Disusun oleh:
1. INTAN BUNGO ISLAMI (4121112)
2. MUHAMMAD LUKI FATURROHMAN (4121137)
3. DWI WULANDARI (4121151)
4. KHABIBAH DZILKAMIL (4121152)
KELAS A
Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan menyebut nama Allah SWT., yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat serta hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai, “Perspektif Rational
Choice Dalam Ekonomi Politik”. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW., yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di yaumul akhir kelak,
Aamiin.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Imahda Khoiri
Furqon, M.Si., selaku dosen mata kuliah Ekonomi Politik dan kepada semua pihak
yang sudah membantu dalam penulisan makalah dari awal hingga selesai. Kami
menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik isinya
maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami sangat mengharap kritik dan
saran positif untuk kami perbaiki di kemudian hari. Demikian makalah ini dibuat,
semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami.
Aamiin.
Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Penulis,
Kelompok 8 Ekonomi Politik A
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi dan kompleksitas masyarakat modern,
penggunaan teori rasionalitas atau "Rational Choice" telah menjadi
landasan krusial dalam memahami dinamika kompleks antara politik dan
ekonomi. Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa individu dan kelompok
bertindak secara rasional, yaitu mereka membuat keputusan dengan tujuan
memaksimalkan keuntungan atau manfaat pribadi mereka. Dalam konteks
ekonomi politik, teori rational choice menyediakan kerangka kerja yang
kuat untuk menganalisis dan memprediksi tindakan politik dan ekonomi,
termasuk pembentukan kebijakan, partisipasi politik, distribusi sumber
daya, dan dinamika interaksi sosial. Pentingnya teori rational choice
semakin meningkat seiring perkembangan zaman, khususnya dalam
menghadapi tantangan kompleksitas dalam kehidupan sosial dan politik
(Firdaus, 2013). Melalui pendekatan ini, kita dapat memahami bahwa
keputusan politik dan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
emosional atau irasional semata, tetapi juga oleh pertimbangan rasional
yang melibatkan perhitungan manfaat dan kerugian. Penerapan teori ini
dalam ekonomi politik membantu menjelaskan bagaimana keputusan
kolektif dibuat, menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pola perilaku dalam masyarakat.
Dalam kajian ekonomi politik, teori rasionalitas memainkan peran
penting sebagai landasan utama dalam pemahaman perilaku individu dan
kelompok dalam konteks keputusan politik dan ekonomi. Konsep dasar ini
dikenal sebagai "rational choice," yang menekankan pada asumsi bahwa
individu dan kelompok bertindak secara rasional dalam mencapai tujuan
ekonomi dan politik mereka (Darmansyah et al., 2020). Pendekatan ini telah
menjadi alat analisis yang kuat untuk memahami interaksi kompleks antara
politik dan ekonomi, terutama dalam konteks pengambilan keputusan
kolektif. Penerapan teori rasionalitas dalam ekonomi politik memungkinkan
4
kita untuk menjelaskan dan memprediksi tindakan politik dan ekonomi
berdasarkan pertimbangan rasional individu atau kelompok, di mana
keputusan dibuat untuk maksimalkan keuntungan atau manfaat pribadi.
Pendekatan ini membantu menjelaskan fenomena seperti pembentukan
kebijakan publik, partisipasi politik, distribusi sumber daya, dan dinamika
ekonomi dalam masyarakat (Kartman, 1954). Dengan merujuk pada
literatur terbaru, kita dapat mengidentifikasi bagaimana teori rational choice
terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan kompleksitas
masyarakat. Analisis yang mendalam terhadap karya-karya ini akan
memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang peran teori rational choice
dalam membentuk pandangan ekonomi politik kita dan merinci dampaknya
terhadap pembuatan keputusan kolektif dalam masyarakat kontemporer.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Apa itu Rational Choice? Bagaimana mengenai perspektifnya Rational
Choice dalam ekonomi politik?
2. Bagaimana teori pilihan rasional dalam ekonomi politik? Lalu apa saja
aplikasi prespektif Rational Choice dalam keputusan ekonomi politik?
3. Apakah dalam prespektif Rational Choice memiliki keterbatasan dan
kelemahan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang didapatkan dalam makalah ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui dan memahami mengenai perspektif Rational
Choice dalam ekonomi politik.
2. Untuk dapat mengetahui mengenai teori pilihan rasional dalam
ekonomi politik, serta dapat mengerti terkait aplikasi prespektif
Rational Choice dalam keputusan ekonomi politik.
3. Untuk dapat mengetahui mengenai keterbatasan dan kelemahan
perspektif Rational Choice.
5
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan informasi bagi pendidik, untuk dapat digunakan
sebagai bahan referensi dalam pembelajaran.
b. Sebagai bahan informasi sekaligus pertimbangan dan
pengembangan bagi pemerintah mengenai perspektif rational
choice dalam ekonomi politik.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan penilaian bagi penulis, untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah semester 6 ekonomi politik.
b. Sebagai bahan informasi bagi pembaca mengenai materi perspektif
rational choice dalam ekonomi politik.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
individu sebagai aktor diasumsikan mempunyai serangkaian hak milik khusus
(set of properties), termasuk seperangkat selera atau preferensi tertentu. Karena
hak milik tersebut, maka manusia menjadi pelaku ekonomi yang memiliki
kapasitas untuk memutuskan secara rasional dalam memilih berbagai alternatif
pilihan ekonomi. Cara yang rasional ini juga berlaku untuk pilihan sosial
maupun politik. Dengan demikian, pendekatan ini dapat diaplikasikan untuk
berbagai fenomena ekonomi maupun sosial politik, seperti sikap pemilih
(voters) dalam pemilu. Pendekatan pilihan rasional ini bahkan dapat digunakan
untuk mempelajari sikap pemerintah dalam proses pengambilan keputusan bagi
kebijakan publik (Gilboa, 2010).
8
tindakan tersebut merupakan cara terbaik untuk mencapai beberapa tujuan
untuk mencapai kepentingan diri sendiri. Ahli teori pilihan rasional
menggunakan asumsi kepentingan diri sendiri dan rasionalitas untuk
membangun model proses atau peristiwa politik tertentu.
9
Kesimpulan itu dijabarkan secara lebih detil dalam premis-premis dasar dari
teori pilihan rasional, sebagai berikut:
Dari pemaparan James S., Coleman, salah satu sumber yang berperan
pada proses penyusunan kebijakan pada teori pilihan rasional adalah aktor dan
sumber daya. Dalam hal ini, peran aktor menjalankan serta sebagai pengendali
sumber daya terhadap pencari sumber daya. Maka, bisa disebutkan bahwa
kendali atas sumber daya begitu bergantung terhadap kemahiran aktor terkait,
bedasarkan perhitungan yang paling menguntungkan baginya. Adapun aktor
dalam hal ini bisa berupa korporat (kelompok) maupun individu.
(Hidayaturrahman, dan Purwanto. 2022). Dalam proses pembuatan keputusan,
baik pada level mikro maupun makro, setiap aktor memiliki pertimbangan-
pertimbangan rasional guna mencapai keuntungan maksimal yang dapat
diterapkan di level masyarakat, baik pada sektor budaya maupun politik.
Pertimbangan tersebut didasarkan pada berbagai pengetahuan, informasi, serta
data yang memberikan sumbangan kognitif kepada aktor. Dalam hal ini, aktor
merupakan aparatur atau tokoh yang berpengaruh dalam proses pembuatan
keputusan, baik atas nama pribadi maupun perwakilan organisasi. Dari
pandangan inilah dapat dikatakan bahwa pemerintah disebut sebagai aktor yang
membuat keputusan bagi tujuan negara (Arjawa, G. S. 2014).
10
perilaku individu dan kelompok dalam konteks politik dan ekonomi. Teori ini
mengasumsikan bahwa individu dan kelompok memilih opsi yang paling
menguntungkan bagi mereka sendiri, mempertimbangkan biaya dan
keuntungan dari tindakan mereka. Dengan menggunakan prinsip rasionalitas,
kita memahami bahwa setiap agen politik ingin memaksimalkan manfaat yang
ia terima. Salah satunya bisa berupa dalam bentuk memperoleh kekuasaan
politik yang sebesar-besarnya. Untuk itu, ada beberapa contoh aplikasi
perspektif ratinal choice dalam Keputusan ekonomi politik:
1. Voting Paradox
Dalam suatu sistem demokrasi, voting adalah mata uang yang sangat
berharga bagi para agen politik. Untuk bisa masuk dalam lembaga legislatif,
dibutuhkan hak suara dari masyarakat umum. Dalam lembaga legislatif pun
hak suara menjadi penentu apakah suatu undang-undang atau kebijakan
akan berlaku secara sah dan mengikat masyarakat.
Tetapi proses pengambilan suara tidak lah semudah itu. Para agen
politik harus bersaing keras untuk memperoleh suara terbanyak di
masyarakat dan menghadapi permasalahan yang lebih rumit lagi ketika
mencoba mengambil keputusan secara kolektif (Oktavinanda, 2012).
Konsep Voting Paradox menunjukkan bahwa dalam suatu proses voting
selalu terbuka kemungkinan terjadi permasalahan dalam hierarki preferensi
yang mengakibatkan tidak tercapainya kesepakatan baik secara mutlak
maupun secara mayoritas. Konsep Voting Paradox kemudian diformalkan
oleh Kenneth Arrow, salah satu penerima hadiah Nobel di bidang Ekonomi,
melalui Arrow’s Impossibility Theorem. Teorema yang telah dibuktikan
secara matematis ini pada prinsipnya menunjukkan bahwa pengambilan
keputusan secara kolektif tidak dapat memenuhi secara bersamaan seluruh
syarat yang diperlukan untuk memiliki suatu institusi politik yang baik
(Oktavinanda, 2012).
Syarat-syarat tersebut diantaranya (Amri & Damuri, 2019):
a) Kebebasan setiap pemilih untuk mengeluarkan hak suaranya sesuai
dengan preferensi/pilihan mereka masing-masing (absence of domain
11
restriction). Prinsip absence of domain restriction berarti setiap pihak
bisa mengutarakan pilihannya secara tegas dan bebas serta tidak dibatasi
oleh berbagai hambatan administratif.
b) Hierarki preferensi berjalan secara ordinal, yaitu dari yang paling tinggi
ke paling rendah (transitivity). Prinsip transitivity berarti setiap urutan
prioritas dari suatu pilihan berjalan secara logis baik dalam pengambilan
keputusan secara individu maupun kolektif, yaitu senantiasa dari yang
paling tinggi ke paling rendah.
c) Hierarki preferensi merujuk kepada preferensi dari lebih dari satu
pemilih dan tidak ditentukan oleh salah satu pihak saja (non-
dictatorship). Prinsip non-dictatorship berusaha memastikan bahwa
keputusan memang merefleksikan pilihan dari semua atau kebanyakan
pihak dan bukan hasil keputusan salah satu pihak atau dipengaruhi oleh
kepentingan salah satu pihak saja.
d) Suatu opsi dinilai semata-mata berdasarkan nilai intrinsiknya dan bukan
dari opsi lain yang sebenarnya tidak relevan (independence of irrelevant
alternatives). Prinsip independence of irrelevant alternatives
menunjukkan bahwa jangan sampai suatu opsi dipilih karena adanya
aspek lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan opsi itu,
misalnya karena suap atau politik tukar guling/dagang sapi.
e) Opsi yang mendapatkan preferensi lebih tinggi dari masing-masing
pemilih tidak mendapatkan prioritas yang ternyata lebih rendah ketika
keputusan diambil secara kolektif (positive responsiveness). Terakhir,
prinsip positive responsiveness terkait erat dengan konsep condorcet
winner (metode pemilu yang memilih calon yang memperoleh suara
terbanyak dalam setiap pemilu head-to-head melawan masing-masing
kandidat. calon lain, yaitu calon yang disukai oleh lebih banyak pemilih
dibandingkan calon lainnya, kapan pun ada calon tersebut).
2. Rent Seeking dan Interest Group
Prasad mendefinisikan rent-seeking sebagai proses individu
memperoleh pendapatan secara aktual tanpa meningkatkan produktivitas,
12
atau malah mengurangi produktivitas tersebut. Dalam perspektif ekonomi
politik, pengertian rente menjadi negatif karena rente merupakan
kemudahan individu atau pengusaha (group bisnis) untuk mendapatkan
keuntungan bisnisnya untuk mendapatkan proteksi atau previllege dari
pemerintah (publik). Berbagai bentuk kebijakan pemerintah yang dapat
memunculkan rente ekonomi dapat berbentuk pemberian lisensi (lisensi)
dan pemberlakuan proteksi (Febriandiela et al., 2023).
Sedangkan interest group adalah suatu perkumpulan (bisa berbentuk
lembaga swadaya masyarakat) yang bertujuan untuk memengaruhi
keputusan politik, mencoba untuk meyakinkan para pejabat publik untuk
bertindak sesuai dengan suara atau kepentingan anggota kelompoknya. Jadi
rent seeking interest group adalah Kelompok-kelompok kepentingan
mencari untung dengan menciptakan dan memanfaatkan kekuasaan politik
untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Alasan Rent Seeking dan Interest Group muncul disebabkan oleh
beberapa factor, diantaranya (Oktavinanda, 2012).
a) Setiap agen politik akan berusaha untuk memaksimalkan manfaat yang
ia terima dan manfaat itu termasuk juga keuntungan yang bisa
didapatkan dengan jalan menggunakan kekuasaan politik yang dimiliki
oleh agen politik yang bersangkutan untuk memenuhi keinginan Interest
Group tertentu. Mengingat proses persaingan mendapatkan suara sangat
sulit, keberadaan Interest Group menjadi sangat penting bagi para
politisi.
b) Dari sudut pandang Voting Paradox, terdapat celah inheren dalam
proses demokrasi yang memungkinkan perang pengaruh berjalan secara
alamiah. Terlebih lagi, dalam proses pertarungan politik pun sebetulnya
terdapat Policy Paradox, suatu kondisi dimana dalam tiap penyusunan
suatu kebijakan terdapat pertentangan nilai-nilai dasar/abstrak yang
sama kuat.
c) Interest Group memiliki keunggulan sebagai pihak yang terorganisir,
sehingga biaya untuk berkoordinasi di antara mereka menjadi jauh lebih
13
kecil dibandingkan dengan masyarakat secara keseluruhan yang
tersebar dan sulit untuk berkoordinasi (yang sering juga disebut sebagai
collective action problem .
Jadi jika sumber daya terbatas, ada berbagai cara untuk mengatur alokasi
sumber daya tersebut. Berdasarkan berbagai kemungkinan yang ada, cara
pengelolaan alokasi sumber daya tersebut dapat dilakukan dengan cara
altruisme, anarki, pasar, dan pemerintah.
14
1) Altruisme
Altruisme adalah pola alokasi sumber ekonomi atasa dasar sistem
dan hubungan pemberian (gift relationship). Satu hal yang penting,
altruisme dapat berwalanan dengan pasar (market). Namun altruisme
dapat menjadi medium untuk menyediakan komoditi publik seperti
altruisme untuk bantuan bencana alam. Dengan contoh yang jelas
tersebut, komoditi individu sebagai milik pribadi (private goods) dapat
bergeser menjadi komoditi publik dalam proses distribusinya jika ada
nuansa altruisme di dalamnya.
2) Anarki
Anarki sering diasosiasikan oleh banyak orang sebagai suatu sistem
tanpa hukum dan aturan (lawlessness atau an absence of ruling). Hasil
dari pemanfaatan sumber daya atau komoditi melalui cara anarki ini
biasanya akan menimbulkan kekacauan, bahkan pada akhirnya
cenderung melenyapkan manfaat dari komoditi publik tersebut.
3) Pasar (market)
Pasar adalah konsep yang kontrovesional, tetapi menjadi suatu
praktik, medium dan wahana bagi pertukaran atau transaksi berbagai
hal. Pasar adalah suatu sistem transaksi atas dasar voluntarisme dan
dianggap sebagai kekuatan besar dalam menumbuhkan dunia
kapitalisme modern pada saat ini. Dengan pasar modernisasi terus dapat
dikembangkan, sebagai produksi, teknologi, inovasi dan berbagai
kemajuan dapat diraih.
4) Pemerintah atau Birokrasi
Meskipun suatu sistem ekonomi dan sosial sangat berorientasi pasar,
yang berusaha mengurangi campur tangan pemerintah dalam kegiatan
ekonomi, peran pemerintah tetap sangat diperlukan. Produksi komoditi
publik yang mendasar perlu terus dilakukan oleh pemerintah, khususnya
peraturan-peraturan dan kompensasi untuk kegagalan pasar (market
failure), yang terjadi dilapangan (Nur, 2017).
15
D. KETERBATASAN DAN KELEMAHAN PERSPEKTIF RATIONAL
CHOICE
Keterbatasan teori pilihan rasional adalah teori ini berfokus pada tindakan
individu. Meskipun ada yang mengatakan bahwa tindakan individu mendorong
struktur sosial yang besar, beberapa kritikus teori pilihan rasional berpendapat
bahwa teori tersebut terlalu terbatas dalam penjelasannya.
Kelemahan lain dari teori pilihan rasional adalah teori ini tidak
memperhitungkan penalaran atau naluri intuitif. Untuk keputusan yang harus
diambil dalam sekejap, misalnya keputusan yang mempengaruhi kelangsungan
hidup, mungkin tidak ada waktu untuk mempertimbangkan biaya dan
manfaatnya.
16
Kontra Teori Pilihan Rasional :
Teori pilihan rasional sering dikritik, terkadang dengan argumen yang baik,
dan terkadang dengan argumen yang buruk. Meskipun beberapa argumen
buruk mungkin berlaku untuk versi teori yang buruk, para kritikus harus
membahas versi terbaiknya. Kesalahpahaman yang paling umum adalah bahwa
teori ini mengasumsikan agen memiliki motivasi egois. Rasionalitas konsisten
dengan keegoisan, tetapi juga dengan altruisme , seperti ketika seseorang
mencoba memilih badan amal di mana sumbangan dapat memberikan manfaat
yang paling besar.
17
mengasumsikan manusia seperti komputer yang kuat, yang dapat dengan cepat
menyelesaikan konsekuensi paling rumit dari semua pilihan yang mungkin ada.
Pada prinsipnya, teori pilihan rasional dapat memasukkan batasan kognitif
yang setara dengan batasan fisik atau finansial. Dalam praktiknya, para kritikus
sering kali mempunyai pendapat yang benar.
18
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) merupakan tindakan
rasional dari individu atau aktor untuk melakukan suatu tindakan bedasarkan
tujuan tertentu yang ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi). Asumsi dasar
dari pendekatan pilihan rasional (rational choice) ini bahwa manusia pada
dasarnya egois, rasional, dan selalu berupaya untuk memaksimumkan utilitas dan
keuntungan untuk dirinya. Dalam pandangan ini, individu sebagai aktor
diasumsikan mempunyai serangkaian hak milik khusus (set of properties),
termasuk seperangkat selera atau preferensi tertentu.
Kelebihan Teori Pilihan Rasional, diantaranya: (a) bermanfaat dalam
menjelaskan perilaku individu dan kolektif, (b) Semua teori berusaha memberi
makna pada hal-hal yang kita amati di dunia, (c) Dapat membantu menjelaskan
perilaku yang tampaknya tidak rasional. Sedangkan Kontra Teori Pilihan
Rasional, yaitu: (a) Individu tidak selalu membuat keputusan rasional, (b)
Kenyataannya, seringkali masyarakat tergerak oleh faktor eksternal yang tidak
rasional, seperti emosi, (c) Individu tidak memiliki akses sempurna terhadap
informasi yang mereka perlukan untuk membuat keputusan paling rasional
setiap saat, (d) Orang-orang lebih menghargai beberapa dolar daripada yang lain.
B. SARAN
Demikian penulisan makalah yang kami buat mengenai, “Perspektif
Rational Choice Dalam Ekonomi Politik”. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk dijadikan evaluasi dalam
penyusunan makalah dikemudian hari, semoga makalah yang penulis tulis ini,
dapat memberi manfaat bagi para pembaca.
19
DAFTAR PUSTAKA
20