Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA


Disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok mata kuliah Bahasa Indonesia

DOSEN PENGAMPU :

Sri Susanti, S.Pd.

DISUSUN OLEH :

1. Nurul Alamsyah (312019017)


2. Nurmayanti Faridah (312019018)
3. Dwi Sasongko (312019034)
4. Muhammad Taqiuddin Fikri (312019051)
5. Ripansyah Kurniawan (312019119)
6. Muhammad Abdul Azis K. (312019130)

TEKNIK KOMPUTER
POLITEKNIK SUKABUMI
2019
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat serta hidayah-Nya akhirnya kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA” dalam
rangka untuk memenuhi tugas mata kuliah BAHASA INDONESIA.

Dalam menyelesaikan penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan


banyak pihak. Kami menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari bahwa pada makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
mengingat keterbatasan kemampuan kami. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
sebagai masukan bagi kami.

Akhir kata kami berharap karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan kami sebagai penulis pada khususnya. Atas segala perhatiannya
kami mengucapkan banyak terima kasih.

Sukabumi, 20 November 2019

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang.............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah......................................................................... 1

1.3 Tujuan........................................................................................... 1

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori Pertumbuhan Klasik............................................................ 2

2.2 Teori Pertumbuhan Modern.......................................................... 3

BAB III PEMBAHASAN

3.1 Pertumbuhan dan Pembangunan.................................................. 5

3.2 Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Dari Masa Ke Masa........... 9

3.3 Tantangan Dan Peluang Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia.... 15

3.4 Faktor-Faktor Yang Menentukan Pertumbuhan Ekonomi........... 18

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan................................................................................... 20

4.2 Saran ............................................................................................ 20

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu


negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode
tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan
kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan
pendapatan nasional. Pertumbuhan ekonomi sering disamaartikan dengan
pembangunan ekonomi, tetapi pada dasar nya dua hal itu berbeda pengertiannya.
Dengan ada nya pertumbuhan ekonomi maka akan ada pembangunan ekonomi
dimana dengan pertumbuhan ekonomi itu sendiri akan memuncul kan
pembangunan pembangunan ekonomi. Banyak faktor yang mempengaruhi laju
pertumbuhan ekonomi Indonesia, baik faktor pendorong maupun faktor
penghambat.

2. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian pertumbuhan ekonomi ?.
2. Perbedaan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi.
3. Teori tentang pertumbuhan ekonomi.
4. Faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi.
5. Perkembangan pertumbuhan Indonesia.

3. TUJUAN
1. Mengetahui definisi pertumbuhan ekonomi.
2. Dapat membedakan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi.
3. Mengetahui teori-teori tentang pertumbuhan ekonomi.
4. Mengetahui faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi.
5. Mengetahui perkembangan pertumbuhan Indonesia terkini
2

BAB II

LANDASAN TEORI

Teori pertumbuhan merupakan salah satu teori yang mencoba


untuk menjelaskan fenomena perubahan sosial, khususnya pada
masyarakat negara berkembang. Teori ini dikembangkan oleh sejumlah
ahli dengan mengacu pada ide untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi
masyarakat negara berkembang. Teori awal dikelompokkan sebagai teori
pertumbuhan klasik, yang selanjutnya ide-ide dari teori pertumbuhan
klasik tersebut disempurnakan oleh kelompok modern.
1. Teori Pertumbuhan Klasik
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik ada empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk,
jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta
tingkat teknologi yang digunakan. Walau menyadari bahwa pertumbuhan
ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi klasik terutama
menitikberatkan perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk
kepada pertumbuhan ekonomi. Dan teori pertumbuhan mereka, dimisalkan
luas tanah dan kekayaan alam adalah tetap jumlahnya dan tingkat
teknologi tidak mengalami perubahan. Berdasarkan kepada pemisalan ini
selanjutnya dianalisis bagaimana pengaruh pertambahan penduduk kepada
tingkat produksi nasional dan pendapatan.
Pada permulaannya, apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam
relatif  berlebihan, tingkat pengembalian modal dari investasi yang dibuat
adalah tinggi. Maka para pengusaha akan mendapatkan keuntungan
keuntungan yang besar. Ini akan menimbulkan investasi baru, dan
pertumbuhan ekonomi terwujud. Keadaan seperti itu tidak akan terus-
menerus berlangsung. Apabila penduduk sudah terlalu banyak,
pertambahannya akan menurunkan tingkat kegiatan ekonomi karena
produktivitas setiap penduduk telah menjadi negatif. Maka kemakmuran
masyarakat menurun kembali. Ekonomi akan mencapai tingkat
perkembangan yang rendah. Apabila keadaan ini dicapai, ekonomi
3

dikatakan telah mencapai keadaan tidak berkembang (stationary state).


Pada keadaan ini pendapatan pekerja hanya mencapai tingkat cukup hidup
(subsistence).
 Teori ekonomi klasik mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu
sebagai berikut:
 Perekonomian yang didasarkaan pada sistem bebas
berusaha (Laissez Faire) artinya mempunyai kemampuan
untuk kembali ke posisi keseimbangan secara otomatis.
Terjadi tangan bebas atau pasar bebas dalam mencapai
keseimbangan sehingga terjadi “full employment” atau
kesempatan kerja penuh (tidak ada pengangguran).
 Pemerintah tidak ikut campur tangan. Peran pemerintah
hanya pada masalah penegakan hukum, menjaga keamanan
serta pembangunan infrastruktur.
 Harga barang ditentukan oleh produsen dan konsumen.
 Tingkat upah ditentukan oleh permintaan dan penawaran
tenaga kerja. Apabila kelebihan tenaga kerja maka akan
menurunkan upah, tetapi apabila kekurangan tenaga kerja
maka akan meningkatkan upah.

2. Teori Pertumbuhan Modern


a. Teori Schumpeter
Salah satu pendapat Schumpeter yang penting adalah landasan
teori pembangunannya yaitu keyakinannya bahwa sistem kapitalisme
merupakan sistem yang paling baik untuk menciptakan pembangunan
ekonomi yang pesat. Namun demikian, Schumpeter meramalkan secara
pesimis bahwa dalam jangka panjang sistem kapitalisme akan mengalami
kemandegan/stagnasi.
Proses perkembangan ekonomi menurut Schumpeter, faktor utama
yang menyebabkan perkembangan ekonomi adalah proses inovasi dan
pelakunya adalah para inovator atau entrepreneur (wirausahawan).
Kemajuan ekonomi suatu masyarakat hanya bisa diterapkan dengan
4

adanya inovasi oleh para entrepreneur. Dalam membahas perkembangan


ekonomi, Schumpeter membedakan pengertian pertumbuhan ekonomi dan
pembangunan ekonomi. Menurut Schumpeter pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan output masyarakat yang disebabkan oleh
semakin banyaknya jumlah faktor produksi yang digunakan dalam proses
produksi masyarakat tanpa adanya perubahan “teknologi” produksi itu
sendiri. Pembangunan ekonomi adalah kenaikan output yang disebabkan
oleh inovasi yang dilakukan oleh para wiraswasta. Inovasi ini berarti
perbaikan “teknologi” dalam arti luar, misalnya penemuan produk baru,
pembukaan pasar baru, dsb.

b. Teori Harrod-Domar
Harrod-Domar mengemukakan syarat-syarat yang diperlukan agar
pertumbuhan ekonomi dapat tumbuh dan berkembang dengan mantap
atau steady growth dalam jangka panjang di dalam pertumbuhan mantap
semua variabel seperti output, tabungan, investasi, dan kemajuan
teknologi, masing-masing tumbuh secara konstan atau pada laju yang lurus
secara eksponensial.
ΔY / Y = s / k
Dimana:
ΔY / Y = tingkat pertumbuhan output

Persamaan tersebut merupakan persamaan Harrod-Domar yang


disederhanakan bahwa tingkat pertumbuhan output ( ΔY / Y ) ditentukan
secara bersama oleh rasio tabungan (s) dan rasio modal output (COR = K).
Makin tinggi tabungan yang diinvestasikan maka makin tinggi pula output
yang dihasilkan. Sedangkan hubungan antara COR dengan tingkat
pertumbuhan adalah negative (makin besar COR, makin rendah tingkat
pertumbuhan output).
BAB III

PEMBAHASAN

1. PERTUMBUHAN DAN PEMBANGUNAN

Pembangunan ekonomi menjadi jargon utama negara berkembang dalam


program-program pembangunannya. Hal ini dikarenakan tingkat pertumbuhan
ekonomi menjadi tolok ukur bagi kemajuan dan perkembangan suatu bangsa.
Sehubungan dengan hal itu berbagai teori atau pendekatan pertumbuhan ekonomi
bermunculan.

Sehubungan dengan pembahasan tentang teori pertumbuhan ekonomi, dalam


paparan berikut ini akan dibahas apa yang dimaksud dengan pertumbuhan
ekonomi, teori pertumbuhan ekonomi dan perbedaan antara pertumbuhan dan
pembangunan.

a) Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan ekonomi secara singkat diartikan sebagai proses
kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Tekanannya
dititikberatkan pada tiga aspek, yaitu proses, peningkatan output per kapita
dan dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses,
bukan suatu gambaran ekonomi pada suatu saat (one shoot). Di sini dapat
dilihat adanya aspek dinamis dari suatu perekonomian, yaitu melihat
perekonomian sebagai sesuatu yang berkembang atau berubah dari waktu
ke waktu. Tekanannya pada perubahan atau perkembangan itu sendiri
(Budiono, 1992: 1).
Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan kenaikan output per kapita.
Dalam hal ini, terdapat dua sisi yang perlu diperhatikan, yaitu sisi output
total (GDP/Gross Domestik Product) dan sisi jumlah penduduk. Output per
kapita adalah output total di bagi jumlah penduduk. Jadi proses kenaikan
output per kapita, tidak dapat tidak, harus dianalisis dengan jalan melihat
apa yang terjadi dengan output total di satu pihak, dan jumlah penduduk di
lain pihak. Suatu teori pertumbuhan ekonomi yang lengkap haruslah dapat
6

menjelaskan apa yang terjadi dengan GDP total dan apa yang terjadi
dengan jumlah penduduk. Karena dengan hanya mengkaitkan kedua aspek
tersebut maka perkembangan output per kapita dapat dijelaskan juga.
Aspek yang ketiga dari definisi pertumbuhan ekonomi adalah
perspektif waktu jangka panjang. Kenaikan output per kapita selama satu
atau dua tahun, yang kemudian diikuti dengan penurunan output per kapita
bukan merupakan pertumbuhan ekonomi. Suatu perekonomian dikatakan
tumbuh apabila kenaikan output per kapita berada dalam jangka waktu
yang cukup lama (10, 20, atau 50 tahun, bahkan lebih lama lagi). Tentu saja
dapat terjadi bahwa pada suatu tahun tertentu, output per kapita merosot
(misalnya, gagal panen). Tetapi, apabila selama jangka waktu yang cukup
panjang tersebut output per kapita menunjukkan kecenderungan yang jelas
mengalami kenaikan maka dapat dikatakan telah terjadi pertumbuhan
ekonomi. Makna perspektif jangka panjang ini dapat pula dilihat dari segi
lain.
Beberapa ekonom berpendapat bahwa adanya kecenderungan
kenaikan output per kapita saja tidaklah cukup untuk melihat pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi, dikatakan terjadi apabila ada
kecenderungan kenaikan output per kapita yang bersumber dari proses
internal perekonomian tersebut. Jadi, kecenderungan tersebut, menurut
persyaratan ini, haruslah berasal dari kekuatan yang berasal dari dalam
perekonomian sendiri, bukan berasal dari luar dan bersifat sementara.
Istilahnya, proses pertumbuhan ekonomi haruslah bersifat self-generating,
yang berarti bahwa proses pertumbuhan itu menghasilkan kekuatan atau
momentum bagi munculnya kelanjutan pertumbuhan tersebut pada periode-
periode selanjutnya. Persyaratan ini mungkin terlalu ketat. Tetapi apabila
dipenuhi maka kita dapat yakin bahwa kenaikan output per kapita tersebut
akan merupakan proses jangka panjang.
Pertumbuhan dalam masyarakat sering kali dititikberatkan pada proses
peningkatan produksi dan jasa dalam kegiatan ekonomi. Paham
pertumbuhan digunakan dalam teori dinamika sebagaimana hal itu
dikembangkan oleh para pemikir Neo-Keynes dan Neo-Klasik.
7

Pembangunan ekonomi mengandung arti yang lebih luas dan mencakup


perubahan pada tata susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh.
Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan
waktu ditandai oleh perubahan struktural ekonomi dalam masyarakat, yaitu
perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka
susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Dalam paradigma sosial,
pertumbuhan dimaksudkan sebagai pencapaian cara hidup dan pola berpikir
manusia dari tingkat sederhana hingga ke tingkat yang lebih kompleks.
Hal ini dapat dilihat dalam karya-karya tokoh Sosiologi Klasik seperti
August Comte dalam stadium pertumbuhan masyarakat dan atau van
Peursen dalam memilih strategi kebudayaan
b) Teori Pertumbuhan Ekonomi
Teori pertumbuhan ekonomi dapat didefinisikan sebagai penjelasan
mengenai faktor-faktor apa yang menentukan kenaikan output per kapita
dalam jangka panjang, dan penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor
tersebut berinteraksi satu sama lain sehingga terjadilah proses
pertumbuhan. Jadi, teori pertumbuhan ekonomi tidak lain adalah suatu
cerita (yang logis) keterkaitan antar faktor ekonomi mengenai bagaimana
pertumbuhan terjadi.
Teori pertumbuhan mengalami perkembangan yang pesat dalam
dekade 50-an hingga kini. Tetapi, secara garis besar terdapat dua arus besar
teori yaitu, mazhab analitis yang berhadapan dengan mazhab historis.
Mazhab analitis menekankan kepada teori yang dapat mengungkapkan
proses pertumbuhan secara logis dan konsisten, tetapi sering (meskipun
tidak selalu) bersifat abstrak dan kurang menekankan kepada isi empiris
(historisnya). Teori-teori ini mengutamakan diperolehnya angka pemikiran
yang teruji logikanya (abstrak), dan seakan-akan menomorduakan
pengujian empirisnya (historis). Kecenderungan semacam ini terlihat jelas
dalam teori-teori pertumbuhan ekonomi modern. Sebaliknya, mazhab
historis menekankan pada teori yang dibangun bukan semata dari aspek
logis teoritisnya tetapi juga menekankan pada empirisnya dan secara
8

bersamaan menemukan makna dari pertumbuhan ekonomi, terutama bagi


masyarakat miskin, terbelakang dan masyarakat secara keseluruhan.
c) Perbedaan antara Pertumbuhan dan Pembangunan
Pembangunan dan pertumbuhan adalah dua hal yang berbeda.
Masing-masing pengertian mengandung makna, implikasi dan ratifikasi
yang berbeda satu dari yang lainnya. Oleh karena itu, perlu dijelaskan sejak
awal mengenai perbedaan antara pengertian pertumbuhan dan
pembangunan. Pertumbuhan ekonomi bersangkut-paut dengan proses
peningkatan produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.
Dapat dikatakan bahwa pertumbuhan menyangkut perkembangan yang
berdimensi tunggal dan diukur dengan meningkatnya hasil produksi dan
pendapatan. Dalam pertumbuhan ekonomi, biasanya ditelaah proses
produksi yang melibatkan sejumlah jenis produk dengan menggunakan
sejumlah sarana produksi tertentu. Dalam hubungan ini, ditunjukkan
adanya hubungan perimbangan kuantitatif (perhitungan angka) antara
sejumlah sarana produksi disatu pihak dengan hasil seluruh produksi di
pihak lain. Hal tersebut satu sama lain dapat dinyatakan dalam kerangka
format matematika sehingga model-model mengenai pertumbuhan ekonomi
harus dapat diuji dengan pengukuran empiris-kuantitatif, yang selalu
dinyatakan dalam angka-angka.
Sementara itu di pihak lain, pembangunan mengandung arti yang lebih
luas. Peningkatan produksi memang merupakan satu ciri pokok dalam
proses pembangunan. Di dalamnya, selain segi peningkatan produksi secara
kuantitatif, proses pembangunan juga mencakup perubahan pada komposisi
produksi, perubahan pada pola penggunaan (alokasi) sumber daya produksi
(productive resources) di antara sektor-sektor kegiatan ekonomi, perubahan
pada pola pembagian (distribusi) kekayaan dan pendapatan di antara
berbagai golongan pelaku ekonomi, perubahan pada kerangka kelembagaan
(institutional framework) dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh.
Satu hal yang amat penting dalam proses pembangunan ialah semakin
meluasnya kesempatan kerja yang bersifat produktif (productive
employment). Pembangunan ekonomi seharusnya mensyaratkan partisipasi
9

aktif semua anggota masyarakat yang mampu untuk berperan serta dalam
proses ekonomi ke dalam kegiatan yang bersifat produktif. Kegiatan
ekonomi yang produktif mengandung berbagai dampak positif, di
antaranya adalah menambah pendapatan nyata bagi sebagian besar
penduduk. Penambahan pendapatan ini dapat meningkatkan daya konsumsi
penduduk secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih jauh lagi, peningkatan
pendapatan ini dapat mengurangi ketimpangan dalam distribusi pendapatan
di antara berbagai golongan dalam masyarakat. Dengan demikian,
pengertian tentang pembangunan ekonomi selain mencakup juga perubahan
kuantitatif pada produksi dan pendapatan, juga perubahan kualitatif dalam
susunan masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan merupakan suatu
transformasi, dalam arti perubahan struktural, yaitu perubahan pada
struktur ekonomi masyarakat yang meliputi perubahan pada perimbangan-
perimbangan keadaan yang melekat pada landasan kegiatan ekonomi dan
susunan ekonomi.

2. PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA DARI MASA KE MASA


Dalam perjalanannya, Indonesia mencatatkan pasang-surut
pertumbuhan ekonomi. Kami akan merangkum jejak pertumbuhan itu dari
masa ke masa pemerintahan tujuh presiden yang pernah memimpin
Indonesia, dari Soekarno sampai Joko Widodo (Jokowi).
Sebagai data awal, per kuartal III-2018, pertumbuhan ekonomi
Indonesia tercatat 5,17 persen, lebih tinggi dibanding periode yang sama
tahun lalu sebesar 5,06 persen. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi 2017
mencapai 5,07 persen, angka tertinggi sejak 2014.
Memang, angka itu masih di bawah pertumbuhan ekonomi masa
pemerintahan Soeharto yang sempat menembus 10 persen, sehingga ketika
itu Indonesia dipuja-puji sebagai salah satu Macan Asia. Bahkan, kinerja
ekonomi saat ini masih di bawah capaian pemerintahan Susilo Bambang
Yudhoyono yang bisa di atas 6 persen.
10

Namun, kondisi perekonomian Indonesia sekarang tetap dinilai sudah


mulai stabil, setelah mengalami kejatuhan pada krisis 1998. Saat itu inflasi
meroket drastis 80 persen dengan pertumbuhan ekonominya minus.
a) Era Sebelum Reformasi
i. Soekarno (1945-1967)
Indonesia mengalami tiga fase perekonomian di era Presiden
Soekarno. Fase pertama yakni penataan ekonomi pasca-kemerdekaan,
kemudian fase memperkuat pilar ekonomi, serta fase krisis yang
mengakibatkan inflasi. Pada awal pemerintahan Soekarno, PDB per
kapita Indonesia sebesar Rp 5.523.863.
Pada 1961, Badan Pusat Statistik mengukur pertumbuhan
ekonomi sebesar 5,74 persen. Setahun berikutnya masih sama, ekonomi
Indonesia tumbuh 5,74 persen. Lalu, pada 1963, pertumbuhannya
minus 2,24 persen.
Angka minus pertumbuhan ekonomi tersebut dipicu biaya politik
yang tinggi. Akibatnya, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) defisit minus Rp 1.565,6 miliar. Inflasi melambung atau
hiperinflasi sampai 600 persen hingga 1965.
Meski begitu, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih dapat
kembali ke angka positif pada 1964, yaitu sebesar 3,53 persen. Setahun
kemudian 1965, angka itu masih positif meski turun menjadi 1,08
persen. Terakhir di era Presiden Soekarno, 1966, ekonomi Indonesia
tumbuh 2,79 persen.
ii. Soeharto (1967-1998)
Masa kekuasaan Soeharto adalah yang terpanjang dibandingkan
presiden lain Indonesia hingga saat ini. Pasang surut perekonomian
Indonesia juga paling dirasakan pada eranya.
Ia menjadi presiden di saat perekonomian Indonesia tak dalam
kondisi baik. Pada 1967, ia mengeluarkan Undang-undang (UU) Nomor
1 Tahun 1967, tentang Penanaman Modal Asing. UU ini membuka
lebar pintu bagi investor asing untuk menanam modal di Indonesia.
11

Tahun berikutnya, Soeharto membuat Rencana Pembangunan


Lima Tahun (Repelita) yang mendorong swasembada. Program ini
mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga tembus 10,92
persen pada 1970.
Ekonom Lana Soelistianingsih menyebut, iklim ekonomi
Indonesia pada saat itu lebih terarah, dengan sasaran memajukan
pertanian dan industri. Hal ini membuat ekonomi Indonesia tumbuh
drastis. Setelah itu, di tahun-tahun berikutnya, hingga sekitar tahun
1997, pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung tinggi dan terjaga di
kisaran 6-7 persen.
Namun, selama Soeharto memerintah, kegiatan ekonomi terpusat
pada pemerintahan dan dikuasai kroni-kroni presiden. Kondisinya
keropos.
Pelaku ekonomi tak menyebar seperti saat ini, dengan 70 persen
perekonomian dikuasai pemerintah. Begitu dunia mengalami gejolak
pada 1998, struktur ekonomi Indonesia yang keropos itu tak bisa
menopang perekonomian nasional
Posisi Bank Indonesia (BI) pada era Soeharto juga tak
independen. BI hanya alat penutup defisit pemerintah. Begitu BI tak
bisa membendung gejolak moneter, maka terjadi krisis dan inflasi
tinggi hingga 80 persen.
Pada 1998, negara bilateral pun menarik diri untuk membantu
ekonomi Indonesia, yaitu saat krisis sudah tak terhindarkan.
Pertumbuhan ekonomi pun merosot menjadi minus 13,13 persen.
Pada tahun itu, Indonesia menandatangani kesepakatan dengan
Badan Moneter Internasional (IMF). Gelontoran utang dari lembaga ini
mensyaratkan sejumlah perubahan kebijakan ekonomi di segala lini.

b) Era Reformasi
i. BJ Habibie (1998-1999)
Pemerintahan Presiden Baharuddin Jusuf Habibie dikenal sebagai
rezim transisi. Salah satu tantangan sekaligus capaiannya adalah
12

pemulihan kondisi ekonomi, dari posisi pertumbuhan minus 13,13


persen pada 1998 menjadi 0,79 persen pada 1999.
Habibie menerbitkan berbagai kebijakan keuangan dan moneter
dan membawa perekonomian Indonesia ke masa kebangkitan. Kurs
rupiah juga menguat dari sebelumnya Rp 16.650 per dollar AS pada
Juni 1998 menjadi Rp 7.000 per dollar AS pada November 1998. Pada
masa Habibie, Bank Indonesia mendapat status independen dan keluar
dari jajaran eksekutif.
ii. Abdurrahman Wahid (1999-2001)
Abdurrahman Wahid alias Gus Dur meneruskan perjuangan
Habibie mendongkrak pertumbuhan ekonomi pasca krisis 1998. Secara
perlahan, ekonomi Indonesia tumbuh 4,92 persen pada 2000.
Gus Dur menerapkan kebijakan desentralisasi fiskal dan otonomi
daerah. Pemerintah membagi dana secara berimbang antara pusat dan
daerah. Kemudian, pemerintah juga menerapkan pajak dan retribusi
daerah. Meski demikian, ekonomi Indonesia pada 2001 tumbuh
melambat menjadi 3,64 persen.
iii. Megawati Soekarnoputri (2001-2004)
Pada masa pemerintahan Megawati, pertumbuhan ekonomi
Indonesia secara bertahap terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada
2002, pertumbuhan Indonesia mencapai 4,5 persen dari 3,64 persen
pada tahun sebelumnya.
Kemudian, pada 2003, ekonomi tumbuh menjadi 4,78 persen. Di
akhir pemerintahan Megawati pada 2004, ekonomi Indonesia tumbuh
5,03 persen.
Tingkat kemiskinan pun terus turun dari 18,4 persen pada 2001,
18,2 persen pada 2002, 17,4 persen pada 2003, dan 16,7 persen pada
2004.
Saat itu mulai ada tanda perbaikan yang lebih konsisten. Kita tak
bisa lepaskan bahwa proses itu juga dipengaruhi politik. Reformasi
politik juga mereformasi ekonomi kita, perbaikan yang dilakukan
13

pemerintah saat itu yakni menjaga sektor perbankan lebih ketat hingga
menerbitkan surat utang atau obligasi secara langsung.
Saat itu, perekonomian Indonesia mulai terarah kembali. Meski
tak ada lagi repelita seperti di era Soeharto, namun ekonomi Indonesia
bisa lebih mandiri dengan tumbuhnya pelaku-pelaku ekonomi.
iv. Soesilo Bambang Yudhoyono (2004-2014)
Meski naik-turun, pertumbuhan ekonomi Indonesia di bawah
kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) relatif stabil.
Pertumbuhan Indonesia cukup menggembirakan di awal
pemerintahannya, yakni 5,69 persen pada 2005.
Pada 2006, pertumbuhan ekonomi Indonesia sedikit melambat
jadi 5,5 persen. Di tahun berikutnya, ekonomi Indonesia tumbuh di atas
6 persen, tepatnya 6,35 persen.
Lalu, pada 2008, pertumbuhan ekonomi masih di atas 6 persen
meski turun tipis ke angka 6,01 persen. Saat itu, impor Indonesia
terbilang tinggi. Namun, angka ekspor juga tinggi sehingga neraca
perdagangan lumayan berimbang.
Pada 2009, di akhir periode pertama sekaligus awal periode kedua
kepemimpinan SBY, ekonomi Indonesia tumbuh melambat di angka
4,63 persen.
Perlambatan tersebut merupakan dampak krisis finansial global
yang tak hanya dirasakan Indonesia tetapi juga ke negara lain. Pada
tahun itu, Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku
bunga yang membuat harga komoditas global naik.
Meski begitu, Indonesia masih bisa mempertahankan
pertumbuhan ekonomi walaupun melambat. Pada tahun itu,
pertumbuhan ekonomi Indonesia masuk tiga terbaik di dunia.
Lalu, pada 2010, ekonomi Indonesia kembali tumbuh dengan
capaian 6,22 persen. Pemerintah juga mulai merancang rencana
percepatan pembangunan ekonomi Indonesia jangka panjang.
Pada 2011, ekonomi Indonesia tumbuh 6,49 persen, berlanjut
dengan pertumbuhan di atas 6 persen pada 2012 yaitu di level 6,23
14

persen. Namun, perlambatan kembali terjadi setelah itu, dengan capaian


5,56 persen pada 2013 dan 5,01 persen pada 2014.
v. Joko Widodo (2014-Sekarang)
Pada masa pemerintahannya, Joko Widodo atau yang lebih akrab
disapa Jokowi merombak struktur APBN dengan lebih mendorong
investasi, pembangunan infrastruktur, dan melakukan efisiensi agar
Indonesia lebih berdaya saing.
Namun, grafik pertumbuhan ekonomi Indonesia selama empat
tahun masa pemerintahan Jokowi terus berada di bawah pertumbuhan
pada era SBY.
Pada 2015, perekonomian Indonesia kembali terlihat rapuh.
Rupiah terus menerus melemah terhadap dollar AS. Saat itu, ekonomi
Indonesia tumbuh 4,88 persen.
Di era Jokowi, arah perekonomian Indonesia tak terlihat jelas.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) seolah
hanya sebagai dokumen tanpa pengawasan dalam implementasinya.
Dalam kondisi itu, tak diketahui sejauh mana RPJMN terealisasi.
Ini tidak seperti repelita yang lebih fokus dan pengawasannya dilakukan
dengan baik sehingga bisa dijaga.
Pada 2016, ekonomi Indonesia mulai terdongkrak tumbuh 5,03
persen. Dilanjutkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar
5,17.
Berdasarkan asumsi makro dalam APBN 2018, pemerintah
memprediksi pertumbuhan ekonomis 2018 secara keseluruhan
mencapai 5,4 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi di kuartal I-2018
ternyata tak cukup menggembirakan, hanya 5,06 persen.
Sementara pada kuartal II-2018, ekonomi tumbuh 5,27 persen
dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hanya ada sedikit
perbaikan dibandingkan kuartal sebelumnya.
Pada Senin (5/11/2018), BPS mengumumkan pertumbuhan
ekonomi Indonesia pada kuartal III-2018 sebesar 5,17 persen, malah
melambat lagi dibandingkan kuartal sebelumnya.
15

Untuk kuartal IV-2018, pertumbuhan ekonomi diprediksi meleset


dari asumsi APBN. Bank Indonesia, misalnya, memprediksi
pertumbuhan Indonesia secara keseluruhan pada 2018 akan berada di
batas bawah 5 persen.

3. TANTANGAN DAN PELUANG PERTUMBUHAN EKONOMI DI


INDONESIA DEWASA INI
a) Internal

Tantangan perekonomian yang dihadapi Indonesia di tahun 2019


diperkirakan masih cukup besar. Namun demikian, dari setiap tantangan
tentunya akan muncul peluang yang dapat dimanfaatkan untuk membawa
perekonomian Indonesia menjadi lebih baik lagi. Dari sisi internal, terdapat
beberapa tantangan yang akan dihadapi Indonesia, antara lain:

i. Defisit Transaksi Berjalan


Defisit transaksi berjalan Indonesia kembali melebar. Pada kuartal
IV 2018, defisit mencapai US$9,1 miliar atau 3,57% terhadap PDB. Nilai
ini meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mengalami defisit
sebesar 8,6 miliar dollar AS atau 3,28% terhadap PDB. Peningkatan
defisit transaksi berjalan dipengaruhi oleh menurunnya kinerja
perdagangan khususnya pada perdagangan barang non-migas. Hal ini
disebabkan oleh tingginya impor yang diikuti dengan kuatnya permintaan
domestik. Di sisi lain, perbaikan kinerja neraca jasa mendorong
perbaikan defisit melalui kenaikan surplus jasa perjalanan.
ii. Tingginya impor
Tingginya impor menjadi tantangan tersendiri yang dihadapi oleh
pemerintah. Impor terus meningkat seiring peningkatan kebutuhan bahan
baku produksi serta permintaan domestik terhadap barang jadi.
Pemerintah memperkirakan pertumbuhan impor tahun 2019 sebesar
7,1%, lebih rendah dari proyeksi tahun lalu sebesar 13,4%. Meskipun
pertumbuhan impor diperkirakan menurun, namun angka tersebut masih
lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor yang diperkirakan sebesar
6,3%.
16

iii. Peningkatan Daya Saing


Permasalahan industri Indonesia sejak lama salah satunya adalah
daya saing yang rendah. Laporan World Economic Forum (WEF) yang
berjudul Global Competitiveness Index 2018 mencatat Indonesia
menempati peringkat ke-45 dari 140 negara, naik dua peringkat dari
tahun sebelumnya. Untuk negara-negara ASEAN, peringkat Indonesia
masih kalah dibandingkan Singapura, Malaysia, dan Thailand.
iv. Industri 4.0 Saat ini
Indonesia tengah menghadapi era Industri 4.0 yang merupakan tren
di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatisasi dengan
teknologi cyber. Tren ini mengubah berbagai bidang kehidupan manusia
termasuk perekonomian.
v. Ketenagakerjaan
Saat ini, jarak antara produktivitas dan labor cost semakin melebar.
Labor cos perusahaan di Indonesia setiap tahunnya mengalami
peningkatan, sementara tidak diikuti dengan peningkatan produktivitas.
Dengan demikian, permasalahan kualitas pendidikan Indonesia harus
menjadi perhatian bagi pembangunan nasional. Selain itu, penyerapan
tenaga kerja menjadi isu penting karena setiap tahunnya pencari kerja
semakin bertambah, tetapi tidak diikuti dengan pembukaan lapangan
kerja yang mencukupi.

b) Eksternal

Selain isu internal, terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi


Indonesia dari sisi eksternal. Sama halnya seperti isu internal, isu eksternal
juga merupakan isu-isu lanjutan yang bermunculan sejak tahun 2018. Isu
eksternal tersebut antara lain:

i. Pelonggaran Kebijakan Moneter AS


Sepanjang tahun 2018, AS melakukan pengetatan kebijakan moneter
melalui kenaikan suku bunga acuannya yaitu FFR. Terhitung sejak bulan
Maret hingga Desember 2018, Bank Sentral AS (The Fed) telah
menaikkan suku bunga acuannya (FFR) sebanyak empat kali dengan total
17

kenaikan sebesar 100 basis dari 1,5% menjadi 2,5%. Pengetatan


kebijakan AS tersebut berdampak pada perekonomian negara-negara
berkembang. Di Indonesia, hal tersebut berdampak kuat terhadap nilai
tukar Rupiah. Sejak awal tahun 2018, Rupiah telah terdepresiasi lebih
dari 10%. Pengetatan kebijakan merupakan respon terhadap kondisi
eksternal dan mencerminkan fokus pemerintah dalam menjaga stabilitas
ekonomi. Meskipun pasar keuangan global bergejolak, ketahanan
ekonomi makro secara keseluruhan telah dipertahankan.
ii. Ketegangan Hubungan Perdagangan AS dan Tiongkok
Tensi hubungan perdagangan antara AS dan Tiongkok terjadi sejak
awal tahun 2018 ketika AS melakukan pengetatan ekonominya melalui
peningkatan bea masuk pada beberapa komoditas ekspor Tiongkok. Hal
ini berimplikasi pada kinerja ekspor Tiongkok sebagai salah satu importir
utama AS. Sebagai respon dari kebijakan yang diterapkan AS tersebut,
Tiongkok turut memberlakukan peningkatan bea masuk pada sejumlah
produk AS.
iii. Isu Brexit di Uni Eropa
Isu keluarnya Inggris dari Uni Eropa, yangterkenal dengan sebutan
Brexit (British Exit), terjadi sejak tahun 2016 lalu. Isu ini terus bergulir
sampai saat ini yang menyebabkan ketidakpastian perekonomian Uni-
Eropa. Ketidakpastian ini berdampak pada perlambatan perekonomian
Inggris yang tentunya akan berdampak pula terhadap perekonomian
secara global mengingat Inggris merupakan ekonomi terbesar kelima di
dunia. Hal ini secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap
iv. Kebijakan Proteksionisme
Terjadinya ketegangan hubungan perdagangan antara AS dan
Tiongkok serta isu Brexit di Uni Eropa membuat munculnya
ketidakpastian terhadap perekonomian global. Hal ini berakibat pada
meningkatnya kebijakan proteksionisme oleh negara-negara di dunia.
Padahal menurut Menteri Perdagangan, Enggartiasto Lukita, kebijakan
proteksionisme melalui kenaikan tarif sebenarnya akan merugikan negara
itu sendiri karena dapat meningkatkan inflasi dan merugikan konsumen.
18

v. Harga Komoditas
Perubahan harga komoditas dunia menjadintantangan tersendiri bagi
perekonomian Indonesia. Harga komoditas dapatnmempengaruhi kinerja
perdagangan domestik yang selanjutnya mempengaruhi neraca
perdagangan Indonesia. IMF, Bank Dunia, maupun EIA memprediksi
harga komoditas dunia akan memperlihatkan kecenderungan tren
menurun seiring dengan melambatnya pertumbuhan volume perdagangan
dunia. Penurunan harga komoditas ini tercermin dari penurunan IHKEI
hingga triwulan I 2019.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN PERTUMBUHAN
EKONOMI
1. Faktor Sumber Daya Alam
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepada sumber daya alam
dalam melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian, sumber
daya alam saja tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi,
apabila tidak didukung oleh kemampuan sumber daya manusianya dalam
mengelola sumber daya alam yang tersedia. Sumber daya alam yang
dimaksud dinataranya kesuburan tanah, kekayaan mineral, tambang,
kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
2. Faktor Sumber Daya Manusia
Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga
dipengaruhi oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting
dalam proses pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan
tergantung kepada sejauhmana sumber daya manusianya selaku subjek
pembangunan memiliki kompetensi yang memadai untuk melaksanakan
proses pembangunan.
3. Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat
mendorong adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja
yang semula menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin
canggih berdampak kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas
19

serangkaian aktivitas pembangunan ekonomi yang dilakukan dan pada


akhirnya berakibat pada percepatan laju pertumbuhan perekonomian
4. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan
ekonomi yang dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit
atau pendorong proses pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat
pembangunan. Budaya yang dapat mendorong pembangunan diantaranya
sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur, ulet dan sebagainya. Adapun
budaya yang dapat menghambat proses pembangunan diantaranya sikap
anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya
5. Sumber Daya Modal
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan
meningkatkan kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang
modal sangat penting bagi perkembangan dan kelancaran pembangunan
ekonomi karena barang-barang modal juga dapat meningkatkan
produktivitas.
20
BAB IV

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah permasalahan setiap negara.


Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu faktor yang menentukan pembangunan
ekonomi baik dinegara maju maupun berkembang. Semakin baik pertumbuhan
ekonomi suatu negara maka semakin baik pula pembangunan ekonomi di negara
tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan
pembangunan ekonomi. Terdapat banyak faktor yang mendorong dan
menghambat pertumbuhan ekonomi. Diperlukan usaha untuk dapat
mengoptimalkan pengelolaan sumber-sumber daya di Indonesia untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2. SARAN

Untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih baik


pemerintah bersama rakyat Indonesia harus dapat mengoptimalkan penggunaan
sumber-sumber daya yang ada di Indonesia yang sangat banyak dan berlimpah
bahkan banyak sumber daya Indonesia yang tidak dimiliki oleh negara lain.
Pemerintah harus dapat memberantas korupsi yang merupakan faktor utama
penghambat pertumbuhan ekonomi dan ilega loging serta penyelundupan
sumber daya alam Indonesia ke negara lain, selain itu pemerintah haruslah
mengembangkan infrastruktur, meningkatkan taraf pendidikan masyarakat agar
kualitas sumber daya manusia Indonesia meningkat sehingga mampu mengelola
sumber daya alam Indonesia secara optimal bukan dikeloka oleh negara lain, agar
sumber daya yang dimiliki Indonesia dapat digunakan dan dimanfaatkan oleh
rakyat kita sendiri, bukan untuk negara lain.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015, Tugas Kampus Ekonomi, [on-line],


http://tugasleoespadamenejemen13unsri.blogspot.com/2015/01/makalah-
pertumbuhan-ekonomi.html, (diakses tanggal 17 November 2019).

Anonim, -, Teori Model Pertumbuhan Ekonomi Harrod-Domar, [on-line],


https://ardra.biz/ekonomi/ekonomi-makro/model-pertumbuhan-ekonomi-suatu-
negara/model-pertumbuhan-ekonomi-harrod-domar/ , (diakses tanggal 17
November 2019).

Chalid, Pheni, 2015, Teori Pertumbuhan, [pdf],


http://repository.ut.ac.id/4601/1/MAPU5102-M1.pdf, (diakses tanggal 17
November 2019).

Intan, Raden, 2012, Pertumbuhan Ekonomi, [pdf],


http://repository.radenintan.ac.id/1204/3/BAB_II_TERBARU.pdf, (diakses
tanggal 17 November 2019).

Universitas Dian Nuswantoro Semarang, -, Dasar-Dasar Ilmu Perekonomian,


[pdf], http://eprints.dinus.ac.id/6429/1/Pertemuan_1_-_Dasar_Ilmu_Ekonomi.pdf,
(diakses tanggal 17 November 2019).

Wulanjani, Ragil Ayu, -, Makalah Pertumbuhan Ekonomi, [on-line],


https://www.academia.edu/34596751/MAKALAH_PERTUMBUHAN_EKONO
MI_INDONESIA, (diakses tanggal 17 November 2019).

Kompas.com, 2018, Jejak Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dari Masa ke Masa,


[on-line], https://ekonomi.kompas.com/jeo/jejak-pertumbuhan-ekonomi-
indonesia-dari-masa-ke-masa, (diakses tanggal 20 November 2019).

Ma’ruf, Ahmad dan Lastri Wihastuti, 2008, Pertumbuhan Ekonomi: Determinan


dan Prospeknya, [E-mail], macrov_jogja@yahoo.com, (diakses tanggal 17
November 2019).
22

Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, 2019,


Outlook Perekonomian Indonesia 2019, [pdf],
https://ekon.go.id/ekliping/download/4901/3424/buku-outlook-perekonomian-
indonesia-2019-mei-.pdf, (diakses tanggal 17 November 2019).

Anda mungkin juga menyukai