KELOMPOK 2:
Utang dalam lingkup kebijakan keuangan negara dibagi menjadi dua, yaitu utang negara/pemerintah dan utang
swasta. Utang pemerintah adalah pinjaman yang dilakukan baik oleh pemerintah pusat maupun daerah (public debt),
sedangkan utang swasta adalah pinjaman pihak swasta, baik perorangan maupun perseroan (private debt).
Setiap tahun, pemerintah menyusun suatu Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) yang
diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk kemudian disahkan menjadi undang-undang APBN. RAPBN
merupakan rencana kebijakan yang intinya adalah kebijakan fiskal. Kebijakan fiskal itu sendiri merupakan suatu
kebijakan yang meliputi kegiatan penerimaan dan pengeluaran negara yang digunakan oleh pemerintah untuk menjaga
Secara umum, terdapat dua pandangan tentang utang luar negeri sebagai alternatif , menutup deficit anggaran
negara. Pandangan pertama menganggap bahwa external financing merupakan hal yang diperbolehkan dalam islam,
meskipun bentuk dan mekanismenya memerlukan modifikasi. Pandangan kedua menganggap bahwa negara islam
tidak selayaknya mencari utang luar negeri sebagai penutup saving gap-nya.
Posisi utang pemerintah per akhir April 2021 berada di angka Rp. 6.527,29 triliun dengan rasio utang
pemerintah terhadap PDB sebesar 41,18 persen. Secara nominal, posisi utang pemerintah pusat mengalami
peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, Hal ini disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang
masih berada dalam fase pemulihan akibat perlambatan ekonomi yang terjadi di masa pandemi COVID-19.
Kebijakan Dampak, Risiko, dan Bahaya
Utang
a. Dampak positif
Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam
upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, yang diakibatkan oleh pembiayaan
pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar.
b. Dampak Negatif
Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan
ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh(Inflasi).
3. Risiko Utang
IMF dan World Bank (2001) mengidentifikasi beberapa risiko yang dihadapi suatu Negara
terkait dengan jumlah utang yang besar yaitu market risk, funding risk, liquidity risk, credit risk, dan
operational risk.
4. Bahaya Utang
Abdurrahman al-Maliki (2001, 200-207) lebih lanjut mengatakan bahaya utang luar negeri, antara lain:
b. Negara-negara pemberi utang biasanya mengirimkan para pakar ekonominya untuk memata-matai rahasia
kekuatan/kelemahan ekonomi negara tersebut dengan dalih bantuan konsultan teknis atau konsultan ekonomi.
c. Pemberian utang merupakan sebuah proses agar negara peminjam pakan tetap miskin, tergantung dan terjerat utang
d. Utang luar negeri yang diberikan negara-negara kapitalis kepada negara-negara berkembang merupakan senjata
politik untuk memaksakan kebijakan politik maupun ekonomi, bahkan sistem hukum, sosial, dan militer.
e. Utang yang diberikan negara Barat kapitalis itu hakikatnya sangat melemahkan dan membahayakan ekonomi negara
Menurut Beik (2009) paling tidak ada dua solusi pokok yang dapat dijadikan sebagai jalan keluar, yaitu:
a. Semangat kemandirian dan kerja keras harus terus-menerus di tumbuhkan, baik di kalangan pemerintahan, pengusaha,
b. Sudah saatnya ekonomi syariah dijadikan sebagai dasar kebijakan ekonomi negara. Kekhawatiran akan isu sektarian
adalah kekhawatiran yang sangat mengada-ada. Ekonomi syariah secara otomatis akan prosektor riil dan prorakyat. Ada
banyak instrumen yang dapat digunakan untuk mensubstitusi utang, seperti zakat, infak, sedekah, dan wakaf.
Terima
Kasih