Anda di halaman 1dari 19

IDEOLOGI DAN ISME

DALAM SISTEM EKONOMI

MAKALAH

Diseminarkan pada mata kuliah Perbandingan Sistem Ekonomi


Jurusan Ekonomi Islam Semester VII tahun 2018

Oleh :

Kelompok 4

1. Reski Amalia Hamiruddin 90100116015

2. Resky Amaliyah S. 90100116017

Dosen :
A. Syathir Sofyan. S.EI., M.E

JURUSAN EKONOMI ISLAM


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. karena Rahmat dan Karunia-Nya

sehingga kami mampu untuk menyusun makalah dengan judul “Ideologi dan Isme

dalam Sistem Ekonomi” ini dengan tepat waktu. Salawat dan salam selalu kita ucapkan

dan curahkan untuk junjungan nabi agung kita, Nabi Muhammad saw. yang sudah

menyampaikan petunjuk dari Allah swt. untuk kita semua, sebuah petunjuk paling

benar yakni syariah agama Islam yang sempurna dan satu-satunya karunia paling besar

kepada seluruh alam semesta.

Kami selaku penulis benar-benar bersyukur sebab mampu menyelesaikan

masalah yang termasuk dari tugas Perbandingan Sistem Ekonomi “Ideologi dan Isme

dalam Sistem Ekonomi”. Kami menyampaikan terima kasih yang banyak terhadap

seluruh pihak yang sudah membantu kami selama berlangsungnya penyelesaian

makalah ini sampai bisa terselesaikan. Begitulah yang bisa kami haturkan, kami

berharap supaya makalah ini dapat bermanfaat kepada setiap pembaca.

Samata, Oktober 2019

Kelompok IV

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................... 1-3

A. Latar Belakang ................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN................................................................. 4-15
A. Ideologi dalam Sistem Ekonomi ..................................... 4
B. Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah
Kajian Filsafat Ekonomi) ................................................ 9
BAB III PENUTUP ........................................................................... 15
A. Kesimpulan ..................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak manusia mengenal hidup bergaul, tumbuhlah suatu masalah yang harus

dipecahkan bersama-sama, yaitu bagaimana setiap manusia memenuhi kebutuhan

hidup mereka masingmasing, karena kebutuhan seseorang tidak mungkin dapat

dipenuhi oleh dirinya sendiri. Makin luas pergaulan mereka, bertambah kuatlah

ketergantungan antara satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan itu. Kebutuhan hidup

manusia untuk memenuhi, menghasilkan dan membagi-bagikannya dinamakan

ekonomi.1

Permasalahan ekonomi pada dataran praktisnya adalah permasalahan yang

dihadapi semua orang tanpa terkecuali. Hal ini dikarenakan permasalahan ekonomi

berkaitan langsung dengan masalah pemenuhan kebutuhan manusia untuk

melangsungkan hidupnya. Dengan semakin berkembangnya peradaban manusia dari

aktivitas ekonomi, dari yang sangat sederhana kepada aktivitas ekonomi yang modern,

maka permasalahan ekonomi yang dihadapi manusia semakin kompleks. Pokok

masalahnya tidak lagi sekedar pada bagaimana manusia memenuhi kebutuhannya yang

tak terbatas dengan alat-alat pemenuh kebutuhan yang tersedia (terbatas), tetapi juga

Rabiatul Adawiah, “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian Filsafat
1

Ekonomi)”, Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No. 2, (Desember 2012): h. 173.

1
2

pada kepentingan-kepentingan seseorang yang dibatasi kepentingan-kepentingan

orang lain. Untuk menjawab permasalahan tersebut, parpemikir dari berbagai kalangan,

mulai dari filosof, politikus, sosiolog dan tentunya ekonom sendiri telah

mengemukakan gagasan-gagasan mereka berkaitan dengan perkembangan

permasalahan ekonomi yang kemudian memunculkan beberapa aliran pemikira

ekonomi.2

Dua aliran besar pemikiran yang mewarnai sistem ekonomi dunia hingga saat

ini adalah kapitalisme dan sosialisme. Aliran-aliran pemikiran tersebut berbeda satu

sama lain dalam hal-hal yang bersifat ideologis hingga mempengaruhi pola dan

operasionalisasi system ekonominya. Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan pada

ideologi yang memberi landasan dan tujuannya di satu pihak dan aksioma-aksioma

serta prinsip-prinsipnya di lain pihak. Kapitalisme yang sering dinisbahkan kepada

Adam Smith muncul dengan mendasarkan pemikiran ekonominya pada etika hukum

alam dengan mengajukan konsep pasar bebas. Namun dalam perkembangannya sangat

mengedepankan corak individualistis (self interest) hingga merenggangkan kerekatan

sosial masyarakat dan menampakkan kecenderungan untuk meninggalkan nilai-nilai

etika yang ada di dalamnya.3

Rabiatul Adawiah, “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian Filsafat
2

Ekonomi)”, Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No. 2, (Desember 2012): h. 173.


Rabiatul Adawiah, “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian Filsafat
3

Ekonomi)”, Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No. 2, (Desember 2012): h. 174.


3

Pada sisi lain, Karl Marx muncul dengan mengibarkan bendera sosialisme.

Mark mengkritik proses dehumanisasi pada system ekonomi kapitalisme yang

menyembah kesucian self-interest tanpa mempunyai kepedulian terhadap self-respect

manusia, dan menawarkan sistem ekonomi sosialis dengan karakteristik penghapusan

hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan penghapusan kelas-kelas sosial. Dalam

perkembangannya, sosialisme dianggap mengabaikan nilai-nilai kebebasan individual

manusia dalam melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi.4

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja ideologi dalam system ekonomi?

2. Bagaimana perspektif ideologi tentang ekonomi ?

Rabiatul Adawiah, “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian Filsafat
4

Ekonomi)”, Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No. 2, (Desember 2012): h. 174.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Ideologi dalam Sistem Ekonomi

1. Liberalisme Kapitalis

Sistem perekonomian yang menganut paham liberalisme atau kapitalisme

dalam bentuk yang murni menghendaki adanya kebebasan individu yang mutlak dan

tidak dibenarkan pengaturan ekonomi oleh pemerintah kecuali dalam hal-hal yang

tidak diatur sendiri oleh individu (Soepangat dan Gaol, 1991:7). Kapitalisme pada

dasarnya bersumber dan berakar pada pandangan filsafat ekonomi klasik, terutama

ajaran Adam Smith. Selain Adam Smith, tokoh lainnya yang disebut sebagai perintis

pandangan ekonomi klasik adalah David Ricardo, James Mill, Jeremy Bentham,

Thomas Robert Malthus, dan J.B. Say. Keseluruhan filsafat pemikiran ekonomi klasik

tersebut dibangun di atas dasar filsafat liberalisme. Mereka percaya pada kebebasan

individu (personal liberty), kepemilikan pribadi (private property), dan inisiatif serta

usaha swasta (private enterprise) (Fakih, 1999:45 46).5

Itulah mengapa kapitalisme selama ini sering diasosiasikan dengan liberalisme.

Kapitalisme itu sendiri, seperti ditulis Austin Ranney (1996), bukan ideologi politik,

5
Syamsul Ma'arif, “Dinamika Peran Negara Dalam Proses Liberalisasi Dan Privatisasi”, Jurnal
Kebijakan Dan Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2 (November 2006): h. 100.

4
5

melainkan suatu sistem ekonomi di mana cara produksi, distribusi, serta pertukaran

barang dan jasa dimiliki dan dioperasikan oleh pihak swasta (Ranney, dalam Choirie,

2004: 22). Sedangkan liberalisme merupakan filsafat politik dan juga ideologi politik.

Liberalisme, pada awal pertumbuhannya sering dikonotasikan sebagai pernyataan

kebebasan individu dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini dimaksudkan sebagai

langkah awal dalam usaha memberikan jaminan terhadap hak asasi manusia. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa kapitalisme adalah "tangan” liberalisme yang bekerja

mengelola urusan ekonomi dan bisnis.6

Pemikiran liberalisme dalam bidang ekonomi, terkenal dengan ajarannya yang

disebut laissez faire (Hari Cahyono, 1991: 136). Gregorio S. Miranda (1979: 12)

mendefinisikan laissez faire sebagai doktrin yang menuntut campur tangan minimum

pemerintah terhadap urusan-urusan ekonomi dan politik. Di bawah doktrin laissez

faire, masyarakat yang ideal dicirikan oleh adanya persaingan antar individu

dilengkapi dengan hak-hak setara, yang bebas berusaha untuk mewujudkan

kepentingannya dalam interaksi dengan hubungan-hubungan ekonomi.7

2. Sosialisme Komunisme

Sistem ekonomi ini merupakan bentuk resistensi dari sistem ekonomi

sebelumnya yaitu sistem ekonomi kapitalis. Karena system ekonomi kapitalis dituding

6
Syamsul Ma'arif, “Dinamika Peran Negara Dalam Proses Liberalisasi Dan Privatisasi”, Jurnal
Kebijakan Dan Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2 (November 2006): h. 100.
7
Syamsul Ma'arif, “Dinamika Peran Negara Dalam Proses Liberalisasi Dan Privatisasi”, Jurnal
Kebijakan Dan Administrasi Publik, Vol. 10, No. 2 (November 2006): h. 101.
6

menjadi penyebab tidak tercapainya suatu kesejahteraan masyarakat yang merata.

Sistem ekonomi sosialis merupakan kebalikan dari sistem ekonomi kapitalis, yang

mana menyerahkan segala siklus ekonomi sepenuhnya kepada mekanisme pasar yang

ada. Sedangkan untuk system ekonomi sosialis, di mana pemerintah sangat memiliki

peran sangat besar di dalam mengelola roda perekonomian dari hulu hingga hilir dalam

rantai perekonomian di masyarakat. Sistem ekonomi sosialis bukan berarti tidak

memberikan kebebasan individu dalam kegiatan ekonomi, individu tetap diberikan

kebebasan dalam melakukan aktivitas ekonomi tetapi sangat terbatas sekali, serta

dengan adanya campur tangan pemerintah yang sangat besar. Pemerintah melakukan

campur tangan demi terwujudnya kemakmuran masyarakat bersama, tetapi di sisi lain

kepemilikan individu yang dibatasi menyebabkan kreativitas individu menurun karena

semangat untuk berkarya di bayangbayangi oleh pemerintah untuk kemakmuran

bersama. Karena system ekonomi sosialis ini memiliki pandangan bahwa suatu

kemakmuran pribadi atau individu hanya dapat terwujud jika berlandaskan

kemakmuran secara bersamasama. Sehingga konsekuensi yang harus dipertaruhkan

ialah penguasaan dan kepemilikan atas aset-aset ekonomi maupun terhadap faktor-

faktor produksi yang ada sebagian besarnya adalah kepemilikan untuk social.8

Pada dasarnya sosialisme mewarisi tujuan pokok yang sama dari kapitalisme,

yakni melestarikan kesatuan faktor tenaga kerja dan pemilikan. Pada abad ke-17 dan

8
Dicky Sumarsono, “Sistem Perekonomian Negara-Negara Di Dunia”, Jurnal Akuntansi Dan
Pajak, Vol. 16, no. 02 (Januari 2016): h. 26.
7

ke-18, saat kapitalisme melewati tahap awal perkembangannya, kesatuan itu menjadi

kenyataan. Inggris di zaman John Locke masih hidup dan Amerika di zaman Thomas

Jefferson menyaksikan pertanian yang berukuran rata-rata, toko-toko,bengkel hanya

dalam skala kecil keluarga saja. Tenaga kerja dan pemilik berada dalam keseiringan.

Ancaman utama dalam kesatuan ini justru datang dari negara, yang berusaha untuk

menetapkan dan mengatur.9

Singkatnya negara memainkan peranan suatu badan yang berkuasa penuh

dalam urusan ekonomi. Akan tetapi, tatkala ekonomi kapitalis mengalami kemajuan,

tanggungjawab individu dan keluarga dalam urusan kepamilikan alat-alat produksi

serta pengaturan tenaga kerja perlahan-lahan digantikan oleh system ekonomi dalam

mana perusahaan besar mengambil alih fungsi-fungsi tersebut. Ketika bentuk usaha

industri tumbuh semakin besar, tanggungjawab tenaga kerja semakin beralih ke tangan

masyarakat, sementara pemilikan tetap secara perorangan.10

Isu yang dalam mengembangkan sosialisme di Eropa berkaitan erat dengan

masalah ekonomi adalah: Pertama, pemerataan sosial, salah satu kekuatan pendorong,

yakni penentangannya terhadap ketimpangan kelas sosial yang diterim oleh negara

Eropa (maupun bagian dunia yang lain) dari zaman feodal dimasa lalu. Kedua,

9
Nur Sayyid Santoso, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Fasisme,
Anarkisme, Anarkisme Dan Marxisme, Konservatisme (Cet. I; Yogyakarta: Eye on The Revolution Press,
2010), h. 34.
10
Nur Sayyid Santoso, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Fasisme,
Anarkisme, Anarkisme Dan Marxisme, Konservatisme (Cet. I; Yogyakarta: Eye on The Revolution Press,
2010), h. 34.
8

penghapusan kemiskinan. Yakni kemiskinan sebagai akibat dari akumulasi sistem

kapitalisme, maka bagi sosialisme; ‘tidak ada hak milik pribadi atas alat-alat produksi,

bahwa alat produksi harus menjadi kepemilikan komunal’. Dengan menekankan

solidaritas sosial dan kerjasama sebagai sarana untuk mengembangkan ekonomi dan

membangun suatu jaringan ikatan sosial dan ekonomi yang kuat guna membantu

membentuk kepaduan nasioal. Karena, begitu jauhnya kenyataan ekonomi dan politis

telah melahirkan kegagalan.11

Komunisme adalah suatu sistem perekonomian di mana peran pemerintah

sebagai pengatur seluruh sumber-sumber kegiatan perekonomian. Setiap orang tidak

diperbolehkan memiliki kekayaan pribadi, sehingga nasib seseorang bisa ditentukan

oleh pemerintah. Semua unit bisnis mulai dari yang kecil hingga yang besar dimiliki

oleh pemerintah dengan tujuan pemerataan ekonomi dan kebersamaan. Namun tujuan

sistem komunis tersebut belum pernah sampai ke tahap yang maju, sehingga banyak

negara yang meninggalkan sistem komunisme tersebut.12

Lenin dalam melihat kemakmuran ekonomi yang menjadi syarat utama untuk

mencapai cita-cita komunis. Ia bersandar kepada tiga prinsip untuk mencapai tujuan

tersebut: Pertama, industrialisasi secara pesat, teruatama sekali dengan mengandalkan

11
Nur Sayyid Santoso, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Fasisme,
Anarkisme, Anarkisme Dan Marxisme, Konservatisme (Cet. I; Yogyakarta: Eye on The Revolution Press,
2010), h. 35.
12
Nur Sayyid Santoso, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Fasisme,
Anarkisme, Anarkisme Dan Marxisme, Konservatisme (Cet. I; Yogyakarta: Eye on The Revolution Press,
2010), h. 49.
9

pembangunan indutri; Kedua, perencanaan menyeluruh degan mengkoordinasikan

kehidupan anggota masyarakat secara seksama oleh suatu organisasi tehnik birokratis

(kita harus meniru kapitalis); Ketiga, perlembagaan persaingan sebagai cara untuk

model dan rangsangan bagi usaha individu dan kolektif, melalui pemberian

rangsangan bagi kepentingan pribadi dalam bentuk gaji serta imbalan yang tidak sama,

dan insentif material dan jabatan untuk mereka yang ahli secara tehnis dan cakap secara

administrative.13

Pada hakikatnya dalam penerapannya, ideologi komunisme dalam satu negara

dengan masyarakatnya tercipta bentuk pemerintahan serta sistem politiknya yang

diktatur dan otoriter penguasa dan partai terhadap rakyatnya. Dalam bidang ekonomi,

telah menciptakan kelas baru antara pemegang kekuasaan dengan rakyat, yakni

ditindasnya hak rakyat dalam berkreativitas dibidang ekonomi serta pemilikan.

Dibidang sosial budaya telah menciptakan manusia yang tidak lagi memiliki harkat

kemanusiaan yang asasi dan universal.14

B. Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian Filsafat

Ekonomi)

Dua aliran besar pemikiran yang mewarnai sistem ekonomi dunia hingga saat

ini adalah kapitalisme dan sosialisme. Aliran-aliran pemikiran tersebut berbeda satu

13
Nur Sayyid Santoso, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Fasisme,
Anarkisme, Anarkisme Dan Marxisme, Konservatisme (Cet. I; Yogyakarta: Eye on The Revolution Press,
2010), h. 49.
14
Nur Sayyid Santoso, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme, Fasisme,
Anarkisme, Anarkisme Dan Marxisme, Konservatisme (Cet. I; Yogyakarta: Eye on The Revolution Press,
2010), h. 50.
10

sama lain dalam hal-hal yang bersifat ideologis hingga mempengaruhi pola dan

operasionalisasi sistem ekonominya. Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan pada

ideologi.15

Kapitalisme sering dinisbahkan kepada Adam Smith yang sangat

mengedepankan corak individualistik (self interest) hingga merenggangkan kerekatan

sosial masyarakat dan menampakkan kecenderungan untuk meninggalkan untuk

meninggalkan nilai-nilai etika yang ada didalamnya. Namun pada sisi lain Karl Max

muncul dengan mengibarkan bendera sosialisme. Mark mengkritik sistem ekonomi

kapitalisme yang menyembah kesucian self interest tanpa mempunyai kepedulian

terhadap self respect manusia dan menawarkan sistem ekonomi sosialis dengan

karakteristik penghapusan hak milik pribadi atas alat-alat produksi dan penghapusan

kelas-kelas sosial. Dalam perkembangannya sosialisme dianggap mengabaikan nilai-

nilai kebebasan individual manusia dalam melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi.

adapun ekonomi Islam muncul belakangan dan tampak lebihmengedepanan sisi etika

yang didasarkan pada ajaran Islam.16

1. Liberalisme Kapitalis

Pada pertengahan abad ke 18 lahirlah paham yang dinamakan liberalisme dari

Adam Smith (173-1790) di Inggris. Paham ini bukanlah soal pertanian atau

perdagangan yang harus dipentingkan melainkan dititikberatkan dari pekerjaan

15
Hj.Rabiatul Adawiah, “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian Filsafat
Ekonomi)”, Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No.2 (2012), h. 174
16
Ahmad Tafsir. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, (2000). h. 28
11

ekonomi yang diletakkan kepada pekerjaan dan kepentingan diri. Jika seseorang

dibebaskan berusaha ia harus dibebaskan juga dalam mengatur kepentingan untuk

dirinya. Oleh karena itu ajaran ini merdeka berbuat dan merdeka bertindak. Paradigma

liberalisme kapitalis berangkat dari keinginan manusia untuk hidup bebas, penertiban

dan peraturan oleh kelompok liberalis dianggap cenderung sentralis dan kurang

manusiawi, tidak menghargai demokratisasi dan hak azasi manusia, lebih jauh mereka

menuntut: 1) Mengumpulkan harta kekayaan secara bebas; 2) Persaingan bebas dalam

politik; 3) Pasar bebas dalam perdagangan; 4) Kehidupan yang bebasdalam kehidupan;

5) Pemerintahan yang bebas.17

Kapitaslime pada dasarnya bersumber dan berakar bersumber dan berakar pada

pandangan filsafat ekonomi Klasik, terutama ajaran Adam Smith. Selain Adam Smith

tokoh lainnya yang disebut sebagai perintis pandangan ekonomi klasik adalah David

Ricardo, James Mill, Jeremy Bentham, Thomar Robert Malthus dan J.B Say.

Keseluruhan filsafat pemikiran ekonomi klasik tersebut dibangun di atas dasar filsafat

liberalism. Kapitalis seperti ditulis Austin Ranney tahun 1996 bukan ideology politik

melainkan suatu sistem ekonomi dimana cara produksi, distribusi serta pertukaran

barang dan jasa dimiliki dan dioperasikan oleh pihak swasta. Sedangkan liberalisme

merupakan filsafat politik dan juga ideologi politik.18

17
Hj.Rabiatul Adawiah, “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian Filsafat
Ekonomi)”, Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No.2 (2012), h.176
18
Syamsul Maarif, “Dinamika Peran Negara Dalam Proses Liberalisasi Dan Privatisasi”, Jurnal
Kebijakan Dan Administrasi Publik, Vol. 10, No.2 (2006), h. 100
12

Menurut Adam Smith sebagai Bapak Ekonomi Liberal melihat bahwa campur

tangan ekonomi melalui peraturan negara akan menyebabkan konflik dan kemunduran.

Pada pendekatan liberalis ekonomi, individu sebagai konsumen dan produsen menjadi

actor utama. Peran negara didalamnya hanya berfungsi untuk mencegah kegagalan

pasar atau sebagai penyedia public saja. Namun terbebas paham manusia dari paham

univerlisme untuk memasuki kebebasan yang seluas luasnya bukan berarti ekonomi

dunia selamat dari marabahaya yang mengancamnya. Jika paham universalisme dapat

dikatakan meruntuhkan perekonomian, paham individualisme mengacaukan

perekonomian. Dari kaum hamba sahaya di zaman pertengahan lahirlah orang-orang

kota yang pertama dan dari orang-orang kota tersebutlah tumbuh benih-benih pertama

dan dari orang orang tersebutlah tumbuh benih dari kaum borjuis. Kaum borjuis ini

akhirnya menimbulkan suatu sistem kapitalis.19

2. Sosialisme Komunisme

Sosialisme dibagi dalam tiga zaman :

a) Utopie sosialisme, yaitu cita-cita sosialisme yang masih merupakan angan-angan

dan semata-mata merupakan khayalan yang sukar dilaksanakan.

b) Weteenschappelijke Sosialisme, yaitu cita-cita sosialisme yang disusun menurut

ilmu pengetahuan serta hasil dari penyelidikan akal sehat walaupun masih susah

diwujudkan

Hj.Rabiatul Adawiah, “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian Filsafat
19

Ekonomi)”, Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No.2 (2012), h. 177


13

c) Modern realistis-sosialisme, yaitu cita-cita sosialisme berdasarkan kenyataan dan

teori-teori yang modern. Pada zaman ketiga inilah lahirnya Marxisme yang menjadi

pegangan hampir seluruh kaum sosialis dunia pada masa kita sekarang ini.

Pada tahun 1948, genaplah seratus tahun usianya Marxisme, yang terhitung dari

keluarnya Komunisme Manifesto pada tahun 1848. Pada awalnya ajaran Marxisme ini

dicaci maki, dihina serta dibenci. Akan tetapi ketika Lenin pertama kali mendirikan

negara komunis18 di Rusia pada tahun 1917, Marxisme telah menjejakkan kakinya

dengan tapak yang kuat sebagai dasar bagi negara tersebut. Pada tahun 1948, dengan

terbentuknya negara Komunis Rusia, berarti kurang lebih seperenam dari manusia

diseluruh dunia memegang teguh paham dari Karl marx tersebut. Pada tahun 1979

dengan berdirinya Republik Rakyat Cina di bawah pimpinan Mao Tze Tung yang

menguasai kurang lebih hampir 700 miliun manusia, jumlah pengikut Marxisme

hampir mencapai sepertiga penduduk dunia. Pada masa sekarang yang jumlah

penduduknya bertambah besar jumlah kaum komunis sudah melebihi separuh

penduduk dunia.20

Kemudian dalam mencapai maksudnya, kaum komunis mempergunakan segala

macam kekerasan dalam menjalankan taktik dan strateginya yang radikal dan

revolusioner. Juga dalam menjalankan perjuangan mati-matian yang tidak mengenal

batas-batas kesusilaan. Bagi kaum komunis, yang dinamakan kesusilaan hanyalah

kesusilaan kelas-kelas sebagai penjagaan diri dari kelas itu dengan kesusilaan. Ajaran

20
Hj.Rabiatul Adawiah, “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian Filsafat
Ekonomi)”, Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No.2 (2012), h.. 179
14

ini mendasarkan segala sesuatunya pada materi, materialisme yang dimaksud oleh Karl

Marx di sini ialah ekonomi. Dalam ekonomi berpusat segala masalah, berakhir segala

soal. Kepentingan ekonomi menentukan segala masalah. Materi adalah primer,

sedangkan egala soal selain itu menjadi sekunder. Karena kebutuhan ekonomi dalam

suatu masa, manusia dapat membentuk hasil-hasil rohani, seperti ilmu pengetahuan,

falsafah, agama, dan sebagainya. Bahkan, susunan ekonomi juga, yang menyebabkan

manusia mengada-adakan kepercayaan kepada Tuhan dan mempercayai benda-benda

gaib. Selanjutnya, untuk memaksakan kepentingan suatu golongan yang lebih besar

dalam ekonomi, manusia mengadakan agama. Marxisme berpandangan bahwa

perekonomian adalah arena eksploitasi manusia dan perbedaan kelas. Marxisme

menempatkan ekonomi di atas politik. Di dalam perekonomian kapitalis, marxis

melihat adanya dua kelas yang tercipta, yaitu borjuis dan proletar.21

Hj.Rabiatul Adawiah, “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi (Sebuah Kajian Filsafat
21

Ekonomi)”, Jurnal Studi Ekonomi, Vol. 3, No.2 (2012), h. 180


BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Dua aliran besar pemikiran yang mewarnai sistem ekonomi dunia hingga saat

ini adalah kapitalisme dan sosialisme. Aliran-aliran pemikiran tersebut berbeda satu

sama lain dalam hal-hal yang bersifat ideologis hingga mempengaruhi pola dan

operasionalisasi sistem ekonominya. Setiap sistem ekonomi pasti didasarkan pada

ideologi.

Sistem perekonomian yang menganut paham liberalisme atau kapitalisme

dalam bentuk yang murni menghendaki adanya kebebasan individu yang mutlak dan

tidak dibenarkan pengaturan ekonomi oleh pemerintah kecuali dalam hal-hal yang

tidak diatur sendiri oleh individu. Sedangkan, ekonomi sosialis di mana pemerintah

sangat memiliki peran sangat besar di dalam mengelola roda perekonomian dari hulu

hingga hilir dalam rantai perekonomian di masyarakat.

15
DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, Rabiatul. “Perspektif Beberapa Ideologi Tentang Ekonomi”. Jurnal Studi


Ekonomi 3. No. 2: 174-180. 2012.
Ma’arif, Syamsul. “Dinamika Peran Negara Dalam Proses Liberalisme dan Privatisasi”.
Jurnal Kebijakan Dan Administrasi Publik 10. No. 2: 28, 100. 2006.
Santoso, Sayyid, Nur. “, Sejarah Ideologi Dunia: Kapitalisme, Sosialisme, Komunisme,
Fasisme, Anarkisme, Anarkisme Dan Marxisme, Konservatisme. Yogyakarta.
Eye on The Revolution Press. 2010.
Sumarsono, Dicky. “Sistem Perekonomian Di Negara-Negara Dunia”. Jurnal
Akuntansi Dan Pajak 16. No. 2:26. 2016.

16

Anda mungkin juga menyukai