 1 pasal ini dipimpin oleh seoarang tenaga
fungsional senior
 Jumlah jabatan fungsional tersebut pada ayat 1 pasal ini, ditentukan berdasarkan
kebutuhan daerah
 Jenis dan jenjang jabatan fungsional tersebut pada ayat 1 pasal ini, diatur sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

4.2 Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA)

Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan atau yang lebih di kenal GISA
adalah sebuah gerakan untuk membangun ekosistem pemerintahan yang sadar akan
pentingnya administrasi kependudukan.
GISA dilaksanakan dengan 4 Program:
1.    Program Sadar Kepemilikan Dokumen Kependudukan
2.    Program Sadar Pemutakhiran Data Penduduk
3.    Program Sadar Pemanfaatan Data Kependudukan
4.    Program Sadar Melayani Administrasi Kependudukan
GISA dilaunching bersama oleh Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo dan Direktur
Jenderal Profesor Dukcapil. Dr. Zudan Arif Fakrulloh, SH, MH, Gubernur Kepulauan Riau
H. Nurdin Basirun, S.Sos, M.Si dan Walikota Batam Muhammad Rudi, serta lebih dari 1.600
pejabat yang bertanggung jawab atas pengelolaan kependudukan di berbagai provinsi dan
wilayah di Indonesia Menyaksikan fakta ini. Peluncuran GISA dilaksanakan pada acara
Konferensi Nasional Koordinasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Rakornas Dukcapil)
2018 di Hotel Harmony One Convention Center Batam, Kepulauan Riau (8 Februari 2018).
Rapat Koordinasi Nasional Adipati Kapil yang diselenggarakan di Kota Batam pada tanggal
7 hingga 9 Februari 2018 mengusung tema “Gerakan Administrasi Sadar Indonesia (GISA),
dengan maksud untuk berhasil mencapai periode yang sama Pilkada 2018 dan Pilkada 2019”.

28
Dengan memulai GISA, diharapkan terbentuk ekosistem pemerintah dan masyarakat
yang menyadari pentingnya pengelolaan kependudukan. Sasaran GISA adalah komunitas,
personel layanan Dukcapil, serta organisasi pengguna pemerintah dan swasta. GISA
diterapkan mulai dari puncak akhir tingkat desa / kelurahan, jalan, kota / kabupaten, provinsi
dan nasional. Dalam proses pelaksanaannya, setiap jalan harus membentuk minimal satu desa
/ jalan dengan kesadaran pengelolaan administratif, minimal satu kota / kabupaten
administratif, minimal satu jalan pengelolaan administratif, dan minimal satu provinsi. Ada 1
kota / wilayah dengan kesadaran administratif.
Puncak akhir dari GISA adalah terwujudnya Indonesia yang sadar administrasi
kependudukan, sehingga terwujud tertib administrasi kependudukan sebagaimana amanat
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan.
Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor: 470/837 / SJ yang dikeluarkan pada tanggal 7
Februari 2018 tentang Gerakan Kesadaran Pengelolaan Kependudukan Indonesia yang
menyampaikan pesan bahwa cakupan penggunaan data kependudukan telah melampaui ruang
lingkup yang ada. Gerakan Indonesia Sadar Administrasi Kependudukan (GISA)
mengamanatkan :
1.Program sadar kepemilikan Dokumen Kependudukan
2.Program sadar pemutakhiran data kependudukan
3.Program sadar pemanfaan data Kependudukan sebagai satu-satunya data yang
dipergunakan untuk semua kepentingan
4. Program sadar melayani Administrasi Kependudukan menuju masyarakat yang bahagia.
Tercantum dalam UU No. 24 tahun 2013, salah satu Sasaran Strategis Nasional Bidang
Kependudukan dan Pencatatan Sipil yang menjadi ukuran keberhasilan dalam pelaksanaan
program Kementerian Dalam Negeri 2015-2019, adalah : Peningkatan Kualitas Pelayanan
Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dengan dukungan data base yang akurat
dan terpercaya (T5),  yang meliputi :
a. Meningkatnya kualitas database kependudukan nasional sebagai dasar penerbitan
dokumen kependudukan
b. Meningkatnya pendayagunaan database kependudukan nasional bagi pelayanan
publik  dan kepentingan pembangunan nasional.
Salah satu hal penting dalam Undang Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang
Perubahan Atas Undang Undang 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan adalah
diberlakukannya Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK yang terdiri atas 16 digit itu

29
bersifat unik dan khas, tunggal, serta melekat pada seseorang (dan hanya pada orang itu)
sepanjang masa. NIK akan dikenakan pada setiap orang ketika terdaftar sebagai penduduk
Indonesia, dan NIK itu tidak dapat diubah sampai orang itu meninggal dunia.
Sesuai amanat Undang-undang  Adminduk, ketentuan pemberlakuan NIK tersebut
dijalankan secara bertahap. Undang-undang Adminduk, NIK mulai diberlakukan secara
nasional pada tahun 2011. Undang-undang  Adminduk tersebut mengatur tentang pengolahan
informasi administrasi kependudukan, yang akan dikelola melalui sistem informasi
administrasi kependudukan. Dengan sistem ini, database kependudukan akan selalu
dimutakhirkan melalui layanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil di Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Kecamatan dan Kelurahan.
Dokumen sebagaimana dimaksud diatas meliputi dokumen identitas diri dan bukti
kepemilikan. Nomor  Induk Kependudukan yang dapat diakses untuk validasi berbagai
dokumen kependudukan lain seperti Paspor, Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis
Asuransi, Sertifikat Hak Atas Tanah, Surat Ijin Mengemudi (SIM), Buku Kepemilikan Kend-
araan Bermotor (BPKB), Ijazah SMU atau yang sederajat dan Ijazah Perguruan Tinggi. Jadi,
NIK adalah dasar untuk pelayanan publik ke depan.
Terbitnya instruksi GISA oleh Kemendagri yang bertujuan agar para Gubernur dan
Bupati/Walikota dapat menciptakan ekosistem penyelenggaraan pemerintahan yang
mendukung suksesnya GISA. Selain itu, juga agar Gubernur dan Bupati/Walikota mengambil
langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas pokok, fungsi, dan kewenangan masing-
masing untuk melaksanakan GISA.

Gambar 4.2.1 Profil GISA Disdukcapil Kota Medan

Sumber: Google
Sebagai instansi yang membidangi administrasi kependudukan di Kota Medan Kepala
Dinas Dukcapil diberikan tugas untuk melaksanakan dan bertanggung jawab atas

30
terwujudnya GISA masing-masing dalam skala Kota. Beranjak dari amanat sebagaimana
tersebut diatas, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan perlu mengambil
langkah- langkah agar amanat Undang-undang, Sasaran Strategis Nasional/Daerah serta
Kebijakan GISA dapat terwujud.

4.2.1 SIBISA Disdukcapil Kota Medan


Pelayanan administrasi kependudukan (Adminduk) merupakan pelayanan dasar yang
diberikan Pemko Medan kepada warga Medan dalam memenuhi dokumentasi
kependudukannya. Namun, di masa pandemi Covid 19 seperti sekarang ini pelayanan
Adminduk tentu mengalami kendala. 
Mengingat keterbatasan jarak yang diterapkan dalam protokol kesehatan, dan waktu
pelayanan yang semakin singkat menuntut Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
(Disdukcapil) Kota Medan untuk lebih berinovasi dalam menghadirkan pelayanan yang
efisien dan efektif bagi masyarakat. Atas dasar itu, Disdukcapil juga telah mengeluarkan
aplikasi yang dirancang untuk memudahkan masyarakat dalam mengurus adminduknya.
Aplikasi tersebut diberi nama dengan SIBISA.
Gambar 4.2.1.2 Pelayanan Online SIBISA

Sumber: Google
Aplikasi SIBISA merupakan aplikasi yang dapat digunakan untuk mengurus berbagai
jenis pelayanan administrasi kependudukan dan juga dengan penggunaan aplikasi ini bisa
menghindari para calo. Proses Pelayanan Administrasi Kependudukan melalui Aplikasi
SIBISA.
Disdukcapil Kota Medan telah menerapkan berbagai inovasi dan langkah strategis guna
mewujudkan sistem dan prosedur serta SOP yang mengacu kepada protokol kesehatan yang
ditetapkan. Adapun langkah strategis itu salah satu diantaranya yakni pelayanan adminduk
berbasis online system lewat aplikasi SIBISA.

31
Inovasi yang di lakukan dan yang akan dikembangkan dalam pelayanan publik
Kependudukan dan Catatan Sipil harus dibarengi dengan Kesadaran Administrasi
Kependudukan oleh Masyarakat, seperti dalam program Gerakan Indonesia Sadar
Administrasi Kependudukan (GISA). Selain itu Karakteristik penduduk juga harus dilihat
untuk berinovasi.
Dukcapil Kota Medan melalui aplikasi SIBISA, pelayanan adminduk ini dapat
dilakukan melalui online. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam mengurus adminduk meskipun tidak langsung datang ke Kantor
Disdukcapil di masa pandemi Covid 19 saat ini. 
Dukcapil Kota Medan berharap dengan hadirnya aplikasi ini dapat memberikan fungsi
pelayanan publik. Bahkan, saat ini telah dapat diterapkan pencetakan sendiri dokumen
kependudukan yang dimohonkan oleh masyarakat melalui Anjungan Dukcapil Mandiri yang
disediakan. Hal ini dilakukan untuk memberikan kemudahan masyarakat dalam pelayanan
Administrasi Kependudukan.
Disdukcapil Kota Medan berkomitmen penuh untuk menerapkan Wilayah bebas
Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Komitmen dilakukan
guna membangun citra pelayanan publik yang semakin berkualitas serta mencerminkan
kemudahan, kecepatan, kesederhanaan dan ketapatan waktu dalam pelayanan. Semua ini
dilakukan guna memwujudkan pelayanan yang membahagiakan masyarakat sesuai dengan
Gerakan Sadar Administrasi Kependudukan (GISA) yang mengamanatkan Program sadar
melayani Administrasi Kependudukan menuju masyarakat yang bahagia. 

4.2.2 Pelaksanaan Aplikasi SIBISA di Disdukcapil Kota Medan

Pemerintah Kota Medan telah merilis Aplikasi yang dapat mempermudah mengurus


administrasi kependudukan terkhususnya masyarakat medan. Dengan Adanya aplikasi sibisa
ini, masyarakat kota medan tidak perlu repot – repot pergi ke Dukcapil untuk mengurus
berbagai jenis pelayanan administrasi kependudukan dan juga dengan penggunaan aplikasi
ini bisa menghindari para calo. Proses Pelayanan Administrasi Kependudukan melalui App
Sibisa dinilai  cukup cepat.
Adapun Administrasi Kependudukan yang dapat diurus melalui Sibisa yakni : 
 Akta Kelahiran 
 Akta Pengakuan Anak 

32
 Akta Pengesahan Anak
 Akta Pengangkatan Anak 
 Akta Perkawinan 
 Akta Perceraian 
 Akta Kematian 
 Kartu Keluarga 
 Kartu Tanda Penduduk ( KTP ) 
 Kartu Identitas Anak ( KTI ) 
 Surat Pindah 
Aplikasi ini bisa didownload di playstore dan tersedia juga versi web. Untuk Versi Web
Masyarakat Medan bisa mengunjungi situs  sibisa.pemkomedan.go.id.  Agar bisa mengurus
Administrasi kependudukan, kita harus mendaftar terlebih dahulu. Pendaftaran sangat  mudah
hanya menggunakan NIK (diutamakan NIK kepala keluarga), Nomor KK dan alamat email.
Adapun tata cara pendaftaran aplikasi SIBISA :
1. Buka Situs sibisa.pemkomedan.go.id
2. Klik Daftar Sekarang
Gambar 4.2.2.3

Sumber :   https://disdukcapil.pemkomedan.go.id/
3. Masukkan NIK , No. Kartu Keluarga dan Alamat Email 
4. Selanjutnya, Klik tanda centang “Saya Bukan Robot” dan pilih gambar yang sesuai dan
klik verifikasi
5. Klik Tombol Daftar
6. Anda Telah Berhasil menjadi member Aplikasi Sibisa. 
7. Periksa Email Anda Untuk Membuat Password Dan Aktivasi Akun.
Gambar 4.2.2.4

33
Sumber:   https://disdukcapil.pemkomedan.go.id/
8. Klik Aktivasi Akun Saya 
9. Masukkan Password Anda dan Konfirmasi Password.
10. Selanjutnya, Klik tanda centang “Saya Bukan Robot” dan pilih gambar yang sesuai dan
klik verifikasi
Gambar 4.2.2.5

Sumber :   https://disdukcapil.pemkomedan.go.id/
11. Klik Centang pada I’m Not Robot  dan klik Aktivasi aplikasi Sibisa. 
12. Selamat, Anda Sudah terdaftar sebagai member Sibisa dan sudah bisa login pada App
Sibisa. 
Gambar 4.2.2.6

Sumber:   https://disdukcapil.pemkomedan.go.id/
Tampilan Dashboard Tampilan Aplikasi Sibisa pada mobile 

34
Gambar 4.2.2.7

Sumber :   https://disdukcapil.pemkomedan.go.id/
Selanjutnya sudah bisa mengurus berbagai jenis administrasi kependudukan.  mulai
sekarang gunakan aplikasi sibisa untuk mempermudah kamu mengurus administrasi
kependudukan kamu. Dijamin Cepat dan Mudah.  
Hambatan yang dihadapi oleh Disdukcapil Kota Medan dalam menjalankan proses
pelayanan

4.3 Indikator Evaluasi Program SIBISA Disdukcapil Kota Medan


4.3.1 Standar Utilitas (Utility Standard)

Standar Utilitas/ Kegunaan (Utility standard) Standar Utilitas ini untuk memastikan
bahwa evaluasi akan menyajikan informasi yang sesuai dengan keperluan pemakai Standar
utilitas (disingkat U) terdiri dari 7 komponen, yaitu:

U1. Stakeholder Identification – Identifikasi Stakeholder Pihak yang terlibat atau terpengaruh
oleh evaluasi ini perlu diidentifikasi agar kebutuhan mereka dapat tercakupi.
U2. Evaluator Credibility – Kredibilitas Evaluator Seseorang yang melaksanakan evaluasi
harus terpercaya dan kompeten sehinga hasil evaluasi mencapai kredibilatas dan penerimaan
yang tinggi.
U3. Information Scope and Selection – Seleksi dan Ruang Lingkup Informasi Informasi yang
didapat harus luas dan juga terseleksi untuk menjawab pertanyaan –pertanyaan yang
berkaitan dengan program dan responsif terhadap kebutuhan klien dan stakeholder.
U4. Values Identification – Identifikasi Nilai-Nilai Sudut pandang, prosedur dan alasan
rasional yagn digunakan untuk menginterpretasi temuan harus digambarkan secara hati-hati
35
sehingga dasar untuk mempertimbangkan nilai-nilai menjadi jelas.
U5. Report Clarity – Kejelasan Pelaporan Laporan evaluasi harus jelas menggambarkan
konteks, tujuan, prosedur dan temuan dari evaluasi sehingga informasi yang penting dapat
dipaparkan dan mudah dimengerti.
U6. Report Timeliness and Dissemination – Penyebaran dan Ketepatan Waktu Pelaporan.
U7. Evaluation Impact – Dampak Evaluasi Evaluasi seharusnya direncanakan, dilaksanakan
dan dilaporkan dengan cara yang membuat para stakeholder bisa menindaklanjuti dan
menggunakan hasil evaluasi tersebut.

 UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN STANDAR UTILITAS, EVALUASI


PROGRAM HARUS :

U5 Kejelasan Laporan

Aktivitas Evaluasi Memenuhi


Standar
Ya Tidak
Dengan jelas melaporkan informasi yang esensial. 
Laporan-laporan isu ringkas, sederhana, dan langsung. 
Fokus laporan-laporan pada pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan yang
dikontrak.
Melukiskan program dan konteksnya. 
Memberikan dukungan kesimpulkan-kesimpulkan dan rekomendasi- 
rekomendasinya.
Menghindari melaporkan jargon-jargon teknikal. 
Melaporkan dalam bahasa/bahasa-bahasa para pemangku kepentingan.
Menyaji ringkasan eksekutif. 
Menyediakan suatu laporan teknikal. 
Menyajikan lampiran-lampiran penting. 
Jumlah Ya 8
9.10 Terbaik 7-8 = Sangat baik 5-6= Baik 3-4= Sedang 0-2=Buruk

4.3.2 Standar Feasibilitas (Feasibility Standard)

Standar kelayakan diperlukan untuk meyakinkan bahwa evaluasi berlangsung


realistis, cermat, diplomatis dan hemat.

Ada 3 butir standar kelayakan, disingkat F (F1 s.d.F3) ang bisa diuraikan sebagai berikut:

36
F1 Practical Procedures – Kepraktisan Prosedur. Prosedur evaluasi harus praktis dan
menekan gangguan seminimal mungkin selama mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

F2 Political Viability – Keberlangsungan Politis. Evaluasi harus bisa mengantisipasi beragam


posisi/kedudukan dan minat dari kelompok supaya kerjasama semua pihak bisa diperoleh.

F3 Cost Effectiveness – Keefektifan Biaya. Evaluasi harus efisien dan menghasilkan


informasi nilai yang cukup, sehingga sumber daya yang dikeluarkan dapat dibenarkan.

 UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN STANDAR FEASIBILITAS,


EVALUASI HARUS:

F3 Efektivitas Biaya

Aktivitas Evaluasi Memenuhi


Standar
Ya Tidak
Efisien. 
Memakai semua jenis layanan. 
Memproduksi informasi yang mempunyai nilai investasi. 
Menginformasikan keputusan-keputusan. 
Mengembangkan perbaikan program. 
Menyediakan informasi pertanggungjawaban. 
Menimbulkan pandangan-pandangan baru. 
Membantu menyebarkan praktik-praktik yang efektif
Menimalkan gangguan 
Menimalkan tuntutan waktu pada personalia program. 
Jumlah Ya 7
9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk

4.3.3 Standar Properietas (Proriety Standard)

Standar Kepatutan diinginkan untuk meyakinkan agar evaluasi terlaksana secara secara
legal, etis dan dengan mempertimbangkan ketentraman pihak-pihak yang terlibat dan
terpengaruh kegiatan evaluasi.

P1 Service Orientasi – Orientasi Pelayanan. Evaluasi seharusnya didesain untuk membantu


organisasi untuk melayani kebutuhan anggota secara luas.

P2 Formal Agreement – Perjanjian Formal. Kewajiban masing-masing pihak terhadap


evaluasi harus disetujui secara tertulis.

37
P3 Right of Human Subject – Hak Asasi Subjek Manusia. Evaluasi wajib didesain dan
dilaksanakan dengan menghargai dan menjaga hak-hak asasi dan ketentraman orang-orang
yang terlibat.

P4 Human Interaction – Interaksi yang manusiawi.

P5 Complete and Fair Assesment – Penilaian yang lengkap dan jujur. Evaluator harus adil
dalam menyelidiki dan mencatat kelebihan dan kekurangan dari program.

P6 Disclosure of Finding – Pengungkapan Temuan

P7 Conflict of Interest – Konflik Kepentingan. Konflik kepentingan harus ditangani secara


terbuka dan jujur sehingga tidak berkompromi dengan proses dan hasil evaluasi.

P8 Fiscal Responsibility – Tanggung jawab Fiskal.

 UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN STANDAR PROPRIETAS


EVALUASI HARUS:

P1 Orientasi Layanan

Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar


Ya Tidak
Mengakses kebutuhan para pelanggan. 
Menilai keluaran program terhadap kebutuhan kebutuhan pelanggan. 
Membantu memastikan bahwa berbagai kelompok penerima 
keuntungan program dilayani
Mengembangkan layanan terbaik. 
Membuat orientasi layanan jelas kepada pemangku kepentingan.
Mengindentifikasi kekuatan program untuk dibangun. 
Mengindentifikasi kelemahan program untuk dikresi. 
Memberikan balikan sementara untuk perbaikan program. 
Mengekspos praktik yang merusak. 
Menginformasikan pada semua audiens yang berhak tahu menganai 
keluaran positif dan negatif
Jumlah Ya 9
9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk

4.3.4 Standar Akurasi (Accuracy Standard)

38
Evaluasi harus menyingkap dan menyampaikan informasi yang memadai secara teknis
Standar akurasi ini terdiri dari 12 standar dari A1 s.d. A12

Al. Dokumentasi Program. Program yang dievaluasi harus dijelaskan dan didokumentasikan
secara jelas dan akurat, sehingga program ini dengan jelas diidentifikasi.

A2. Analisis Konteks. Konteks di mana program ada harus diperiksa secara rinci, sehingga
mungkin mempengaruhi program dan dapat diidentifikasi.

A3. Menjelaskan Tujuan dan Prosedur. Tujuan dan prosedur evaluasi harus dimonitor dan
dijelaskan secara cukup rinci, sehingga dapat diidentifikasi dan dinilai.

A4. Sumber Informasi. Sumber informasi yang digunakan dalam evaluasi program harus
dijelaskan cukup detail, sehingga kecukupan informasi dapat dinilai.

A5. Pembentukan Informasi. Pengumpulan dan prosedur informasi harus dipilih atau
dikembangkan dan kemudian diimplementasikan, sehingga mereka akan memastikan bahwa
interpretasi berlaku untuk penggunaan yang dimaksudkan.

A6. Informasi Terpercaya. Pengumpulan dan prosedur Informasi harus dipilih atau
dikembangkan dan kemudian diimplementasikan, sehingga mereka akan memastikan bahwa
informasi yang diperoleh cukup dapat diandalkan untuk penggunaan yang dimaksudkan.

A7. Informasi Sistematik. Informasi yang dikumpulkan, diproses, dan dilaporkan dalam suatu
evaluasi harus secara sistematis terakhir, dan setiap kesalahan yang ditemukan harus
diperbaiki.

A8. Analisis Kuantitatif Informasi. Informasi kuantitatif dalam suatu evaluasi harus secara
tepat dan sistematis dianalisis, sehingga pertanyaan evaluasi secara efektif dijawab.

A9. Analisis Kualitatif Informasi. Informasi kualitatif dalam suatu evaluasi harus secara tepat
dan sistematis dianalisis, sehingga pertanyaan evaluasi secara efektif dijawab.

A10. Kesimpulan. Kesimpulan yang dicapai dalam evaluasi harus secara eksplisit dibenarkan,

sehingga stakeholder dapat menilai.

A11. Pelaporan Imparsial. Prosedur pelaporan harus waspada terhadap gangguan yang
disebabkan oleh perasaan pribadi dan bias dari setiap hal yang menyangkut evaluasi, sehingga
laporan evaluasi cukup.

39
A12 Metaevaluation. Evaluasi mencerminkan temuan evaluasi. itu sendiri harus secara
formatif dan summatively dievaluasi terhadap ini dan standar terkait lainnya, sehingga
perilakunya dengan tepat dipandu dan, pada saat penyelesaian, stakeholder erat dapat
memeriksa kekuatan dan kelemahan

 UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN STANDAR AKURASI, EVALUASI


PROGRAM HARUS:

A1 Dokumentasi Program

Aktivasi Evaluasi Memenuhi Standar


Ya Tidak
Mengumpulkan deskripsi program yang dievaluasi dari berbagai 
sumber-sumber tertulis.
Mengumpulkan deskripsi program yang dievaluasi dari klien dan
berbagai para pemangku kepentingan.
Melukiskan bagaimana program yang dievaluasi berfungsi. 
Mempertahankan catatan-catatan dari berbagai sumber mengenai 
bagaimana program beroperasi.
Jika mungkin, ikut sertakan observer idependen untuk melukiskan
bagaimana sesungguhnya program beroperasi.
Melukiskan bagaimana program-program sesungguhnya berfungsi. 
Menganalisis ketimpangan antara berbagai deskripsi mengenai program
diharapkan berfungsi.
Menganalisis ketimpangan antara bagaimana program diharapkan 
beroperasi dan bagaimana sesungguhnya beroperasi.
Menanyai klien dan berbagai para pemangku kepentingan untuk menilai 
akurasi deskripsi yang dilukiskan baik program yang diharapkan dan
yang sesungguhnya.
Menghasilkan suatu laporan teknikal yang mengdokumentasikan 
operasi dari program
Jumlah Ya 7
9-10=Terbaik 7-8=Sangat Baik 5-6=baik 3-4=Sedang 0-2=Buruk

4.4 Evaluasi Program SIBISA Disdukcapil Kota Medan

40
4.4.1

Berdasarkan data persentase jumlah pengurusan(proses) pelayanan yang ditolak


melalui diagram diatas, untuk penolakan beberapa pelayanan melalui sibisa ini kita dapat
memperoleh data layanan yang paling banyak pada pendaftaran akte kelahiran sebanyak
54,3%. Lalu diurutkan pada urutan kedua terdapat layanan KTP sebanyak 25,7%. Sedangkan
penolakan jenis layanan lainnya masih dibawah persentase 10%, antara lain seperti KIA
(Kartu Induk Anak), KK (Kartu Keluarga), dan sebagainya.

Berdasarkan data persentase jumlah pendaftaran pelayanan melalui diagram diatas,


untuk pendaftaran beberapa pelayanan melalui sibisa ini kita dapat memperoleh data

41
pendaftaran pelayanan paling banyak pada pendaftaran KK (Kartu Keluarga) sebanyak
39,5%. Lalu diikutin diurutan kedua terdapat pendaftaran KTP (Kartu Tanda Penduduk)
sebanyak 27,5%. Dan yang ketiga terdapat pendaftaran Akte Kelahiran sebanyak 15,2%.
Sedangkan pendaftaran layanan-layanan yang lain melalui program sibisa ini dibawah 10%,
antara lain seperti pendaftaran akte perkawinan, akte kematian, KIA (Kartu Induk Anak), dan
sebagainya.

Berdasarkan data persentase jumlah pengurusan(proses) pelayanan yang diterima


melalui diagram diatas, untuk pembuatan beberapa pelayanan melalui sibisa ini kita dapat
memperoleh data pengurusan layanan yang paling banyak pada pendaftaran KTP sebanyak
35,8%. Lalu diikutin pada urutan kedua yaitu pengurusan layanan akte kelahiran sebanyak
35,6 %. Dan yang ketiga terdapat pengurusan layanan KK (Kartu Keluarga) dengan KIA
(Kartu Induk Anak). Sedangkan pengurusan jenis layanan lainnya masih dibawah persentase
10%, antara lain seperti akte perkawinan, surat pindah, dan sebagainya. Diagram diatas
menunjukkan pengurusan administrasi kependudukan menggunakan aplikasi SIBISA pada
hari Rabu 02 Desember 2020.

Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari diagram-diagram diatas ialah melalui
program sibisa ini meskipun ada jenis pelayanan yang memiliki persentase paling banyak
pada proses pendaftaran, dan proses pengurusan tetapi jenis pelayanan tersebut juga memiliki
persentase yang banyak juga pada layanan yang ditolak. Seperti contoh pada pembuatan KTP
dan Akte Kelahiran.
Sedangkan jenis pelayanan yang paling baik dalam program sibisa ini ialah
pembuatan KK (Kartu Keluarga) karena jika dibandingkan persentase pada proses
pendaftaran dengan penolakan, sangat berbanding jauh.

42
Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa adanya perubahan
dalam penerbitan dokumen pelayanan pada saat sebelum dan sesudah menerapkan secara
lebih intensif sebuah program GISA yang merupakan aplikasi yang berbasis online yaitu
SIBISA. Dapat dilihat bahwa pada penerbitan dokumen pelayanan Akta Kelahiran 0-18
Tahun pada bulan Januari sebanyak 3.894 dokumen. Kemudian pada bulan Februari
sebanyak 4.590 dokumen dan pada bulan Maret sebanyak 3.628 dokumen. Pada bulan
Januari – Maret penerbitan atau pengurusan dokumen kependudukan masih dilakukan dengan
cara manual yaitu dengan melakukan pengurusan langsung ke Kantor Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Medan.

Pada bulan Maret akhir muncul sebuah wabah COVID-19 yang mengharuskan kita
menghindari keramaian dan tatap muka, sehingga dipergunakanlah aplikasi SIBISA sebagai
solusi dalam pengurusan administrasi kependudukan. Saat pelaksanaan aplikasi SIBISA,
terdapat penurunan angka penerbitan dokumen pelayanan yaitu tepatnya pada bulan April
dari 3.628 pada bulan Maret menjadi 1.842 dokumen.

Menurut Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil hal ini terjadi karena beberapa
hambatan yang ada seperti masyarakat belum sepenuhnya mengerti dalam menggunakan
teknologi. Sehingga masyarakat merasa kesulitan dalam mengurus administrasi
kependudukan secara online. Pada awal- awal pelaksanaannya kendala ini yang terjadi
dilapangan. Kemudian pada bulan Juni penerbitan dokumen pelayanan kembali naik menjadi
3.871. Penerbitan dokumen pelayanan kembali meningkat dikarenakan dalam pengurusannya

43
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara online dan manual mendatangi Kantor Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan.

44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pembahasan, maka beberapa kesimpulan dalam penelitian ini
adalah :
Pelaksanaan Program GISA-SIBISA (Gerakan Indonesia Sadar Administrasi
Kependudukan) di Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan masih belum
berjalan dengan baik, dikarenakan kurangnya minat dan kesadaran masyarakat untuk
mengurus dokumen kependudukan. Serta kurangnya kerjasama dengan stakeholder. Adapun
sarana dan prasarana pendukung pelayanan administrasi kependudukan dalam program gisa
juga masih kurang, dikarenakan minimnya penganggaran baik dari pusat dan daerah yang
menyebabkan terhambatnya proses pelayanan.Kualitas pelayanan di Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Medan sudah baik, serta mengimplementasikan pelayanan prima
kepada seluruh lapisan masyarakat. Sumber Daya Manusia dalam pelaksanaan Program
SIBISA memiliki kualitas dan kinerja yang baik hal itu dapat dilihat dari kemampuan
aparatur dalam memberikan pelayanan administrasi kependudukan dimana aparatur mampu
memberikan pelayanan secara cepat, efektif walaupun masih banyak keterbatasan mulai dari
kekurangan sumber daya manusia sampai sarana dan prasarana pendukung pelayanan
administrasi kependudukan.
5. 2 Saran
Berdasarkan uraian dari kesimpulan di atas muka dapat peneliti memberikan saran,
antara lain :
Para pegawai disarankan terus meningkatkan kinerja agar selalu dapat memberikan
pelayanan yang prima. Semua itu dilakukan agar kepuasan masyarakat selalu terjaga dan
terjalin kerja sama yang baik antara masyarakat dan pemerintah sehingga dapat
meningkatkan kepercayaan publik khususnya dalam pelaksanaan program Gisa. Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan hendaknya menambah sarana dan prasarana
yang cukup dalam hal ini alat administrasi kependudukan sehingga dapat menunjang program
pemerintah dalam menjawab kemudahan masyarakat dalam proses pelaksanaan program gisa,
selanjutnya disarankan juga agar pemerintah daerah menambah jumlah aparatur pelaksana
program gisa agar pelayanan bisa lebih cepat dan maksimal. Hendaknya aparatur Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Medan serta stakeholder saling bekerja sama
melakukan sosialisasi dalam meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurus dokumen
kependudukan.

45
DAFTAR PUSTAKA
BUKU

Abidin, Said Zainal. 2006. Kebijakan Publik, Jakarta, Pancur Siwa

Dunn, William N, 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik (Terjemahan), edisi kedua,
Jokyakarta, Gajahmada University Pres

Nugroho, Riant, 2009. Kebijakan Publik : Formulasi, Implementasi dan Evaluasi, Jakarta,
Elex Media Komputindo.

Samodra Wibawa, 2008, Yuyun Purbokusumo, dan Agus Pramusinto, Evaluasi Kebijakan
Publik. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitattif Dan R&D, Penerbit Alfabeta Bandung,
2008.

Akbar, Firyal Muhammad dan Widya Kurniati, 2018. Studi Evaluasi Kebijakan (Evaluasi
Beberapa Kebijakan di Indonesia), Ideas Publishing.

WEBSITE

https://disdukcapil.pemkomedan.go.id/ diakses pada tanggal 04 Desember 2020

https://sibisa.pemkomedan.go.id/ diakses pada tanggal 04 Desember 2020

46

Anda mungkin juga menyukai