Anda di halaman 1dari 44

PARADIGMA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu :

Fivien Muslihatinningsih, S.E, M.Si.

Oleh :

Intan Anizurrahmah (150810301037)

Diana Rozita Roezyandhik (150810301080)

Husnul Irfan Efendi (150810301138)

Muhammad Farizal Gigih P. (150810301156)

Indah Setyo Rini (160810101005)

Ayu Almira Cahyaningroom (160810101025)

Kelas I

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JEMBER

2018
KATA PENGANTAR

Penyusun terlebih dahulu mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT. Dengan
segala rahmat dan nikmat-Nya, makalah yang berjudul “Paradigma Pembangunan
Perekonomian Indonesia” dapat selesai dalam jangka waktu yang cepat. Penyusun juga tidak
lupa berterima kasih kepada pihak yang telah memandu dan memberikan dukungan. Selain
itu, penulis juga berterima kasih kepada Ibu Fivien Muslihatinningsih, S.E, M.Si. karena
banyak membantu dan membimbing penulis dalam segi penulisan dalam menyelesaikan
makalah ini.

Makalah yang berjudul “Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia” ini


sudah tentu jauh dari kesempurnaan. Hal ini karena terikat pada pernyataan bahwa di dunia
ini tidak ada sesuatu yang sempurna. Segala sesuatu pasti ada kekurangan. Demikian pula
pada makalah ini. Untuk itu, penyusun meminta kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari
pembaca dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Jember, 07 November 2018

Penyusun

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2


DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.......................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
1.3.Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Paradigma Pertumbuhan Ekonomomi ................................................................... 6
2.2 Paradigma Pembangunan Sosial.....................................................................10
2.3 Paradigma Ekonomi dan Politik.....................................................................16
2.4 Paradigma Pembangunan Manusia................................................................22

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan ................................................................................................................. 29
DAFTAR PUSTAKA

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 3


BAB I
PENDAHULUAN
2.4 Latar Belakang

Paradigma pembangunan di Indonesia telah mengalami pergeseran dari zaman orde


baru yang mana pembangunan dilaksanakan secara sentralistik yang berarti pembangunan
dari atas kebawah. Saat era reformasi paradigma tersebut berubah menjadi pembangunan
yang berazaskan desentralisasi yang berarti pembangunan dilakukan dari bawah ke atas
(bottom-Up). Hal ini disahkan melalui undang-undang otonomi daerah yang direvisi
sebanyak 2 kali yaitu undangundang no 22 tahun 1999 menjadi undang-undang no 32 tahun
2004 tentang pemerintahan daerah serta undang-undang no 25 tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional. Azas desentralisasi merupakan otonomi daerah, dimana
pemerintah daerah memiliki hak untuk mengurusi rumah tangganya sendiri dengan
memanfaatkan sumber-sumber daya yang ada untuk mencapai kesejahteraan masyarakat
(welfare society).

Dengan ini diharapkan pemerintah daerah dapat menangkap permasalahan


pembangunan yang begitu kompleks di daerahnya masing-masing. Pemerintah daerah dapat
menyerap aspirasi masyarakat dari bawah untuk perencanaan pembangunan daerahnya sesuai
dengan kebutuhan daerah serta yang terintegrasi dengan pembangunan nasional. Berbeda
dengan yang dilaksanakan selama masa pembangunan yang sentralistik. Instansi-instansi
sektoral di daerah hanya menjadi perpanjangan instansi-instansi ditingkat pusat sehingga
pembangunan yang dilaksanakan kurang sesuai atau tidak dibutuhkan oleh daerah tersebut.
Tentu saja pembangunan seperti ini akan menjadi tidak efektif dan efisien.

Perencanaan pembangunan dilakukan dari masyarakat paling bawah. Masyarakat


dapat berpartisipasi dalam perencanaan pembangunan yang akan dilaksanakan demi
tercapainya suatu pembangunan yang berorientasi kepada kesejahteraan masyarakat.
Partisipasi masyarakat dapat dilaksanakan melalui musyawarah perencanaan pembangunan
tingkat kelurahan hingga tingkat nasional. Perencanaan pembangunan penting dilakukan agar
pembangunan menjadi terarah dan teroganisir demi mencapai tujuan pembangunan.
Pembangunan bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat baik sekarang maupun masa
yang akan datang dengan memperhatikan aspek ekonomi, sosial, budaya, politik, pertahanan
dan keamanan serta lingkungan.

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 4


Perencanaan pembangunan ekonomi dilaksanakan untuk percepatan pertumbuhan
ekonomi untuk mengurangi disparitas dan mengurangi kemiskinan. Pembangunan sebagai
suatu proses multidimensional yang melibatkan perubahan-perubahan besar dalam struktur
sosial. Perubahan tersebut di dalamnya juga termasuk percepatan atau akselerasi ekonomi,
pengurangan ketimpangan pendapatan, dan pemberantasan kemiskinan absolut (Todara,
1987). Dengan adanya pertumbuhan ekonomi pemerintah daerah dapat berjalan dengan
efektif dan efisien sehingga pemerintah daerah dapat mandiri. Pemerintah daerah dapat
mengurangi ketergantungan dari pemerintah pusat dengan mengoptimunkan sumber daya
yang ada.

Setiap daerah memiliki potensi serta struktur ekonomi yang berbeda-beda. Pemerintah
daerah dalam perencanaan pembangunan ekonomi harus mengidentifikasi potensi-potensi
sumber daya yang ada. Potensi daerah merupakan daya saing daerah dengan daerah lain yang
dapat dikembangkan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu
pemerintah daerah harus melakukan perencanaan pembangunan ekonomi agar dapat
mendongkrak laju pertumbuhan ekonominya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana definisi Pertumbuhan Ekonomi?
2. Bagaimana definisi Pembangunan Sosial?
3. Bagaimana definisi Ekonomi dan Politik?
4. Bagaimana definisi Pembangunan Manusia?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi Pertumbuhan Ekonomi
2. Mengetahui definisi Pembangunan Sosial
3. Mengetahui definisi Ekonomi dan Politik
4. Mengetahui definisi Pembangunan Manusia

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 5


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Paradigma Pertumbuhan Ekonomomi

A. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pengertian pertumbuhan ekonomi harus dibedakan dengan pembangunan ekonomi.


Dalam pertumbuhan ekonomi menekankan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah
satu aspek dari pembangunan ekonomi yang lebih menekankan pada peningkatan output
agregat khususnya output agregat per kapita. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai
proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju
keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga
sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam
bentuk kenaikan pendapatan nasional. Perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan
apabila jumlah balas jasa riil terhadap penggunaan faktor-faktor produksi pada tahun tertentu
lebih besar daripada tahun sebelumnya.

Teori-teori pertumbuhan ekonomi:

 Rosenstein-Rodan dan Nurkse:


Suatu usaha minimum diperlukan untuk mengatasi saling keterkaitan antara
proses produksi pada kedua sisi pasar, yaitu perlu adanya sebuah dorongan
besar.
 Nurkse dan Lewis:
Jalur pembangunan dan pola invesrasi harus seimbang untuk memastikan
bahwa ekonomi akan berfungsi dengan baik.
 Adam Smith:
Agar inti dari proses pertumbuhan ekonomi mudah dipahami. Smith
membedakan dua aspek utama pertumbuhan ekonomi yaitu:
a. Pertumbuhan output lokal
Unsur pokok dari sistem produksi suatu negara menurut Adam Smith ada
3 yaitu:
1. Sumber daya alam yang tersedia (faktor produksi)
Menurut Smith, sumberdaya alam yang tersedia merupakan wadah
yang paling mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat. Jumlah

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 6


sumberdaya alam yang tersedia merupakan batas maksimum bagi
pertumbuhan suatu perekonomian.

2. Sumber daya insani (jumlah penduduk)


Sumberdaya insani (jumlah penduduk) mempunyai peranan yang pasif
dalam pertumbuhan output. Maksudnya, jumlah penduduk akan
menyesuaikan diri dengankebutuhan akan tenaga kerja dari suatu
masyarakat.
3. Stok barang modal yang ada
Stok modal, menurut Smith, merupakan unsur produksi yang secara
aktif menentukantingkat output. Peranannya sangat sentral dalam
proses pertumbuhan output. Jumlahdan tingkat pertumbuhan output
tergantung pada laju pertumbuhan stok modal(sampai ³batas
maksimum´ dari sumber alam).
b. Pertumbuhan Penduduk
Menurut Adam Smith, jumlah penduduk akan meningkat jika tingkat upah
yang berlaku lebih tinggi dari tingkat upah subsistem yaitu tingkat upah
yang pas-pasan untuk hidup. Tingkat upah yang berlaku, ditentukan oleh
tarik-menarik antara kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja.
Tingkat upah yang tinggi dan meningkat jika permintaan akan tenaga kerja
tumbuh lebih cepat dari pada penawaran tenaga kerja. Sementara itu
permintaan akan tenaga kerja ditentukan oleh stok modal dan tingkat
output masyarakat. Oleh karena itu, laju pertumbuhan permintaan akan
tenaga kerja ditentukan oleh laju pertumbuhan stok modal (akumulasi
modal) dan laju pertumbuhan output.
 David Ricardo (1772-1823)
Garis besar proses pertumbuhan dan kesimpulan-kesimpulan dari Ricardo
tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith. Tema dari proses pertumbuhan
ekonomi masih pada perpacuan antara laju pertumbuhan penduduk dan laju
pertumbuhan output. Selain itu Ricardo juga menganggap bahwa jumlah
faktor produksi tanah (sumber daya alam) tidak bisa bertambah, sehingga
akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu
masyarakat.
Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 7
 Solow
Model pertumbuhan Solow menunjukkan bagaimana pertumbuhan persediaan
modal, pertumbuhan angkatan kerja, dan kemajuan teknologi berinteraksi
dalam perekonomian, serta bagaimana pengaruhnya terhadap output barang
dan jasa suatu negara secara keseluruhan.

B. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat Pertumbuhan Ekonomi

 Tingkat Pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto)


 Tingkat Pertumbuhan PNB (Produk Nasional Bruto)

Dalam praktek angka, PNB kurang lazim dipakai, yang lebih populer dipakai adalah
PDB, karena angka PDB hanya melihat batas wilayah, terbatas pada negara yang
bersangkutan.

C. Perbedaan Pembangunan Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi

 Pembangunan ekonomi lebih bersifat kualitatif, bukan hanya pertambahan


produksi, tetapi juga terdapat perubahan-perubahan dalam struktur perekonomian.
 Pertumbuhan ekonomi keberhasilannya lebih bersifat kuantitatif, yaitu adanya
kenaikan dalam standar pendapatan dan tingkat output produksi yang dihasilkan.

D. Persamaan Pembangunan Ekonomi dengan Pertumbuhan Ekonomi

 Keduanya merupakan kecenderungan di bidang ekonomi.


 Pokok permasalahan akhir adalah besarnya pendapatan per kapita.
 Keduanya menjadi tanggungjawab pemerintah dan memerlukan dukungan rakyat.
 Keduanya berdampak kepada kesejahteraan rakyat.

E. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

 Faktor Sumber Daya Manusia


Sama halnya dengan proses pembangunan, pertumbuhan ekonomi juga dipengaruhi
oleh SDM. Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam proses
pembangunan, cepat lambatnya proses pembangunan tergantung kepada sejauh mana
sumber daya manusianya selaku subjek pembangunan memiliki kompetensi yang
memadai untuk melaksanakan proses pembangunan.

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 8


 Faktor Sumber Daya Alam,
Sebagian besar negara berkembang bertumpu kepadasumber daya alam dalam
melaksanakan proses pembangunannya. Namun demikian,sumber daya alam saja
tidak menjamin keberhasilan proses pembanguan ekonomi,apabila tidak didukung
oleh kemampuan sumber daya manusianya dalam mengelolasumber daya alam yang
tersedia. Sumber daya alam yang dimaksud diantaranyakesuburan tanah, kekayaan
mineral, tambang, kekayaan hasil hutan dan kekayaan laut.
 Faktor Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,
Perkembangan ilmu pengetahuan danteknologi yang semakin pesat mendorong
adanya percepatan proses pembangunan, pergantian pola kerja yang semula
menggunakan tangan manusia digantikan oleh mesin-mesin canggih berdampak
kepada aspek efisiensi, kualitas dan kuantitas serangkaian aktivitas pembangunan
ekonomi yang dilakukan dan pada akhirnya berakibat pada percepatan laju
pertumbuhan perekonomian
 Faktor Budaya,
Faktor budaya memberikan dampak tersendiri terhadap pembangunan ekonomi yang
dilakukan, faktor ini dapat berfungsi sebagai pembangkit atau pendorong proses
pembangunan tetapi dapat juga menjadi penghambat pembangunan. Budaya yang
dapat mendorong pembangunan diantaranya sikap kerja keras dan kerja cerdas, jujur,
ulet dan sebagainya. Adapun budaya yang dapat menghambat proses pembangunan
diantaranya sikap anarkis, egois, boros, KKN, dan sebagainya
 Sumber Daya Modal,
Sumber daya modal dibutuhkan manusia untuk mengolah SDA dan meningkatkan
kualitas IPTEK. Sumber daya modal berupa barang-barang modal sangat penting bagi
perkembangan dan kelancaran pembangunan ekonomi karena barang-barang modal
juga dapat meningkatkan produktivitas

Perekonomian baru dapat dinyatakan dalam keadaan berkembang jika pendapatan


per-kapita menunjukkan kecenderungan jangka panjang yang menarik. Namun demikian
tidaklah berarti bahwa pendapatan per-kapita akan mengalami kenaikan terus-menerus.
Adanya resesi ekonomi, kekacauan politik, dan penurunan ekonomi, misalnya dapat
mengakibatkan suatu perekonomian mengalami suatu penurunan tingkat kegiatan

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 9


ekonominya. Jika keadaan demikian hanya bersifat sementara dan kegiatan ekonomi secara
rata-rata meningkat dari tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan.

Pertumbuhan ekonomi dikatakan sudah terjadi apabila di dalam mayarakat tersebut


terjadi perubahan karakteristik penting suatu masyarakat. Misalnya perubahan keadaan sistem
poitik, struktur sosial, sistem nilai dalam masyarakat dan struktur ekonominya.

Utami, Witanti Nur. 2010. Pertumbuhan Ekonomi dan Pemerataan. Diakses pada 5
November 2018.https://id.scribd.com/doc/59912204/Pertumbuhan-Ekonomi-Dan-Pemerataan

2.2 Paradigma Pembangunan Sosial

Perubahan paradigma pembangunan ekonomi ke arah pembangunan sosial tidak


dilepaskan dari beberapa aspek yang terjadi di beberapa negara khususnya di Indonesia. Pada
awalnya pembangunan di beberapa negara lebih menitikberatkan pada pembangunan
ekonomi guna mencapai pertumbuhan yang tinggi. Peningkatan perekonomian yang tinggi
dengan berlandaskan pada indikataor Gros National Produck/GDP menjadi indikator penting
dalam peningkatan kesejahteraan rakyat. Paradigma pembangunan ekonomi melalui indikator
tersebut digunakan oleh negara-negara maju setelah perang dunia ke-II melalui program
Marshall Plan bagi negara-negara maju seperti Inggris, Prancis, Jerman dan Jepang.
Pembangunan ekonomi melalui program Marshall Plan dapat meningkatkan pertumbuhan
perekonomian negara maju dan mengembangkan produk usaha ke pasar internasional.
Keberhasilan pendekatan pembangunan ekonomi di negara-negara maju menjadi salah satu
tolok ukur untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di negara-negara berkembang. Atas
keberhasilan negara-negara eropa dan asia khususnya jepang dalam pembangunan ekonomi
maka banyak negara-negara berkembang mulai mengadopsi pendekatan pembangunan
ekonomi dalam meningkatkan derajat kesejahteraan masyarakat di sebuah negara.
Seiring dengan perkembangan waktu dan perubahan perekonomian di dunia,
indonesia mulai mencoba menggunakan pendekatan pembangunan ekonomi guna
meningkatkan pendapatan negara dan pertumbuhan perekonomian agar dapat bersaing
dengan negara lainnya. Asumsi indonesia menggunakan pendekatan pembangunan ekonomi
dilandasi oleh keberhasilan negara maju dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara
guna menujang kesejahteraan warga negara. Berbagai cara mulai dilakukan oleh indonesia
untuk mengadopsi pembangunan ekonomi melalui kerjasama dengan negara maju guna

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 10


menarik investor asing agar menanamkan modalnya. Terbukannya pintu masuk bagi investor
asing untuk menanamkan modal melalui berbagai kegiatan ekonomi disektor makro menjadi
indikator baru bahwa pembangunan ekonomi menjadi salah satu alat dalam meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Tidak hanya itu saja lembaga-lembaga donor seperti CGI, World Bank,
Paris Club mulai melirik indonesia sebagai lembaga yang mendorong pertumbuhan
perekonomian.
Dengan berbagai macam cara yang dilakukan oleh indonesia dalam meningkatkan
pendapatan nasional dan menwujudkan masyarakat yang sejahtera sesuai dengan cita-cita
UUD 1945 maka pembangunan ekonomi menjadi meinstreim pada berbagai sektor kehidupan
bernegara yang termuat dalam Trilogi Pembangunan. Namun seiring perubahan masyarakat
dan negara, pendekatan pembangunan ekonomi mengalami permasalahan yang tersendiri
bagi indonesia terutama masalah pemerataan hasil dari pembangunan ekonomi tersebut.
Sumber-sumber perekonomian yang menguasai hajat hidup orang banyak hanya di dominasi
oleh kelompok elit saja yang jumlahnya tidak lebih dari 10% dari seluruh total warga
indonesia. Dominasi yang dilakukan oleh kelompok elit tersebut menyebabkan kesejangan
yang besar antara kelompok yang kaya dan kelompok miskin. Hal ini juga menjadi catatan
tersendiri bagi pemerintah indonesia pada saat jaman orde baru yang mengadopsi konsep
pembangunan dengan pendekatan Tricle Down Effect. Pendekatan ini digunakan untuk
peningkatan kesejahteraan namun pada prakteknya menyebabkan kesejangan yang sangat
lebar. Asumsi pemerintah menggunakan pendekatan baru tersebut tidak bisa dilepaskan dari
pemikiran bahwa apabila perekonomian dikuasai segelir orang (elit) maka pertumbuhan
perekonomian akan menetes kebawah (masyarakat) sebagai hasil dari dampak kebijakan elit
saja. Namun penguasaan atas hasil sumber-sumber pereonomian tidak sampai pada
masyarakat bawah hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Dengan demikian masalah
kemiskinan tidak dapat diatasi melalui pendekatan Tricle Down Effect tersebut sebagai
produk dari pembangunan ekonomi. Dari konsep pembangunan ekonomi yang telah
dilakukan oleh beberapa negara maju dan diadopsi oleh indonesia, bahwa masalah sosial
seperti kesenjangan sosial, redistribusi pendapatan dan kemiskinan tidak bisa diatasi melalui
pendekatan pembangunan ekonomi namun pendekatan pembangunan bentuk lain yang dapat
memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan sosial di masyarakat indonesia.
Kegagalan pembangunan ekonomi yang telah diadopsi oleh negara-negara
berkembang memunculkan permasalah sosial yang baru akibat dampak yang telah
ditimbulkan. Gagasan tentang pembangunan alternatif sebagai pengganti dari pembangunan
ekonomi mulai di cetuskan agar penganan masalah sosial tidak berdampak luas. Di era 60 an

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 11


pembangunan alternatif sebagai pendekatan baru selain dari pembangunan ekonomi sudah di
cetuskan dalam menangani permasalahan sosial yang ada. Pembangunan yang berpusat pada
manusia guna meningkatkan kapasitas dan keberdayaan menjadi salah satu tujuan dari
pembangunan alternatif. Pembangunan itu disebut pembangunan sosial. Pembangunan sosial
merupakan pendekatan pembangunan yang menjadi salah satu alternatif pembangunan dan
menjadi satu kesatuan dari pembangunan ekonomi. Lebih lanjut Madgley (2005, h. 37)
menjelaskan bahwa pembangunan sosial merupakan “proses perubahan sosial yang terencana
yang didisain untuk mengangkat kesejahteraan penduduk menyeluruh dengan
menggabungkannya dengan proses pembangunan ekonomi yang dinamis”.
Dalam hal ini aspek yang dimunculkan dari pembangunan sosial mengarah pada 7
bentuk yaitu:

a. Proses pembangunan manusia yang terkait dengan pembangunan ekonomi. Aspek


inilah yang membuat pembangunan sosial berbeda dengan pendekatan pembangunan
yang lain. Pembangunan sosial tertuju pada masalah-masalah sosial yang mencoba
mengimplikasikan kebijakan-kebijakan dan program-program sosial untuk
mengangkat kesejahteraan sosial.
b. Pembangunan sosial memiliki fokus berbagai macam disiplin ilmu yang berdasarkan
ilmu-ilmu sosial yng berbeda. Pembangunan sosial dapat lebih menciptakan
intervensi-intervensi baru yang dapat diperdebatkan dan bisa secara kritis dievaluasi.
c. Pembangunan sosial lebih menekankan pada proses dan sebuah konsep yang dinamis
memiliki ide tantang pertumbuhan dan perubahan yang bersifat eksplisit.
d. Proses perubahan yang progresif, seperti yang telah digagas oleh para pendiri
pembangunan sosial. Ketika ide menuju perubahan ini dikritik, para pengusung ide
pembangunan sosial ini dapat memberikan pemahaman atas kepercayaan ide ini akan
perbaikan bagi seluruh manusia.
e. Proses pembangunan sosial bersifat intervensi, para pendukung ide ini menolak
pedapat bahwa peningkatan sosial terjadi secara natural karena bekerja dengan pasar
ekonomi atau dengan dorongan yang historis tidak dapat dihindari.oleh karena itu
proses pembangunan sosial lebih tertuju pada manusia yang dapat
mengimplementasikan rencana dan strategi yang spesifik untuk mencapai tujuan-
tujuan pembangunan sosial.
f. Tujuan-tujuan pembangunan sosial didukung berbagai macam strategi. Strategi ini
berusaha, baik langsung maupun tidak langsung, untuk menghubungkan intervensi

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 12


sosial dengan usaha-usaha pembangunan ekonomi.
g. Pembangunan sosial lebih terkait dengan rakyat secara menyeluruh oleh karena itu
ruang lingkupnya lebih bersifat inklusif dan universal.

Pendekatan pembangunan sosial ini bersifat komperhensif dan universal.


Pembangunan sosial tidak hanya menyalurkan bantuan pada individu yang membutuhkan
tetapi berusaha untuk meningkatka kesejahteraan seluruh masyarakat. Pembangunan sosial
lebih bersifat dinamis yang melibatkan sebuah proses pertumbuhan dan perubahan. Dengan
demikian tujuan pembangunan sosial adalah mengangkat kesejahteraan sosial dimana
masalah-masalah sosial diatur, kebutuhan-kebutuhan sosial dipenuhi dan tercapainnya
kesepatan sosial. Kondisi kesejahteraan sosial ini, didukung melalui mekanisme yang berbeda
dengan pendekatannya yang bersifat intervensi, komitmen untuk maju, fokusnya yang makro,
keuniversalan, fokus sosio-pasial dan elektik juga pendekatan pragmatis, pembangunan sosial
kini merupakan pendekatan yang bersifat inklusi untuk mengangkat kesejahteraan sosial.

 Ruang Lingkup Pembangunan Sosial di Indonesia


Di Indonesia konsep tentang pembangunan sosial melalui bentuk kebijakan sosial
sudah lama dilakukan. Hal ini tertuang dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) pada saat
Pembangunanan Jangka Panjang (PJP) I yang meliputi bidang ekonomi, Agama, Sosial dan
Budaya serta Pertahanan dan Keamanan. Keempat bidang tersebut merupakan arah
pembangunan sosial yang berupaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam
mendapatkan akses bagi upaya peningkatan kesejahteraan sosial. Kebijakan sosial yang telah
dibuat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan sosial di masyarkat dan meminimalisir
permasalahan sosial yang terjadi.

Dalam hal ini kebijakan sosial yang mendorong arah pembangunan sosial di indonesia
terbagi oleh berberapa sektor diantaranya adalah

1. Sektor pendidikan
2. Sektor kebudayaan
3. Sektor IPTEK dan penelitian
4. Sektor kesehatan
5. Sektor Keluarga Berencana
6. Sektor Kependudukan
7. Sektor Perumahan

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 13


8. Sektor Generasi Muda
9. Sektor Kesejahteraan Sosial
10. Sektor Peranan Wanita

Kesepuluh sektor tersebut merupakan bagian dari pembangunan sosial yang menjadi
tumpuan pemerintah guna meningkatkan kesejahteraan sosial. Kebijakan sosial yang telah di
buat melalui kesepuluh sektor tersebut memberikan kontribusi yang besar dalam peningkatan
kapasitas dan pemberdayaan bagi masyarakat indonesia. Setiap masyarakat berpartisipasi
dalam pembangunan sosial melalui berbagai aspek yang telah dilakukan oleh pemerintah.
Mengacu pada Conyers dalam Suharto (2005. h. 7) bahwa karakteristik utama pembangunan
sosial terdiri dari 3 bagian diataranya:

1) Pembangunan sosial sebagai pemberi layanan sosial yang mencakup program nutrisi
kesehatan, pendidikan, perumahan dsb. Secara keseluruhan pemberian kontribusi
kepada perbaikan standar hidup masyarakat.
2) Pembangunan sosial sebagai upaya penwujudan nilai-nilai kemanusiaan, seperti
keadilan sosial, keamanan dan ketentraman hidup, kemandirian keluarga dan
masyarakat.
3) Pembangunan sosial sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk mengambil keputusan dan mengaktualisasikan diri

Dengan demikian kebijakan sosial yang telah dibuat dalam PJP I merupakan arah
pembangunan sosial yang tepat dalam menangani permasalahan sosial di indonesia. Dimana
kebijakan sosial itu sendiri adalah seperangkat tindakan, kerangka kerja, petunjuk, rencana
dan strategi yang dirancang untuk menterjemahkan visi politis pemerintah atau lembaga
pemerintah kedalam program dan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang
kesejahteraan sosial. Kebijakan sosial seringkali menyentuh dan berkaitan dengan bidang
sosial seperti kesehatan, pendidikan, perumahan dan rekreasional.

Dari berbagai kebijakan yang telah di buat pada masa pemerintahan Orde Baru sangat
terlihat jelas bagaimana arah kebijakan sosial yang ditujukan untuk meningkatkakan derajat
kesejahteraan sosial itu sendiri dan kebijakan aksi program yang telah dilaksanakan pada
masa lalu, pada intinya memuat komitmen yang tegas dan kuat mengenai perlunya
penanganan segera terhadap penyebab utama masalah sosial yang di kemas dalam tiga
agenda besar yaitu:

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 14


a) Pengentasan kemiskinan
b) Perluasan kerja produktif dan pengurangan pengangguran
c) Peningkatan integrasi sosial.

Ketiga agenda besar tersebut menjadi dasar arah kebijakan sosial yang akan dilakukan
pada masa berikutnya. Penanganan permasalahan sosial di indonesia dibutuhkan beberapa
pendekatan yang bersihat holostik dan komperhensif melalui kebijakan sosial.

Pada masa Reformasi sekarangpun kebijakan sosial yang dibuat guna mencapai
pembangunan sosial masih terus dilakukan. Hal ini dapat kita lihat dari berbagai kebijakan
sosial yang dilakukan pemerintah melalui Departemen Sosial (sekarang Kementerian Sosial)
dalam menangani permasalahan Penyandang Masalahan Kesejahteraan Sosial baik melalui
pendekatan Residual berupa bantuan sosial maupun Incremental. Arah yang dicapai dalam
pembangunan sosial pada saat ini tidak hanya pada satu sektor saja yang dikoordinir oleh
Kementrian Sosial, namun sudah mengacu pada berbagai sektor kebijakan sosial yang lebih
luas seperti berbagai program yang telah dilakukan tiap-tiap Kementerian berupa progam
PNPM, KUR, BLT, PKH, PAMSIMAS dan lain sebagainnya. Kebijakan sosial yang bersifat
holistik inilah yang menjadi salah satu tumpuan dari penanganan permasalahan sosial di
indonesia. Dengan demikian kebijakan sosial yang lintas sektor dan terintegrasi merupakan
bagian dari terwujudnya pembangunan sosial di indonesia sampai sekarang.

 Pembangunan Kesejahteraan
Sebelum penulis membahas lebih jauh tentang tujuan dari pembangunan untuk
mencapai kesejahteraan maka terlebih dahulu mendefinisikan makna pembangunan yang
sebenarnya karena konsep pembangunan selalu diidentikkan dengan pertumbuhan,
industrialisasi dan modernisasi yang kadang kalanya secara etimologi makna ketiga
pembangunan bertentangan dengan pembangunan sosial yang lebih komperhensif demi
terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Secara etimologi pembangunan adalah
menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan atau mengubah secara bertahap. Dengan
demikian pembangunan bisa diartikan sebagai proses memajukan atau memperbaiki suatu
keadaan melalui berbagai tahap terencana dan berkesinambungan.

Sebagai suatu perubahan yang terencana dan berkesinambungan, pembangunan pada


hakekatnya bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup manusia. Untuk
mencapai tujuan tersebut, maka pembangunan perlu diimplementasikan ke dalam berbagai

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 15


program pembangunan yang dapat secara langsung menyentuh masyarakat. Lebih lanjut
Todaro dalam Suharto (2005; h. 3) mengemukakan bahwa sedikitnya pembangunan harus
memiliki 3 tujuan yaitu:

1) Meningkatkan ketersediaan dan memperluas distribusi barang kebutuhan dasar seperti


makanan, perumahan, kesehatan dan perlindungan kepada seluruh anggota
masyarakat.
2) Mencapai kualitas hidup yang bukan hanya untuk meningkatkan kesejahteraan secara
material, melainkan juga untuk menwujudkan kepercayaan diri dan kemandirian
bangsa. Aspek ini meliputi pendapatan, penyediaan lapangan kerja, pendidikan dan
budaya serta nilai kemanusiaan.
3) Memperluas kesempatan ekonomi dan sosial bagi individu dan bangsa melalui
pembebasan dari perbudakan dan ketergantungan pada orang atau bangsa lain serta
pembebasan dari kebodohan dan penderitaan.

Pembangunan memerlukan cara atau pedoman tindakan yang terarah mengenai


bagaimana meningkatkan kualitas hidup manusia. Suatu perangkat pedoman arah terhadap
pelaksanaan strategi-strategi pembangunan.

Meskipun dimensi pembangunan menunjuk pada setiap gerak dan aktivitas demi
perbaikan kualitas hidup secara luas, dalam realitas keseharian makna pembangunan hanya
perbaikian fisik atau ekonomi suatu masyarakat. Perubahan paradigma pembangunan yang
hanya sebatas oconomic oriented menjadi lebih komperhensif dan integralistik melalu
pembagunan berbasis pada manusia. Dengan demikian maka kesadaran untuk merumuskan
kembali konsepsi pembangunan itu harus mengupayakan keterlibatan semua pihak tanpa
terkecuali agar pembangunan yang dicapai tidak mengalami hambatan dan kesenjangan bagi
seluruh warga negara indonesia.

2.3 Paradigma Ekonomi dan Politik


A. Definisi Ilmu Ekonomi

Suatu ilmu yang mempelajari bagaimana orang/keluarga/ masyarakat/perusahaan


(micro) dan negara/pemerintah (macro) dalam memilih (choice) dan menggunakan
sumberdaya (resources) produktif (productive) yang langka (disefeciency), karena dianggap
memiliki manfaat (utilities) atau alternatif prioritas (priority) untuk menghasilkan barang

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 16


(goods) dan jasa (service) dengan mendistribusikan (distribution) sesuatu yang bersifat
konsumtif (consumtive) untuk kebutuhan saat ini (saving) dan masa depan (investasi) melalui
uang (money) maupun dengan tukar menukar sesuatu (barter/ exchange). Jika disimpulkan
maka Economics os Science of Choice (Samuelson).

Definisi Politik

Sesuatu seni (art) dan ilmu (science) dalam mengelola (memanaje) sesuatu
(kepentingan dan kekuasaan) yang tidak mungkin menjadi mungkin dan yang mungkin
menjadi tidak mungkin (uncertainties). Serta menjadi seni dan ilmu dalam mengelola
alternatif-alternatif untuk pengambilan keputusan dan kebijaksanaan (publik maupun bisnis).
Maka jika disimpulkan Politic is who get’s, what, when, how (Harold Laswell).

B. Ekonomi Politik dan Ekonomi Politik Pembangunan

Ekonomi politik mempelajari fenomena ekonomi sebagai obyek dengan metodologi


ekonomi kuantitatif dan metodologi politik secara kualitatif. Dimana pada umumnya
membahas tentang anatomi sistem yang diterapkan disuatu negara atau pemerintahan yang
mempunyai dua kategori yakni sistem ekonomi politik kapitalisme dan sosialisme. Sehingga
menghasilkan kebijakan publik (public policy). Sedangkan ekonomi politik pembangunan
adalah cabang ilmu ekonomi yang mempelajari proses sosial dan institusional, yang mana
aktor ekonomi dan politik berusaha mempengaruhi keputusan dalam mengalokasikan sumber
produktif yang langka baik untuk kepentingan kelompok ataupun masyarakat luas.

Fokus dari studi ekonomi politik pembangunan meliputi:

 Mengamati setiap isu atau kebijakan pembangunan langsung maupun tidak langsung
yang melibatkan kepentingan publik pada level makro (pemerintah, kelompok)
maupun mikro (individu).
 Mengamati fenomena pembangunan secara interaktif dan komprehensif yaitu dari
segi proses dan dampaknya.
 Mengkaji dan menganalisis keputusan politik dan kebijakan publik menyangkut
persoalan ekonomi dan politik dalam pembangunan mengenai kesediaan barang-
barang (goods) dan jasa pelayanan (services) yang diperlukan oleh publik.
Tujuan ekonomi politik pembangunan mengembangkan proposisi atau hipotesisi
terkait kemungkian hasil ukur (outcomes) dari suatu proses pertukaran sumber-sumber baik
yang berssifat non ekonomis (biaya sosial dan politik) maupun yang memiliki sifat ekonomis

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 17


(uang, materi, fisik). Sehingga dapat dijelaskan mencari secra rasional tentang bagaimana
sistem ekonomi politik harusnya berkerja. Maka jika dijabarkan, ekonomi politik
pembangunan ini mempunyai beberapa manfaat, yaitu:

 Mengetahui mengapa dan dengan cara bagaimana kebijakan pembangunan


dirumuskan dan diimplementasikan dalam suatu negara, dan siapa saja yang terlibat
dalam perumusan pengambilan keputusan dari kebijakan tersebut.
 Memahami kebijakan pembangunan dan dampaknya dengan benar pada kurun waktu
tertentu dengan menelusuri secara cermat perilaku, motivasi dan preferensi para
aktornya sehingga diperoleh jawaban siapa, apa, berapa banyak, mengapa, dan dengan
cara bagaimana berdasarkan tinjauan deerministik ekonomi politik secara interaktif.
 Sebagai alat analisis untuk mengkaji berbagai isu sosial yang menyangkut persoalan
proses kebijakan dan pembangunan.
 Meningkatkan kemampuan sebagai human of analysis.

Pardigma Ekonomi Politik Menurut Beberapa Ahli

Birokrasi di Indonesia memiliki dua prestasi, posisif dan negative. Dampak positif
pada zaman orde baru, misalnya Prof. Haryono Soeyono mampu menghasilkan program KB
dan berhasil, sementara di Filipina tidak berhasil, sebab birokrasinya tidak mampu
menundukkan gereja dengan para pendeta dan pasturnya menjadi salah satu contohnya
(Prof. Dr. Didik J Rachbini, 2011 dalam Prof. Dr. Nur Syam, M.Si). Di Indonesia sendiri juga
sempat terjadi praktik yang salah. Dimana dalam UUD sendiri msesuai dengan pemikiran
Hatta Indonesia menganut sosialisme, namun dalam pelaksanaannya justru berjalan dengan
sistem kapitalisme. Contohnya, ketika pasar untuk komoditi cengkeh, maka bukan negara
yang mengatur pasar, tetapi yang datang justru Tomi yang kemudian melakukan keputusan
pasar yang merugikan petani cengkeh.

Indonesia saat ini memasuki G-20. Pada tahun 2030 diperkirakan Indonesaia akan
menjadi negara sepuluh atau enam besar dunia. Dunia kompetisi nasional masih berada
diangka 49, dengan birokrasi berada diperingkat 120-an. Namun permasalahan ekonomi yang
dialami yaitu karena kita tidak mempunyai konsep yang jelas. Didalam UUD dinyatakan
bahwa menganut ekonomi kekeluargaan akan tetapi didalam praktiknya justru liberal.
Sehingga akhirnya menyebabkan adanya gap antara yang kaya dan miskin. Contohnya pada

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 18


tahun 2011 jarak angka kemiskinan antara Papua dengan Jakarta sangat besar. Jakarta dengan
tingkat kemiskinan hanya 3,48 persen, sementara Papua sebesar 36,80 persen.

Maka solusi yang diberikan dalam mengentas kemiskinan yakni dengan fokus pada
masing-masing daerah yang memiliki kekhasan didalam pengentasan kemiskinan melalui
otonomi daerahnya. Sebagai contoh seperti Provinsi Gorontalo dengan komoditi jagungnya,
Kabupaten Malang dengan agroindustrinya dan sebagainya sesuai keunggulan daerahnya
masing-masing. Sehingga kesimpulannya, harus ada kreativitas dari para pemimpin daerah
untuk menyejahterakan masyarakatnya dan hal itu menjadi visi dari seluruh aparat
pemerintah. Jika hal ini bisa dilakukan, maka kesejahteraan rakyat sebagaimana amanat
Pembukaan UUD 1945 akan bisa dicapai (Prof. Dr. Didik J Rachbini, 2011 dalam Prof. Dr.
Nur Syam, M.Si).

C. Teori Ekonomi Politik Baru (EPB)

Sebenarnya, ilmu ekonomi politik telah diperkenalkan oleh Adam Smith ketika
menulis bukunya yang monumental tentang kemakmuran negara. Namun, perkembangannya
dari waktu ke waktu tidak terlalu pesat sebagai ilmu ekonomi politik, melainkan bercabang-
cabang menjadi bidang-bidang ilmu tersendiri. Pendekatan Ekonomi Politik Baru juga
berbeda dengan pendekatan ilmu sosial dan politik konvensional. Dimana pendekatan EPB
berusaha untuk memahami realitas politik dan bentuk-bentuk sikap sosial lainnya dalam
kerangka analisis yang dianalogikan pada aktor individual yang rasional. Asumsi dasar dari
pendekatan pilihan rasional ini bahwa manusia pada dasarnya egois, rasional, dan selalu
berupaya untuk memaksimumkan utilitas dan keuntungan untuk dirinya. Pendekatan ekonomi
biasanya selalu berhubungan dengan masalah yang berkaitan dengan kelembagaan dan
transaksi dalam kerangka mekanisme pasar. Perkembangan EPB dalam tiga dekade terakhir
ini semakin terlihat jelas dan muncul ke permukaan sehingga menjadi khasanah kekayaan
teori-teori baru. Perkembangannya yang relatif cepat, misalnya ditandai oleh tiga karya
penting, yaitu:

A. Pelaku Rasional (Rational Peasants)


Analisis EPB ini sangat aplikatif untuk melihat fenomena-fenemena ekonomi
dan politik yang sering terjadi dinegara-negara sedang berkembang. Dimana karya
Samuel Popkin bersifat monumental karena memberi kontribusi yang signifikan

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 19


terhadap kelahiran dan perkembangan pendekatan EPB. Tetapi, analisis ilmuwan
moral ekonomi ini dianggap kurang tepat dalam dua hal, yaitu:
 anggapan bahwa petani tradisional merupakan masyarakat prakolonialisme,
 kesalahan analisis dalam melihat respons petani terhadap penetrasi pasar dan
kapitalisme.

B. Pasar dan Negara (Market and State)


Penelitian Robert Bates adalah salah satu pilar penting dari proses
perkembangan pendekatan EPB yang memperlihatkan keberhasilan baru dalam
menganalisis hubungan rasional antara petani dengan politik, negara atau pemerintah.
Dalam studi di Afrika Tropis, Bates berhasil melihat kaitan antara masyarakat petani
dengan negara yang mengambil keputusan-keputusan untuk publik. Bates
mengemukakan argumentasi temuan penelitiannya bahwa krisis pangan di Afrika
Tropis terjadi karena kesalahan kebijakan, meskipun kebijakan itu sendiri secara
normatif ditujukan untuk kepentingan masyarakat.
Rancangan kebijakan ini salah sehingga dampaknya buruk terhadap petani
kecil. Hal itu terjadi karena sistem insentif yang kurang baik sehingga tidak memberi
pengaruh dan efek stimulasi ekonomi bagi petani untuk terlibat dalam proses produksi
pangan secara massal. Dalam kebijakan tersebut pemerintah menetapkan harga
pangan yang relatif rendah. Tingkat harga yang tidak masuk akal ini secara relatif
tentu tidak menguntungkan petani sehingga tidak ada insentif untuk menanam
komoditi pangan tersebut. Maka inilah letak kesalahan paling mendasar dari
kebijakan pangan tersebut yang tidak memperhitungkan elemen rasionalitas petani.
Robert Bates juga menemukan fenomena sangat menarik dalam bidang
ekonomi politik pada kasus hubungan petani dan pemerintah di Afrika Tropis ini.
Sebagai respons terhadap kebijakan dan keadaan yang berlaku, petani akhirnya
menggunakan instrumen sendiri, yaitu pasar (market) untuk menentang kebijakan
yang tidak menguntungkan pihaknya. Bates menerangkan, fenomena ini sebagai sikap
rasional petani dimana tindakan protes yang dilakukan mempunyai basis
pertimbangan rasional. Institusi pasar digunakan sebagai alat politik untuk menolak
negara dan rangkaian kebijakan-kebijakannya atas dasar pertimbangan-pertimbangan
rasional yang berkenaan dengan kepentingan diri maupun kelompok. Hal ini

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 20


dikarenakan pasar menjadi instrumen paling mungkin yang dapat dipakai oleh petani
untuk berinteraksi dengan kebijakan yang tidak masuk akal.

C. Kebijakan Publik : Kelangkaan dan Pilihan (Scarcity, Choice and Public Policy)
Studi yang dilakukan oleh Donald Rotchild dan Robert Curry menjelaskan
hubungan kepentingan individu dengan kepentingan publik. Dimana dalam perspektif
masyarakat Indonesia, terutama pada masa pemerintahan otoriter Orde Baru,
kepentingan individu dianggap buruk dan bertentangan dengan kepentingan umum.
Akan tetapi dalam perspektif yang lain, terdapat kaitannya dengan cara pandang
memperlakukan individu-individu sebagai pengambil sikap yang rasional dan pelaku-
pelaku yang berusaha untuk memaksimumkan suatu utilitasnya.
Contoh kasus dari masalah ini adalah studi dari Rothchild dan Curry di Afrika
Tengah, terkait dengan usaha pemanfaatan sumber-sumber ekonomi yang terbatas
untuk pengentasan kemiskinan secara efektif. Rotchild dan Curry mengingatkan
bahaya penerapan suatu kebijakan tertentu, termasuk yang hanya didasarkan pada
kerangka dan perspektif teori yang rasional. Walaupun perspektif ini sangat
bermanfaat, tetapi penerapannya mesti memperhatikan aspek kompleksitas ini. Itu
berarti bahwa pendekatan EPB pun tetap berhadapan dengan kesulitan sehingga
metode deduktif yang diambil darinya tetap perlu melihat dan mempertimbangkan
secara lebih mendalam tentang realitas sosial yang berkemban di dalamnya.
Masalah yang dihadapi adalah apa yang disebut pendekatan ekonomi politik
baru. Dimana kerangka pemikiran EPB menjadi alat analisis yang tepat dalam kaitan
dengan dinamika perubahan sosial yang memerlukan formulasi dan prioritas
berdasarkan ranking dan pelaksanaan alternatif kebijakannya. Ekonomi politik baru
menyediakan alat yang bermanfaat dalam pencarian interaksi antara organisasi sosial,
politik, dan ekonomi. Pendekatan EPB bisa menjadi jembatan antara bidang-bidang
kajian ilmu ekonomi dan ilmu politik, antara ilmu sosial murni dan ilmu sosial terapan
Pendekatan EPB dengan basis rasional bisa memberi nuansa optimis terhadap
kemungkinan perbaikan kesejahteraan ekonomi yang biasa dilaksanakan di dalam
program-program pembangunan di Afrika.

D. Ekonomi Moral
Ekonomi moral dalam salah satu interpretasinya adalah suatu ekonomi yang
didasarkan pada nilai kebaikan normatif, keadilan dan kejujuran. Ekonomi seperti ini

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 21


hanya ada pada sistern ekonomi lokal dengan skala sangat kecil. Ekonomi seperti ini
terlihat pada komunitas kecil yang saling bekerja sama mengedepankan moralitas
sehingga dimensi rasional didalam hubungan ekonomi diantara anggota-anggotanya
tidak menonjol. Kelembagaan bawon di pedesaan Jawa adalah salah satu contoh yang
dentifikasi sebagai suatu bentuk ekonomi moral. Jika ada pemilik sawah hendak
panen, maka dalam pandangan yang rasional, si pemilik akan memilih pekerja yang
paling efisien dan sedikit jumlahnya sehingga upah yang diberikan tidak terlalu besar.
Akan tetapi, kelembagaan dan norma dipedesaan Jawa yang tradisional tidak
memungkinkan pemilik sawah untuk bertindak sesuai keinginannya. Karena
masyarakat mengontrolnya dengan motivasi moral agar hasil panen didistribusikan
kepada masyarakat.
Meskipun dernikian, kini kelembagaan bawon dipedesaan Jawa sudah mulai
pudar karena adanya emisasitraktor dan pengembangan kota-kota yang sernakin
banyak. Mekanisme didalam ekonomi moral adalah hubungan resiprositas yang
berlangsung secara berkesinambungan dan terus-menerus dijaga oleh setiap anggota
masyarakat. Didalam ekonomi moral, masyarakat menjaga agar anggota secara
individu tidak tamak dan tidak mengedepankan perilaku memaksimumkan
keuntungan diri sendiri. Nilai kebersamaan selalu dijaga lebih tinggi daripada nilai
individu untuk mengejar keuntungan. Sementara itu, nilai kebaikan adalah nilai
kebersamaan yang dijunjung secara bersama pula. Ekonomi moral disebut juga
ekonomi dengan norma-norma sosial yang dijaga bersama untuk meningkatkan
kehidupan bersama komunitas di dalamnya.

2.4 Paradigma Pembangunan Manusia


A. Pembangunan Manusia
Pembangunan manusia, menurut UNDP, didefinisikan sebagai suatu proses
yang ditujukan untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk (people). Dalam
konsep ini, penduduk (manusia ) sebagai tujuan akhir (the ultimate end) dan upaya
pembangunan itu sendiri sebagai sarana utama (principal means) dalam rangka
mencapai tujuan itu.

Paradigma pembangunan manusia melihat bahwa usaha peningkatan kualitas


manusia memiliki nilai intrinsik, dalam arti, sebagai tujuan pada dirinya sendiri.
Prespektif ini berbeda dengan pembangunan sumberdaya manusia, yang

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 22


menempatkan manusia sebagai sumber atau input pembangunan dan melihat kualitas
manusia sebagai sarana (means) untuk menghasilkan pendapatan. Sebagai paradigma
pembangunan yang holistik, pembangunan manusia memandang program
pembangunan yang dirancang, seharusnya bercirikan “of, for and by people”. Maksud
dari ciri-ciri ini adalah sebagai berikut: Pertama, tentang penduduk (of people), yakni
pemberdayaan penduduk yang diupayakan melalui investasi bidang-bidang
pendidikan kesehatan, dan pelayanan sosial dasar lainnya; kedua, untuk penduduk (for
people), yakni pemberdayaan penduduk yang diupayakan melalui penciptaan peluang
kerja dan perluasan peluang berusaha (dengan cara memperluas kegiatan ekonomi
suatu wilayah); ketiga, oleh penduduk (by people), yakni pemberdayaan penduduk
yang dapat meningkatkan harkat dan martabat melalui partisipasi dalam pengambilan
keputusan di segala bidang. Dalam hal ini berarti menyangkut pengambilan keputusan
dalam proses pembangunan.

Untuk menjamin tercapainya tujuan tersebut, empat hal pokok yang perlu
diperhatikan, yaitu: produktivitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.
Keempat hal ini, saling tertkait, dan menjadi penentu dalam perumusan kebijakan
pembangunan manusia (dalam arti yang luas).

Konsep pembangunan manusia dalam pengertian di atas jauh lebih luas dibandingkan
dengan teori-teori pembangunan ekonomi yang konvensional termasuk model
pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumberdaya manusia (SDM), pendekatan
kesejahteraan, dan pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar manusia. Model
pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi
nasional (GNP). Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input
dari proses produksi (sebagi suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan
melihat manusia sebagai pemanfaat (beneficiaries) bukan sebagai agen perubahan
dalam pembangunan. Pendekatan kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan
barang dan jasa kebutuhan hidup.

Namun demikian, pembangunan ekonomi atau lebih tepat pertumbuhan ekonomi


merupakan prasyarat bagi tercapainya pembangunan manusia, karena dengan
pembangunan ekonomi akan meningkatkan produktivitas dan peningkatan pendapatan
melalui penciptaan kesempatan kerja. Menurut UNDP (1996) hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi bersifat timbal balik seperti

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 23


disajikan pada Gambar 1. Artinya, pertumbuhan ekonomi mempengaruhi
pembangunan manusia. Arah panah bawah-atas menegaskan arti penting
pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia. Oleh karena itu, sukar
dibayangkan ada suatu negara yang dapat menjalankan pembangunan ekonomi yang
berkelanjutan tanpa pertumbuhan ekonomi yang memadai. Arah panah atas-bawah
yang merupakan asumsi dasar pendekatan SDM merupakan penegasan adanya alasan
ekonomis (economic reasons) dari pembangunan manusia yang keabsahannya terus
ditunjang oleh bukti-bukti empiris.

Namun demikian, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan


manusia secara empiris terbukti tidak bersifat otomatis. Artinya, banyak negara (atau
wilayah) yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cepat tanpa diikuti oleh
pembangunan manusia yang seimbang. Sebaliknya, banyak pula negara yang
mengalami pertumbuhan ekonomi pada tingkat yang sedang, tetapi terbukti dapat
meningkatkan kinerja pembangunan manusia secara mengesankan. Bukti empiris ini
tidak berarti bahwa pertumbuhan ekonomi tidak penting bagi pembangunan manusia.
Pertumbuhan ekonomi justru merupakan sarana utama bagi pembangunan manusia,
terutama pertumbuhan ekonomi yang merata secara sektoral dan kondusif terhadap
penciptaan lapangan kerja. Hubungan yang tidak otomatis ini sesungguhnya
merupakan tantangan bagi pelaksana pemerintahan untuk merancang kebijakan yang
mantap, sehingga hubungan keduanya saling memperkuat terlebih di era otonomi
daerah sekarang ini.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia berlangsung


melalui dua macam jalur (Gambar 1). Jalur pertama melalui kebijaksanaan dan
pengeluaran pemerintah. Dalam hal ini, faktor yang menentukan prioritas adalah
pendidikan dan kesehatan dasar. Besarnya pengeluaran itu merupakan indikasi
besarnya komitmen pemerintah terhadap pembangunan manusia. Dalam hal ini, faktor
yang menentukan adalah besar dan komposisi pengeluaran rumah tangga untuk
kebutuhan dasar seperti pemenuhan nutrisi anggotanya, untuk biaya pelayanan
kesehatan dan pendidikan dasar, serta untuk kegiatan lain yang serupa.

Selain pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga, hubungan antara


kedua vaiabel itu berlangsung melalui penciptaan lapangan kerja. Aspek ini sangat

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 24


penting karena sesungguhnya, penciptaan lapangan kerja merupakan “jembatan utama
“ yang mengkaitkan keduanya (UNDP,1996:87).

Hubungan atas bawah antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan manusia pada
Gambar 1 adalah jelas. Melalui upaya pembangunan manusia kemampuan dasar dan
ketrampilan tenaga kerja termasuk petani, pengusaha, dan manajer akan meningkat.
Selain itu, pembangunan manusia akan mempengaruhi jenis produksi domestik,
kegiatan riset dan pengembangan teknologi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi
komposisi output dan ekspor suatu negara. Kuatnya hubungan timbal balik antara
pertumbuhan dan pembangunan manusia juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
kelembagaan pemerintah, distribusi sumberdaya swasta dan masyarakat, modal sosial,
LSM, dan organisasi kemasyarakatan

Faktor kelembagaan pemerintah jelas peranannya karena keberadaannya sangat


menentukan implementasi suatu kebijakan publik. Faktor distribusi sumber daya juga
jelas karena tanpa distribusi sumber daya yang merata (misalnya dalam penguasaan
lahan atau sumberdaya ekonomi lainya) hanya akan menimbulkan frustasi
masyarakat. Faktor modal sosial menegaskan arti penting peranan partisipasi
masyarakat dalam proses pengambilan kebijakan publik. Inti dari modal sosial secara
sederhana bisa didefinisikan sebagai serangkaian nilai-nilai atau norma-norma
informal yang dimiliki bersama di antara para anggota masyarakat yang
memungkinkan terjalinnya kerjasama di antara mereka (Fukuyama, 2002: vii). Jika
para anggota kelompok itu mengharapkan anggota-anggota yang lain akan
berperilaku jujur dan dapat dipercaya, maka mereka akan saling mempercayai.
Kepercayaan ibarat pelumas yang membuat jalannya kelompok atau organisasi
menjadi lebih efisien.

B. Konsep Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia mencakup konsep yang relatif luas. Salah satu pelopor
pendekatan pembangunan manusia dalam Ilmu Ekonomi Pembangunan adalah
Amartya Sen (1999) melalui konsep human capabilities approach. Pendekatan ini
menekankan pada gagasan kemampuan (capabilities) manusia sebagai tema sentral
pembangunan. Sebelumnya, Ul Haq (1998) juga telah menegaskan, manusia harus
menjadi inti dari gagasan pembangunan, dan hal ini berarti bahwa semua sumberdaya

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 25


yang diperlukan dalam pembangunan harus dikelola untuk meningkatkan kapabilitas
manusia. Gagasan ini sejalan dengan pemikiran UNDP yang diterjemahkan ke dalam
beberapa indikator sosial-ekonomi yang menggambarkan kualitas hidup dalam
beberapa ukuran kuantitatif, seperti kemampuan ekonomi, kemampuan dalam
pengetahuan dan keterampilan serta kemampuan untuk hidup lebih panjang dan sehat
(Ranis, 2004:1).

Menurut Welzel et.al (2002), pembangunan manusia mencakup tiga dimensi


pembangunan, yakni dimensi pembangunan sosial-ekonomi, dimensi pembangunan
kelembagaan politik, dan dimensi pembangunan kultural. Ketiga dimensi
pembangunan ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, memberikan
sumbangan besar terhadap kebebasan seseorang, yang diterjemahkan dalam
bentuk human choice. Pengertian human choice merujuk kepada kemampuan yang
dimiliki seseorang untuk memilih kehidupan yang diinginkan (Welzel, 2002:18).
Konsep ini juga dapat dimaknai sebagai pilihan untuk mengembangkan seluruh
potensi dan kemampuan mereka dalam mendukung produktivitas dan kreativitas
sesuai dengan kebutuhan dan minat mereka masing-masing (UNDP, 1996).

Dimensi pembangunan sosial-ekonomi mencakup dan terkait dengan beberapa tema


utama, antara lain prestasi perekonomian, kenaikan taraf kesehatan, angka harapan
hidup serta perluasan distribusi pendidikan.

Secara umum, UNDP (United Nations Development Program) mendefinisikan


pembangunan manusia (human development) sebagai perluasan pilihan bagi setiap
orang untuk hidup lebih panjang, lebih sehat dan hidup lebih bermakna (UNDP, HDR
1990). Memperluas pilihan manusia berarti mengasumsikan suatu kondisi layak hidup
yang memungkinkan manusia memperoleh akses untuk mendapatkan pengetahuan
dan pendidikan serta akses terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk hidup secara
layak (Chakraborty, 2002). Pada saat yang sama, pembangunan manusia juga dapat
diartikan sebagai pembangunan kemampuan seseorang melalui perbaikan taraf
kesehatan, pengetahuan atau pendidikan dan keterampilan (Suhandojo, 2002;165).
Secara ringkas, Ranis dan Stewart (2000;2) mengartikan pembangunan manusia
sebagai peningkatan kondisi seseorang sehingga memungkinkan hidup lebih panjang
sekaligus lebih sehat dan lebih bermakna.

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 26


Selanjutnya dalam laporan Pembangunan Manusia Tahun 2001, UNDP menyatakan
ada 4 aspek utama yang harus diperhatikan dalam proses pembangunan manusia,
yaitu: Pertama, peningkatan produktivitas dan partisipasi penuh dalam lapangan
pekerjaan dan perolehan pendapatan. Dalam komponen ini, pertumbuhan ekonomi
menjadi salah satu bagian dari model pembangunan manusia. Kedua, peningkatan
akses dan kesetaraan memperoleh peluang-peluang ekonomi dan politik. Dengan kata
lain, penghapusan segala bentuk hambatan ekonomi dan politik yang merintangi
setiap individu untuk berpartisipasi sekaligus memperoleh manfaat dari peluang-
peluang tersebut. Ketiga, adanya aspek keberlanjutan (sustainability), yakni bahwa
peluang-peluang yang disediakan kepada setiap individu saat ini dapat dipastikan
tersedia juga bagi generasi yang akan datang, terutama, daya dukung lingkungan atau
modal alam dan ‘ruang’ kebebasan manusia untuk berkreasi. Keempat, pembangunan
tidak hanya untuk masyarakat, tetapi juga oleh masyarakat. Artinya, masyarakat
terlibat penuh dalam setiap keputusan dan proses-proses pembangunan, bukan sekedar
obyek pembangunan. Dengan kata lain adanya partisipasi masyarakat dalam
pembangunan.

Dalam konteks ukuran-ukuran pembangunan yang diperluas, Bank Dunia (2000) telah
mengemukakan 3 (tiga) faktor utama pembangunan, yakni pembangunan manusia,
pertumbuhan pendapatan serta kelestarian lingkungan. Indikator pembangunan
manusia disebutkan apabila tercapainya 5 kondisi, yaitu (1) penurunan kemiskinan;
(2) penurunan angka kematian bayi; (3) penurunan ketimpangan pendapatan; (4)
peningkatan melek huruf; serta (5) peningkatan angka harapan hidup (Kaufmann et.al,
2000;4). Sementara itu UNDP sejak tahun 1990 telah mengeluarkan secara berkala
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran kuantitatif tingkat pencapaian
pembangunan manusia. Indeks ini merupakan teknik komposit terhadap beberapa
indikator tingkat pendidikan, kesehatan dan pendapatan. Secara umum menurut
Bagolin (2004), IPM merupakan salah satu instrumen untuk mengetahui pencapaian
pembangunan manusia suatu negara karena dalam batas-batas tertentu IPM mewakili
tujuan dari pembangunan manusia.

Konsep pembangunan manusia sendiri menempatkan manusia sebagai pusat dari


serangkaian proses pembangunan ekonomi dengan penekanan pada perluasan pilihan
dan peningkatan kemampuan manusia (Fongang, 2003:2). Hal ini sejajar dengan
pemahaman yang telah dikemukakan oleh UNDP dalam Laporan Pembangunan

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 27


Manusia Tahun 1990, bahwa tujuan mendasar dari pembangunan adalah menciptakan
suatu lingkungan yang memungkinkan masyarakat hidup lebih panjang, lebih sehat
serta memiliki kreativitas untuk mengaktualisasikan gagasan (Stewart, 2002:15).
Pernyataan ini sejalan dengan yang pernah dikemukakan oleh Amartya Sen
(1999;144), bahwa dengan menempatkan pembangunan manusia sebagai tujuan akhir
dari proses pembangunan diharapkan dapat menciptakan peluang-peluang yang secara
langsung menyumbang upaya memperluas dan meningkatkan kemampuan manusia
dan kualitas kehidupan mereka, antara lain melalui peningkatan layanan kesehatan,
pendidikan dasar dan jaminan sosial, khususnya bagi warga miskin.

Diantara beberapa pengertian pembangunan manusia di atas, dapat ditarik benang


merah kesamaan, bahwa pembangunan manusia adalah upaya meningkatkan
kemampuan manusia terutama melalui peningkatan taraf kesehatan dan pendidikan,
sehingga membuat manusia menjadi lebih sehat, lebih kreatif dan lebih produktif
sehingga memungkinkan untuk meraih peluang-peluang yang tersedia bagi dirinya
masing-masing.

Dengan demikian, pembangunan manusia tidak saja berkaitan dengan pencapaian


dimensi kuantitatif, tetapi juga terkait dengan pencapaian dimensi kualitatif, seperti
peningkatan motivasi, kreativitas manusia, keadilan dan kesetaraan (Welzel,
2000:19). Sehingga menurut Sen, keberhasilan pembangunan manusia tidak hanya
berupa kenaikan pendapatan, tingkat pendidikan dan kesehatan, tetapi juga
memungkinkan tersedianya peluang-peluang bagi setiap individu dalam berbagai
lapangan kegiatan, baik di masyarakat maupun di pemerintahan (Ramirez dan Ranis,
1998:3; Ranis, 2004:2).

Menurut Stewart (2002), terdapat 2 (dua) pendekatan utama dalam melihat


pembangunan manusia. Pendekatan pertama menekankan pada standar kelayakan
kebutuhan dasar (Basic Needs), sehingga dikenal dengan nama Basic Needs
Approach(BN). Sementara pendekatan kedua menekankan pada peningkatan
kemampuan dan potensi manusia yang dipopulerkan melalui konsep Amartya Sen
mengenai kapabilitas/kemampuan, sehingga dikenal dengan Sen’s Capabilities
Approach (SC). Pendekatan BN menyatakan, bahwa tujuan akhir pembangunan
manusia adalah jaminan kebutuhan dasar yang layak bagi setiap orang. Melalui
pemenuhan kebutuhan dasar secara layak, maka setiap orang memiliki kesempatan

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 28


untuk hidup lebih panjang dengan lebih sehat serta memiliki tingkat pengetahuan
yang memadai dan menjadikannya lebih produktif. Dengan demikian, indikator yang
digunakan dalam pendekatan ini adalah kebutuhan dasar secara layak, antara lain
kecukupan pangan, taraf kesehatan yang baik, tingkat pendidikan yang memadai serta
perumahan yang layak huni. Sementara di sisi lain, pendekatan kapabilitas
menyatakan, tujuan akhir dari pembangunan manusia adalah kebebasan manusia yang
semakin luas (Stewart, 2002:10).

Secara singkat, kebebasan menurut Sen (1999) memiliki elemen dasar yang disebut
kapabilitas atau kemampuan seseorang, baik kemampuan dalam bentuk potensi
menjadi seseorang (beings) maupun untuk melakukan suatu tindakan (doings). Kedua
kapabilitas ini dipandang berharga untuk mencapai aneka bentuk pencapaian aktual
dalam hidup seseorang, yang disebut sebagai functionings. Sehingga, pembangunan
manusia ditujukan kepada peningkatan kapabilitas seseorang agar tercapai perluasan
pilihan yang pada akhirnya memperluas kebebasan manusia. Untuk mencapai tujuan
ini, diperlukan instrumen, yang diperkenalkan Sen dengan istilah kebebasan
instrumental (instrumental freedom). Kebebasan instrumental terdiri dari kebebasan
politik, fasilitas ekonomi, kesempatan sosial, jaminan keterbukaan serta jaminan
perlindungan. Kebebasan politik mencakup semua hak-hak sipil yang dinyatakan
dalam kebebasan berekspresi dan kebebasan pers yang digunakan untuk
menumbuhkan demokrasi. Fasilitas ekonomi menunjuk pada peluang yang
memungkinkan individu dapat memanfaatkan sumberdaya ekonomi, baik untuk
maksud-maksud produksi, konsumsi maupun pertukaran. Peluang tersebut dinyatakan
dalam peningkatan pendapatan per kapita dan distribusi kekayaan nasional kepada
penduduk. Sementara kesempatan sosial terkait dengan tatanan yang membuat
masyarakat memperoleh pendidikan dan layanan kesehatan memadai. Fasilitas
pendidikan dan kesehatan ini tidak hanya ditujukan kepada kehidupan pribadi, tetapi
kepada masyarakat secara keseluruhan yang dapat mendorong peningkatan partisipasi
dalam kegiatan ekonomi dan politik lebih efektif. Terakhir adalah sistem jaminan
sosial yang dibutuhkan untuk melindungi masyarakat, terutama bagi penduduk miskin
dari kesengsaraan yang lebih parah. Sebagai contoh misalnya di Indonesia melalui
pengadaan beras murah untuk rakyat miskin (Raskin).

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 29


Kelima kebebasan instrumental di atas secara keseluruhan, baik langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi perluasan kebebasan manusia untuk memilih
kehidupan sesuai dengan yang mereka harapkan (Sen, 1999:18).

Selanjutnya, pendekatan BN lebih tepat diterapkan kepada negara-negara miskin,


karena fokusnya pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia sebagai tujuan dari
pembangunan. Sementara pendekatan kapabilitas dapat diterapkan, baik terhadap
negara-negara miskin maupun kaya (Stewart, 2002:11). Meskipun terdapat perbedaan,
kedua pendekatan ini sama-sama memandang, bahwa peningkatan pendapatan per
kapita dan distribusi kekayaan nasional melalui pertumbuhan ekonomi dipandang
penting sebagai alat (means) dan bukan tujuan (end) dari pembangunan manusia
maupun proses pembangunan secara umum. Pendekatan BN memandang, melalui
peningkatan pendapatan per kapita, masyarakat dapat memiliki sarana untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan taraf pendidikannya dengan lebih baik, fasilitas
perumahan yang layak serta ketersediaan pangan yang cukup. Di sisi lain, menurut
pendekatan kapabilitas, peningkatan pendapatan per kapita memberikan peluang bagi
setiap individu untuk memanfaatkan sumberdaya secara luas karena memiliki
kapabilitas di dalam (being) dan untuk melakukan aktivitas (doings) dalam berbagai
kegiatan ekonomi maupun kegiatan-kegiatan lainnya yang menjadi pilihan hidupnya.

Dalam tataran kebijakan, pembangunan manusia memperoleh perhatian besar dari


banyak negara. Menurut Streeten (1994), ada beberapa alasan yang melatarbelakangi
perhatian ini, antara lain; Pertama, pembangunan manusia memberikan sumbangan
yang relatif besar terhadap peningkatan produktivitas. Hal ini dilakukan melalui
peningkatan derajat kesehatan dan tingkat pendidikan. Kedua, pembangunan manusia
dapat mengurangi tingkat reproduksi yang tidak terkendali melalui penurunan hasrat
keluarga untuk menambah atau memperbesar jumlah anggota keluarganya. Hasrat
reproduksi yang tidak terkendali relatif berkurang akibat peningkatan pengetahuan
keluarga mengenai sejauhmana kemampuan mereka dalam menyediakan fasilitas
bagi kelangsungan pendidikan dan kesehatan anak-anak. Ketiga, pembangunan
manusia mendukung lingkungan fisik. Penurunan populasi akan mempengaruhi juga
kepadatan penduduk dan pada akhirnya mengurangi tekanan terhadap alam dan daya
dukung lingkungan. Disamping itu, tak kalah penting adalah, bahwa pembangunan
manusia dapat mendorong penentuan prioritas-prioritas pembangunan yang

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 30


menempatkan manusia sebagai tujuan dan pusat dari aktivitas pembangunan secara
luas (Chakraborty, 2001; Bagolin, 2003).

Pembangunan Manusia Indonesia Seutuhnya


Pembangunan nasional Indonesia sesungguhnya menurut GBHN yang
kemudian diterjemahkan ke dalam Repelita adalah pembangunan yang menganut
konsep yang menghendaki peningkatan kualitas hidup penduduk baik secara fisik,
mental maupun spiritual. Bahkan, secara eksplisit disebutkan bahwa pembangunan
yang dilakukan menitikberatkan pada pembangunan sumber daya manusia secara fisik
dan mental yang mengandung makna adanya peningkatan kapasitas dasar penduduk
yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam
proses pembangunan yang berkelanjutan.

Azas pemerataan sebagai salah satu dari Trilogi pembangunan yang akan
diimplementasikan dalam berbagai program pembangunan, adalah salah satu prinsip
pembangunan manusia. Melalui strategi delapan jalur pemerataan, kebijakan
pembangunan mengarah pada pemihakan terhadap kelompok penduduk yang
tertinggal. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, peningkatan kualitas fisik dan
mental penduduk dilakukan pemerintah melalui pembangunan di bidang pendidikan
dan kesehatan yang program pembangunannya dirancang untuk memperluas
jangkauan pelayanan pendidikan dan kesehatan dasar. Di sektor ekonomi, azas
pemerataan yang diimplementasikan antara lain adalah skema kredit untuk petani
berupa Kredit Usaha Tani (KUT), yang diperkirakan memberikan pengaruh yang
besar oleh karena sektor pertanian menyerap tenaga kerja terbanyak. Selain itu juga
upaya pemberdayaan dilakukan dengan memberikan kredit untuk melakukan uasaha
bagi penduduk miskin melalui program Inpres Desa Tertinggal (IDT) dan
pendukungnya (P3DT) program Kukesra dan Takesra, Program Pengembangan
Kecamatan (PPK).

Penciptaan kesempatan kerja dan kesehatan ditempuh secara makro ekonomi


melalui jalur pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan. Ini karena dengan
tumbuhnya kesempatan kerja dan berusaha akan memungkinkan peningkatan
pendapatan penduduk yang secara nyata. Pada akhirnya akan mengurangi jumlah
penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan. Hal ini merupakan jembatan utama
dalam meningkatkan prinsip pemberdayaan.

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 31


Pembangunan bidang sosial yang sangat mengesankan adalah upaya pengendalian
jumlah penduduk melalui program keluarga berencana. Upaya ini secara nyata telah
berhasil menurunkan angka kelahiran hingga setengahnya yang kemudian
berpengaruh pada pengurangan laju pertambahan penduduk. Dari sudut pandang
pembangunan, keberhasilan mengurangi laju pertambahan penduduk, dalam konteks
Indonesia, sesungguhnya merupakan upaya yang akan mempercepat terjadinya
peningkatan kualitas hidup, oleh karena bagian terbesar penduduk Indonesia ditinjau
dari pelbagai indikator sosial berada pada tingkatan kualitas yang masih rendah.

C. Kebijakan Pembangunan Manusia


Melalui pemahaman yang mendalam atas konsep pembangunan manusia,
penting kiranya bagi para perencana pembangunan untuk melihat keseluruhan
permasalahan dan kebutuhan pembangunan secara komprehensif, sehingga dapat
merumuskan kebijakan yang tepat untuk menyelenggarakan pembangunan manusia di
daerah. Kebijakan yang tepat dalam pembangunan manusia, dapat disusun dari mulai
proses analisis pembangunan manusia, hingga impliksinya terhadap strategi intervensi
dan kebutuhan program-program yang berwawasan pembangunan manusia.

Sesuai dengan konsep global pembangunan manusia sebagaimana diuraikan di depan,


maka kebijakan pembangunan manusia dapat diuraikan sebagai berikut: Pertama,
kebijakan pembangunan manusia haruslah diupayakan pada upaya:

1. Meningkatkan produktivitas. Setiap penduduk harus ditingkatkan kemampuannya


untuk dapat secara kreatif dan mandiri menciptakan pekerjaan, dan atau sumber-
sumber pendapatan yang memungkinkannya untuk dapat hidup layak. Pemerintah,
dalam hal ini, dapat menciptakan iklim yang kondusif guna mendukung upaya
tersebut. Berkaitan dengan ini, pendidikan (formal maupun non formal) dan kesehatan
menjadi aspek penting perlu mendapatkan prioritas.
2. Meningkatkan pemerataan Dalam upaya meningkatkan kemampuan produktivitas
tersebut, setiap penduduk harus memiliki kesempatan yang sama dan akses terhadap
semua sumber daya ekonomi dan sosial yang ada. Berbagai kebijakan pembangunan
yang berwawasan pembangunan manusia, senantiasa berorientasi pada pemerataan
dan hendaknya tidak diskriminatif. Setiap penduduk, laki-laki ataupun perempuan,
dari kota maupun desa, dan pokoknya siapapun agar diupayakan memperoleh
kesempatan dan akses yang sama secara proporsional. Bebagai kemudahan (akses)

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 32


harus diciptakan, baik ekonomi maupun sosial, kepada setiap penduduk. Dalam hal
ini, semua hambatan yang memperkecil kesempatan untuk memperoleh akses tersebut
harus dihapus, sehingga dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan
berpartisipasi dalam kegiatan yang meningkatkan kualitas hidup.
3. Meningkatkan kesinambungan. Pemberian akses terhadap sumberdaya ekonomi
dan sosial, harus dipastikan tidak hanya untuk generasi-generasi sekarang, tetapi harus
dipikirkan juga untuk generasi-generasi mendatang. Semua sumberdaya (fisik,
manusia, dan lingkungan) jangan sampai habis atau rusak, namun harus selalu
diperbaharui. Kebijakan pembangunan ke depan, memberikan prioritas pada upaya
untuk menerapkan konsep pembangunan berwawasan lingkungan secara tepat dan
meluas.
4. Meningkatkan pemberdayaan. Penduduk harus dilibatkan dalam pengambilan
keputusan dan proses yang akan menentukan (membentuk) kehidupan mereka.
Penduduk harus diberikan kesempatan dalam mengambil manfaat dari proses
pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan harus “oleh” penduduk dan bukannya
hanya “untuk“ penduduk/mereka. Dalam hal ini, kebijakan pembangunan manusia
harus senantiasa diarahkan kepada upaya untuk mendorong dan menemukan dan
mengenali permasalahannya sendiri, mengatasi sendiri dan untuk mereka sendiri
dalam batas kemampuannya. Kebijakan mendatang, dalam pembangunan manusia,
harus diarahkan pada proses pemberdayaan masyarakat. Berbagai program
pemberdayaan masyarakat yang akhir-akhir ini digulirkan, dengan demikian menjadi
sangat relevan

D. Indeks Pembangunan Manusia: Pengukuran Pencapaian Pembangunan.


Pembangunan manusia mencakup dimensi yang sangat luas. Upaya membuat
pengukuran pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah
harus dapat memberikan gambaran tentang dampak dari pembangunan manusia bagi
penduduk dan sekaligus dapat memberikan gambaran tentang persentase pencapaian
terhadap sasaran ideal. Indeks pembangunan manusia (IPM) merupakan indikator
komposit tunggal yang walaupun tidak dapat mengukur semua dimensi dari
pembangunan manusia, tetapi mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia
yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar (basic capabilities) penduduk.
Ketiga keamampuan dasar tersebut, yaitu: umur panjang dan sehat yang ditujukan

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 33


untuk mengukur peluang hidup, berpengetahuan dan berketrampilan, serta akses
terhadap sumberdaya yang dibutuhkan untuk mencapai standar hidup layak.

Mengingat IPM dimaksudkan untuk mengukur dampak dari upaya


peningkatan kemampuan dasar tersebut, dengan demikian menggunakan indikator
dampak sebagai komponen dasar penghitungannya, yaitu angka harapan hidup waktu
lahir, pencapaian pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf dan rata-rata
lama sekolah, serta pengeluaran konsumsi. Nilai IPM suatu negara atau wilayah
menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang
ditentukan, yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan
masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang mencapai
standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100,
semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu.

Karena hanya mencakup tiga komponen itu, maka IPM harus dilihat sebagai
penyederhanaan dari realita kompleks, yang tercermin dari luasnya dimensi
pembangunan manusia. Oleh karena itu, pesan dasar IPM perlu dilengkapi dengan
kajian dan analisa yang dapat mengungkapkan dimensi-dimensi pembangunan
manusia yang penting lainnya (yang tidak seluruhnya dapat diukur) seperti kebebasan
politik, kesinambungan dan pemerataan antar generasi.

Selain itu, IPM merupakan alat ukur yang peka untuk dapat memberikan gambaran
perubahan yang terjadi, terutama pada komponen daya beli, yang dalam kasus
Indonesia sudah sangat merosot akibat krisis ekonomi yang terjadi sejak pertengahan
tahun 1997. Krisis ekonomi dan moneter tersebut berdampak pada menurunnya
tingkat pendapatan yang diakibatkan banyaknya PHK dan menurunnya kesempatan
kerja yang kemudian diperparah oleh tingkat inflasi yang tinggi selama tahun 1997-
1998. Menurunnya kesempatan kerja dalam konteks pembangunan manusia,
merupakan terputusnya jembatan yang menghubungkan antara pertumbuhan ekonomi
dengan upaya peningkatan kapasitas dasar penduduk.
Dampak dari krisis pada pembangunan manusia adalah dengan menurunnya daya beli
dan ini juga berarti terjadinya penundaan upaya peningkatan kapasitas fisik dan
kapasitas intelektual penduduk.

Kegunaan IPM

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 34


Sebagai ukuran komposit tunggal, IPM (antara 0-100) merupakan tingkatan
status pembangunan manusia di suatu wilayah yang kemudian akan berfungsi sebagai
patokan dasar perencanaan jika dibandingkan dengan antara waktu untuk memberikan
gambaran kemajuan setelah suatu periode, atau antara wilayah untuk memberikan
gambaran tentang tingkat kemajuan suatu wilayah relatif terhadap wilayah lain. Untuk
lebih memberikan petunjuk tentang status pembangunan manusia di suatu wilayah,
sebagai alat ukur kompleks, IPM harus dikaitkan dengan setiap indikator
komponennya dan berbagai indikator lain yang relevan.

Dalam perencanaan, pemanfaatan IPM terbatas hanya sebagai patokan dasar.


Oleh karena itu, titik perumusan keijakan yang lebih terarah, suatu kajian tentang
pembangunan manusia perlu dilakukan di suatu wilayah untuk memberikan petunjuk
yang lebih jelas tentang arah kebijakan pembangunan di masa datang. Analisis situasi
pembangunan manusia ini dapat dibuat dengan memanfaatkan indikator-indikator
pembangunan manusia (untuk file modul data basis), yang juga dihitung bersamaan
dengan IPM di setiap kabupaten/kotamadya.

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat kinerja
perekonomian, baik di tingkat nasional maupun regional (daerah). Pada dasarnya,
pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan output agregat (keseluruhan barang dan jasa
yang dihasilkan oleh kegiatan perekonomian) atau Produk Domestik Bruto (PDB).
PDB sendiri merupakan nilai total seluruh output akhir yang dihasilkan oleh suatu
perekonomian, baik yang dilakukan oleh warga lokal maupun warga asing yang
bermukim di negara bersangkutan. Sehingga, ukuran umum yang sering digunakan
untuk melihat laju pertumbuhan ekonomi adalah persentase perubahan PDB untuk
skala nasional atau persentase perubahan PDRB untuk skala propinsi atau
kabupaten/kota.
Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan kapasitas dalam
jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan berbagai jenis barang dan jasa
kepada penduduk. Dengan demikian, manifestasi dari pertumbuhan ekonomi
diwujudkan dalam peningkatan output jangka panjang atau secara berkesinambungan
(Todaro, 2000:144).

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 35


Berbagai faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut oleh Todaro
diwujudkan dalam 3 komponen utama. Pertama, akumulasi modal, yang meliputi
semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik
dan modal manusia atau sumberdaya manusia. Kedua, pertumbuhan penduduk yang
selanjutnya akan menambah jumlah angkatan kerja. Ketiga, kemajuan teknologi yang
dalam pengertian sederhananya terjadi karena ditemukannya cara-cara baru atau
perbaikan atas cara-cara lama dalam menangani suatu pekerjaan (Todaro, 2000:137).

Selanjutnya, konsep modal manusia ini menjadi penting sejalan dengan


perkembangan pemikiran, bahwa pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara
tidak hanya didukung oleh kenaikan stok modal fisik dan jumlah tenaga kerja, tetapi
juga peningkatan mutu modal manusia yang memiliki pengaruh kuat terhadap
peningkatan kualitas tenaga kerja serta pemanfaatan kemajuan teknologi. Dalam
konsep pertumbuhan modern, faktor teknologi dalam arti luas yang dianggap konstan
dan ditentukan secara eksogenus oleh aliran pemikiran pertumbuhan tradisional,
dianggap kurang tepat. Faktor teknologi adalah dinamis dan ditentukan oleh
sumberdaya manusia atau mutu modal manusia. Menurut teori pertumbuhan modern,
pertumbuhan ekonomi tidak hanya bersumber dari peningkatan jumlah faktor-faktor
produksi berupa tenaga kerja (L) dan modal fisik (K) saja, tetapi juga dari
produktivitas dari tenaga kerja yang berkaitan erat dengan sejauhmana peningkatan
mutu modal manusia.

Teori pertumbuhan ekonomi modern menetapkan bahwa pertumbuhan ekonomi


dalam jangka panjang akan ditentukan oleh modal fisik (K), tenaga kerja (L) dan
modal manusia (HC). Sehingga pertumbuhan ekonomi secara sederhana dapat
dinotasikan dalam persamaan fungsi sebagai berikut:

Y = F (K, L, Hc, Z), dimana K adalah modal fisik; L adalah tenaga kerja; Hc adalah
mutu modal manusia; dan Z adalah variabel lain yang berperan dalam pertumbuhan
ekonomi, seperti pengeluaran pemerintah untuk meningkatkan mutu modal manusia
dalam bentuk belanja pendidikan dan kesehatan.

Penelitian tentang pertumbuhan ekonomi yang dilakukan oleh Barro (1998) melihat
pengaruh langsung modal manusia yang diwakili oleh tingkat pendidikan dan
pengeluaran pemerintah terhadap PDB serta beberapa variabel lain. Penelitian ini
mengambil sampel 100 negara dan menunjukkan pengaruh positif dari variabel

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 36


pendidikan terhadap laju pertumbuhan PDB per kapita. Dengan demikian, kebijakan
yang dapat meningkatkan tingkat pendidikan penduduk akan meningkatkan laju
pertumbuhan PDB per kapita.

Pertumbuhan ekonomi meningkatkan persediaan sumberdaya yang dibutuhkan


pembangunan manusia. Peningkatan sumberdaya bersama dengan alokasi sumberdaya
yang tepat serta distribusi peluang yang semakin luas, khususnya kesempatan kerja
akan mendorong pembangunan manusia lebih baik. Hal ini berlaku juga sebaliknya,
pembangunan manusia mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tingkat
pembangunan manusia yang tinggi sangat menentukan kemampuan penduduk dalam
menyerap dan mengelola sumber-sumber pertumbuhan ekonomi, baik kaitannya
dengan teknologi maupun terhadap kelembagaan sebagai sarana penting untuk
mencapai pertumbuhan ekonomi (Ramirez, et.al, 1998; Brata, 2004).

Dengan demikian keterkaitan pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi dapat


dipahami dari 2 (dua) arah, yaitu pengaruh dari pertumbuhan ekonomi terhadap
pembangunan manusia dan pengaruh dari pembangunan manusia terhadap
pertumbuhan ekonomi. Keterkaitan antara pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
manusia tidak bisa dianggap linier atau langsung, namun ditentukan oleh sejauhmana
peranan faktor-faktor yang menghubungkan kedua konsep tersebut. Di bawah ini akan
diuraikan lebih terperinci keterkaitan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan
manusia, baik pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia serta
sebaliknya, pengaruh pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi, beserta
faktor-faktor yang mengaitkan keduanya.

Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pembangunan Manusia

Pengaruh pertumbuhan ekonomi terhadap pembangunan manusia dihubungkan


dengan atau dipengaruhi oleh 2 (dua) jalur utama, yaitu jalur aktivitas rumah tangga,
mencakup rumah tangga serta berbagai organisasi kemasyarakatan serta jalur belanja
dan kebijakan pemerintah.

Aktivitas rumah tangga memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan


indikator pembangunan manusia melalui belanja rumah tangga untuk makanan, air
bersih, pemeliharaan kesehatan dan sekolah (UNDP, 1996: Ramirez dkk, 1998: Ranis,
2004). Kecenderungan aktivitas rumah tangga untuk membelanjakan sejumlah faktor
yang langsung berkaitan dengan indikator pembangunan manusia di atas dipengaruhi

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 37


oleh tingkat dan distribusi pendapatan, tingkat pendidikan serta sejauhmana peran
perempuan dalam mengontrol pengeluaran rumah tangga.

Ketika tingkat pendapatan atau PDB per kapita rendah akibat dari pertumbuhan
ekonomi yang rendah, menyebabkan pengeluaran rumah tangga untuk peningkatan
pembangunan manusia menjadi turun. Begitu juga sebaliknya, tingkat pendapatan
yang relatif tinggi cenderung meningkatkan belanja rumah tangga untuk peningkatan
pembangunan manusia. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Ranis (2004), bahwa
pertumbuhan ekonomi memberikan manfaat langsung terhadap peningkatan
pembangunan manusia melalui peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan
akan meningkatkan alokasi belanja rumah tangga untuk makanan yang lebih bergizi
dan pendidikan, terutama pada rumah tangga miskin. Dengan kata lain, peningkatan
pendapatan menurut Sen (1999) memberikan kontribusi secara langsung terhadap
peningkatan kapabilitas penduduk. Banyak studi menyebutkan, peningkatan
pendapatan mendorong peningkatan kesehatan dan pendidikan. Studi di Brazil, Chile
dan Nikaragua menunjukkan, bahwa peningkatan pendapatan berpengaruh terhadap
peningkatan beberapa indikator tingkat kesehatan, seperti rasio usia dengan tinggi
badan serta angka harapan hidup ketika lahir (UNDP, 1996; 68-69). Studi-studi lain
juga menyebutkan, peningkatan pendapatan mempengaruhi tingkat pendidikan.
Angka perkiraan di Brazil menyebutkan, bahwa 10% peningkatan pendapatan
mempengaruhi 5% – 8% peningkatan pendidikan. Begitu juga di Pakistan, terdapat
hubungan yang erat antara peningkatan pendapatan dengan rata-rata tahun pendidikan
yang dapat diselesaikan. Studi Lee (1996) di Korea juga menghasilkan pengaruh yang
signifikan tingkat pendapatan dan beberapa variabel lainnya terhadap rata-rata tahun
sekolah (years of schooling) penduduk.

Disamping ditentukan oleh tingkat pendapatan per kapita penduduk, distribusi


pendapatan juga turut menentukan pengeluaran rumah tangga yang memberikan
kontribusi terhadap peningkatan pembangunan manusia. Pada saat distribusi
pendapatan buruk atau terjadi ketimpangan pendapatan menyebabkan banyak rumah
tangga mengalami keterbatasan keuangan. Akibatnya mengurangi pengeluaran untuk
pendidikan yang lebih tinggi dan makanan yang mengandung gizi baik (Ramirez et.al,
1998). Pengeluaran lebih banyak ditujukan untuk mengkonsumsi makanan yang tidak
mengandung banyak asupan gizi dan nutrisi yang baik (UNDP, 1996). Dengan
demikian, jika terjadi perbaikan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 38


penduduk miskin memperoleh pendapatan yang lebih baik. Peningkatan pendapatan
pada penduduk miskin mendorong mereka untuk membelanjakan pengeluaran rumah
tangganya agar dapat memperbaiki kualitas kesehatan dan pendidikan anggota
keluarga.

Studi Birdsall, Ross dan Sabot (1995) menunjukkan, jika distribusi pendapatan di
Brazil setara dengan di Malaysia, maka tingkat pendidikan anak-anak keluarga miskin
akan meningkat sebesar 40%. Menurut Ranis (2004), jika penduduk miskin
memperoleh pendapatan yang lebih tinggi atau dengan kata lain terjadi pengurangan
tingkat kemiskinan, maka akan berpengaruh terhadap peningkatan pembangunan
manusia melalui peningkatan bagian pengeluaran rumah tangga yang dibelanjakan
untuk makanan yang lebih bergizi dan pendidikan yang lebih tinggi.

Studi Lee (1996) menunjukkan, faktor kesenjangan pendapatan mempengaruhi secara


negatif terhadap pembangunan manusia. Keterbatasan pendapatan akan mengurangi
kemampuan orang tua untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih
tinggi karena anak-anak cenderung dipekerjakan pada usia dini untuk memperoleh
upah dan sumber penghasilan bagi keluarga.

Pertumbuhan ekonomi mempengaruhi pembangunan manusia juga ditentukan oleh


sejauhmana kontrol perempuan dalam alokasi pengeluaran dalam rumah tangga.
Perempuan memiliki andil yang besar dalam mengatur pengeluaran rumah tangga
yang berkaitan langsung dengan pembangunan manusia. Andil perempuan ini
ditentukan oleh tingkat pendidikan perempuan dan bagian pendapatan perempuan
dalam rumah tangga.

Tingkat pendidikan perempuan terutama terkait dengan pengetahuan perempuan


mengenai pemeliharaan kesehatan, gizi dan pendidikan anggota keluarga. Semakin
baik atau tinggi tingkat pendidikan perempuan, semakin baik atau tinggi pengetahuan
kesehatan yang dimiliki dan diharapkan dapat diterapkan dalam mengelola rumah
tangga. Sementara bagian pendapatan perempuan terkait dengan tambahan
pendapatan yang diterima oleh rumah tangga, dan terutama bagi rumah tangga
miskin, tambahan pendapatan ini memiliki manfaat yang besar dalam meningkatkan
kemampuan belanja rumah tangga untuk kebutuhan kesehatan dan pendidikan.
Semakin tinggi kedua faktor ini, maka semakin besar peluang alokasi pengeluaran
rumah tangga yang berkaitan langsung dengan pembangunan manusia. Bahkan

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 39


sebuah studi di Pantai Gading menyebutkan, peningkatan proporsi pendapatan tunai
yang diperoleh perempuan dari total pendapatan rumah tangga mengurangi secara
signifikan konsumsi minuman keras dan rokok (Ramirez, 1998). Pernyataan ini
didukung oleh studi Garcia (1990) di Philipina yang menunjukkan konsumsi kalori
dan protein meningkat seiring dengan peningkatan bagian pendapatan perempuan
dalam rumah tangga.

Sebagaimana telah disinggung di muka, keterkaitan pertumbuhan ekonomi terhadap


pembangunan manusia juga ditentukan oleh sejauhmana efektivitas kebijakan publik
dalam mengalokasikan sumberdaya yang dimilikinya, seperti yang diwujudkan dalam
alokasi pengeluaran Pemerintah.

Menurut Ramirez et.al (1998), UNDP (1996) dan Ranis (2004), mekanisme alokasi
sumberdaya dari Pemerintah yang memiliki efek terhadap peningkatan pembangunan
manusia dinyatakan dalam 3 (tiga) bentuk, yaitu (1) rasio pengeluaran Pemerintah
terhadap PDB total. Rasio ini menyatakan berapa persen proporsi belanja Pemerintah
dari total PDB untuk berbagai pengeluaran; (2) rasio pengeluaran Pemerintah untuk
peningkatan pembangunan manusia terhadap total pengeluaran Pemerintah. Rasio ini
menyatakan proporsi pengeluaran Pemerintah untuk peningkatan pembangunan
manusia dari total pengeluaran Pemerintah; (3) rasio pengeluaran prioritas yang
langsung berkaitan dengan kebutuhan peningkatan pembangunan manusia terhadap
total pengeluaran Pemerintah untuk peningkatan pembangunan manusia. Rasio ini
menyatakan proporsi pengeluaran Pemerintah untuk pembangunan manusia pada
bidang-bidang prioritas atau yang cenderung memiliki efek lebih besar terhadap
peningkatan pembangunan manusia dibandingkan dengan bidang-bidang lainnya.
Disebutkan misalnya, alokasi pengeluaran Pemerintah untuk pendidikan dasar
memiliki sumbangan yang lebih besar terhadap pencapaian indikator pembangunan
manusia pada negara-negara yang baru membangun (early stage of development)
dibandingkan untuk pendidikan tinggi (Ramirez, 1998; 5: UNDP, 1996; 70-71). Salah
satu contoh telah dikemukakan oleh studi Psacharopoulus (1972) yang memaparkan,
bahwa di negara-negara sedang berkembang biaya rata-rata seorang mahasiswa setara
dengan 88 kali biaya seorang siswa SD. Tingginya biaya pendidikan tinggi di negara-
negara sedang berkembang tidak diikuti secara proporsional pendapatan yang
diperoleh dari seseorang lulusan perguruan tinggi (PT) dibandingkan dengan di
negara-negara maju.

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 40


Pandangan di atas sejajar dengan Fatah (1998) yang menyebutkan bahwa lebih
menguntungkan menginvestasikan sumber modal pada tingkat pendidikan yang lebih
rendah daripada memperluas pendidikan tinggi (Danim, 2004;39). Temuan-temuan ini
memberikan pelajaran penting perlunya bidang-bidang prioritas untuk melihat
mekanisme alokasi sumberdaya Pemerintah yang memiliki pengaruh lebih besar
terhadap peningkatan indikator pembangunan manusia, khususnya alokasi
sumberdaya untuk pendidikan.

Ketiga bentuk mekanisme di atas menunjukkan instrumen kebijakan yang dapat


dipergunakan oleh Pemerintah dalam mendorong peningkatan indikator pembangunan
manusia.

Selanjutnya, beberapa argumentasi mengenai perlunya mempertimbangkan


pengeluaran Pemerintah dalam melihat pengaruh pertumbuhan ekonomi
terhadap pembangunan manusia, antara lain: Pertama, pengaruh pertumbuhan
ekonomi terhadap pembangunan manusia terutama melalui jalur peningkatan taraf
kesehatan dan tingkat pendidikan penduduk. Kedua jalur ini menurut Ranis dan
Ramirez (2001) merupakan barang publik yang memerlukan investasi dari
Pemerintah. Investasi untuk barang publik ini merupakan bagian yang berasal dari
pengeluaran Pemerintah, sehingga besar kecilnya pengeluaran Pemerintah untuk
kesehatan dan pendidikan turut menentukan pencapaian indikator pembangunan
manusia (Ranis dan Ramirez, 2001:4). Kedua, tidak ada jaminan dari mekanisme
pasar dalam distribusi pendidikan dan fasilitas kesehatan secara merata bagi
penduduk, terutama penduduk miskin atau di daerah perdesaan. Oleh karena itu,
diperlukan mobilitas dana dari Pemerintah dalam menyediakan berbagai fasilitas
pendidikan dan kesehatan yang dapat dinikmati oleh mayoritas penduduk. Dengan
demikian, pengeluaran publik digunakan sebagai instrumen kebijakan pemerataan
pendidikan dan kesehatan. Hal yang sama juga dinyatakan oleh Chakraborty, bahwa
pengeluaran Pemerintah diperlukan karena adanya kemungkinan dari kegagalan pasar
di satu sisi serta di sisi lain mulai tumbuhnya perhatian terhadap aspek-aspek sosial
dari pembangunan. (Chakraborty, 2001:4). Ketiga, tanpa kebijakan Pemerintah secara
konkrit, pencapaian indikator pembangunan manusia sulit diwujudkan. Pengeluaran
Pemerintah di satu sisi menjadi instrumen mobilitas sumberdaya publik sebagai
komplemen dari sektor privat dalam menyediakan berbagai fasilitas yang mendorong

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 41


peningkatan indikator pembangunan manusia (UNDP, 1996; Ramirez et.al, 1998;
Ranis, 2004).

Temuan empiris membuktikan, pengeluaran Pemerintah, terutama untuk bidang


pendidikan dan kesehatan memiliki efek yang signifikan terhadap peningkatan angka
harapan hidup dan mengurangi angka kematian bayi (UNDP, 1996:72). Sebagaimana
yang dilaporkan dalam studi Chakraborty, peningkatan pengeluaran Pemerintah untuk
kesehatan dan pendidikan sebesar US$ 1.000,00 akan menaikkan IPM sebesar 0,5
(Chakraborty, 2001:14).

BAB III
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Paradigma pembangunan ekonomi telah menjadi acuan konsep maupun teori
ekonomi pembangunan di berbagai belahan dunia. Hukum kemajuan menurut mereka
mesti dengan cara memusnahkan masyarakat tradisi yang lebih mengedepankan
akhlak, moral dan etika dengan menukar tradisi baru yang diusung dari Barat.
Tradisi baru itu mempercayai bahwa manusia mampu menyelesaikan
permasalahan kehidupan ekonominya dengan tanpa harus melibatkan aspek akhlak
maupun etika dalam berbisnis, maka agama mesti dipisahkan daripada aktiviti
ekonomi. Akan tetapi hingga saat ini kemiskinan, kerusakan alam dan berbagai
bentuk ketimpangan social ekonomi, politik terjadi dimana-mana. Bahkan krisis
hutang di eropa juga tidak kunjung selesai, tidak lain disebabkan karena
dampak nyata dari system kapitalis yang kotor, korup dan menodai fitrah
manusia.
Dalam paradigma pertumbuhan ini, kinerja pembangunan hanya diukur dari
indikator-indikator makro ekonomi, seperti pertumbuhan pendapatan riil per kapita,
tingkat pendidikan dan angka harapan hidup. Laju pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh beberpa faktor diantaranya faktor sosial, ekonomi dan politik dan tujuan akhirnya
yaitu pembangunan manusia. Tujuan akhir dari sebuah pembangunan ialah untuk
meningkatkan pembangunan manusia karena pembangunan tersebut merupakan
sebuah sarana dan prasana untuk meningkatkan pembangunuan manusia. Ketika
pembangunan manusia di suatu wilayah atau daerah mengalami peningkatan tentu hal
tersebut juga nantinya akan berdampak kepada perekonomian di suatu wilayah atau

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 42


daerah tersebut bahkan akan memberikan peningkatan ekonomi bagi Negara itu
sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Midgley, James. 1995. Social Development: The Developmental Perspektive in Social


Welfare. London: SAGE Publication Inc Press.

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfabeta

Sisworahadjo, Suwantji. Kumpulan Bahan Kuliah Pembangunan Sosial. Pasca FISIP UI

Prof. Dr. Syam Nur, M.Si. 2011. Ekonoi Politik dan Paradigma Pembangunan.
Official Site Universitas Islam Negeri Surabaya http://nursyam.uinsby.ac.id/
(Diakses pada tanggal 02 November 2018)

Prof. Dr. Rachbini Didick. 2009. Paradigma Ekonomi Politik Pembangunan Indonesia.
Perpustakaan Online http://perpusol-samsam.blogspot.com/ (Diakses pada tanggal
02 November 2018)

Suryono Agus. 2010. Ekonomi Politik Pembangunan. Lecture Universitas Brawijaya


http://4gussuryono.lecture.ub.ac.id/ (Diakses pada tanggal 02 November 2018)

Suyanto, Didit. (20116). Konsep dan Kebijakan Pembangunan Indonesia. Literatur Online
https://trimongalah.wordpress.com/2016/02/04/konsep-dan-kebijakan-pembangunan-
manusia/. (Diakses pada Tgl 03 November 2018).

Nugraha, Galih, Yudha. (2015). Indeks Pembangunan Manusia. Academia.edu.


https://www.academia.edu/15274643/makalah_indeks_pembangunan_manusia_IPM/.
(Diakses pada tgl 03 November 2018).

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 43


Matahariku. (2009). Pembangunan Manusia dan Pertumbuhan Ekonomi. Matahariku1.
https://matahariku1.wordpress.com/2009/08/12/pembangunan-manusia-pertumbuhan-
ekonomi-memungut-celah-dialektik/. (Diakses pada Tgl 03 November 2018).

Paradigma Pembangunan Perekonomian Indonesia | Kelompok 1 Page 44

Anda mungkin juga menyukai