Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan pengarahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Yuri S. Fa’ah, S.Sos, MM selaku
dosen mata kuliah serta teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah
ini.
Demikian makalah ini dibuat semoga dapat bermanfaat bagi pembaca dan kami
mengharapkan kritikan dan saran membangun.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………………………………………………i
Daftar Isi…………………………………………………………………………………………………………………….ii
Bab I Pendahuluan
a. Latar Belakang………………………………………………………………………………………….…..iii
b. Rumusan masalah………………………………………………………………………………………….iv
c. Tujuan
Bab II Pembahasan
a. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………viii
b. Saran………………………………………………………………………………………………………………ix
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………………………………………….x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum ilmu ekonomi berkembang seperti saat ini, sesungguhnya dulu berinduk
kepada ilmu ekonomi politik (political economy). Ekonomi politik sendiri merupakan
bagian dari ilmu filsafat. Tentu saja, perkembangan ilmu ekonomi politik tidak luput dari
gagasan John Stuart Mill lewat buku monumentalnya : Principles of Polotical Economy.
Didalam buku tersebut dijelaskan bermacam-macam isu yang menjadi dasar penting
dari perkembangan ilmu ekonomi, seperti teori nilai dan distribusi, pertukaran,
produksi, tenaga kerja, peran negara, pajak, utang negara, laizzes-faire dan sosialisme.
Perbedaan terpenting dari pendekatan ekonomi politik dan ilmu ekonomi murni adalah
dalam pandangannya tentang struktur kekuasaan yang ada didalam masyarakat.
Ekonomi politik percaya bahwa struktur kekuasaan akan mempengaruhi pencapaian
ekonomi, sebaliknya pendekatan ekonomi murni menganggap struktur kekuasaan
kekuasaan didalam masyarakat adalah given.
Ekonomi politik merupakan manajemen terhadap perekonomian dalam lembaga
publik yang meliputi tataran-Negara maupun institusi publik yang lebih kecil, dalam
perkembangan masyarakat kontemporer atau kekinian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah perspektif ekonomi politik?
2. Bagaimana struktur ekonomi politik?
3. Apa itu ekonomi politik dan ekonomi kelembagaan?
C. Tujuan
1. Dapat memahami tentang perspektif ekonomi politik
2. Untuk mengetahui struktur ekonomi politik
3. Dapat mengerti tentang ekonomi politik dan ekonomi kelembagaan
BAB II PEMBAHASAN
A. Perspektif Ekonomi Politik
Dalam lintasan sejarah,proses formulasi teori ekonomi politik terbilang sudah sangat lama. Dari
perspektif ini menurut Clark,munculnya teori ekonomi dapat dilacak dari periode antara abad 14 dan 16
yang biasa disebut masa transformasi besar di Eropa Barat sebagai implikasi dari sistem perdagangan
yang secara perlahan menyisihkan sistem ekonomi fuedal pada abad pertengahan. Selanjutnya pada
abad 18 muncul abad pencerahan yang marak di Perancis dengan para pelopornya,antara lain
Voltaire,Diderot,D`Alembert,dan Condilac. Pusat gagasan dari perumusan ide pencerahan itu adalah
adanya otonomi individu dan eksplanasi kapasitas manusia. Para pemimpin dari aliran ini mempercayai
bahwa kekuatan akal akan dapat menyingkirkan manusia dari segala bentuk kesalahan. Istilah Ekonomi
Polotik sendiri pertama kali diperkenalkan oleh penulis Perancis,Antoyne de Montchetien (1575-
1621),dalam bukunya yang bertajuk Treatise on Political Economy. Sedangkan dalam Bahasa
Inggris,istilah ekonomi politik terjadi pada 1767 lewat publikasi Sir James Steuart(1712-1789) yang
berjudul Inequiry into the Principles of Political Economy.
Pada awal-awal masa itu,para ahli Ekonomi Politik mengembangkan ide tentang keperluan negara
untuk menstimulasi kegiatan ekonomi(bisnis). Pasar dianggap masih belum berkembang saat
itu,sehingga pemerintah memiliki tanggung jawab untuk membuka wilayah baru
perdagangan,memberikan perlindungan (pelaku ekonomi) dari kompetisi. Namun pada akhir abad 18,
pandanga itu ditentang karena dianggap pemerintah (negara) bukan lagi sebagai agen yang baik untuk
mengatur kegiatan ekonomi,tetapi justru sebagai badan yang merintangi upaya untuk memperoleh
kesejahteraan. Perdebatan antara para ahli ekonomi itulah yang akhirnya memunculkan banyak sekali
aliran dalam tradisi pemikiran ekonomi politik. Secara garis besar,mahzab itu dapat dipecah dalam tiga
kategori, yakni;
Sungguh pun begitu, tidaklah mudah mendesain sistem insentif dalam kegiatan ekonomi yang
multikompeleks. Syarat sistwm insentif bekerja adalah tersedianya informasi yang lengkap sehingga
dapat diakses oleh semua pelaku ekonomi (padahal ini mustahil). Keterbatasan peran pasar akibat
informasi yang tidak lengkap itu dapat diharapkan dengan regulasi. Isu yang dibangun oleh teori
ekonomi politik adalah bagaimana pemerintah menyusun mekanisme yang memungkinkan seluruh
partisipan di pasar mau berbagi informasi. Inilah yang melatari terjadinya peristiwa negosiasi. Negoisasi
yang difasilitasi pemerintah tersebut secara substantife sebetulnya bukan “regulasi” melainkan “aturan”
yang memaksa dua pelaku ekonomi tersebut duduk untuk berbagi informasi sehingga tercapai
kesepakatan.
Kasus tersebut bisa dilanjutkan dalam soal perpajakan,kebijakan penentuan harga saham,
kesepakatan lelang,keputusan pemberian kredit,dan perilaku pemilih. Jika ini terjadi, maka prinsip
efesiensi dan kerja sama/kompetisi dalam kegiatan ekonomi bisa dicapai.
Di antara aspek,proses dan institusi politik dengan kegiatan ekonomi sebagai berikut : produksi,
itevestasi penciptaan harga, perdagangan, konsumsi dan sebagainya.
1. Produksi
Produksi merupakan kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai
kegunaan atau manfaat suatu barang.
2. Investasi
Investasi adalah aktivitas menempatkan modal baik berupa uang atau aset berharga lainnya ke
dalam suatu benda, lembaga, atau suatu pihak dengan harapan pemodal atau investor kelak
akan mendapatkan keuntungan setelah kurun waktu tertentu. Karena harapan mendapatkan
keuntungan di kemudian hari inilah investasi disebut juga sebagai penanaman modal. Istilah
investasi sendiri berasal dari kata Bahasa Italia, investire yang berarti memakai atau
menggunakan. Umumnya, dana atau aset yang ditanamkan oleh seorang investor akan
dikembangkan oleh badan atau pihak yang mengelola. Keuntungan dari hasil pengembangan
tersebut nantinya akan dibagikan kepada investor sebagai imbal balik sesuai dengan ketentuan
antara kedua pihak.
3. Konsumsi.
Konsumsi, dari bahasa Belanda consumptie, bahasa Inggris consumption, ialah suatu kegiatan
yang bertujuan mengurangi atau menghabiskan daya guna suatu benda, baik berupa barang
maupun jasa, untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan secara langsung. Konsumen adalah
pemakai barang dan atau jasa.
Terhadap ekonomi. Artinya instrumen- instrumen ekonomi seperti mekanisme pasar (market
mekanisme) harga dan investasi digunakan dalam melakukan setting sistem politik dimana kebijakan
atau peristiwa ekonomi tersebut terjadi. Pendekatan ini melihat ekonomi sebagai cara untuk melakukan
tindakan (a way of acting) sedangkan politik menyediakan ruang bagi tindakan tersebut (a place to act)
pengertian ini sangatlah penting sekaligus bermanfaat untuk mengakhiri keyakinan yang salah, yang
menyatakan bahwa pendekatan ekonomi politik berupaya untuk mencampur analisis ekonomi dan
politik untuk mengkaji suatu persoalan.
Dengan demikan ilmu ekonomi dan ilmu politik tidak bisa di sandingkan singkatnya antara ilmu
ekonomi (economic) dan ilmu politik (politic) memang berlawanan, dalam pengertian dalam pengertian
diantara keduanya mempunyai alat analisis sendiri yang bahkan memiliki asumsi yang berlawanan
(caporaso dan Levine 1992:7) Dengan demikian, tidak mungkin menggabungkan alat analisis ekonomi
dan politik karena bisa sangat abigu dan membingungkan. Begitupun dengan ekonomi dan politik bisa
disandingkan dengan pertimbangan keduanya mempunyai proses yang sama.
Keduanya memiliki perhatian yang sama terhadap isu- isu sebagai berikut :
Secara definitif ilmu ekonomi selau merujuk pada tiga konsep berikut
- Kalkulasi (calculation)
- Penyediaan materi (materia pravisioning)
- Mengulasi sendiri (selft - regulating)
[ Caporaso dan Levine 1992: 21-30]
Ujung dari analisis ekonomi selalu berupaya mencari hasil yang paling efesien diantara
keterbatasan pilihan yang tersedia (constrained choise). Disini diandaikan semakin efesien hasil yang
diperoleh , maka sekian bagus pilihan yang diambil setelah itu, kegiatan ekonomi selalu bertujuan untuk
melakukan produksi (reproduksi) dan sirkulasi (distribusi).
Dalam konteks ini, penyediaan material (barang/jasa) dalam kegiatan ekonomi selalu
bersinggungan dengan desain struktur produksi.
Ekonomi berargumentasi bahwa pasar bisa mengatur dirinya sendiri. Pada titik inilah ekonomi
dan politik (kelembagaan) itu terpisah kurang lebih analisis itu bekerja menggunakan tiga koordinator
tersebut.
Ilmu politik juga berjalan dengan tiga konsep baku yakni politik sebagai pemerintah
(government) , otoritas yang mengalokasikan nilai (authoritative allocation of values) dan publik (public)
caporaso dan Livine,1992: 7-15. Politik sebagai pemerintah jelas bahwa tugasnya adalah untuk
memberikan redaksi dan mengeluarkan regulasi. Sifat pemerintah berupaya menyediakan panduan dan
melakukan intervensi sehingga bertabrakan dengan sifat ekonomi yangencapai pasar bisa bekerja
mandiri politik yang mengalokasikan b nilai- nilai konsep ini dalam politik tidak setumpul nilai dalam
ekonomi yang sering dimaknai sekedar efesien/ laba. Dalam politik nilai itu bekerja berdasarkan
norma- norma yang hidup di masyarakat seperti perlunya pemerataan/ keadilan pembangunan. Konsep
keadilan mengungguli efisien bila yang terakhir ini dicapai dengan jalan menciptakan keseimbangan.
Politik juga sebagai publik bermakna bahwa output dari politik selalu merupakan urusan bersama
(public concern) , berbeda dengan ekonomi yang berkonotasi privat. Dengan demikian deskripsi
tersebut antara ekonomi dan politik memang memiliki asumsi yang berbeda, sehingga menggabungkan
analisis ekonomi dan politik secara bersamaan merupakan upaya yang tidak akan pernah berhasil.
Pendekatan ekonomi politik semakin relevan untuk dipakai karena struktur ekonomi sendiri tidak
semata- mata di tentukan secara teknis.
1. Kegiatan produksi material , pabrik dan perlengkapan (atau modal) sumber- sumber alam
(disebut tanah oleh para ekonomi klasik), manusia dengan skill yang ada (atau tenaga kerja) bisa
dialokasikan dengan biaya yang paling maksimal.
2. Relasi produksi manusia seperti hubungan antara para pekerja pemilik modal atau antara para
pekerja atau manajer. Struktur ekonomi tersusun dari elemen material teknis dan hubungan
manusia (zimbalis et al.,1989:4-5).
Beberapa ilmuwan cenderung melihat politik dan ekonomi sebagai entitas yang terpisah, dimana
para pemimpin politik memiliki dua pilihan yg jelas. Hubungan ekonomi dilihat sangat sederhana atau
bebas menentukan aspek apapun yang diperkirakan bisa memengaruhi ekonomi ada dua tipe ekomi
yang harus diterapkan; baik sebagai penasehat otentik bagai partai yang berkuasa yakni car untuk
memaksimalkan nisbah bagai partai ; atau sebagai partai intelektual yang menempatkan kebijakan
sebagai instrumen untuk memecahkan hambatan ekonomi politik untuk bisa untuk memaksimalkan
kesejahteraan sosial sesuai amanat konstitusi. (Lafont ,2000:5-6) dalam kasus peran pasar , misalnya
harus terdapat upaya yang jernih untuk mencermatinya dalam kasus seperti sektor keuangan tiap- tiap
negara (berkembang) sebetulnya dapat membentengi sektor keuangannya dengan instrumen restriksi
yang memadai. Disini yang harus dipahami adalah pasar (termasuk pasar keuangan) tidaklah bersifat
netral dan paling efesien dalam mengalokasikan sumber daya ekonomi pasar selalu mengandaikan
adanya kekuatan salah satu pihak (biasanya para pemodal kakap) yang memanfaatkan informasi
asimetris untuk meregak keuntungan. Pandangan inilah yang mengantarkan ekonomi kelembagaan
berkeyakinan bahwa pasar tidak dilihat sebagai mekanisme yang netral untuk melakukan alokasi yang
efesien dan kesederhanaan distribusi. Dalam hal eksistensi kekuasaan, sehingga pasar tidak hanya
mengontrol tetapi juga di kontrol. Jadi , instrumen restriksi itu tidak memastikan bahwa mekanisme
pasar tidak di kontrol oleh segelintir pihak yang berkuasa (pemodal).
Sejalan dengan pandangan Rodrik dengan Subramania (2003), strategi kelembagaan yang dilakukan
untuk menjinakan pasar dapat dipilah dalam tiga klasifikasi berikut:
Dalam model kebijakan ekonomiterdapat dua prespektif yang digunakan untuk menjelaskan proses
pengambilan keputusan (Pipitone, tt:3-4).
Pendekatan berasumsi bahwa pemerintah (negara) bersifat otonom dan eksogen terhadap sistem
ekonomi sehingga setiap kebijakan yang diciptakan berorientasi kepada kepentingan publik.Pemerintah
dianggap aktor serba tahu dan tidak memiliki kepentingan sendiri (self-interes) kegagalan pasar dan
efisiensi dalam alokasi sumber daya merupakan pusat dari pendekatan ini. Adanya kegagalan pasar dan
alokasi sumber daya tersebut, pemerintah diharapkan hadir melalui kebijakan untuk melakukan koreksi
pasar sehingga kepentingan kesejahteraan publik bisa dicapai. Pendekatan ini memasukan model yang
mempertimbangkan pemerintah sebagai agen yang memaksimalisasikan fungsi tujuan kesejahteraan
publik, seringklai disebut dengan "fungsi preferensi politik" (political preference function/PPF).
Pendekatan ini juga menganggap negara/pemerintah sebagai aktor yang memiliki nilai-nilai kebajikan
untuk memakmurkan masyarakatnya.
Pendekatan ini menolak ide pendekatan pertama yang menempatkan pemerintah (Negara) sebagai
aktor yang "Maha tahu" sehingga bisa mengatasi kegagalan pasar. Pendekatan ini beragumentasi bahwa
negara sendiri sangat berpotensi untuk mengalami kegagalan (Government failure). Pendekatan ini
memfokuskan kepada alokasi sumber daya publik dalam pasar politik (Political Market) dan menekankan
kepada perilaku mementingkan diri sendiri (Self-Interest-Motivated) dari politisi, pemilih (Voters),
kelompok penekan, dan birokrat.
Secara jamak, dalam literatur, perilaku agen-agen diasumsikan rasional dan berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan pribadi melalui lobby (Lobbies), kesejahteraan pemilih (Voters), dan
dukungan politik (Politicians). Dalam posisi ini tidak dibenarkan membiarkan negara/pemerintah
menguasai seluruh perangkat kebijakan (Ekonomi), hal itu berpotensi menimbulkan misalokasi sumber
daya ekonomi dan politik.
1. Penggunaan kerangka kerja ekonomi politik berupaya untuk menerima eksistensi dan validitas
dari perbedaan budaya politik, baik formal maupun informal.
2. Analisis kebijakan akan memperkuat efektivitas sebuah rekomendasi karena mencegah
pemikiran yang deterministik.
3. Analisis kebijakan mencegah pengambilan kesimpulan terhadap beberapa alternatif tindakan
berdasarkan kepada perspektif waktu yang sempit.
4. Analisis kebijakan yang berfokus ke negara berkembang tidak bisa mengadopsi secara penuh
orientasi teoretis statis (Static Theoreticar Orientation).
5. Analisis kebijakan mampu menjelaskan interaksi antar manusia (Rotchild dan Curry Jr, 1978:6-9).
Dengan beberapa relevansi tersebut, Pendekatan ekonomi politik dipandang lebih mampu
menangkap kondisi riil yang hidup di masyarakat, khususnya dinamika sosial politik antar kelompok
masyarakat. Pendekatan ini juga bisa dimengerti mengapa satu kelompok masyarakat menolak suatu
kebijakan, sementara kelompok masyarakat yang lain justru mendukungnya.
C. Ekonomi Politik dan Ekonomi Kelembagaan
Analisis ilmu ekonomi bisa dibagi dalam empat cakupan berikut (Miller, 1988:50-
51) :
I. Alokasi sumber daya (resource alloction)
II. Tingkat pertumbuhan kesempatan kerja, pendapatan, produksi, dan
harga (levels of growth employment, in come, production, and prices)
III. Distribusi pendapatan (income distribution)
IV. Struktur kekuasaan (the structure of power)
Dalam lintasan sejarah, ahli kelembagaan mempunyai kepedulian terhadap
evolusi struktur kekuasaan dan aturan main, proses penciptaan dan penyelesaian konflik
dimana aktivitas ekonomi itu terjadi. Sebaliknya, ahli ekonomi klasik mendeskripsikan
kasus khusus pertukaran dalam sebuah dunia yang telah dirumuskan karakteristik
asumsinya, yang mungkin tidak ada hubungannya dengan dunia yang kita tempati ini.
Dalam kasus monopoli, inefisiensi bukan hanya terjadi akibat struktur pasar yang
terjadi,namun juga oleh sebab kesulitan pihak monopolis menentukan jumlah pembeli
dan haru menegosiasikan di antra meraka.sedngakan pada kasus
eksternalitas,inefisiensi terjadi bila biaya sosial produksi melebihi biaya privat produksi
sehingga prusaan tidak mampu membrikan kompensasi bagi tambahan biaya
tersebut.baik teori ekonomi politik dan ekonomi kelembagaan sangat relefan di
terapkan di Negara berkembang,yang kelembagaan pasarnya sangat rapuh. Sedangkan
dalam konteks sektor pertanian,pada dasarnya terdapat dua model pendekatan
analisis.pertama,model yang bersifat analisis teknik-ekonomi.kedua,model yang bersifat
kelembagaan.faktor kelembagaan dimasyarakat menjadi perhtian dalam alokasi sumber
daya yang diusahakan dan menjadi orientasi kegiatan pembangunan atau
investasi.aspek keuntungan kegiatan investasi harus memerhatikan manfaat masyarakat
luas.keuntungan investasi kurang di rancang untuk member manfaat lebih besar bagi
masyrakat yang lebih memerlukan,yaitu masyrakat petani kecil,sehingga orientasi
kebijakan pembngunan pertanian yang dikelolah pemerintah selalu berorientasi kepada
masyrakat petani secara luas.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari perspektif, munculnya teori ekonomi dapat dilacak dari periode antara abad 14 dan 16,
yang biasa disebut masa “transformasi besar” (great transformation) di Eropa Barat
sebagaiimplikasi dari sistem perdagangan yang secara perlahan menyisihkan sistem ekonomi
Feudal pada abad pertengahan. Tumbuhnya pasar ekonomi baru yang besar tersebut telah
memunculkan peluang ekspresi bagi aspirasi-aspirasi individu dan memperkuat jiwa
kewirausahaan yang sebelumnya ditekan oleh lembaga gereja, negara dan komunitas. Dari
teori ekonomi politik yang rumit, pendekatan ekonomi politik sendiri secara definitif dimaknai
sebagai interrelasi diantara, aspek, proses, dan institusi politik dengan kegiatan ekonomi
(produksi, investasi, penciptaan harga, perdagangan, konsumsi, dan lain sebagainya). Mengacu
pada definisi tersebut, pendekatan ekonomi politik mengaitkan seluruh penyelenggaraan
politik, baik yang menyangkut aspek, proses maupun kelembagaan dengan kegiatan ekonomi
yang dilakukan oleh masyarakat maupun yang diintodusir oleh pemerintah. Analisis ilmu
ekonomi bisa dibagi menjadi empat cakupan berikut :
B. Saran
Makalah iini terselesaikannya demi menjalankan tugas tentang sejarah ekonomi politik dan
juga tidak lupa untuk menambahkan pengetahuan, serta perluas wawasan keilmuan. Mungkin
itu penutup yang telah kami buat. Jika ada kesalahan yang kita miliki, dan tak lupa kami
sampaikan mohon maaf dan terima kasih. Sekian.
DAFTAR PUSTAKA
Yustika,AhmadErani.2009.EkonomiPolitik;KajianTeoritisdanAnalisisEmpiris.Yogyakarta:PustakaB
elajar