Anda di halaman 1dari 4

Sejarah Keuangan Publik Islam

Pembahasan
A. Sejarah Keuangan Publik Islam
1. Keuangan Publik pada Masa Rasulullah Saw.
Pada waktu rasul Saw pertama sekali datang ke Madinah, keadaan masih sangat kacau
dikarenakan belum adanya pembahagian tugas ataupun pemerintah yang berkuasa, tapi ketika
Rasul Saw mulai memimpin beliau mengadakan perubahan yang memukau

Dua hal penting yang dilalui Rasul ketika menjadi kepala negara adalah:
-merubah kebiasaan orang pada masa itu yang berhubungan dengan ritual, norma-norma dll
-berusaha menegakkan negara yang baru dibentuk walaupun dengan keadaan
keuangan yang kacau balau dikarenakan belum adanya sumber keungan yang tetap.

(a) Sumber Utama Keuangan Negara


Pada masa-masa awal rasulullah membangun Negara madinah, kas keuangan Negara
hampir tidak ada,
Situasi seperti berubah setelah turun wahyu dari Allah surat al-anfal(rampasan perang),
surat ini di dalamnya pembahasan tentang pembahagian harta rampasan perang “seperlima
bagian adalah untuk Allah dan rasul-Nya (yaitu digunakan untuk kesejahteraan umum) dan
untuk kerabat rasul, anak yatim, orang yang membutuhkan dan orang yang sedang dalam
perjalanan.”

(b) Sumber Sekunder Keuangan Negara


(1) Uang tebusan untuk tawanan perang
(2) Pinjaman-pinjaman (setelah penaklukan makkah).
(3) Khumus atau Rikaz harta karun temuan pada periode sebelum islam.
(4) Amwal fadhla yang berasal dari harta orang muslim yang yidak mempunyai waris atau barang-
barang seorang muslim yang meninggalkan negerinya.
(5) Wakaf, harta benda yang didekasikan untuk umat islam yang disebabkan karena Allah dan
hartanya disimpan dibaitul mal.
(6) Nawaib, pajak yang jumalhnya cukup besar yang dibebankan kepada orang-orang muslim yang
kaya ketika untuk menutupi pengeluaran Negara yang sedang dalam keadaan darurat.
(7) zakat fitrah.
(8) Qurban dan kaffarat.

(c) Lembaga Keuangan Negara:Baitul Mal


Rasulullah adalah kepala Negara pertama yang memperkenalkan konsep baru di bidang
keungan negara di abad ke 7, yaitu semua hasil pengumpulan Negara harus dikumpulkan
terlbih dahulu dan kemudian dikeluarkan sesuai kebutuhan negara. Hasil pengumpulan itu
adalah milik Negara bukan milik perorangan. Tempat pengumpulan disebut BaitulMal.

2. Keuangan Publik pada Masa Khulafaurrasyidin


(a) Masa Kekhalifahan Abu Bakar Siddiq
dalam masa jabatan beliau telah menyelesaikan masalah; kemurtadan, cukai dan orang yang
enggan membayar zakat. Beliau sangat memperhatikan keakuratan penghitungan zakat dan
penditribusian zakat tersebut.
(b) Masa Kekhalifahan Umar bin Khatab Al-Faruqi
Pada masa ini kita perlu mengetahui beberapa masalah yang telah dilewati oleh khalifah Umar
diantaranya: (i) Baitul Mal; (ii) kepemilikan tanah; (iii) zakat dan ushr; (iv) sedekah untuk non-
muslim; (v) mata uang; (vi) klasifikasi pendapatan Negara; dan (vii) pengeluaran
(c) Masa Kekhalifahan Usman
Dalam rangka pengembangan Sumber Daya Alam digali aliran air, jalan dibangun, pohon
buah-buahan ditanam, dan keamanan perdagangan ditegakkan dengan cara pembentukan
organisasi kepolisian yang tetap.
(d) Masa Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib
Dalam hal penerimaan negara Ali masih membebankan pungutan khums atas ikan atau hasil
hutan.
Berbeda dengan Khalifah Umar, Khalifah Ali mendistribusikan seluruh pendapatan di Baitul
Maal.
B. Karakteristik Keuangan Publik
1. Pandangan Ahli Fiqh terhadap Zakat dan Pajak
Zakat merupakan keajiban yang dibebankan kepada setiap orang Islam setelah memenuhi
kriteria-kriteria tertentu,
Dalam segi sejarah, zakat sydah diajibkan dari zaman dulu sebagai contoh pada syari’at nabi
ibrahim, nabi ismail dll
Dalam perjalanan sejarah, penerimaan negara islam bukab hanya zakat tetapi masih banyak
yang lainnya baik yang berupa penerimaan utama ataupun sekunder.pungutan dalam Islam
selain yang berupa zakat dan kharj disebut dharibah atau pajak
dharibah ini diutamakan diperuntukkan sebagai:
(a) Pembiyaan jihad dan segala hal yang harus dipenuhi untuk keperluan jihad
(b) Pembiyaan militer dan pabrik-pabrik penunjangnya
(c) Pembiyaan para fuqoro, orang miskin, dan ibnu sabil
(d) Pembiyaan gaji para pegawai
(e) Pembiyaan dalam waktu darurat seperti bencana alam;mengusir musuh

2. Prinsip Penerimaan Publik

 System pungutan wajib (dharibah) harus menjamin bahwa hanya golongan karya ataau yang
mampu memikul beban dharibah.
 Berbagai pungutan dharibah tidak dipungut atas dasar besarnya input/sumber daya yang
digunakan, melainkan atas hasil usaha ataupun tabungan yang terkumpul.
 Islam tidak pernah mengarahkan pemerintah mengambil bagian harta secara paksa, meskipun
kepada orang kaya.
 Islam memperlakukan muslim dan non-muslim secara adil.
 Islam menentukan empat jenis sektor penerimaan:
 Zakat
 Aset atau kekayaan non keuangan seperti ghanimah, fai dan amwal fadhila
 Dharibah
 Penerimaan public sukarela.
3. Prinsip Pengeluaran Publik
Pada hakikatnya prinsip utama pengeluaran publik adalah peningkatan maslahat
tertinggi.secara umum , pengeluaran dapat dikategorikan menjadi empat:
 Pemberdayaan fakir miskin dan muallaf
 Biaya rutin pemerintahan
 Biaya pembangunan dan kesejahteraan sosial
 Dan biaya yang berhubungan dengan pengurusan anak terlantar
Prinsip-yang harus diterapkan dalam pengeluaran publik:
 Alokasi zakat adalah kewenangan Allah
 Penerimaan selain zakat dialokasikan mengikuti beberapa prinsip pokok:
 Untuk maslahat bersama
 Menhindari masyaqqoh dan madharat harus lebih didahulukan
 Pengorbanan individu dapat dilakukan untuk menghindari kerugian yang bersifat umum.
 Madharat individu dapat dijadikan sebagai alasan untuk menhindari madharat yang bersifat
umum.
 Jika suatu belanja ditujukan untuk tegaknya syariat islam maka itu harus diwujudkan.

C. Instrumen pembiayaan publik


Berbagai instrumen yang bisa digunakan sebagai sumber pembiyaan negara pada dasarnya
dapat dikembangkan karena pada hakikatnya ini adalah muamalah, kecuali dalam hal zakat.ada
beberapa insrumen yang digunakan sebagai instruman pembiayaan publik diantaranya zakat,
aset dan perusahaan negara:kharaj.

Anda mungkin juga menyukai