Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERSPEKTIF RATIONAL CHOICE DALAM EKONOMI


POLITIK
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Politik
Dosen Pengampu: Imahda Khoiri Furqon, M.Si

Disusun oleh:
1. INTAN BUNGO ISLAMI (4121112)
2. MUHAMMAD LUKI FATURROHMAN (4121137)
3. DWI WULANDARI (4121151)
4. KHABIBAH DZILKAMIL (4121152)

KELAS A

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
K.H. ABDURRAHMAN WAHID PEKALONGAN
2024
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim…
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Dengan menyebut nama Allah SWT., yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat serta hidayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai, “Perspektif Rational
Choice Dalam Ekonomi Politik”. Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada
Rasulullah SAW., yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di yaumul akhir kelak,
Aamiin.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Imahda Khoiri
Furqon, M.Si., selaku dosen mata kuliah Ekonomi Politik dan kepada semua pihak
yang sudah membantu dalam penulisan makalah dari awal hingga selesai. Kami
menyadari makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan baik isinya
maupun struktur penulisannya, oleh karena itu kami sangat mengharap kritik dan
saran positif untuk kami perbaiki di kemudian hari. Demikian makalah ini dibuat,
semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami.
Aamiin.
Wassalamu ‘alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekalongan, 16 Februari 2024

Penulis,
Kelompok 8 Ekonomi Politik A

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2


DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ............................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH ........................................................................ 5
C. TUJUAN PENELITIAN ........................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................... 7
PEMBAHASAN .................................................................................................... 7
A. PERSPEKTIF RATIONAL CHOICE DALAM EKONOMI
POLITIK ........................................................................................................ 7
B. TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM EKONOMI POLITIK ...... 8
C. APLIKASI PERSPEKTIF RATIONAL CHOICE DALAM
KEPUTUSAN EKONOMI POLITIK........................................................ 11
D. KETERBATASAN DAN KELEMAHAN PERSPEKTIF
RATIONAL CHOICE ................................................................................. 16
BAB III ................................................................................................................. 19
PENUTUP ............................................................................................................ 19
A. KESIMPULAN ..................................................................................... 19
B. SARAN ................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam era globalisasi dan kompleksitas masyarakat modern,
penggunaan teori rasionalitas atau "Rational Choice" telah menjadi
landasan krusial dalam memahami dinamika kompleks antara politik dan
ekonomi. Konsep ini didasarkan pada asumsi bahwa individu dan kelompok
bertindak secara rasional, yaitu mereka membuat keputusan dengan tujuan
memaksimalkan keuntungan atau manfaat pribadi mereka. Dalam konteks
ekonomi politik, teori rational choice menyediakan kerangka kerja yang
kuat untuk menganalisis dan memprediksi tindakan politik dan ekonomi,
termasuk pembentukan kebijakan, partisipasi politik, distribusi sumber
daya, dan dinamika interaksi sosial. Pentingnya teori rational choice
semakin meningkat seiring perkembangan zaman, khususnya dalam
menghadapi tantangan kompleksitas dalam kehidupan sosial dan politik
(Firdaus, 2013). Melalui pendekatan ini, kita dapat memahami bahwa
keputusan politik dan ekonomi tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
emosional atau irasional semata, tetapi juga oleh pertimbangan rasional
yang melibatkan perhitungan manfaat dan kerugian. Penerapan teori ini
dalam ekonomi politik membantu menjelaskan bagaimana keputusan
kolektif dibuat, menciptakan pemahaman yang lebih mendalam tentang
pola perilaku dalam masyarakat.
Dalam kajian ekonomi politik, teori rasionalitas memainkan peran
penting sebagai landasan utama dalam pemahaman perilaku individu dan
kelompok dalam konteks keputusan politik dan ekonomi. Konsep dasar ini
dikenal sebagai "rational choice," yang menekankan pada asumsi bahwa
individu dan kelompok bertindak secara rasional dalam mencapai tujuan
ekonomi dan politik mereka (Darmansyah et al., 2020). Pendekatan ini telah
menjadi alat analisis yang kuat untuk memahami interaksi kompleks antara
politik dan ekonomi, terutama dalam konteks pengambilan keputusan
kolektif. Penerapan teori rasionalitas dalam ekonomi politik memungkinkan

4
kita untuk menjelaskan dan memprediksi tindakan politik dan ekonomi
berdasarkan pertimbangan rasional individu atau kelompok, di mana
keputusan dibuat untuk maksimalkan keuntungan atau manfaat pribadi.
Pendekatan ini membantu menjelaskan fenomena seperti pembentukan
kebijakan publik, partisipasi politik, distribusi sumber daya, dan dinamika
ekonomi dalam masyarakat (Kartman, 1954). Dengan merujuk pada
literatur terbaru, kita dapat mengidentifikasi bagaimana teori rational choice
terus berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan kompleksitas
masyarakat. Analisis yang mendalam terhadap karya-karya ini akan
memberikan pemahaman yang lebih kaya tentang peran teori rational choice
dalam membentuk pandangan ekonomi politik kita dan merinci dampaknya
terhadap pembuatan keputusan kolektif dalam masyarakat kontemporer.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1. Apa itu Rational Choice? Bagaimana mengenai perspektifnya Rational
Choice dalam ekonomi politik?
2. Bagaimana teori pilihan rasional dalam ekonomi politik? Lalu apa saja
aplikasi prespektif Rational Choice dalam keputusan ekonomi politik?
3. Apakah dalam prespektif Rational Choice memiliki keterbatasan dan
kelemahan?
C. TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian yang didapatkan dalam makalah ini, yaitu
sebagai berikut:
1. Untuk dapat mengetahui dan memahami mengenai perspektif Rational
Choice dalam ekonomi politik.
2. Untuk dapat mengetahui mengenai teori pilihan rasional dalam
ekonomi politik, serta dapat mengerti terkait aplikasi prespektif
Rational Choice dalam keputusan ekonomi politik.
3. Untuk dapat mengetahui mengenai keterbatasan dan kelemahan
perspektif Rational Choice.

5
D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian yang kami dapatkan dari makalah


ini, bahwa penulis dapat mengidentifikasi serta memberikan info mengenai
perspektif rational choice dalam ekonomi politik kepada para pembaca,
sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan informasi bagi pendidik, untuk dapat digunakan
sebagai bahan referensi dalam pembelajaran.
b. Sebagai bahan informasi sekaligus pertimbangan dan
pengembangan bagi pemerintah mengenai perspektif rational
choice dalam ekonomi politik.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan penilaian bagi penulis, untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah semester 6 ekonomi politik.
b. Sebagai bahan informasi bagi pembaca mengenai materi perspektif
rational choice dalam ekonomi politik.

6
BAB II

PEMBAHASAN

A. PERSPEKTIF RATIONAL CHOICE DALAM EKONOMI POLITIK

Ilmu ekonomi relatif berkembang pesat dibandingkan dengan ilmu-ilmu


humaniora lainnya. Paling tidak hal itu terlihat dari perkembangan cabang-
cabang ilmu ekonomi yang muncul pada saat ini. Cabang-cabang ilmu ekonomi
tersebut mengalami perkembangan menjurus ke arah disiplin ilmu yang ketat,
cenderung terpisah satu sama lain dan hilang kaitannya dengan ilmu-ilmu sosial
dan politik (Darmansyah et al., 2020). Masing-masing berkembang dalam
kerangka teori dengan perspektif sendiri-sendiri yang bersifat spesifik.
Sebenarnya ilmu ekonomi politik telah diperkenalkan oleh Adam Smith ketika
menulis bukunya yang monumental tentang kemakmuran negara. Namun,
perkembangannya dari waktu ke waktu tidak terlalu pesat sebagai ilmu ekonomi
politik, melainkan bercabang-cabang menjadi bidang-bidang ilmu tersendiri.
Ilmu ekonomi politik bahkan cenderung semakin tertinggal jauh dibandingkan
dengan disiplin ilmu-ilmu ekonomi positif lainnya.

Namun demikian, perkembangan ilmu ekonomi politik menunjukkan


gairah dan semangat baru setelah lahir dan tumbuh perspektif teori Ekonomi
Politik Baru (EPB) atau The New Political Economy dalam decade terakhir ini.
Perspektif teori ini kemudian popular dengan sebutan Rational Choice (RC) dan
Public Choice (PC). Perspektif baru ini berusaha untuk menjembatani ilmu
ekonomi yang canggih dalam menelaah fenomena ekonomi dalam perspektif
mekanisme pasar dengan fenomena-fenomena dan kelembagaan non pasar
(Nonmarket Institution) pada bidangbidang di luar ekonomi. EPB ini berbeda
dengan ekonomi politik sejak kemunculannya yang hanya menjangkau
fenomena dan kelembagaan ekonomi pasar.

Asumsi dasar dari pendekatan pilihan rasional (rational choice) ini


bahwa manusia pada dasarnya egois, rasional, dan selalu berupaya untuk
memaksimumkan utilitas dan keuntungan untuk dirinya. Dalam pandangan ini,

7
individu sebagai aktor diasumsikan mempunyai serangkaian hak milik khusus
(set of properties), termasuk seperangkat selera atau preferensi tertentu. Karena
hak milik tersebut, maka manusia menjadi pelaku ekonomi yang memiliki
kapasitas untuk memutuskan secara rasional dalam memilih berbagai alternatif
pilihan ekonomi. Cara yang rasional ini juga berlaku untuk pilihan sosial
maupun politik. Dengan demikian, pendekatan ini dapat diaplikasikan untuk
berbagai fenomena ekonomi maupun sosial politik, seperti sikap pemilih
(voters) dalam pemilu. Pendekatan pilihan rasional ini bahkan dapat digunakan
untuk mempelajari sikap pemerintah dalam proses pengambilan keputusan bagi
kebijakan publik (Gilboa, 2010).

B. TEORI PILIHAN RASIONAL DALAM EKONOMI POLITIK

Teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) merupakan tindakan


rasional dari individu atau aktor untuk melakukan suatu tindakan bedasarkan
tujuan tertentu yang ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi)
(Hidayaturrahman, dan Purwanto. 2022). Secara sederhana, teori ini dapat
dipahami sebagai sikap seseorang dalam mengambil dan menjelaskan
bagaimana suatu keputusan yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan
rasional yang dibuat, untuk mencapai tujuan yang dipandang maksimal. Dalam
hal ini, keputusan itu dibuat demi mencapai tujuan atau kepentingan dari negara,
baik yang bersifat politis maupun bukan. Pembuatan keputusan atau kebijakan
untuk memperbaiki hubungan antar negara dibuat oleh pihak eksekutif dan
legislatif, melalui kolaborasi dan hubungan intensif, serta pertimbangan-
pertimbangan yang merupakan wujud dari berbagai kontak sosial, baik antar
lembaga maupun individu, yang dilakukan sebelum keputusan politik dibuat.
Maka dari itu, teori ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan fenomena-
fenomena yang bersifat global (Arjawa, G. S. 2014). Para teoretikus pilihan
rasional, seperti para ekonom, membangun model analitis dengan
mengasumsikan bahwa individu-individu itu rasional dan mementingkan diri
sendiri. Ahli yang menggunakan teori pilihan rasional menggunakan
instrumental konsep rasionalitas dimana tindakan dinilai sebagai rasional ketika

8
tindakan tersebut merupakan cara terbaik untuk mencapai beberapa tujuan
untuk mencapai kepentingan diri sendiri. Ahli teori pilihan rasional
menggunakan asumsi kepentingan diri sendiri dan rasionalitas untuk
membangun model proses atau peristiwa politik tertentu.

James S., Coleman (1926-1995) merupakan salah satu sosiolog paling


terkemuka di paruh kedua abad dua puluh, ia sekaligus sebagai pencetus dari
teori pilihan rasional. Maka dari itu, teori ini mungkin merupakan satu-satunya
teori yang menghasilkan integrasi banyak paradigma sosiologi, karenannya
teori ini berasal dari ilmu sosiologi. Pada hakikatnya, globalisasi atau hubungan
antar negara merupakan landasan tingkat mikro guna menggambaran fenomena
tingkat makro dari apa yang terjadi secara sosiologis (Hidayaturrahman, dan
Purwanto. 2022). Pada level mikro, pembuatan keputusan terfokus pada
masyarakat yang dapat digunakan untuk menjelaskan perilaku kolektif, karena
adanya pemindahan pengendalian seseorang menuju pihak lain yang lebih
banyak, seperti misalnya keluarga. Sedangkan pada tingkat makro, pembuatan
keputusan ini diterapkan pada tingkat global yang menyangkut hubungan antar
negara. Seperti apabila dikaitkan dengan politik luar negeri dan domistik dari
suatu negara, maka teori ini bermanfaat untuk menerangkan atau mengetahui
alasan negara dalam membuat kebijakan-kebijakan politik tertentu. Dimana
politik luar negeri suatu negara merupakan kepanjangan dari politik dalam
negeri, sedangkan politik dalam negeri merupakan cerminan kebutuhan politik,
sosial, dan ekonomi yang juga dikaitkan dengan kondisi sosiologis suatu negara
(Arjawa, G. S. 2014).

Dimana James S., Coleman dengan percaya menyatakan bahwa


pendekatan teorinya beroperasi mulai dari dasar metodologi individualisme,
yang artinya teori ini memandang bahwa pemahaman terhadap fenomena sosial
dibangun dari pemahamam terhadap preferensi, keyakinan, dan strategi
individu. Dimana esensi dari rational choice adalah ‘ketika dihadapkan pada
beberapa alur tindakan, manusia biasanya akan memilih alur yang mereka
yakini akan mendatangkan manfaat yang paling besar bagi manusia tersebut’.

9
Kesimpulan itu dijabarkan secara lebih detil dalam premis-premis dasar dari
teori pilihan rasional, sebagai berikut:

1. Manusia memiliki seperangkat preferensi-preferensi yang bisa mereka


pahami, mereka tata menurut skala prioritas, dan dibandingkan antara satu
dengan yang lain.
2. Tatanan preferensi ini bersifat transitif atau konsisten dalam logika.
3. Tatanan preferensi itu didasarkan pada prinsip ‘memaksimalkan manfaat’
dan ‘meminimalkan resiko’.
4. Manusia pada dasarnya adalah makhuk yang egois.

Dari pemaparan James S., Coleman, salah satu sumber yang berperan
pada proses penyusunan kebijakan pada teori pilihan rasional adalah aktor dan
sumber daya. Dalam hal ini, peran aktor menjalankan serta sebagai pengendali
sumber daya terhadap pencari sumber daya. Maka, bisa disebutkan bahwa
kendali atas sumber daya begitu bergantung terhadap kemahiran aktor terkait,
bedasarkan perhitungan yang paling menguntungkan baginya. Adapun aktor
dalam hal ini bisa berupa korporat (kelompok) maupun individu.
(Hidayaturrahman, dan Purwanto. 2022). Dalam proses pembuatan keputusan,
baik pada level mikro maupun makro, setiap aktor memiliki pertimbangan-
pertimbangan rasional guna mencapai keuntungan maksimal yang dapat
diterapkan di level masyarakat, baik pada sektor budaya maupun politik.
Pertimbangan tersebut didasarkan pada berbagai pengetahuan, informasi, serta
data yang memberikan sumbangan kognitif kepada aktor. Dalam hal ini, aktor
merupakan aparatur atau tokoh yang berpengaruh dalam proses pembuatan
keputusan, baik atas nama pribadi maupun perwakilan organisasi. Dari
pandangan inilah dapat dikatakan bahwa pemerintah disebut sebagai aktor yang
membuat keputusan bagi tujuan negara (Arjawa, G. S. 2014).

C. APLIKASI PERSPEKTIF RATIONAL CHOICE DALAM KEPUTUSAN


EKONOMI POLITIK
Perspektif Rational Choice dalam Keputusan Ekonomi Politik merujuk
pada pendekatan teori pilihan rasional yang digunakan untuk menganalisis

10
perilaku individu dan kelompok dalam konteks politik dan ekonomi. Teori ini
mengasumsikan bahwa individu dan kelompok memilih opsi yang paling
menguntungkan bagi mereka sendiri, mempertimbangkan biaya dan
keuntungan dari tindakan mereka. Dengan menggunakan prinsip rasionalitas,
kita memahami bahwa setiap agen politik ingin memaksimalkan manfaat yang
ia terima. Salah satunya bisa berupa dalam bentuk memperoleh kekuasaan
politik yang sebesar-besarnya. Untuk itu, ada beberapa contoh aplikasi
perspektif ratinal choice dalam Keputusan ekonomi politik:
1. Voting Paradox
Dalam suatu sistem demokrasi, voting adalah mata uang yang sangat
berharga bagi para agen politik. Untuk bisa masuk dalam lembaga legislatif,
dibutuhkan hak suara dari masyarakat umum. Dalam lembaga legislatif pun
hak suara menjadi penentu apakah suatu undang-undang atau kebijakan
akan berlaku secara sah dan mengikat masyarakat.
Tetapi proses pengambilan suara tidak lah semudah itu. Para agen
politik harus bersaing keras untuk memperoleh suara terbanyak di
masyarakat dan menghadapi permasalahan yang lebih rumit lagi ketika
mencoba mengambil keputusan secara kolektif (Oktavinanda, 2012).
Konsep Voting Paradox menunjukkan bahwa dalam suatu proses voting
selalu terbuka kemungkinan terjadi permasalahan dalam hierarki preferensi
yang mengakibatkan tidak tercapainya kesepakatan baik secara mutlak
maupun secara mayoritas. Konsep Voting Paradox kemudian diformalkan
oleh Kenneth Arrow, salah satu penerima hadiah Nobel di bidang Ekonomi,
melalui Arrow’s Impossibility Theorem. Teorema yang telah dibuktikan
secara matematis ini pada prinsipnya menunjukkan bahwa pengambilan
keputusan secara kolektif tidak dapat memenuhi secara bersamaan seluruh
syarat yang diperlukan untuk memiliki suatu institusi politik yang baik
(Oktavinanda, 2012).
Syarat-syarat tersebut diantaranya (Amri & Damuri, 2019):
a) Kebebasan setiap pemilih untuk mengeluarkan hak suaranya sesuai
dengan preferensi/pilihan mereka masing-masing (absence of domain

11
restriction). Prinsip absence of domain restriction berarti setiap pihak
bisa mengutarakan pilihannya secara tegas dan bebas serta tidak dibatasi
oleh berbagai hambatan administratif.
b) Hierarki preferensi berjalan secara ordinal, yaitu dari yang paling tinggi
ke paling rendah (transitivity). Prinsip transitivity berarti setiap urutan
prioritas dari suatu pilihan berjalan secara logis baik dalam pengambilan
keputusan secara individu maupun kolektif, yaitu senantiasa dari yang
paling tinggi ke paling rendah.
c) Hierarki preferensi merujuk kepada preferensi dari lebih dari satu
pemilih dan tidak ditentukan oleh salah satu pihak saja (non-
dictatorship). Prinsip non-dictatorship berusaha memastikan bahwa
keputusan memang merefleksikan pilihan dari semua atau kebanyakan
pihak dan bukan hasil keputusan salah satu pihak atau dipengaruhi oleh
kepentingan salah satu pihak saja.
d) Suatu opsi dinilai semata-mata berdasarkan nilai intrinsiknya dan bukan
dari opsi lain yang sebenarnya tidak relevan (independence of irrelevant
alternatives). Prinsip independence of irrelevant alternatives
menunjukkan bahwa jangan sampai suatu opsi dipilih karena adanya
aspek lain yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan opsi itu,
misalnya karena suap atau politik tukar guling/dagang sapi.
e) Opsi yang mendapatkan preferensi lebih tinggi dari masing-masing
pemilih tidak mendapatkan prioritas yang ternyata lebih rendah ketika
keputusan diambil secara kolektif (positive responsiveness). Terakhir,
prinsip positive responsiveness terkait erat dengan konsep condorcet
winner (metode pemilu yang memilih calon yang memperoleh suara
terbanyak dalam setiap pemilu head-to-head melawan masing-masing
kandidat. calon lain, yaitu calon yang disukai oleh lebih banyak pemilih
dibandingkan calon lainnya, kapan pun ada calon tersebut).
2. Rent Seeking dan Interest Group
Prasad mendefinisikan rent-seeking sebagai proses individu
memperoleh pendapatan secara aktual tanpa meningkatkan produktivitas,

12
atau malah mengurangi produktivitas tersebut. Dalam perspektif ekonomi
politik, pengertian rente menjadi negatif karena rente merupakan
kemudahan individu atau pengusaha (group bisnis) untuk mendapatkan
keuntungan bisnisnya untuk mendapatkan proteksi atau previllege dari
pemerintah (publik). Berbagai bentuk kebijakan pemerintah yang dapat
memunculkan rente ekonomi dapat berbentuk pemberian lisensi (lisensi)
dan pemberlakuan proteksi (Febriandiela et al., 2023).
Sedangkan interest group adalah suatu perkumpulan (bisa berbentuk
lembaga swadaya masyarakat) yang bertujuan untuk memengaruhi
keputusan politik, mencoba untuk meyakinkan para pejabat publik untuk
bertindak sesuai dengan suara atau kepentingan anggota kelompoknya. Jadi
rent seeking interest group adalah Kelompok-kelompok kepentingan
mencari untung dengan menciptakan dan memanfaatkan kekuasaan politik
untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
Alasan Rent Seeking dan Interest Group muncul disebabkan oleh
beberapa factor, diantaranya (Oktavinanda, 2012).
a) Setiap agen politik akan berusaha untuk memaksimalkan manfaat yang
ia terima dan manfaat itu termasuk juga keuntungan yang bisa
didapatkan dengan jalan menggunakan kekuasaan politik yang dimiliki
oleh agen politik yang bersangkutan untuk memenuhi keinginan Interest
Group tertentu. Mengingat proses persaingan mendapatkan suara sangat
sulit, keberadaan Interest Group menjadi sangat penting bagi para
politisi.
b) Dari sudut pandang Voting Paradox, terdapat celah inheren dalam
proses demokrasi yang memungkinkan perang pengaruh berjalan secara
alamiah. Terlebih lagi, dalam proses pertarungan politik pun sebetulnya
terdapat Policy Paradox, suatu kondisi dimana dalam tiap penyusunan
suatu kebijakan terdapat pertentangan nilai-nilai dasar/abstrak yang
sama kuat.
c) Interest Group memiliki keunggulan sebagai pihak yang terorganisir,
sehingga biaya untuk berkoordinasi di antara mereka menjadi jauh lebih

13
kecil dibandingkan dengan masyarakat secara keseluruhan yang
tersebar dan sulit untuk berkoordinasi (yang sering juga disebut sebagai
collective action problem .

Perkembangan Rational Choice dan Aplikasinya

Dalam dekade 1980-an, khazanah literatur politik kemudian


dipenuhi oleh tulisan-tulisan tentang rational choice (RC) atau public choice
(PC).

a. Rational choice dapat digambarkan dengan kutipan paragraf berikut ini.


"para ekonom politik biasanya melihat situasi politik setidaknya dalam
hal demokrasi, karena mampu menimbulkan kemungkinan adanya
pertukaran antara warga negara, partai politik, pemerintah dan birokrasi.
b. Kedua, public choice sangat tertuju perhatiannya terhadap fungsi pilihan
sosial (social choice function) atau eksplorasi terhadap kepemilikan
kesejahteraan sosial (properties of social welfare). Dengan demikian,
public choice sangat erat kaitannya dengan pemilih, partai politik,
politisi, birokrat, kelompok kepentingan dan aturan- aturan pemilihan
umum.

Ratinal choice adalah penerapan metode-metode ekonom terhadap


bidang politik dengan dua masalah pokok, yaitu masalah tindakan kolektif
(collective action) dan masalah agregasi preferensi. Ilmu ekonomi lahir
untuk mengatur atau memberikan arah yang tepat dalam pengalokasian
sumber-sumber ekonomi yang langka. Jadi, ilmu ekonomi selalu berkaitan
dengan analisis tentang kelangkaan sumber daya (scarcity).

Jadi jika sumber daya terbatas, ada berbagai cara untuk mengatur alokasi
sumber daya tersebut. Berdasarkan berbagai kemungkinan yang ada, cara
pengelolaan alokasi sumber daya tersebut dapat dilakukan dengan cara
altruisme, anarki, pasar, dan pemerintah.

14
1) Altruisme
Altruisme adalah pola alokasi sumber ekonomi atasa dasar sistem
dan hubungan pemberian (gift relationship). Satu hal yang penting,
altruisme dapat berwalanan dengan pasar (market). Namun altruisme
dapat menjadi medium untuk menyediakan komoditi publik seperti
altruisme untuk bantuan bencana alam. Dengan contoh yang jelas
tersebut, komoditi individu sebagai milik pribadi (private goods) dapat
bergeser menjadi komoditi publik dalam proses distribusinya jika ada
nuansa altruisme di dalamnya.
2) Anarki
Anarki sering diasosiasikan oleh banyak orang sebagai suatu sistem
tanpa hukum dan aturan (lawlessness atau an absence of ruling). Hasil
dari pemanfaatan sumber daya atau komoditi melalui cara anarki ini
biasanya akan menimbulkan kekacauan, bahkan pada akhirnya
cenderung melenyapkan manfaat dari komoditi publik tersebut.
3) Pasar (market)
Pasar adalah konsep yang kontrovesional, tetapi menjadi suatu
praktik, medium dan wahana bagi pertukaran atau transaksi berbagai
hal. Pasar adalah suatu sistem transaksi atas dasar voluntarisme dan
dianggap sebagai kekuatan besar dalam menumbuhkan dunia
kapitalisme modern pada saat ini. Dengan pasar modernisasi terus dapat
dikembangkan, sebagai produksi, teknologi, inovasi dan berbagai
kemajuan dapat diraih.
4) Pemerintah atau Birokrasi
Meskipun suatu sistem ekonomi dan sosial sangat berorientasi pasar,
yang berusaha mengurangi campur tangan pemerintah dalam kegiatan
ekonomi, peran pemerintah tetap sangat diperlukan. Produksi komoditi
publik yang mendasar perlu terus dilakukan oleh pemerintah, khususnya
peraturan-peraturan dan kompensasi untuk kegagalan pasar (market
failure), yang terjadi dilapangan (Nur, 2017).

15
D. KETERBATASAN DAN KELEMAHAN PERSPEKTIF RATIONAL
CHOICE

Teori pilihan rasional dapat membantu dalam memahami perilaku individu


dan kolektif. Hal ini membantu untuk menunjukkan dengan tepat mengapa
orang, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan bergerak menuju pilihan-
pilihan tertentu, berdasarkan biaya dan imbalan tertentu.

Teori pilihan rasional juga membantu menjelaskan perilaku yang


tampaknya “irasional”. Karena teori pilihan rasional menyatakan bahwa semua
perilaku adalah rasional, jenis tindakan apa pun dapat diperiksa untuk
mengetahui motivasi rasional yang mendasarinya. Teori pilihan rasional dapat
mendorong penyelidikan dan pemahaman, membantu pihak-pihak yang
berbeda, seperti klien dan terapis, untuk mengenali alasan pihak lain.

Keterbatasan teori pilihan rasional adalah teori ini berfokus pada tindakan
individu. Meskipun ada yang mengatakan bahwa tindakan individu mendorong
struktur sosial yang besar, beberapa kritikus teori pilihan rasional berpendapat
bahwa teori tersebut terlalu terbatas dalam penjelasannya.

Kelemahan lain dari teori pilihan rasional adalah teori ini tidak
memperhitungkan penalaran atau naluri intuitif. Untuk keputusan yang harus
diambil dalam sekejap, misalnya keputusan yang mempengaruhi kelangsungan
hidup, mungkin tidak ada waktu untuk mempertimbangkan biaya dan
manfaatnya.

Kelebihan Teori Pilihan Rasional :

• Bermanfaat dalam menjelaskan perilaku individu dan kolektif


• Semua teori berusaha memberi makna pada hal-hal yang kita amati di
dunia.
• Dapat membantu menjelaskan perilaku yang tampaknya tidak rasional

16
Kontra Teori Pilihan Rasional :

• Individu tidak selalu membuat keputusan rasional.


• Kenyataannya, seringkali masyarakat tergerak oleh faktor eksternal yang
tidak rasional, seperti emosi.
• Individu tidak memiliki akses sempurna terhadap informasi yang mereka
perlukan untuk membuat keputusan paling rasional setiap saat.
• Orang-orang lebih menghargai beberapa dolar daripada yang lain.

Teori pilihan rasional sering dikritik, terkadang dengan argumen yang baik,
dan terkadang dengan argumen yang buruk. Meskipun beberapa argumen
buruk mungkin berlaku untuk versi teori yang buruk, para kritikus harus
membahas versi terbaiknya. Kesalahpahaman yang paling umum adalah bahwa
teori ini mengasumsikan agen memiliki motivasi egois. Rasionalitas konsisten
dengan keegoisan, tetapi juga dengan altruisme , seperti ketika seseorang
mencoba memilih badan amal di mana sumbangan dapat memberikan manfaat
yang paling besar.

Teori pilihan rasional juga terkadang dikacaukan dengan prinsip


individualisme metodologis. Benar, teori ini mengandaikan prinsip itu.
Berbicara tentang keyakinan dan keinginan entitas supra-individu, seperti
suatu kelas atau bangsa, secara umum tidak ada artinya. Namun hal sebaliknya
tidak berlaku. Beberapa alternatif terhadap teori pilihan rasional juga
mengandaikan individualisme metodologis.

Lebih jauh lagi, kadang-kadang dikatakan bahwa teori tersebut bersifat


atomistik dan mengabaikan interaksi sosial. Yang terjadi justru sebaliknya.
Teori permainan dilengkapi dengan baik untuk menangani tiga saling
ketergantungan yang penting: (a) kesejahteraan setiap orang bergantung pada
keputusan semua pihak; (b) kesejahteraan setiap orang bergantung pada
kesejahteraan semua orang; dan (c) keputusan masing-masing bergantung pada
keputusan semua pihak. Kadang-kadang juga ditegaskan bahwa teori tersebut

17
mengasumsikan manusia seperti komputer yang kuat, yang dapat dengan cepat
menyelesaikan konsekuensi paling rumit dari semua pilihan yang mungkin ada.
Pada prinsipnya, teori pilihan rasional dapat memasukkan batasan kognitif
yang setara dengan batasan fisik atau finansial. Dalam praktiknya, para kritikus
sering kali mempunyai pendapat yang benar.

Terakhir, kadang-kadang dikatakan bahwa teori tersebut bias secara


budaya, mencerminkan (dan mungkin menggambarkan) masyarakat Barat
modern atau subkulturnya . Namun, model minimal yang diuraikan di atas
valid secara transhistoris dan transkultural. Pernyataan ini tidak berarti bahwa
orang-orang selalu dan di mana pun bertindak rasional, atau bahwa mereka
mempunyai keinginan dan keyakinan yang sama. Artinya, cita-cita normatif
rasionalitas yang terkandung dalam model tersebut merupakan cita-cita yang
secara eksplisit maupun implisit dianut oleh seluruh umat manusia. Orang-
orang rasional secara instrumental karena mereka menganut prinsip usaha yang
paling sedikit. ‘Jangan menyeberangi sungai untuk mengambil air,’ kata
pepatah Norwegia. Selain itu, karena orang-orang mengetahui bahwa bertindak
berdasarkan keyakinan yang salah akan menghambat pencapaian tujuan
mereka, mereka ingin menggunakan prosedur kognitif yang mengurangi risiko
melakukan kesalahan padahal melakukan hal yang benar itu penting.
Kenyataan bahwa mereka sering gagal menerapkan prosedur yang benar tidak
melemahkan ideal normatif.

18
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori pilihan rasional (Rational Choice Theory) merupakan tindakan
rasional dari individu atau aktor untuk melakukan suatu tindakan bedasarkan
tujuan tertentu yang ditentukan oleh nilai atau pilihan (preferensi). Asumsi dasar
dari pendekatan pilihan rasional (rational choice) ini bahwa manusia pada
dasarnya egois, rasional, dan selalu berupaya untuk memaksimumkan utilitas dan
keuntungan untuk dirinya. Dalam pandangan ini, individu sebagai aktor
diasumsikan mempunyai serangkaian hak milik khusus (set of properties),
termasuk seperangkat selera atau preferensi tertentu.
Kelebihan Teori Pilihan Rasional, diantaranya: (a) bermanfaat dalam
menjelaskan perilaku individu dan kolektif, (b) Semua teori berusaha memberi
makna pada hal-hal yang kita amati di dunia, (c) Dapat membantu menjelaskan
perilaku yang tampaknya tidak rasional. Sedangkan Kontra Teori Pilihan
Rasional, yaitu: (a) Individu tidak selalu membuat keputusan rasional, (b)
Kenyataannya, seringkali masyarakat tergerak oleh faktor eksternal yang tidak
rasional, seperti emosi, (c) Individu tidak memiliki akses sempurna terhadap
informasi yang mereka perlukan untuk membuat keputusan paling rasional
setiap saat, (d) Orang-orang lebih menghargai beberapa dolar daripada yang lain.
B. SARAN
Demikian penulisan makalah yang kami buat mengenai, “Perspektif
Rational Choice Dalam Ekonomi Politik”. Penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari pembaca sangat penulis harapkan untuk dijadikan evaluasi dalam
penyusunan makalah dikemudian hari, semoga makalah yang penulis tulis ini,
dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

19
DAFTAR PUSTAKA

Amri, P. D., & Damuri, Y. R. (2019). Economic Voting di Indonesia: Bagaimana


Faktor Ekonomi Mempengaruhi Pilihan Politik. CSIS Election Series, 4, 1–9.
Darmansyah, R., Syahrani, S. D., & Harirah MS, Z. (2020). Potret Dinasti Politik
dalam Pengisian Jabatan Administratif. Journal of Political Issues, 2(1), 34–
46. https://doi.org/10.33019/jpi.v2i1.28
Febriandiela, F., Yulhendri, & Magriasti, L. (2023). Kebijakan Ekonomi Politik
Indonesia dan Tanggapan Masyarakat di Desa Panti Sumatera Barat. Jurnal
Ekonomi Aktual, 2(3), 79–88. https://doi.org/10.53867/jea.v2i3.73
Firdaus, S. (2013). Paradigma Rational Choice Dalam Menelaah Fenomena
Golput Dan Perilaku Pemilih Di Indonesia. Jurnal Ilmu Politik Dan
Pemerintahan, 1(2), 165–184.
Gilboa, I. (2010). Rational Choice.
Kartman, L. (1954). Studies on Pasteurella pestis in fleas. I. An apparatus for the
experimental feeding of fleas. Experimental Parasitology, 3(6), 525–537.
https://doi.org/10.1016/0014-4894(54)90048-X
Nur, A. C. (2017). Analisis Kebijakan Publik. Analisis Kebijakan Publik, April,
1–215.
Oktavinanda, P. A. (2012). Public Choice Theory Dan Aplikasinya Dalam Sistem
Legislasi Indonesia (Public Choice Theory and its Application in Indonesian
Legislation System). SSRN Electronic Journal, 1–24.
https://doi.org/10.2139/ssrn.2158542
Purwanto, E. D. Y. (n.d.). di INDONESIA.
Udayana, U. (n.d.). Pilihan Rasional di Balik Pembebasan Corby. 49–62.

20

Anda mungkin juga menyukai