PEREKONOMIAN INDONESIA
Disusun Oleh :
Kelompok 10
Arif azhar(A10170290)
S1 Manajemen – A
Jl. P.H.H. Mustofa No. 31 Bandung 20124 Telp. (022) 70778332, 7276323
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat segala
pertolongan, petunjuk, serta hikmat dan kekuatan yang Dia berikan, sehingga kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah ini dengan baik. Adapun tujuan dari Membuat Makalah ini
adalah sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan nilai pada Mata Kuliah “PEREKONOMIAN
INDONESIA” pada jurusan Program Studi Ilmu Ekonomi, serta dapat memperluas Wawasan
dan Pengetahuan dari rekan-rekan Mahasiswa yang lain pemahamanya tentang materi ini.
Kami sebagai Penulis menyadari, masih banyak kekurangan – kekurangan dalam pembuatan
Tugas Makalah ini, karena keterbatasan pengetahuan, pengalaman dan kemampuan penulis,
penulis juga menyadari bahwa pembuatan Makalah ini akan mengalami banyak kesukaran tanpa
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun untuk Tugas Makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga
Makalah ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan manfaat bagi pihak yang
memerlukannya.
Penulis,
2
Daftar Isi
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pada masa orde lama terjadi krisis ekonomi yang paling parah dalam sejarah perekonomian
indonesia. krisis ini terjadi pada masa ekonomi terpimpin yang dipimpin langsung oleh
pemerintah dalam hal ini soekarno terjun langsung dalam pelaksanaan ekonomi. Kebijakan
berdikari dan berbagai usaha dalam memajukan perekonomian indonesia namun kebijakan ini
memiliki hambatan yang membuat perekonomian indonesia makin terpuruk.
Selain itu banyaknya uang yang beredar di masyarkat membuat perekonomian pada masa ini
makin kacau. Inflasi terjadi, bahkan sampai membuat indonesia mengalami devaluasi guna
menyetabilkan kondisi mata uang yang beredar terlalu banyak. Dengan lata belakang seperti itu
penulis ingin membahas lebih lanjut mengenai perekonomian Indonesia pada masa Ekonomi
Terpimpin tahun 1950 – 1965.
5. Bagaimana langkah-langkah yang di ambil presiden untuk menghadapi masalah pada masa
ekonomi terpimpin tersebut ?
4
I.3 Tujuan dan Manfaat
1. Untuk mengetahui apa itu ekonomi terpimpin
2. Untuk mengetahui jenis-jenis, ciri-ciri, dan kelemahan dan kelebihan ekonomi terpimpin
4. Untuk mengetahui untuk mengetahui dampak dari ekonomi terpimpin bagi Indonesia
5. Untuk mengetahui keputusan yang di ambil presiden pasa masa ekonomi terpimpin tersebut
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Ekonomi Terpimpi
Menurut Bung Hatta Ekonomi terpimpin merupakan kebalikan dari Ekonomi Liberalis yang
menghasilkan kapitalisme. Prinsip ekonomi terpimpin sejalan dengan sila ke-5 pancasila yaitu
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dikarenakan adanya pemerataan pembagian
kesejahteraan di semua lapisan masyarakat dan mereka dapat merasakannya. Ekonomi terpimpin
serupa dengan ekonomi sosialis. Struktur ekonomi indonesia pada waktu itu menjurus kepeda
sistem etatisme, artinya segala-galanya di atur dan di pegang oleh pemerintah. Kegiatan-kegiatan
ekonomi banyak di atur oleh peraturan-peraturan pemerintah, sedangkan prinsip-prinsip ekonomi
banyak yang di abaikan.
o Tidak ada individu atau kelompok yang dapat berusaha dengan bebas dalam kegiatan
perekonomian
6
o Jarang terjadi krisis ekonomi
4. Berbicara masalah jenisnya, ekonomi terpimpin dibagi menjadi enam jenis, yaitu:
Dalam era demokrasi terpimpin, Presiden soekarno menjalankan sistem Ekonomi Terpimpin.
Dalam sistem ekonomi ini, presiden secara langsung terlibat dan mengatur perekonomian.
Seluruh kegiatan perekonomian terpusat pada pemerintah pusat. Akibatnya, kegiatan
perekonomian di daerah menjadi terganggu dan menurun. Dalam era ekonomi terpimpin idonesia
berulang kali mengganti desain ekonominya seiring dengan bergantinya kabinet yang sedang
berkuasa.
Seperti negara-negara berkembang lain yang baru telepas dari kekuasaan kolonial,
kebijaksanaan-kebijaksanaan ekonomi di indonesia pada awal tahun 1950-an sebagian besar
dibentuk oleh saling mempengaruhi masalah-masalah sosial dan ekonomi yang objektif yang
menghadapkan negara dan gagasan-gagasan ekonomi dasar dari para perumus kebijaksanaan
ekonomi yang utama. Dihadapkan pada tugas berat mendamaikan kembali kebutuhan mendesak
untuk merehabilitas ekonomi yang mengalami kehancuran secara luas selama penduduk jepang
dan revolusi, dengan permintaan umum yang kuat untuk mengubah ekonomi kolonial menuju
7
ekonomi nasional. Ketika Indonesia menganut ekonomi terpimpin pemerintah menumpuh
kebijaksanaan yang berorientasi ke dalam’ ( Inward-loking police). Kebijaksanaan ini dicirikan
oleh kebijaksanaan “ Berdikari “ ( berdiri di atas kaki sendiri ), dan kebijaksanaan yang sangat
membatasi, dan kemudian menolak sama sekali penanaman modal asing.
Selama kurun waktu ini perdagangan luar negeri banyak di kendalikan oleh pemerintah
Indonesia, baik karena pertimbangan jangka pendek tentang neraca pembayaran (dengan
membatasi impor untuk menekan devisit transaksi berjalan ) maupun karena pertimbangan non-
ekonomi, yaitu pertimbangan nasionalisme ekonomi yang dengan tegas melanjutkan ’pola
ekonomi kolonial sebelum perang ‘ (preware kolonial pattern) yang sangat mengandalkan diri
pda sektor ekspor komoditi-komoditi primer. Oleh karena ini terdapat aspirasi yang besar di
antara para pemimpin nasional Indonesia untuk mendorong industrialisasi sebagai jalan jalan
terbaik untuk memperluas landasan ekonomi indonesia yang pada waktu itu tergantung pada
sektor pertanian .
Walaupun pemerintah tidak bersabahat dengan negara kapitalis barat namun kebijakan
pemerintah yang membawa slogan Berdikari justru tetap mengandalkan bantuan luar negeri,
termasuk bantuan negara barat. Kebijakan pemerintah tidak bisa dikatakan sebagai
kebijaksanaan berorientasi ke dalam yang murni (pure inward-loking policies). Bantuan luar
negeri yang diperoleh digunakan untuk membiayai proyek-proyek subtitusi impor yang
direncanakan oleh pemerintah Indonesia. Indonesia menjadi anti negara-negara barat namun
berpaling ke negara-negara sosialis lainnya di Eropa Timur dan RCC untuk memperoleh bantuan
luar negeri, untuk membeli peralatan perang.
Kabinet yang di pimpin Natsir dari Partai Masyumi didedikasikan untuk mengubah situasi ini.
Kabinet ini meraih dapuk kekuasaan ketika sesuatu yang disebut boom korea (Korea Boom)
tengah kuat-kuatnya berhembus. Perang korea mengakibatkan munculnya permintaan ekspor
yang meningkat yang menjadikan sumber pendapatan yang baru untuk pemerintah indonesia.
8
surplus yang diperoleh adalah sepenuhnya merupakan hasil dari pendapatan ekspor yang tinggi,
secara langsung melalui bea cukai ekspor dan secara tidak langsung melalui efek pendapatan
yang meningkat dari pajak penghasilan dan bea impor. Jadi, surplus yang ada merupakan hasil
dari sebuah kejutan luar negeri bukan berasal dari kebijakan fiskal yang telah di formulasikan.
Dalam situasi tersebut kabinet sudah bereaksi dengan meliberalkan impor sebagai cara untuk
menjaga harga-harga domestik tetap rendah, meningkatkan standar kosumsi, dan mendorong
perkembangan perusahaan-perusahaan bumi putera. Pada surplus kali itu Indonesia mampu
mendapatkan surplus mencapai 1.7 triliun. Surplus ini tidak bertahan lama. Pada tahun 1952
indonesia kembali mengalami defisit anggaran mencapai 3 triliun.
Negara baru seperti indonesia menghadapi persoalan besar dalam pemeliharaan infrastruktur,
dibutuhkan lebih banyak investasi baru, sementara berambisi besar dalam hal pendidikan,
pemeliharaan kesehatan, dan program reformasi kesejahteraan lainnya. Satu-satunya item dalam
anggran yang memungkinkan untuk di pangkas adalah pengeluaran Militer. Seperti negara baru
merdeka lainnya setelah melalui perjuangan kemerdekaan, pengeluaran di bidang militer
meningkat luar biasa, namun suasana yang menjadi tenang kembali pastinya kemungkinan untuk
mengurangi pembiyayaan operasi militer.hal ini dilakukan pada saat tahun 1951-1955, kemudian
setelah itu terdapat peningkatak kembali. Kebijakan-kebijakan untk menaikkan kembali
anggaran militer tersebut tidak membuat palemen dan partai politik yang berkuasa menjadi
sangat populer di kalangan militer, dan ketegangan antara mereka dan kelompok mapan politis
seringkali dipicu oleh Soekarno.
9
Dalam pelaksanaan Ekonomi Terpimpin ini perubahan hanya terjadi di kota-kota besar sehingga
engakibatkan banyaknya Urbanisasi yang terjadi. Kota-kota menjadi sangat padat sedangkan
daerah-daerah pingggiran menjadi sepi. Sistem yang dibuat pemerintah untuk mengatur
perdangan luar negeri dibuat pada awal 1950-an dan tarif impor yang tinggi. Dengan adanya
kebijakan-kebijakan baru, membuat aktifitas ekspor-ekspor utama berasal dari wilayah pinggiran
sepeti sumatera, kalimantan, dan pulau-pulau luar lainnya yang memiliki pendapatan seperti
minyak, karet, kopra, timah, tembakau, yang semuanya menjadi di terpasung. Hal yang
diakibatkan oleh situasi ini adalah maraknya perdagangan ke pasar gelap. Apalagi jarak dengan
singapura yang sangat dekat membuat para pedagang lebih mudah menyelundupkan produk –
produk mereka keluar Indonesia dan kembali dengan barang konsumsi impor ilegal. Dengan
mejual produk-produk mereka ke luar negeri para pedagang mendapatkan harga barang 20 kali
lipat daripada di jual di jakarta.
Walaupun dari sudut pandang politik Soekarno berhasil menjaga indonesia tetap bersatu, “
Demokrasi terpimpin “ dan prinsip-prinsip yang menyertai Ekonomi terpimpin membawa
indonesia pada salah satu krisis ekonomi paling dramatis dalam sejarah.
Pada tanggal 13 desember 1965 melalui penetapan presiden no. 27 tahun 1965, di ambilah
langkah devaluasi dengan menjadikan uang senilai Rp. 1000 menjadi Rp.1 . sehingga uang
rupiah baru semestinya bernilai 1000 kali lipat uang lama. Akan tetapi di dalam Masyarakat uang
rupiah baru hanya di hargai 10 kali lipat lebih tinggi uang rupiah baru. Akibatnya, tindakan
moneter pemerintah menekan inflasi ini malah meningkatkan angka inflasi.
Dalam rangka pelaksanaan ekonomi terpimpin, presiden soekarno merasa perlu untuk
mempersatukan semua bank negara ke dalam bank negara sentral. Untuk itu di keluarkan
penpres no. 7 tahun 1956. Tentang pendirian Bank Tunggal Milik Negara. Tugas bank tersebut
sebagai sirkulasi, bank sentral dan bank umum. Untuk mewujudkan tujuan itu maka di lakukan
peleburan bank-bank negera seperti bank koperasi dan bank nelayan (BKTN), Bank Umum
Negara, Bank Tabungan Negara, Bank Negara Indonesia ke dalam bank indonesia. Selanjutnya
dibentuklah Bank Negara Indonesia yang terbagi dalam beberapa unit dengan pekerjaan dan
tugas masing-masing.
10
Pada pelaksanaan Bank Indonesia sebagai bank negara tidak memiliki keterbukaan atau tidak
transparan mengenai laporan neraca kepada publik sehingga perekonomian indonesia yang
sebenarnya tidak pernah diketahui publik atau dengan kata lain publik tidak tahu jika
perekonomian mereka sadang dalam kondisi yang tidak baik. Soekarno menerima berabagi
bantuan dari negara sosialis bukan mengurangi atau memperbaik keadaan namun hanya
menambah utang negara yang pada saat itu juga sudah sangat tinggi.
Dengan dampak negatif yang banyak adapula dampak positif dari Ekonomi terpimpin ini. Salah
satunya adalah kebijakan Berdikari. Kebijakan ini mengajarkan masyarakat indonesia untuk
berusaha sendiri tanpa mendapat bantuan dari siapapun. Berusaha sendiri dengan kemampuan
dan modal yang telah ada di alam indonesia. kebijakan berdikari ini sebenarnya memiliki segi
positif untuk masyarakat indonesia. namun kerena indonesia masih dalam kondisi ekonomi yang
tidak stabil sehingga kebijakan ini makin membuat kacau perekonomian pada masa itu.
Tentang pembentukan Depernas tersebut tertuang dalam Undang-Undang No. 8 Tahun 1958 dan
Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1958. Tugas Depernas adalah menyiapkan rancangan
undang-undang pembangunan nasional dan menilai penyelenggaraan pembangunan.
Hasil yang dicapai Depernas dalam waktu satu tahun berhasil menyusun Rancangan Dasar
Undang-Undang Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan tahun 1961 – 1969 yang
disetujui oleh MPRS dengan Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960.
Pada tahun 1963, Depernas dibanti nama menjadi Badan Perancang Pembangunan Nasional
(Bappenas) yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Adapun tugas Bappenas adalah sebagai
berikut :
11
C. Penurunan nilai uang (Devaluasi)
Tujuan dilakukan devaluasi adalah untuk membendung inflasi yang tetap tinggi, untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat, dan meningkatkan nilai rupiah, sehingga
rakyat kecil tidak dirugikan. Untuk membendung inflasi dan mengurangi jumlah uang yang
beredar di masyarakat, pada tanggal 25 Agustus 1950 pemerintah mengumumkan penurunan
nilai uang (devaluasi) sebagai berikut :
Namun, usaha pemerintah tersebut tidak mampu mengatasi kemerosotan ekonomi, terutama
perbaikan dalam bidang moneter.
D. Konsep Djuanda
Konsep rehabilitasi ekonom disusun oleh tim yang dipimpin oleh Menteri Pertama Ir Djuanda
dan hasilnya dikenal dengan sebutan Konsep Djuanda. Namun konsep ini mati sebelum lahir
karena mendapat kritikan yang tajam dari PKI karena dianggap bekerja sama dengan negara
revisionis, Amerika Serikat dan Yugoslavia.
E. PANITIA 13
panitia ini menghasilkan Deklarasi Ekonomi pada 28 Maret 1963 . Tujuan dibentuk dekon adalah
untuk menciptakan ekonomi yang bersifat nasional, demokratis, dan bebas dari sisa-sisa
imperialisme untuk mencapai tahap ekonomi sosialis Indonesia dengan cara terpimpin.
Namun, dalam pelaksanaannya, dekon tidak mempu mengatasi kesulitan ekonomi dan masalah
inflasi, dekon justru mengakibatkan stagnasi bagi perekonomian Indonesia. Struktur ekonomi
Indonesia menjurus pada sistem statisme.
Artinya, masalah perekonomian diatur atau dipegang oleh pemerintah, sedangkan prinsip-prinsip
dasar ekonomi banyak diabaikan.
Akibatnya, defisit dari tahun ke tahun semakin meningkat menjadi 40 kali lipat. Defisit yang
semakin meningkat tersebut dengan pencetakan uang baru tanpa perhitungan yang matang,
sehingga menambah berat beban inflasi.
12
Dalam rangka pelaksanaan ekonomi terpimpin, pada tanggal 11 Mei 1965, Presiden Soekarno
mengeluarkan Penetapan Presiden No. 8 Tahun 1965 tentang Bank Tunggal Miliki Negara. Bank
tersebut kedudukannya di bawah urusan menteri bank sentral. Bank-bank pemerintah menjadi
unit-unit dari Bank Negara Indonesia.
• Devisa yang semakin meningkat ditutup dengan pencetakan uang baru yang
menyebabkan inflasi semakin membumbung tinggi.
• Struktur ekonomi menjurus ke ekonomi etatisme (semuanya diatur dan dipegang oleh
negara).
F. DEVISA KREDIT
13
4. TRITURA
Menjelang akhir tahun 1965 pemerintah membuat kebijakan mendevaluasikan rupiah dan
menaikkan harga minyak bumi. Kebijakan tersebut menyulut demontrasi besar-besaran
dikalangan mahasiswa. Pada tanggal 10 Januari 1966 Mahasiswa melancarkan tuntutan yang
dikenal dengan nama Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) meliputi:
2.Retooling Kabinet;
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demokrasi terpimpin Soekarno ditandai oleh tidak membuat apapun dan membiarkan ekonomi
lebih kurang hanya pada dirinya sendiri. Pemangkasan anggaran untuk militer diakhiri dan
besaran alokasi untuk pertahanan dalam pengeluaran total meningkat kembali. Tertutupnya
laporan neraca dari bank Indonesia membuat keadaan ekonomi semakin memburuk. Keputusan
Soekarno dalam masalah kebijakan “Berdikari” dan tidak mau menerima bantuan dari negara
barat membuat Indonesia tidak mengalami kemajuan yang berarti sehingga industri-industri tidak
mengalami berkembang yang signifikan. Selain itu tidak adanya pemerataan pembangunan yang
terjadi membuat daerah-daerah pinggiran lebih memilih untuk memasarkan produk mereka ke
luar negeri dengan harga yang lebih mahal dan membuat penghasilan negara tidak benar-benar
maksimal.
14
DAFTAR PUSTAKA
Lindblab, j.Thomas. 2002. Fondasi Historis Ekonomi Indonesia. Yogyakarta: Pusat Studi sosial
Asia tenggara UGM
Zenden, J & mark. 2010. Ekonomi Indonesia 1800-2010 antara dana dan keajaiban pertumbuhan.
Jakarta: kompas.
Leiden. 2002. Globalisasi, Krisis Ekonomi Dan Kebangkitan Ekonomi Kerakyatan. Jakarta :
pustaka quantum.
15