Anda di halaman 1dari 19

EKONOMI MAKRO

MENGAPA TIDAK SEMUA NEGARA DI DUNIA IKUT


MAJU?

Disusun Oleh :
1. Eka Mauludya N. A (192010200299)
2. Ahmad Rizaldi D. (192010200318)
3. M. Marwan Fadhlullah (192010200355)
4. Ariestya Putri P. (192010200367)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO


FAKULTAS BISNIS, HUKUM, DAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDY MANAJEMEN
2019

1
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Berkat
limpahan karunia nikmat-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Mengapa Tidak Semua Negara di Dunia Ikut Maju?” dengan lancar. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Makro yang diampu
oleh Ibu Dewi Andriani, SE., MM
Dalam proses penyusunannya tak lepas dari bantuan, arahan dan masukan dari
berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya
dalam menyelesaikan makalah ini.
Meski demikian, kami merasa masih banyak kesalahan dalam penyusunan
makalah ini. Oleh sebab ini penulis sangat terbuka menerima kritik dan saran yang
membangun untuk dijadikan sebagai bahan evaluasi.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah khasanah ilmu
pengetahuan.

Sidoarjo, 26 Februari 2019

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL DEPAN
KATA PENGANTAR .....................................................................................II
DAFTAR ISI ..................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................1
1.3 Tujuan …………..................................................................................2
1.4 Manfaat ………….................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Penyebab Aktif Kesejahteraan Versus Penyebab Fundamental
Kesejahteraan
a. Penyebab Aktif Kesejahteraan (Proximate Cause Of Prosperity)…3
b. Penyebab Fundamental Kesejahteraan (Fundamental Cause Of
Prosperity) ……………………………………..…………………3
1. Gografi ……………………………………………………..…4
2. Budaya ………………………………………………………..5
3. Lembaga ……………………………………………………...6
4. Eksperimen Alami dalam Sejarah …………………………….8
2.2 Lembaga dan Pembangunan Ekonomi ………………………….……10
a. Lembaga Ekonomi Inklusif dan Ekstraktif ……………………..10
b. Lembaga dan Pembangunan Ekonomi ……………………….…11
c. Alasan Di Balik Lembaga Ekonomi Ekstraktif …………………12
d. Lembaga Ekonomi Inklusif dan Revolusi Industri ……………...13
2.3 Apakah Bantuan Asing Menjadi Solusi Kemiskinan Dunia? ………...13

BAB III PENUTUP


3.1. Simpulan .............................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi jangka panjang.
Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan fenomena penting yang dialami dunia
hanya semenjak dua abad belakangan ini. Dalam periode tersebut dunia telah
mengalami perubahan yang sangat nyata apabila dibandingkan dengan periode
sebelumnya. Pada masa sebelumnya kuda dan beberapa binatang peliharaan lain
merupakan tenaga penarik bagi alat pengangkut yang utama. Pada masa ini keadaan
sudah sangat berbeda. Kemampuan manusia untuk pergi kebulan dan mewujudkan
komputer canggih merupakan contoh yang nyata dari betapa jauhnya manusia telah
mengalami kemajuan sejak dua atau tiga abad yang lalu. Kami juga menekankan
bahwa pertumbuhan ekonomi tidak memberikan manfaat yang sama rata bagi
seluruh penduduk suatu negara. Bagi sebagian penduduk, kemiskinan merupakan
dampak tak sengaja dari kemajuan teknologi. Bagi para pengajar yang ingin
menelaah lebih mendalam mengenai pertumbuhan dan determinan GDP.
Mengapa sebagian negara tidak menginvestigasikan modal fisik dan manusia
yang cukup, meneraapkan teknologi terbaik, dan mengelola produksi mereka secara
efisien? Dengan kata lain, mengapa seluruh negara dunia tidak maju secara
ekonomi? Disini dapat mempertimbangkan beberapa penyebab fundamental
kesejahteraan kondisi geografis, budaya, dan kelembagaan, juga memberi
pandangan mengapa faktor geografis yang sering kali dipersalahkan tidak
bertanggng jawab atas kesenjangan ekonomi antar negara.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana faktor – faktor yang menjadi penyebab aktif kesejahteraan?
2. Bagaimana faktor–faktor yang menjadi penyebab fundamental
kesejahteraan?
3. Apakah lembaga ekonomi inklusif sama dengan lembaga ekonomi
ekstraktif?

4
4. Mengapa bantuan asing dapat berguna dalam mengentaskan kemiskinan
ekstrem secara temporer?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui faktor-faktor penyebab aktif kesejahteraan.
2. Mengetahui faktor-faktor penyebab fundamental kesejahteraan.
3. Mengetahui perbedaan lembaga ekonomi inklusif dan lembaga ekonomi
ekstraktif.
4. Mengetahui alasan bantuan asing dapat berguna dalam mengentaskan
kemiskinan ekstrem secara temporer.

1.4 Manfaat
1. Agar mengetahui faktor-faktor penyebab aktif kesejahteraan.
2. Agar mengetahui faktor-faktor penyebab fundamental kesejahteraan.
3. Agar mengetahui perbedaan lembaga ekonomi inklusif dan lembaga ekonomi
ekstraktif.
4. Agar mengetahui alasan bantuan asing dapat berguna dalam mengentaskan
kemiskinan ekstrem secara temporer.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.4 Penyebab Aktif Kesejahteraan Versus Penyebab Fundamental Kesejahteraan


a. Penyebab Aktif Kesejahteraan (Proximate Cause Of Prosperity)
Penyebab aktif kesejahteraan adalah tingginya tingkatan faktor-faktor seperti
modal manusia, modal fisik, dan teknologi yang menghasilkan GDP per kapita.
Kita menyebutnya penyebab aktif kesejahteraan karena aspek-aspek ini
mengaitkan tingkat kesejahteraaan yang tinggi dengan tingkat input produksi
yang tinggi, tetapi tanpa memberikan penjelasan mengapa tingkat input tersebut
tinggi. Masyarakat menjadi lebih sejahtera ketika mereka memiliki modal
manusia dan fisik yang berlimpah serta menggunakan teknologi maju secara
efisien dalam produksi tetapi semua ini hanyalah penyebab aktif karena pada
gilirannya dibentuk oleh faktor-faktor lain yang lebih mendasar.
Modal fisik, modal manusia, dan teknologi menjadi penyebab aktif
kesejahteraan dalam artian bahwa, meskipun ketiganya menentukan
kesejahteraan suatu negara, ketiga faktor ini juga ditentukan oleh faktor-faktor
lain yang mendalam. Dengan kata lain, apabila kita ingin memahami mengapa
sebagian negara menjadi miskin, kita harus mempertanyakan mengapa mereka
tidak menginvestasikan modal fisik atau modal manusia yang cukup dan
mengapa mereka tidak mengadopsi teknologi terbaik dan mengelola produksi
secara lebih efisien. Contoh penyebab aktif, mengapa Anda meminum obat-
obatan tersebut adalah karena Anda mengalami sakit tenggorokan, demam
tinggi, dan sakit kepala.

b. Penyebab Fundamental Kesejahteraan (Fundamental Cause Of Prosperity)


Penyebab fundamental kesejahteraan adalah faktor-faktor yang menjadi
akar masalah dari perbedaan pada penyebab aktif kesejahteraan. Faktor-faktor
yang berpotensi memengaruhi investasi modal fisik dn manusia serta pilihan
teknologi suatu negara dan melalui saluran ini, paa akhirnya membentuk
kesejahteraan. Contoh penyebab fundamental, alasan mengapa Anda
mengalami gejala-gejala ini adalah flu. Flu ini menyebabkan gejala-gejala dan

6
respon Anda untuk meminum obat. Faktor-foktor penyebab fundamental
kesejahteraan :
1. Gografi
Salah satu pendekatan, yang kita sebut sebagai hipotesis geografi
(geography hypothesis), menyatakan bahwa perbedaan kondisi geografis,
iklim, dan ekologi pada akhirnya menentukan perbedaan besar dalam
kesejahteraan antarnegara dunia. Berdasarkan hipotesis ini, sebagian
negara memiliki kondisi geografis, iklim, dan ekologis yang berada di luar
kendali mereka. Sebagian berlokasi di daerah dengan kondisi tanah yang
tidak cocok untuk pertanian, suhu di siang hari sangat tinggi, atau
minimnya sungai yang bisa dilewati kapal sehingga transportasi sangat
mahal. Kondisi ini, dikatakan sebagian pengamat, tidak memungkinkan
bagi negara-negara tersebut untuk mengakumulasikan atau menggunakan
faktor-faktor produksi secara efektif.
Montesquieu adalah Filsuf Prancis, yang berpendapat bahwa iklim
merupakan kunci utama untuk bekerja keras yang pada gilirannya
menyumbang kesejahteraan. Ia menulis “iklim yang sangat panas bisa
menyebabkan badan lelah. Jadi, kelelahan ini malah bisa menular ke dalam
diri, tidak ada rasa penasaran, kegigihan berusaha, absennya
kedermawanan, kecendrurngan ini membuat segala hal menjadi pasif,
bermalas-malasan menjadi suatu kebahagiaan. Orang-orang lebih giat di
iklim yang dingin. Penduduk negeri-negeri yang hangat selalu malu-malu,
seperti orang tua, penduduk negeri-negeri dingin seperti para pemuda,
pemberani”.
Alfred Marshall adalah pendukung lain, yang menjadi salah satu okonom
pertama yang menulis buku (seperti kami) yang ingin menyebarluaskan
prinsip-prinsip ekonomi ke khalayak mahasiswa yang luas. Ia menyatakan
“semangat bekerja sebagian bergantung pada kualitas ras. Namun
demikian, sekalipun bisa dijelaskan secara gamblang, kualitas ini
bergantung pada kondisi iklim.
Kedua pandangan ini, yang menekankan dampak iklim terhadap upaya
dan semangat bekerja keras. Tetapi versi lain dari hipotesis geogrfi ini

7
masih terkenal. Sekarang, banyak yang meyakini bahwa karakteristik
geografi menentukan ketersediaan teknologi bagi suatu masyarakat,
terutama dalam bidang pertanian.
Jeffrey Sachs menjadi pendukung kuat pandangan ini dalam berbagai
karya akademisnya. Dengan menggunakan pandangan berikut sebagai
dasar untuk memengaruhi kebijakan di PBB dan WHO, Sach misalnya
pernah berpendapat “sejak awal mula era pertumbuhan ekonomi modern,
mungkin juga jauh sebelumnya, teknologi di daerah empat musim lebih
produktif ketimbang teknologi di daerah tropis”.
Apabila geografi menjadi penyebab fundamental kesejahteraan, maka
negara-negara miskin tidak bisa berharapbanyak dalam perbaikan taraf
hidup. Mereka akan tetap mengalami kerugian secara permanen, dan kita
sebaiknya tidak berharap mereka bisa mengejar ketertinggalan dan
menjadi maju pada akhirnya, berdasarkan anggapan ini. Tidak semua
hipotesis geografi bernada pesimistis. Sebagian menganggap bahwa
investasi berskala besar dalam teknologi transportasi atau pemberantasan
penyakit bisa mengurangi kerugian kondisi geografi tersebut.

2. Budaya
Hipotesis budaya (culture hypothesis) menyatakan bahwa perbedaan
nilai dan budaya secara fundamental menyebabkan perbedaan
kesejahteraan di berbagai negara. Menurut hipotesis budaya, setiap
masyarakat merespon insentif secara berbada karena adanya perbedaan
pengalaman bersama, ajaran agama, kedekatan keluarga, atau norma sosial
yang tidak tertulis. Budaya dipandang sebagai penentu utama nilai,
preferensi, dan keyakinan individu serta masyarakat, menurut argumen ini,
perbedaan tersebut memainkan peranan penting dalam membentuk kinerja
ekonomi. Contoh, sebagian masyarakat memegang nilai yang mendorong
investasi, kerja keras, dan penerapan teknologi baru, sementara masyarakat
lain mungkin masih percaya takhayul, mencurigai teknologi baru dan
malas bekerja.

8
Max Weber adalah sosiolog Jerman yang menyatakan bahwa awal mulai
industrialisasi di Eropa Barat bisa ditelusiri dari kemunculan adama
Protestan. Dalam pandangannya, ajaran Protestan memainkan peranan
penting dalam perkembangan perekonomian pasar dan pertumbuhan
ekonomi karena mendorong kerja keras dan kebiasaan menabung.
Versi lain dari hipotesis budaya membandingkan budaya Anglo-Saxon di
AS dan Inggris, yang dianggap sebagai faktor pendorong investasi dan
pengadopsian teknologi baru, dengan budaya Iberia orang-orang keturunan
spanyol dan portugis yang kurang dinamis dan cenderung tertutup.
Contoh, mengapa Korea Selatan tumbuh pesat di abad ke-20 dan mengapa
Ghana tidak mengalami hal serupa secara garis besar menegaskan
pendekatannya. Jadi, budaya menjadi alasan utama penjelasan tersebut.
masyarakat Korea Selatan menjunjung tinggi kebiasaan menabung,
investasi, kerja keras, pendidikan, organisasi, dan disiplin. Sementara
orang-orang Ghana memegang nilai yang berbeda. Tentu saja, budaya
suatu masyarakat tidak permanen, budaya bisa berubah, meskipun
perubahannya sangat lambat.

3. Lembaga (Institution)
Lembaga yaitu pedoman formal dan informal yang mengatur
pengorganisasian masyarakat, mencakup juga hukum dan regulasinya.
Contohnya, sejarawan ekonomi Douglass North, yang mendapatkan
penghargaan Nobel Ekonomi atas hasil karyanya yang menekankan
pentingnya peranan lembaga dalam proses historis perkembangan
ekonomi, mendefinisinya ialah lembaga adalah aturan main dalam suatu
masyarakat atau lebih formalnya, merupakan hambatan yang sengaja
dibuat yang membentuk interaksi manusia.
Definisi ini meliputi tiga unsur penting yang menjelaskan lembaga:
a. Lembaga dibuat oleh individu-individu yang merupakan anggota
suatu masyarakat.
b. Lembaga membatasi perilaku individu.
c. Lembaga membentuk perilaku melalui insentif.

9
Pertama, lembaga dibuat manusia berbeda dengan kondisi geografis,
yang memang berada diluar kendali manusia, dan budaya, yang berubah
sangat lambat, lembaga ditentukan oleh faktor-faktor yang dibuat oleh
manusia. Lembaga berkembang melalui pilihan-pilihan yan dibuat oleh
masyarakat untuk mengatur interaksi satu sama lain.
Kedua, disisi positifnya, lembaga membatasi kemampuan seseorang
untuk mencuri dari orang lain atau melarikan diri dari utang. Disisi
negatifnya, lembaga dapat mencegah seseorang untuk memilih pekerjaan
atau membuka bisnis baru. Hambatan ini bersifat absolut. Orang-orang di
berbagai belahan dunia ada yang melanggar hukum dan mengakali undang-
undang setiap harinya.
Ketiga, kendala yang diberlakukan atas individu baik yang bersifat
formal seperti mencegah kegiatan tertentu atau yang bersifat informal
seperti melarang perilaku tertentu melalui adat dan norma sosial,
membentuk interaksi manusia dan insentif.
Hipotesis lembaga (institutional hypothesis) menyatakan bahwa
perbedaan cara pengorganisasian masyarakat, perbedaan yang membentuk
insentif yang dihadapi individu dan dunia usaha menjadi akar dari
perbedaan kesejahteraan antarnegara. Contoh, ketika pasar menempatkan
seseorang pad pekerjaan yang memungkinkannya menghasilkan
produktivitas tertinggi, maka undang-undang dan aturan yang berlaku
mendorong perusahaan untuk menginvestasikan modal fisik dan teknologi
serta sistem pendidikan yang memungkinkan dan mendorong orang-orang
untuk berinvestasi dalam modal manusia mereka, sehingga menghasilkan
GDP yang lebih tinggi dan mencapai kesejahteraan yang lebih tinggi di
bandingkan jika lembaga tersebut tidak mampu melakukan hal tersebut.
ringkasan kata hipotesis lembaga menggunakan landasan berikut:
a. Setiap masyarakat biasanya memiliki lembaga yang berbeda-beda.
b. Perbedaan lembaga ini menciptakan jenis insentif yang berbeda.
c. Insentif ini membantu masyarakat mengakumulasikan faktor-faktor
produksi dan pengadopsian teknologi baru.

10
Pandangan ini sudah muncul sejak era Adam Smith, bapak ilmu ekonomi
yang dalam karyanya, The Wealth Of Nations, menekankan pentingnya
peranan pasar dalam menciptakan kesejahteraan melalui andil tangan tak
terlihat dan memperingatkan bahaya hambatan pasar misalnya, restriksi
pandangan yang bisa merusak kesejahteraan tesebut.

4. Eksperimen Alami dalam Sejarah


Semenanjung Korea dibagi dua. Bagian selatannya adalah Republik
Korea, dikenal sebagai Korea Selatan. Kita telah mengamati dalam Bab 7
bagaimana Korea Selatan telah menjadi salah satu perekonomian dengan
pertumbuhan tercepat dalam 60 tahun terakhir dan kini mencapai taraf
hidup yang setara dengan banyak negara di Eropa.
Di bagian utaranya ada Korea lain: Republik Demokratik Rakyat Korea,
atau Korea Utara. Taraf hidup di Korea Utara hampir sama dengan negara
Afrika sub-Sahara. Estimasi GDP per kapita tahun 2010 (berdasarkan PPP
dengan nilai dolar konstan tahun 2005) sekitar $1.612 di Utara, sehingga
penduduknya jauh lebih miskin daripada penduduk Sudan atau Yaman.
Sebaliknya, pada tahun yang sama, GDP per kapita (berdasarkan PPP
dengan nilai dolar konstan tahun 2005) di Selatan sekitar $26.609. Apa
yang menjelaskan kesenjangan ini? Faktor geografis'? Budayra?
Sepertinya tidak. Korea Utara dan Selatan berbagi kondisi geografis yang
sama, beriklim sama, memiliki batas laut yang sama, dan masalah
lingkungan yang sama. Dari segi budaya juga tidak ada yang berbeda,
terutama sebelum tahun 1947 ketika semenanjung ini terbagi dua. Korea
pada masa itu merupakan negara yang cenderung homogen, baik dalam hal
etnis dan budaya. Jika kita meyakini bahwa faktor geografis atau budaya
menjadi faktor penting dalam menentukan pembangunan ekonomi Korea
Selatan setelah 1947, seharusnya kita melihat proses pembangunan
ekonomi yang serupa di Utara. Kenyataannya tidak demikian.

11
Justru, ketimpangan antara kedua negara tidak terjadi sebelum Perang
Dunia II saat kedua negara ini masih bersatu. Ketimpangan ekonomi
terjadi ketika keduanya berpisah dan mengadopsi lembaga yang berbeda.
Pemisahan Korea menjadi utara dan selatan bukanlah sesuatu yang
diinginkan masyarakat Korea. Pemisahan ini merupakan imbas dari
kesepakatan geopolitis antara Uni Soviet dan AS, yang sepakat pada akhir
Perang Dunia II untuk membagi Korea pada garis lintang utara 38 0 guna
menanamkan pengaruh politis kedua negara tersebut di Korea dan
membuat pemerintahan yang berbeda di Utara dan Selatan.
Kedua pemerintahan ini menerapkan pengorganisasian ekonomi yang
jauh berbeda. Di Korea Utara, Kim II-Sung, pemimpin faksi komunis anti-
Jepang selama Perang Dunia II, mengukuhkan diri sebagai diktator.
Dengan bantuan Uni Soviet, Kim Il-Sung memperkenalkan bentuk
komunisme yang sangat kaku, yaitu sistem Juche. Seluruh sumber daya di
Korea Utara dialokasikan melalui perencanaan terpusat, kepemilikan
swasta dilarang, dan pasar benar-benar dilarang. Kebebasan dibatasi tidak
hanya dalam pasar ekonomi saja tetapi dalam gerak-gerik seluruh individu
di Korea Utara, terkecuali bagi segelintir elite penguasa dan kroni Kim II
Sung. Sistem kroni ini bertahan di bawah kekuasaan anaknya, Kim Jong II,
yang memerintah hingga kematiannya tahun 2011, dan dilanjutkan oleh
cucu Kim II Sung, Kim Jong Un.
Di Selatan, lembaga dibentuk oleh seorang anti-komunis lulusan Harvard
dan Princeton, Syngman Rhee, yang didukung penuh oleh AS. Kendati
Rhee dan penerusnya, Jendral Park Chung-hee, adalah otokrat, mereka
mendukunng perekonomian berbasis pasar, memberikan insentif bagi
dunia usaha bentuk investasi dan industrialiasi serta berinvestasi
berinvestasi besar dalam pendidikan bagi rakyat Korea Selatan. Korea
selatan pada akhirnya benar-benar menjadi negara demokratis pada era
1990-an dan meliberalisasikan perekonomiannya.
Kasus Korea mencerminkan apa yang kita sebut sebagai eksperimen
alami eksperimen sejarah. Suatu negara terbagi dua akibat peperangan.
Dua negara yang terbentuk dengan budaya yang identik dan kondisi

12
geografis yang hampir sama, akhirnya menganut dua lembaga yang sangat
berbeda. Sementara Korea Selatan menganut perekonomian pasar, Korea
Utara menerapkan bentuk komunisme yang kaku yang tidak
memungkinkan adanya pasar, kepemilikan swasta, atau kewirausahaan
Alasan dari bentuk eksperimen alami ini adalah bahwa meskipun lembaga
berubah dengan cara yang radikal seperti ini, kondisi geografis dan budaya
belum berubah banyak

2.5 Lembaga dan Pembangunan Ekonomi


Remaja Korea Selatan tumbuh dan berkembang kurang lebih sama dengan
masyarakat AS. Banyak dari mereka yang memperoleh pendidikan tinggi dan
insentif yang mendorong mereka untuk mengarahkan segala upaya dan unggul
dalam bidang masing-masing. Korea Selatan merupakan negara dengan ekonomi
pasar. Mereka menyadari jika berhasil maka bisa memetik hasil dari buah investasi
dan kerja keras selama ini. Mereka bisa membeli apa yang di inginkan. Mereka bisa
memulai bisnis dan mewariskan harta benda kepada keturunan mereka.
Hal ini sebagian besar dihasilkan oleh hak milik pribadi yang dijamin
pemerintah Korea Selatan, dimana setiap individu bisa memiliki properti atau harta
benda seperti usaha, tempat tinggal, mobil dan barang lainnya tanpa khawatir
pemerintah atau siapa pun bisa mengambil harta benda tersebut secara paksa.
Hak milik pribadi (private property rights) memungkinkan individu untuk
mendirikan bisnis dan memiliki aset kepemilikannya terjamin. Terdapat dua macam
lembaga dan pembangunan ekonomi yaitu:
a. Lembaga Ekonomi Inklusif dan Ekstraktif
Lembaga ekonomi (economic institutions) merupakan aspek-aspek yang
diatur masyarakat terkait dengan transaksi ekonomi. Selain perlindungan hak
milik, juga mencakup hal-hal seperti berfungsinya dan ketidakberpihakan
sistem peradilan, aturan keuangan yang menjelaskan bagaimana individu dan
dunia usaha bisa meminjam dana, dan regulasi yang menjelaskan berapa
besar biaya yang dibutuhkan untuk memasuki bisnis atau pekerjaan baru.
Ketika lembaga ekonomi suatu masyarakat menjamin hak milik pribadi,
menciptakan sistem peradilan yang mengikat kontrak dan menjunjung tinggi

13
hukum, memungkinkan pihak swasta untuk menandatangani kontrak
transaksi ekonomi atau keuangan, memelihara syarat masuk yang relatif
terbuka dan bebas ke berbagai bidang usaha dan pekerjaan,dan
memungkinkan orang-orang untuk memperoleh pendidikan dan
keterampilan yang diperlukan agar dapat berpartisipasi dalam dunia usaha
dan pekerjaan disebut dengan lembaga ekonomi inklusif.
Lembaga ekonomi inklusif (inclusive economic institutions),
melindungi hak milik pribadi, menegakkan hukum, memungkinkan adanya
dan menegakkan kontrak swasta, dan memelihara syarat masuk yang relatif
terbuka dan bebas ke berbagai bidang usaha dan pekerjaan. Lembaga
ekonomi Korea Selatan mendekati jenis ini. Lembaga bersifat inklusif karena
mendorong partisipasi sebagian besar masyarakat dalam kegiatan ekonomi
yang mendayagunakan bakat dan kemampuan mereka secara maksimal.
Lembaga ekonomi ekstraktif (extractive economic institutions), tidak
melindungi hak milik pribadi, tidak menjamin kontrak, dan ikut campur
dalam mekanisme pasar. Lembaga ini juga menciptakan hambatan masuk
yang signifikan ke dalam dunia usaha dan pekerjaan. Contoh perekonomian
yang memiliki lembaga ekonomi ekstraktif anatara lain republik Uni Soviet
seperti Azerbaijan, Turkmenistan, dan Uzbekistan, Myanmar, dan Pakistan
di Asia, Argentina, Guatemala, dan Peru di Amerika Latin, dan republik
Demokratik Kongo, Mesir, dan Kenya di Afrika.
Gabungan kekuatan politik dan ekonomi ini memiliki peranan penting
lembaga politik, yang menentukan orang yang memegang jabatan politis dan
jenis hambatan apa yang diberlakukan oleh kekuatan tersebut. lembaga
politik ( political institutions) adalah aspek-aspek yang diatur masyarakat
terkait dengan alokasi kekuatan politik dan hambatan atas pengerahan
kekuasaan politik.

b. Bagaimana Lembaga Ekonomi Memengaruhi Dampak Ekonomi


Hak kepemilikan menjadi inti dari prinsip ini karena hanya mereka yang
hak kepemilikannya yang terjaminlah yang bersedia untuk berinvestasi dan
meningkatkan produktivitas. Contohnya, petani yang mencurigai bahwa

14
hasil panannya akan diambil alih paksa, dicuri, atau seluruhnya dikenai
pajak, tidak memiliki insentif untuk bekerja, apalagi berinvestasi dan
berinovasi. Lembaga ekonomi ekstraktif menghambat insentif persis dengan
cara demikian. Petani, pedagang, pebisnis, dan pekerja tidak akan terdorong
untuk berinvestasi dan berproduksi ketika tidak memiliki hak milik. Juga
perusahaan tidak mampu membangun hubungan berlandaskan kepercayaan
yang amat sangat dibutuhkan untuk menjalankan bisnis secara produktif
ketika kontrak swasta hanya sekedar surat perjanjian yang tidak mengikat
atau ketika sebagian kesepakatan kontrak benar-benar dilarang. Dan juga
karena lembaga ini menciptakan hambatan masuk pasar alih-alih
menciptakan lingkungan yang mendorong kebebasan mendirikan usaha,
lembaga ekonomi rkstraktif cenderung mendorong perusahaan yang inefektif
dan menghambat wirausahawan untuk menciptakan ide-ide baru dalam
memasuki lini bisnisyang tepat serta menghambat pekerjaan untuk
berpartisipasi dalam pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang
dimiliki.

c. Alasan Di Balik Lembaga Ekonomi Ekstraktif


Penghancuran kreatif (creative destruction) merujuk pada proses dimana
teknologi baru menggantikan yang lama, bisnis baru menggantikan yang
lama, dan keterampilan baru menjadikan keterampilan lama. Proses
penghancuran ini menunjukkan bahwa perubahan teknologi, merupakan
pendorong utama pertumbuhan ekonomi, dan juga menciptakan pihak yang
kalah secara ekonomi saat perubahan ini menggantikan perusahaan atau
teknologi yang sudah tidak menguntungkan dengan yang baru. Karena
penghancuran kreatif merupakan bagian tak terpisahkan dari proses
perubahan teknologi dan pertumbuhan ekonomi, maka akan ada perusahaan
dan individu yang dirugikan akibat proses ini dan menentang perubahan
tersebut, dan perlawanan terhadap perubahan teknologi ini menyediakan
dukungan bagi berlanjutnya lembaga ekonomi ekstraktif.
Penghancuran kreatif politis (political creative destruction) yang
merujuk pada proses dimana pertumbuhan ekonomi menggoyhkan rezim

15
yang ada dan mengurangi kekuatan politik para pengusaha. Hal ini terjadi
karena teknologi baru juga bisa menghadirkan pelaku baru yang akan
menuntut kekuatan politik atau karena kegiatan ekonomi baru bareda di luar
kendali pengusaha saat ini.

d. Lembaga Ekonomi Inklusif dan Revolusi Industri


Beragam penjelasan yang ada, banyak dari penjelasan ini menyinggung
lembaga ekonomi inklusif yang dimiliki Inggris atau memang sudah begitu
adanya. Alasannya karena sulit membayangkan bagaiman revolusi industri
bisa muncul di Inggris tanpa adanya lembaga ekonomi inklusif. Karakteristik
utama revolusi industri dicirikan oleh adanya beragam teknologi baru yang
dikembangkan dan digunakan oleh dunia usaha demi mengeruk keuntungan.
Tanpa adanya jaminan hak milik pribadi, para pelaku usaha ini tidak
mungkin terdorong untuk mencari dan membuat inovasi menghasilkan
keuntungan, karena Inggris memang telah memiliki sistem pasar yang
berkembang baik, dan mereka yang bisa mengadopsi teknologi baru untuk
meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produksi tekstil dan sektor lain
bisa memperluas jangkauan pasar dan mencetak laba yang besar.

2.6 Apakah Bantuan Asing Menjadi Solusi Kemiskinan Dunia?


Alasan menggunakan ilmu ekonomi untuk memahami mekanisme bantuan asing
dan kesulitan yang di hadapi. Pertama, bahwa GDP per kapita bisa ditingkatkan dan
pertumbuhan ekonomi bisa dipicu apabila tingkat modal fisik, modal manusia, dan
teknologi suatu negara bisa ditingkatkan secara signifikan. Meskipun dianggap
berlimpah dari sudut pandang negara donor, jumlah bantuan asing yang diberikan
ke negara-negara miskin belum cukup untuk menghasilkan kenaikan modal fisik
atau secara signifikan meningkatkan tingkat pendidikan penduduk negara-negara
tersebut. bantuan asing juga umumnya tidak berdampak pada teknologi atau
efisiensi produksi. Dalam kenyataan bahwa bantuan asing tidak menghasilkan
kemajuan besar dalam meningkatkan GDP per kapita negara-negara miskin dunia
seharusnya tidaklah mengejutkan kita.

16
Kedua, banyak bantuan asing bahkan tidak diinvestasikan pada teknologi baru
atau pendidikan. Persoalah korupsi dan ekonomi politik mengisyaratkan bahwa
dana yang diberikan kepada pemerintah atau organisasi lain di negara-negara
miskin sering kali dicaplok dan mengalir ke kantong pejabat korup.
Ketiga, lebih fundamental. Jika akar kemiskinan adalah lembaga ekonomi
ekstraktif yang dianut banyak negara dunia, maka bantuan asing yang mengalir ke
lembaga demikian tidak akan memperbaiki penyebab fundamentalnya.
Bantuan asing bisa berguna dalam mengentaskan kemiskinan ekstrem secara
temporer atau mengelola krisis tetapi tidak bisa menjadi solusi jangka panjang
untuk memperbaiki pembangunan ekonomi yang rendah di berbagai negara dunia.
Hal ini karena bantuan asing gagal mengatasi akar kemiskinan yang bersifat
kelembagaan.

BAB III
PENUTUP

17
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa:
1. Modal fisik, modal manusia, dan teknologi menjadi penyebab aktif
kesejahteraan.
2. Tiga penyebab fundamental kesejahteraan yang utama mencakup kondisi
geografis, budaya, dan lembaga.
3. Ketimpangan GDP per kapita di seluruh dunia memiliki berbagai penyebab,
bukti yang terdapat dalam pengalaman ekonomi negara-negara bekas koloni
atau jajahan Eropa menunjukkan bahwa faktor-faktor kelembagaan, gan
bukan geografis, menjadi penyumbang terbesar dalam menimbulkan
ketimpangan ini.
4. Bantuan asing bisa berguna dalam mengentaskan kemiskinan ekstrem secara
temporer atau mengelola krisis tetapi tidak bisa menjadi solusi jangka
panjang untuk memperbaiki pembangunan ekonomi yang rendah di berbagai
negara dunia. Hal ini karena bantuan asing gagal mengatasi akar kemiskinan
yang bersifat kelembagaan.

DAFTAR PUSTAKA

18
Acemoglu, Daron; Laibson, David; List, John.2019.Makroekonomi.
Jakarta:Erlangga

19

Anda mungkin juga menyukai