Anda di halaman 1dari 18

MATA KULIAH: EKONOMI KELEMBAGAAN

EKI 1416 A3
“TEORI EKONOMI POLITIK”
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Dra. Ida Ayu Nyoman Saskara, M.Si

Disusun oleh:
I Made Fajar Wija Putrawan (2107511050)
Sofia Febe Yuliani (2107511060)

PROGRAM STUDI EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah-
Nya penulis dapat menyelesaikan pembuatan paper ini yang berjudul “Teori Ekonomi
Politik” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan paper ini yakni untuk
memahami dan menambah wawasan pembaca terkait topik materi sejarah dan
pemaknaan ekonomi politik berserta teori-teorinya pada mata kuliah ekonomi
kelembagaan.
Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih khususnya kepada Ibu Prof. Dr. Dra.
Ida Ayu Nyoman Saskara, M.Si selaku dosen pengampu penulis pada mata kuliah
ekonomi kelembagaan yang telah membimbing dan memberikan tugas paper ini
sehingga penulis dapat lebih memahami, menambah pengetahuan serta wawasan
terkait bidang yang penulis tekuni. Penulis menyadari, pembuatan dan isi paper ini
masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan pengetahuan/ wawasan dan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang bersifat membangun yang dapat menyempurnakan kembali isi dan substansi dari
paper ini. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terimakasih.

Denpasar, 30 Maret 2023


Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3. Tujuan ................................................................................................ 2
1.4. Manfaat .............................................................................................. 2
1.5. Ruang Lingkup ................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN MATERI............................................................... 3
2.1. Sejarah dan Pemaknaan Ekonomi Politik .......................................... 3
2.1.1. Zaman Klasik (Adam Smith) .................................................. 3
2.1.2. Zaman Neo Klasik ................................................................... 3
2.1.3. Zaman Abad ke-16 hingga ke-18 (Zaman Enlightenment)...... 4
2.1.4. Pemaknaan Ekonomi Politik .................................................... 5
2.2. Teori Pilihan Publik ........................................................................... 6
2.3. Teori Rent-Seeking ............................................................................. 9
2.4. Teori Redistributive Combines dan keadilan ..................................... 11
2.5. Studi Kasus Jurnal berjudul: Paradigma Rational Choice dalam
Menelaah Fenomena Golput dan Perilaku Pemilih di Indonesia ....... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................ 13
3.1. Kesimpulan ........................................................................................ 13
3.2. Saran................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... iv
LAMPIRAN .................................................................................................... v

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Munculnya paham ekonomi politik kelembagaan disebabkan oleh berbagai
permasalahan ekonomi yang tidak dapat dijelaskan menurut pemahaman ekonomi
politik klasik maupun ekonomi politik neoklasik. Ekonomi politik klasik, sebagaimana
dikemukakan oleh Adam Smith (1776) memandang bahwa masalah ekonomi hanya
dapat diselesaikan dengan mekanisme pasar, dimana keseimbangan penawaran
(supply) dan permintaan (demand) akan terwujud melalui pasar persaingan sempurna,
informasi sempurna dan hal ini digerakkan oleh tangan tidak terlihat (invisible hand).
Paham ekonomi politik neoklasik (Alfred Marshal dkk) mempunyai pandangan
berbeda dengan ekonomi politik klasik, yakni mengasumsikan terjadinya persaingan
yang tidak sempurna dalam pasar, sehingga terjadi kompetensi, monopoli dan
oligopoli.
Peran Pemerintah sangat diperlukan untuk menyelesaikan faktor eksternalitas
dan barang publik, cara yang ditempuh pemerintah adalah menetapkan pajak, subsidi
dan penggunaan hak kepemilikan. Ekonomi politik klasik maupun neoklasik dibangun
oleh ilmu ekonomi murni tanpa berkolaborasi dengan ilmu-ilmu lain (ilmu sosial,
politik, keagamaan dan lainnya) sehingga tidak mempertimbangkan unsur “motivasi”
dari aktor-aktor ekonomi. Pada kenyataannya dalam masyarakat ada lembaga-lembaga
dan sistem politik yang dianut dan menentukan hubungan antara yang memiliki
kekuatan politik dengan yang kurang atau tidak memiliki kekuatan serta menentukan
hubungan antara penguasa dan masyarakat. Di sinilah kelembagaan sebagai aransemen
berdasarkan konsensus atau pola tingkah laku dan norma yang disepakati bersama
berperan memberi naungan/sangsi terhadap individu-individu atau kelompok-
kelompok dalam menentukan pilihannya.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang akan penulis
bahas dalam paper ini, yaitu:
1. Bagaimana sejarah dan pemaknaan ekonomi politik?

1
2. Apa dan bagaimana itu teori pilihan publik?
3. Apa dan bagaimana itu teori rent-seeking?
4. Apa dan bagaimana itu teori redistributive combines dan keadilan?
5. Bagaimana contoh studi kasus terkait topik teori ekonomi politik dalam paper
ini?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulis berdasarkan rumusan masalah diatas, yaitu:
1. Mengetahui sejarah dan pemaknaan ekonomi politik.
2. Mengetahui dan memahami teori pilihan publik.
3. Mengetahui dan memahami teori rent-seeking.
4. Mengetahui dan memahami teori redistributive combines dan keadilan.
5. Menelaah dan memahami contoh studi kasus terkait topik teori ekonomi politik.
1.4. Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penulisan paper ini adalah sebagai
berikut.
1. Bagi Mahasiswa, secara akademik dapat mengetahui sejarah ekonomi politik
beserta teori-teorinya dalam proses pembelajaran di ruang kelas serta dapat
mengaplikasikan materi yang di dapat kedalam permasalahan sosial ekonomi
di Indonesia. Selain itu, melalui penulisan paper ini dapat mendalami dan
menyempurnakan kembali substansi materi dari sisi akademik.
2. Bagi masyarakat atau khalayak umum, dapat menambah wawasan secara
umum terkait sejarah ekonomi politik beserta teorinya.
1.5. Ruang Lingkup
Dalam penulisan paper ini adapun ruang lingkup atau batasan materi yang
penulis jelaskan dalam paper ini ialah hanya mencakup sejarah perkembangan teori
ekonomi politik, teori pilihan publik, teori rent-seeking, serta teori redistributive
combines dan keadilan. Hal-hal atau materi lain diluar penjabaran ruang lingkup
tersebut tidak penulis bahas secara mendalam dalam paper ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN MATERI
2.1. Sejarah dan Pemaknaan Ekonomi Politik
Imu ekonomi politik dilihat dari sejarahnya, ialah ilmu yang sudah ada sejak
lama dimulai sejak zaman Aristosteles atau Yunani kuno. Kemudian ilmu ekonomi
politik terus berkembang dan berlanjut dimulai dari zaman ekonomi klasik, neoklasik,
sosialis, hingga sampai popular pada zaman sekarang ini. Menurut Deliarnov (2006)
pada zaman klasik, ilmu ekonomi dengan ilmu politik merupakan satu kesatuan (masih
menyatu). Namun, pada perkembangannya di zaman neo klasik, kedua ilmu ini
dipisahkan dan bukan merupakan suatu kesatuan. Perkembangan ilmu ekonomi yang
didukung dengan ilmu-ilmu lain seperti kalkulus dan statistik yang mennyebabkan
terpecahnya antara ilmu ekonomidan ilmu politik.
2.1.1. Zaman Klasik (Adam Smith)
Pada zaman klasik, Adam smith menekankan ekonomi yang baik ialah ekonomi
yang terjadi secara natural (invisible hand) dimana perekonomian benar-benar
diserahkan pada mekanisme pasar tanpa adanya campur tangan (intervensi)
pemerintah. Pada masa neoklasik, ilmu ekonomi dan politik dipisahkan. Namun
faktanya beberapa peristiwa ditahun 60 dan 70an memaksa ilmu ekonomi dan ilmu
politik bersatu kembali. Kemudian, di tahun 70an terjadi peristiwa penghapusan
standar emas oleh Amerika, dan juga ekonomi Jepang yang meroket yang memaksa
negara-negara harus memahami interaksi ekonomi dan politik untuk menata ekonomi
internasional.
2.1.2. Zaman Neoklasik
Dalam perkembangannnya, tentu ilmu ekonomi politik tidak lepas dari gagasan
John Struat Mill yang terkenal dengan laizzes-faire yang dimana dalam hal ini
menekankan pemerintah tidak turut campur dalam perekonomian dengan penuh, tetapi
tetap menjadi pengawas serta pengontrol. Dari adanya gagasan inilah sebenarnya
peralihan dari mazhab klasik menjadi neoklasik. Dari pencetusan Adam Smith yang
menjelaskan pasar tanpa campur tangan pemerintah namun mekanisme pasar yang
terdjadi secara murni, tetapi pada jaman itu terjadi suatu fenomena dimana

3
pengangguran yang tinggi di pasar Amerika, sehingga pasar tidak dapat mencapai
efektifitasnya dalam ekonomi klasik. Oleh karena itu, munculah mazhab neoklasik
yang menyempurnakan mazhab klasik, dimana pemerintah tidak perlu untuk
mengintervensi pasar namun tetap melakukan pengawasan terhadap pasar.
2.1.3. Abad ke-16 hingga ke-18 (Zaman Enlightenment)
Pada abad ke-18, abad pencerahan (enlightenment) atau saat terjadi revolusi
industri di Prancis. Dari abad pencerahaan inilah sebenarnya yang menjadi dasar
ekonomi politik. Namun, istilah ekonomi politik sendiri pertama kali sudah muncul
pada abad ke-16 oleh penulis Perancis bernama Antoyne de Montcheitien (1575-1621)
dalam bukunya yang berjudul Treatise on Political Economy (Saskara,2017). Pada
abad 16 para ahli ekonomi politik mengembangkan gagasan tentang perlunya peran
negara memberi stimulasi pada kegiatan ekonomi, dimana pasar belum berkembang
pada saat itu. Sehingga peran negara untuk dapat membuka wilayah baru perdagangan
(imperialism), memberikan perlindungan, dan menyediakan pengawasan terhadap
komoditas produk perdagangan. Namun. pada akhir abad ke 18, pandangan tersebut
mulai mengalami penolakan, dimana pemerintah dianggap bukan sebagai pihak yang
baik untuk mengatur kegiatan ekonomi, namun malah menjadi sebuah rintangan dalam
upaya untuk memperoleh kesejahteraan dalam pasar. Dengan adanya perubahan
pandangan yang terjadi pada abad ke-18, maka muncul beberapa aliran dalam tradisi
pemikiran ekonomi politik yang dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Aliran ekonomi politik konservatif oleh Edmund Burke.
b. Aliran ekonomi politik klasik yang dipelopori olehAdam Smith, Thomas
Malthus, David Ricardo, Nassau, dan lain-lain.
c. Aliran ekonomi politik radikal yang di propagandakan oleh William Godwin,
Thomas Paine, Condorcet, dan Karl Marx.
Adapun sejarah dan cabang dari ilmu ekonomi politik beserta beberapa aliran yang ada
sepanjang sejarah dapat di gambarkan dalam bagan berikut.

Bagan 1. Sejarah dan Cabang Ilmu Ekonomi Politik


(Sumber: Clark, 1998:24)

4
2.1.4. Pemaknaan Ekonomi Politik
Adapun beberapa pemaknaan ekonomi politik menurut para ahli adalah sebagai
berikut (Deliarnov; 2006: Saskara: 2017).
a. Menurut Strailand dalam Deliarnov (2006:8) ekonomi politik merupakan sebuah
studi tentang teori sosial dan keterbelakangan. Secara lebih lanjut definisi tentang
ekonomi politik mengacu pada masalah dasar dalam teori sosial, hubungan antara
politik dan ekonomi dimana kedua proses tersebut saling berkaitan serta
bagaimana seharusnya mereka terkait
b. Menurut Caporaso & Levine dalam Deliarnov (2006:8) pemaknaan terhadap
ekonomi politik tidak terbatas pada studi tentang teori sosial dan keterbelakangan
melainkan ekonomi politik diartikan sebagai analisis ekonomi terhadap proses
politik. Dalam hal ini mereka mempelajari institusi politik sebagai keberadaan

5
yang bersinggungan dengan keputusan ekonomi politik yang berusaha
memengaruhi pengambilan keputusan dan pilihan publik, baik untuk
kepentingan kelompoknya atau masyarakat.
c. Menurut Aisen & Veiga dalam Yustika (2013:100), ia melihat adanya hubungan
antara stablitas politik dengan pencapaian ekonomi. Dalam hasil penelitiannya
didapat bahwa stabilitas politik secara signifikan meningkatkan pertumbuhan
ekonomi. Sebaliknya, instablitas politik akan memperburuk produktivitas serta
menekan akumulasi modal fisik dan manusia.
Melihat dari beberapa pandangan diatas, secara umum menurut Yustika
(2013:100), pendekatan ekonomi politik mengaitkan seluruh penyelenggara politik,
baik aspek, proses maupun kelembagaan dengan kegiatan ekonomi. Pendekatan ini
meletakan bidang politik terhadap ekonomi, yaitu bahwa instrumen-instrumen
ekonomi; yakni mekanisme pasar, harga, dan investasi dianalisis dengan menggunakan
seting sistem politik dimana peristiwa ekonomi terjadi. Pendekatan ini melihat
ekonomi sebagai cara untuk melakukan tindakan (a way of acting), sedangkan politik
menyediakan ruang bagi tindakan tersebut. Hal ini menyatakan bahwa pendekatan
ekonomi politik tidak berupaya untuk mencampur analisa ekonomi dan politik untuk
mengkaji suatu persoalan, namun dua aspek yang saling berhubungan untuk
memperlihatkan fakta yang terjadi. Berdasarkan hal tersebut, pendekatan ekonomi
politik mempertemukan antara bidang ekonomi dan politik dalam hal alokasi sumber
daya ekonomi dan politik (yang terbatas) untuk dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Oleh karena itu, implementasi dari kebijakan ekonomi politik selalu
mempertimbangkan struktur kekuasaan dan aspek sosial (masyarakat) yang menjadi
sasaran kebijakan.
2.2. Teori Pilihan Publik
Teori Pilihan Publik pertama kali dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi
James Buchman pada tahun 1950-an. Kemudian menurut Samuelson dan Nordhaus,
teori pilihan publik ialah salah satu dari cabang ilmu ekonomi yang mempelajari
bagaimana para pelaku politik (pembuat kebijakan dalam hal ini pemerintah) membuat
keputusan untuk memenuhi kepentingan masyarakat. Selain itu, James Buchanan

6
menjelaskan bahwa pilihan publik ialah sebuah perspektif untuk bidang sosial politik
yang muncul dari pengembangan dan penerapan perangkat atau metode ilmu ekonomi.
(Rachbini, 2001). Dengan adanya teori pilihan publik dapat membantu pakar-pakar
politik memfasilitasi konseptualisasi berbagai teori politik sebagai masalah-masalah
tindakan kolektif. Jika dalam ekonomi dapat menjelaskan fenomena pasar, yaitu
pertemuan supply (penjual) dan demand (pembeli), maka ekonomi politik juga dapat
menjelaskan konsep pasar politik. Pasar politik dalam hal ini menjelaskan pertemuan
yang terjadi antara aktor-aktor politik sebagai supply yang menawarkan kebijakan-
kebijakan publik dengan masyarakat atau setiap individu sebagai demand yang
membutuhkan kepentingan-kepentinganya sendiri melalui kebijakan publik yang
mereka minta. Adapun perbandingan paradigma ekonomi dengan ekonomi politik
dalam teori piliha publik dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Perbandingan Paradigma Ekonomi Klasik dengan Ekonomi Politik
pada Teori Pilihan Publik

Ekonomi Politik
Variabel Ekonomi Klasik
(Teori Pilihan Publik)

Produsen, pengusaha, Politisi, partai politik,


Pemasok (supplier)
distributor pemerintah
Masyarakat sebagai
Peminta (demander) Konsumen
pemilih (Voters)
Jenis komoditas Private goods Public goods
Alat transaksi Uang Suara (vote)
Transaksi politik sebagai
Jenis transaksi Transaksi dagang/ sukarela
pertukaran

Buchanan sebagaimana dituliskan didalam (Rachbini, 2006) menyebutkan


bahwa terdapat dua pendekatan teori pilhan publik, yakni: pendekatan Catalaxy dan
pendekatan Home Economicus.
a. Pendekatan Catalaxy

7
Pendekatan Catalaxy disebut juga sebagai ilmu pertukaran. Pendekatan ini
menjelaskan bahwa pilihan publik bergantung pada supply dan demand. Dimana
hal yang dimaksud supply disini adalah penawaran kebijakan publik oleh aktor-
aktor politik kepada masyarakat, dan demand nya adalah para masyarakat yang
memilih untuk membeli kebijakan tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan
mereka.
b. Pendekatan Home Economicus
Pendekatan Home Economicus atau biasa juga dikenal sebagai pendekatan
konsep manusia ekonomi, adalah pendekatan yang menyebutkan bahwa
kelangkaan sumber daya yang tersedia membuat manusia cenderung untuk
memanfaatkan ‘kemampuan’ yang ia punya dan hal tersebut bergantung pada
pilihan individu masing-masing. Dalam konteks politik hal ini berlaku ke
masyarakat yang mengatur suara kepada politisi untuk mendapatkan keutungan
kebijakan yang diinginkan, sedangkan dari pihak politisi mereka memanfaatkan
“kemampuannya” untuk membuat kebijakan-kebijakan yang menguntungkan
pihak-pihak tertentu agar supaya kembali dipilih untuk menjabat. Hal ini semata-
mata dilakukan karena ada dorongan berupa jabatan tinggi, gaji tinggi, reputasi di
mata publik, dan kekuasaan untuk mengatur birokrasi.
Teori pilihan publik merupakan jembatan penghubung antara ilmu ekonomi
dengan ilmu politik yang selama berkembang secara terpisah satu sama lain. Teori ini
memungkinkan untuk melihat fenomena politik secara lebih pasti dan terprediksi
secara teoritis. Namun teori ini memiliki kelemahan karena mengasumsikan bahwa
setiap individu bertindak rasional tanpa mengindahkan kekayaan lembaga, budaya, dan
politik masyarakat yang ada. Teori pilihan publik dalam aplikasinya sangat erat
kaitannya dengan mayarakat pemilih, partai politik, politisi, birokrat, kelompok
kepentingan dan aturan-aturan pemilihan umum. Ini bisa dilihat dalam sstem
ketatanegaraan kita yang mengedepankan demokratisasi yang berwujud pada
pemilihan-pemilihan anggota legislatif maupun eksekutif (Saskara, 2017). Adapun
beberapa fungsi pilihan publik, yakni:

8
a. Menunjukkan bagaimana sikap (behavior) yang diinterpretasikan sesuai medium
budaya dan ideologi yang ada.
b. Mengiluminasikan kondisi-kondisi keberhasilan tindakan kolektif dan untuk
menunjukkan mengapa sebagian kepentingan bisa lebih diagregasikan dan
sebagian lainnya tidak.
c. Bisa menjadi petunjuk bagi decision maker untuk menentukan pilihan kebijakan
yang paling efektif.
Teori pilihan publik memberikan kerangka atau penjelasan bagaimana
pemerintah membuat keputusan tentang perpajakan, pengeluaran, peraturan peraturan
ekonomi dankebijakan-kebijakan lainnya.
2.3. Teori Rent-Seeking
Teori Rent seeking mempunyai dua pendekatan, yaitu pertama ialah teori rent
seeking dari prespektif ekonomi klasik, dan yang kedua adalah teori rent seeking dari
prespektif ekonomi politik. Teori rent seeking pertama kali di perkenalkan oleh Anne
O. Krueger pada tahun 1974. Pada saat itu Krueger membahas tentang praktik untuk
memperoleh kuota impor, dimana kuota impor dimaknai sebagai perbedaan perbedaan
antara harga batas dan harga domestik (Yustika, 2013). Perilaku mencari rente
dianggap sebagai pengeluaran sumber daya untuk mengubah kebijakan ekonomi, atau
menikung kebijakan tersebut agar dapat menguntungkan bagi para pencari rente.
Konsep rent seeking dalam teori ekonomi klasik tidak dimaknai secara negatif sebagai
kegiatan ekonomi yang menimbulkan kerugian bahkan bisa berarti positif karena dapat
memacu kegiatan ekonomi secara simultan.
Dalam pandangan ekonomi klasik, pemburuan rente dimaknai secara netral,
atau tidak memberikan dampak negatif terhadap perekonomian atau dapat memberikan
keuntungan dan dampak positif. Hal ini dimaknai netral karena pendapatan yang
dimaksudkan yaitu pendapatan dari rent seeking ini sama dengan pendapatan yang
diperoleh individu karena menanamkan modalnya atau menjual jasa dan tenaganya.
Sedangkan dalam literatur ekonomi politik, rent seeking dimaknai negatif. Yustika
(2013) mengatakan bahwa asumsi awal yang dibangun dari teori ekonomi politik ialah
kelompok kepentingan ingin memaksimalkan keuntungan atau profit sebesar mungkin

9
dengan meminimalkan upaya mereka untuk mencapai keuntungan tersebut. Pada saat
ini, sumber daya ekonomi politik, seperti lobi akan dipakai untuk mencapai keuntungan
tersebut. Proses lobi tersebut akan membuat pemerintah menjadi lambat dalam
mengambil atau memutuskan suatu kebijakan yang pada akhirnya tidak bisa merespon
cepat terhadap perubahan-perubahan dan teknologi baru. Kemudian Prasad (2003:755)
mendefenisikan rent seeking sebagai proses di mana individu memperoleh pendapatan
tanpa secara aktual meningkatkan produktivitas atau mengurangi produktivitas
tersebut. Pada era orde baru dimana adanya suatu “kedekatan” antara pengusaha
dengan pemerintah yang memudahkan perusahaan untuk berkembang pesat. Dalam hal
ini, perusahaan mendapatkan keuntungan yang tinggi dan dapat mencegah pesaing
untuk masuk ke pasar.
Menurut Yustika (2013), ada tiga penjelasan mengenai rent seeking behavior.
Pertama, masyarakat akan mengalokasikan sumber daya untuk menangkap peluang
hak milik yang ditawarkan oleh pemerintah. Kedua, setiap kelompok atau individu
pasti akan berupaya mempertahankan posisi mereka yang menguntungkan.
Implikasinya, keseimbangan politik mungkin tidak dapat bertahan dalam jangka
panjang dikarenakan munculnya kelompok-kelompok penekan baru yang mencoba
mendapatkan fasilitas mewah. Ketiga, dalam pemerintahan sendiri terdapat
kepentingan-kepentingan yang berbeda. Dengan kata lain, kepentingan pemerintah
tidaklah tunggal.
Menurut Nicholson dalam Deliarnov (2006), yang dimaksud dengan rente
adalah kelebihan pembayaran atas biaya minimum yang diperlukan untuk tetap
mengkonsumsi faktor produksi tersebut. Nicholson memberikan contoh laba yang
diterima perusahaan monopoli dalam jangka panjang karena adanya kekuatan
monopoli atas faktor produksi tertentu yang menyebabkan tingginya pembayaran
terhadap perusahaan lain, dan keuntungan tersebut disebut dengan laba super normal.
Segala bentuk keuntungan eksesif (super normal) yang berhubungan dengan struktur
pasar barang dan jasa yang mengarah ke monopoli disebut rente.
Dalam kajian ekonomi politik, menurut Deliarnov (2006:57), “laba” yang
diterima penguasa melalui kekuasaan yang dimilikinya dan digunakan untuk mengejar

10
kepentingan pribadi juga disebut rente. Kegiatan ingin mendapatkan imbalan atau rente
itu sendiri disebut dengan “kalap rente” atau “rent seeking behavior”.
2.4. Teori Redistributive Combines Dan Keadilan
Pembentukan organisasi tidak jarang hanya untuk memperoleh pendapatan
dengan cuma-cuma yang dibagikan oleh negara atau disalurkan melalui sistem hukum.
Untuk melindungi diri sendiri dari proses ini dengan membentuk apa yang dinamakan
kelompok redistribusi yang tidak terbatas pada bidang-bidang yang lazimnya erat
berhubungan dengan kegiatan politik-partai politik, media massa, atau organisasi
informal tapi juga pada perusahaan bahkan keluarga. Menariknya, desoto
mengembangkan teori tersebut dengan teori keadilan. Hubungan antara dua teori ini
dapat dilihat dengan dua logika, seperti
a. Teori redistributive combines mengandaikan adanya otoritas penuh dari
negara/pemerintah untuk mengalokasikan kebijakan kelompok-kelompok
berkepientingan terhadap kebijakan tersebut. Namun, pemerintah bukanlah
agen netral, tetapi juga organ yang memiliki kepentingan.
b. Kelompok kepentingan yang eksis tidak selamanya mengandaikan tingkat
kemerataan yang diharapkan, khususnya masalah kekuatan ekonomi. melalui
cara berpikir tersebut, Rawls percaya kebaikan dating dari sesuatu yang benar
sehingga focus pemikirannya adalah untuk menciptakan prinsip politik
berdasarkan kontrak atau kesetaraan. Prinsip ini yang kemudian membedakan
konsep keadilan prosedural dengan konsep keadilan sosial.
2.5. Studi Kasus Jurnal berjudul: Paradigma Rational Choice dalam Menelaah
Fenomena Golput dan Perilaku Pemilih di Indonesia.
Dalam paper ini, penulis memilih jurnal ini sebagai bahan studi kasus karena
pada jurnal ini menyinggung salah satu teori ekonomi politik, yaitu Teori Pilihan
Publik dalam pembahasan substansinya. Berikut penejelasan singkat mengenai isi
jurnal dapat dilihat pada bagian abstrak jurnal sebagai berikut.

Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan, Vol. 1 Nomor 2, Januari 2013,


Halaman 165-184.

11
Adapun pandangan penulis setelah membaca isi jurnal, yaitu fenomena golput
dapat menggambarkan kondisi ketidakpuasan/ ketidaksesuain masyarakat sebagai
voters terhadap para calon pemimpin baik legislatif atau eksekutif yang menawarkan
dirinya sebagai figur politik maupun tawaran kebijakan politiknya terhadap kebutuhan
dan kepentingan setiap individu (masyarakat). Ini merupakan salah satu fenomena yang
juga dapat dijelaskan oleh teori pilihan publik, yakni pendekatan yang menjelaskan
masyarakat sebagai voters memilih secara rasional sesuai kebutuhannya.

12
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan pembahasan materi, adapun 5 rangkuman
poin kesimpulan yang dapat penulis tarik, yakni dijabarkan sebagai berikut.
1. Ilmu ekonomi politik merupakan ilmu yang telah ada sejak zaman Aristoteles
(Yunani Kuno) hingga berkembang ke zaman klasik, neoklasik, dan sekarang
yang memiliki beberapa aliran di dalamnya. Pemaknaan ekonomi politik yakni
dapat dilihat dari pendekatan yang mempertemukan antara bidang ekonomi dan
politik dalam hal alokasi sumber daya ekonomi dan politik (yang terbatas)
untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Dimana secara lebih jelas
pendekatan ini melihat ekonomi sebagai cara untuk melakukan tindakan (a way
of acting), sedangkan politik menyediakan ruang bagi tindakan tersebut.
2. Teori Pilihan Publik ialah salah satu dari cabang ilmu ekonomi yang
mempelajari bagaimana para pelaku politik (pembuat kebijakan dalam hal ini
pemerintah) membuat keputusan untuk memenuhi kepentingan masyarakat.
Dalam teori pilihan publik, jika dalam ekonomi dapat menjelaskan fenomena
pasar, yaitu pertemuan supply (penjual) dan demand (pembeli), maka ekonomi
politik juga dapat menjelaskan konsep pasar politik. Pasar politik dalam hal ini
menjelaskan pertemuan yang terjadi antara aktor-aktor politik sebagai supply
yang menawarkan kebijakan-kebijakan publik dengan masyarakat atau setiap
individu sebagai demand yang membutuhkan kepentingan-kepentinganya
sendiri melalui kebijakan publik yang mereka minta.
3. Teori Rent seeking mempunyai dua pendekatan, yaitu pertama ialah teori rent
seeking dari prespektif ekonomi klasik, dan yang kedua adalah teori rent
seeking dari prespektif ekonomi politik. Dalam pandangan ekonomi klasik,
pemburuan rente dimaknai secara netral, atau tidak memberikan dampak
negatif terhadap perekonomian atau dapat memberikan keuntungan dan
dampak positif. Sedangkan dalam literatur ekonomi politik, rent seeking
dimaknai negatif.

13
4. Teori redistributive combines mengandaikan adanya otoritas penuh dari
negara/pemerintah untuk mengalokasikan kebijakan kelompok-kelompok
berkempentingan terhadap kebijakan tersebut.
5. Fenomena golput dapat menggambarkan kondisi ketidakpuasan/
ketidaksesuain masyarakat sebagai voters terhadap para calon pemimpin baik
legislatif atau eksekutif yang menawarkan dirinya sebagai figur politik maupun
tawaran kebijakan politiknya terhadap kebutuhan dan kepentingan setiap
individu (masyarakat). Ini merupakan salah satu fenomena yang juga dapat
dijelaskan oleh teori pilihan publik, yakni pendekatan yang menjelaskan
masyarakat sebagai voters memilih secara rasional sesuai kebutuhannya.
3.2. Saran
Adapun saran dalam penulisan paper ini bagi para pembaca adalah sebagai
berikut.
1. Bagi Mahasiswa, melalui penulisan paper ini diharapkan Mahasiswa dapat
menjadikan sebagai bahan diskusi akademik dan menyempurnakan kembali
substansi dari paper ini.
2. Bagi masyarakat atau khalayak umum, melalui penulisan paper ini diharpkan
masyarakat dapat mengetahui secara umum mengenai wawasan sejarah
ekonomi politik dan pemaknaanya serta teori-teorinya yang dapat menjadi
dasar implementasi dalam kehidupan sosial sehari-hari.

14
DAFTAR PUSTAKA

Deliarnov. 2006. Ekonomi Politik. Jakarta: Erlangga.


Firdaus, Syah. 2013. Paradigma Rational Choice dalam Menelaah Fenomena Golput
dan Perilaku Pemilih di Indonesia. Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan,
Vol 1 (2). Halaman ke 165-184.
Saskara, Ayu. 2017. Mengenal Ekonomi Kelembagaan. Denpasar: ESBE buku.
Yustika. E. Ahmad. 2013. Ekonomi Kelembagaan: Paradigma, Teori, dan Kebijakan.
Jakarta: Erlangga.

iv

Anda mungkin juga menyukai