Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH TENTANG PAJAK

Nama : Dea Rika Safitri

Kelas : XI AKL 2

Guru : Lelyana Pasaribu M.PD.

Sekolah Menengah kejuruan Negri 3 Seluma


Tahun Pelajaran 2021/2022
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pajak” dengan tepat
waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas. Selain itu, makalah ini bertujuan
menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Lelyana Pasaribu. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran
dan kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Bengkulu, 21 Juli 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................


B. Rumusan Masalah ............................................................
C. Tujuan ...............................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

A. Definisi Pajak ..................................................................


B. Fungsi Pajak ....................................................................
C. Jenis – jenis pajak ............................................................
D. Fungsi pajak dalam perekonomian indonesia ..................
E. Konsep Pajak Indonesia ..................................................
F. Sanksi Pajak ....................................................................
G. Pajak Dalam Perusahaan .................................................

BAB III : PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS


BAB IV : PENUTUP

A. Kesimpulan .....................................................................

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A LATAR BELAKANG

Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang


digunakan untuk pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat. Oleh karena itu, sektor pajak memegang peranan penting
dalam perkembangan kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa
sulitnya negara melakukan pemungutan pajak karena banyaknya wajib pajak
yang tidak patuh dalam membayar pajak merupakan suatu tantangan tersendiri.
Pemerintah telah memberikan kelonggaran dengan memberikan peringatan
terlebih dahulu melalui Surat Pemberitahuan Pajak (SPP). Akan tetapi, tetap
saja banyak wajib pajak yang lalai untuk membayar pajak bahkan tidak sedikit
yang cenderung menghindari kewajiban tersebut.
Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanisme yang dapat
memberikan daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum. Salah
satu mekanisme tersebut adalah gijzeling atau lembaga paksa badan.
Keberadaan lembaga ini masih kontroversial. Beberapa kalangan beranggapan
bahwa pemberlakuan lembaga paksa badan merupakan hal yang berlebihan. Di
lain pihak, muncul pula pendapat bahwa lembaga ini diperlukan untuk
memberikan efek jera yang potensial dalam menghadapi wajib pajak yang
nakal.

B. Rumusan masalah

1. Apa pengertian Pajak ?


2. Sebutkan fungsi Pajak?
3. Apa Saja jenis Pajak?
4. Bagaimana Fungsi Pajak Dalam Pererkonomian Indonesia?
5. Bagaimana konsep pajak?
6. Apa saja Sanksi pajak?
7.Bagaimana Pajak dalam perusahaan?
C. Tujuan Dan Manfaat

Tujuan penulisan makalah dan mengangkat tema mengenai “pajak” ini adalah
guna memenuhi tugas.

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan pembaca


tentang masalah Perpajakan. Selain itu supaya ada kesadaran pada diri penulis
maupun pembaca untuk tertib membayar pajak.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Definisi Pajak
Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang
Undang dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk
dan digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (routine) dan
pembangunan. Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pajak
adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang
wajib membayarnya menurut peraturan perundang-undangan, dengan tidak
mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya
untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas
negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Berdasarkan Pasal 1 Angka 1
Undang Undang nomor 28 Tahun 2007, Undang Undang Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka pengertian pajak adalah kontribusi
wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan im balan
secara langsung dan digunakan dan digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Menurut Prof.Dr. Rochmat Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat


kepada kas negara berdasarkan Undang Undang (yang dapat dipaksakan)
dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat
ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum.Sedangkan menurut Dr. Soeparman Soemohamijaya, pajak adalah iuran
wajib berupa uang atau barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
norma-norma hukum guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum. Dari definisi definisi tersebut,
masyarakat jelas harus ada bagi timbulnya pajak. Hal tersebut dapat dimengerti
karena pajak diadakan guna memenuhi kebutuhan bersama (masyarakat) atau
kepentingan umum. Sementara itu kepentingan dan kebutuhan pribadi masing-
masing warga dipenuhi bukan dengan uang pajak. Tanpa adanya masyarakat
maka tentu tidak akan ada pajak. Oleh karena itu pajak dapat dipandang sebagai
sebuah peralihan kekayaan dari satu pihak ke pihak lain, yakni dari rakyat
selaku Wajib Pajak kepada pemerintah, maka dengan sendirinya tentu ada pihak
yang melakukan pemungutan atau menerima peralihan kekayaan itu, dalam hal
ini maksudnya adalah pemerintah.
Tugas pemerintah pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk
menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Itulah sebabnya pemerintah harus
tampil kedepan dan turut campur tangan, bergerak aktif dalam bidang
kehidupan masyarakat, terutama bidang perekonomian guna tercapainya
kesejahteraan rakyat. Demi berhasilnya usaha ini, negara mencari
pembiayaannya dengan cara menarik pajak. Penarikan atau pemungutan pajak
adalah suatu fungsi yang harus dilaksanakan oleh negara sebagai suatu fungsi
esensial. Tanpa pemungutan pajak sudah bisa dipastikan bahwa keuangan
negara akan lumpuh lebih lebih lagi bagi negara yang sedang membangun
seperti Indonesia, atau negara yang baru bebas dari belenggu kolonialis, pajak
merupakan darah bagi tubuh negara. Dapat disimpulkan, bahwa landasan
filosofis pemungutan pajak didasarkan atas pendekatan “Benefit Approach”
atau pendekatan manfaat. Pendekatan ini merupakan dasar fundamental atas
dasar filosofis yang membenarkan negara melakukan pemungutan pajak sebagai
pungutan yang dapat dipaksakan dalam arti mempunyai wewenang dengan
kekuatan pemaksa.
B.Fungsi Pajak
Pajak mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan bangsa. Ada
beberapa fungsi pajak. Di antaranya adalah sebagai berikut..
a. Fungsi Anggaran (Budgetair) : Fungsi budgetair disebut sebagai
fungsi utama pajak atau fungsi fiskal (fiscal function), yaitu suatu fungsi
dimana pajak dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara
optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang
berlaku. Fungsi ini disebut fungsi utama karena fungsi inilah yang secara
historis pertama kali timbul. Di sini pajak merupakan sumber pembiayaan
negara yang terbesar.
b. Sebagai Alat Pengatur (Regulerend) : Fungsi ini mempunyai
pengertian bahwa pajak dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mencapai
tujuan tertentu. Sebagai contoh, ketika pemerintah berkeinginan untuk
melindungi kepentingan petani dalam negeri, pemerintah dapat
menetapkan pajak tambahan, seperti pajak impor atau bea masuk, atas
kegiatan impor komoditas tertentu.
c. Sebagai Alat Penjaga Stabilitas : Pemerintah dapat menggunakan
sarana perpajakan untuk stabilisasi ekonomi. Sebagian barang-barang
impor dikenakan pajak agar produksi dalam negeri dapat bersaing. Untuk
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan menjaga agar defisit perdagangan
tidak semakin melebar, pemerintah dapat menetapkan kebijakan pengenaan
PPnBM terhadap impor produk tertentu yang bersifat mewah. Upaya
tersebut dilakukan untuk meredam impor barang mewah yang
berkontribusi terhadap defisit neraca perdagangan
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan : Pemerintah membutuhkan dana
untuk membiayai pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya dan
jembatan. Kebutuhan akan dana itu dapat dipenuhi melalui pajak yang
hanya dibebankan kepada mereka yang mampu membayar pajak. Namun
demikian, infrastruktur yang dibangun tadi, dapat juga dimanfaatkan oleh
mereka yang tidak mampu membayar pajak.
C. Jenis-Jenis Pajak

Jenis pajak banyak ragamnya. Keragaman ini tergantung dari sisi mana
kita melihatnya. Pembagian pajak dapat dilihat dari siapa yang menanggung
pajak, lembaga yang memungut, dan sifatnya.
a. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Pihak yang Menanggung
Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak dibedakan atas pajak
langsung dan tidak langsung.

 Pajak Langsung (Direct Tax) : Pajak langsung adalah pajak yang


dikenakan secara berkala terhadap seseorang atau badan usaha
berdasarkan ketetapan pajak. Pajak langsung dipikul sendiri oleh wajib
pajak. Contoh pajak langsung adalah pajak penghasilan dan pajak bumi
dan bangunan
 Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax) : Pajak tidak langsung adalah pajak
yang dikenakan atas perbuatan atau peristiwa. Pemungutan pajak itu
dipungut tanpa surat penetapan pajak dan bisa dialihkan pada pihak lain.
Contoh pajak tidak langsung adalah pajak pertambahan nilai, pajak
penjualan, dan cukai. Pada pajak pertambahan nilai, pajak penjualan dan
cukai, yang memungut adalah perusahaan dan yang menanggung adalah
konsumen.
b. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Lembaga Pemungut

Sementara itu, berdasarkan lembaga pemungut, pajak dibedakan atas


pajak negara (pemerintah pusat) dan pajak daerah (pemerintah daerah).

 Pajak Negara : Pajak negara adalah pajak yang pemungutannya


dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Pajak yang termasuk pajak negara
adalah pajak penghasilan, pajak tambahan nilai barang dan jasa dari pajak
penjualan atas barang mewah.
 Pajak Daerah : Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah, baik oleh daerah tingkat I maupun oleh pemerintah daerah tingkat
II. Pajak daerah digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai
rumah tangganya. Contoh pajak daerah antara lain pajak pemotongan
hewan, pajak radio, pajak reklame, pajak kendaraan, pajak bermotor, dan
pajak hiburan.
c. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan atas pajak subjektif dan pajak
objektif

 Pajak Subjektif : Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada


subjeknya (wajib pajak). Contohnya pajak penghasilan dan pajak bumi
dan bangunan
 Pajak Objektif : Pajak objektif adalah pajak yang dipungut berdasarkan
objeknya tanpa memperhatikan wajib pajak. Contoh pajak penjualan dan
cukai.

D. FUNGSI PAJAK DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA


Sejak dilaksanakannya program pembangunan nasional pada tahun 1969,
secara bertahap kondisi perekonomian nasional semakin lama semakin
meningkat. Hal ini ditandai dengan peningkatan GDP perkapita masyarakat
kurang dari US$ 100 menjadi sekitar US$ 3000 pada tahun 2011. PDB
Indonesia pada tahun 2011 sekitar US$ 854 milyar. Peningkatan GDP perkapita
yang sangat signifikan ini tentunya harus disertai dengan tersedianya dana untuk
pembangunan ekonomi sehingga proses pembangunan ekonomi dapat
berlangsung secara berkelanjutan. Pada sisi lainnya laju pertumbuhan ekonomi
nasional tercatat rata -rata tumbuh di atas 6% pertahun, laju ini sempat
mengalami penurunan pada saat krisis ekonomi pada tahun 1998 yang
menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi menjadi negatif. Perubahan sistem
politik pada tahun 1999 menyebabkan adanya perubahan dalam kebijakan
ekonomi makro yang menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi menjadi
kembali di atas 6% pertahun. Prestasi ekonomi tersebut menempatkan Indonesia
menjadi negara anggota G 20 dan saat ini akan menjadi kelompok negara
Industri bersama Brasil, India, China dan Rusia.

Pada awal pembangunan ekonomi sumber dana pembangunan banyak


bertumpu pada sektor migas sebagai penyumbang anggaran pembangunan
nasional. Hal ini terlihat pada tahun 1980 yang tingkat sumbangan sektor migas
mencapai 13% dari PDB. Ketersediaan cadangan migas yang terus berkurang
menyebabkan sumbangan sektor migas mengalami penurunan . Untuk menjaga
proses pembangunan ekonomi maka sektor pajak harus mampu menjadi sumber
pembiayaan pembangunan nasional. Pada awal pembangunan peranan sektor
pajak masih sekitar 6 % dari PDB nasional jumlah tersebut semakin lama
semakin meningkat sehingga mencapai 13% dari PDB pada tahun 2010. Rasio
pajak tersebut masih dapat ditingkatkan menjadi 15% dari PDB. Untuk itu
diperlukan perubahan dalam sistem perpajakan dan berbagai kebijakan yang
tujuannya menekan tingkat kebocoran dari sektor pajak sebagai akibat dari
sistem pemungutan maupun peraturan hukum yang masih lemah. Jumlah wajib
pajak masih rendah, penyalahgunaan kewenangan aparat pajak, manipulasi
pajak , korupsi dan beragam kejahatan pajak lainnya menunjukkan bahwa
tingkat penarikan pajak masih jauh dibawah 15% dari PDB nasional. Sementara
dari jenis pungutan pajaknya dapat dibedakan menjadi pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak dari
pemerintah pusat meliputi; PPH, PPN, PBB, Pajak ekspor, Bea Masuk, Cukai,
serta beberapa pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah seperti PKB, Pajak
reklame, Pajak Hotel dan restoran. Fokus utama dalam penulisan ini adalah
pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat. Secara garis besarnya pajak yang
dipungut pemerintah pusat terdiri dari pajak langsung dan pajak tidak langsung
(Sadono Sukirno 1997).

Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya


dari sektor privatkepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran
bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama,
berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk
kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan
keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan
kebutuhan masyarakat.

Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah


disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan
umum dan tata caraperpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat''Dari berbagai definisi yang diberikan terhadap pajak baik pengertian
secara ekonomis (pajak sebagai pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor
pemerintah) atau pengertian secara yuridis (pajak adalah iuran yang dapat
dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan tentang unsur-unsur yang terdapat pada
pengertian pajak antara lain sebagai berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam
undang-undang."

2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi perseorangan)yang dapat


ditunjukkan secara langsung.Misalnya, orang yang taat membayar pajak
kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang
yang tidak membayar pajak kendaraan bermotor.

3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum


pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin
maupun pembangunan.

4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib


pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi
sesuai peraturan perundag-undangan.

5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi kasnegara/anggaran


negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau
melaksanakan kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi
mengatur / regulatif). Di tinjau dari segi Lembaga Pemungut Pajak dapat di
bagi menjadi dua jenis yaitu: Pajak Nasional Sering disebut juga pajak pusat
yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat yang terdiri dari:

• Pajak Penghasilan, diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak


Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan UU Nomor 36 Tahun 2008.

• Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Diatur
dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UU No. 42
Tahun 2009.

• Bea Materai , UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai

• Bea Masuk, UU No. 10 Tahun 1995 jo. UU No. 17 Tahun 2006 tentang
Kepabeanan.

• Cukai, UU No. 11 Tahun 1995 jo. UU No. 39 Tahun 2007 tentang Cukai.
Sesuai UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut
jenis-jenis pajak daerah: Pajak Provinsi terdiri dari: a.Pajak Kendaraan
Bermotor; b.Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c.Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor; d.Pajak Air Permukaan; dan e.Pajak Rokok. Jenis Pajak
Kabupaten/Kota terdiri atas: a.Pajak Hotel; b.Pajak Restoran; c.Pajak Hiburan;
d.Pajak Reklame; e.Pajak Penerangan Jalan; f.Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan; g.Pajak Parkir; h.Pajak Air Tanah; i.Pajak Sarang Burung Walet;
j.Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan. Secara umum ada beberapa undang undang
yang mengatur tentang pajak yang berlaku di Indonesia. Undang -undang
tersebut adalah;

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata


Cara Perpajakan stdd Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan


stddUndang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan


Pajak Penjualan atas Barang Mewah stdd Undang-Undang Nomor 42 Tahun
2009.

4. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan stdd Undang-


Undang Nomor 17 Tahun 2006.

5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai stdd Undang-Undang


Nomor 39 Tahun 2007.

Pajak dapat dibedakan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung,
pajak langsung berarti jenis pungutan pemerintah secara langsung dikumpulkan
dari pihak yang wajib membayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan
perusahaan yang menjalankan kegiatan dan memperolehkeuntungan wajib
membayar pajak. Pajak yang dipungut dan dikenakan atas pendapatan
pendapatan mereka dinamakan pajak langsung, yaitu pajak yang secara
langsung dipungut dari orang yang berkewajiban untuk membayar pajak.
Sementara pajak tak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dipindah
pindahkan ke pihak lain. Biasanya , pada akhirnya yang akan menanggung
beban pajak tersebut adalah para konsumen ( Soekirno 1997) . Selanjutnya
dikatakan bentuk pungutan pajaknya terdiri dari pajak regresif, pajak
proposional dan pajak progresif.

Pemungutan pajak tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada


masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak.
Namun bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana
yang kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan
pajak harus memenuhi persyaratan yaitu: Pemungutan pajak harus adil, Seperti
halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan
dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil
dalam pelaksanaannya. Contohnya:

1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak

2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat


sebagai wajib pajak

3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan


berat ringannya pelanggaran.

Pengaturan pajak harus berdasarkan Undang Undang, Sesuai dengan


Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk
keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:

• Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU


tersebut harus dijamin kelancarannya

• Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara
umum

• Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak

Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian, Pemungutan pajak harus


diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian,
baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan
sampai merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha
masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah.
Pemungutan pajak harus efisien, Biaya-biayayang dikeluarkan dalam rangka
pemungutan pajak harus diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima
lebih rendah daripada biaya pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem
pemungutan pajak harus sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan
demikian, wajib pajak tidak akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak
baik dari segi penghitungan maupun dari segi waktu. Sistem pemungutan pajak
harus sederhana, Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan
keberhasilan dalam pungutan pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan
wajib pajak dalam menghitung beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan
memberikan dapat positif bagi para wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran
dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika sistem pemungutan pajak rumit,
orang akan semakin enggan membayar pajak.Contoh:

• Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif

• Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu
10%

• Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan


disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan
maupun perseorangan (pribadi)
a. Asas Pemungutan Pajak

Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan
besar kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka
semakin tinggi pajak yang dibebankan. Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh
negara harus digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk
kepentingan umum. Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Asas kesamaan: dalam
kondisi yang sama antara wajib pajak yang satu dengan yang lain harus
dikenakan pajak dalam jumlah yang sama (diperlakukan sama). Asas beban
yang sekecil-kecilnya: pemungutan pajak diusahakan sekecil-kecilnya
(serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan nilai obyek pajak sehingga
tidak memberatkan para wajib pajak.

3. Menurut Adolf Wagner, asas pemungutan pahak adalah sebagai berikut:


Asas politik finansial: pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai
sehingga dapat membiayai atau mendorong semua kegiatan negara. Asas
ekonomi: penentuan obyek pajak harus tepat, misalnya: pajak pendapatan, pajak
untuk barang-barang mewah Asas keadilan: pungutan pajak berlaku secara
umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi yang sama diperlakukan sama pula.
Asas administrasi: menyangkut masalah kepastian perpajakan (kapan, dimana
harus membayar pajak), keluwesan penagihan (bagaimana cara membayarnya)
dan besarnya biaya pajak. Asas yuridis: segala pungutan pajak harus
berdasarkan Undang-Undang. Asas Pengenaan Pajak Agar negara dapat
mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang pribadi atau badan lain
yang bukan warganya, tetapi mempunyai keterkaitan dengan negara tersebut,
tentu saja harus ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya. Sebagai contoh di
Indonesia, secara tegas dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-Undang
Dasar 1945 bahwa segala pajak untuk keuangan negara ditetapkan berdasarkan
undang-undang. Untuk dapat menyusun suatu undang-undang perpajakan,
diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan oleh negara
untuk mengenakan pajak. Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai oleh
negara sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan pajak,
khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling sering
digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah:

1. Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence


principle): berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan,
apabila untuk kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan
penduduk (resident) atau berdomisili di negara itu atau apabila badan
yang bersangkutan berkedudukan di negara itu. Dalam kaitan ini, tidak
dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan dikenakan pajak itu
berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini, dalam
sistem pengenaan pajak terhadap penduduk-nya akan menggabungkan
asas domisili (kependudukan) dengan konsep pengenaan pajak atas
penghasilan baik yang diperoleh di negara itu maupun penghasilan yang
diperoleh di luar negeri (world-wide income concept).

2. Asas sumber: Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan


pajak atas suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi
atau badan hanya apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu
diperoleh atau diterima oleh orang pribadi atau badan yang bersangkutan
dari sumber-sumber yang berada di negara itu. Dalam asas ini, tidak
menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status dari orang atau badan
yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi landasan
pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara
itu. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di Indonesia maka dari
penghasilan yang didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh
pemerintah Indonesia.

3. Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas


kewarganegaraan (nationality/citizenship principle): Dalam asas ini, yang
menjadi landasan pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari
orang atau badan yang memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas ini,
tidaklah menjadi persoalan dari mana penghasilan yang akan dikenakan
pajak berasal. Seperti halnya dalam asas domisili, sistem pengenaan pajak
berdasarkan asas nasionalitas ini dilakukan dengan cara menggabungkan
asas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas world wide
income. Terdapat beberapa perbedaan prinsipil antara asas domisili atau
kependudukan dan asas nasionalitas atau kewarganegaraan di satu pihak,
dengan asas sumber di pihak lainnya. Pertama, pada kedua asas yang
disebut pertama, kriteria yang dijadikan landasan kewenangan negara
untuk mengenakan pajak adalah status subjek yang akan dikenakan pajak,
yaitu apakah yang bersangkutan berstatus sebagai penduduk atau
berdomisili (dalam asas domisili) atau berstatus sebagai warga negara
(dalam asas nasionalitas). Di sini, asal muasal penghasilan yang menjadi
objek pajak tidaklah begitu penting. Sementara itu, pada asas sumber,
yang menjadi landasannya adalah status objeknya, yaitu apakah objek
yang akan dikenakan pajak bersumber dari negara itu atau tidak. Status
dari orang atau badan yang memperoleh atau menerima penghasilan tidak
begitu penting. Kedua, pada kedua asas yang disebut pertama, pajak akan
dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh dimana saja (world-wide
income), sedangkan pada asas sumber, penghasilan yang dapat dikenakan
pajak hanya terbatas pada penghasilan-penghasilan yang diperoleh dari
sumber-sumber yang ada di negara yang bersangkutan.
b. Fungsi Pajak Dalam Ekonomi

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan


bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
pengeluarantermasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka
pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu:

1. Fungsi anggaran (budgetair) , Sebagai sumber pendapatan negara, pajak


berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk
menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan,
negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti
belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uangdikeluarkan dari
tabunganpemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi
pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus
ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin
meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

2. Fungsi mengatur ( regulated ), Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan


ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak
bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar
negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Dalam
rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea
masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

3. Fungsi stabilitas, Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk


menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain
dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak,
penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

4. Fungsi redistribusi pendapatan, Pajak yang sudah dipungut oleh negara


akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk
juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka
kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat. Perkembangan Ekonomi Indonesia Dalam
penelitian ini tujuan utamanya adalah memberikan gambaran secara
komprehensif perkembangan pajak selama kurun waktu 1970-2010 dalam
kaitanya dengan pembangunan ekonomi nasional. Selama kurun waktu
tersebut telah terjadi perubahan struktur perekonomian Indonesia dari
perekonomian agraris menjadi ekonomi industry.

Perubahan struktur ekonomi tersebut tentu akan mempengaruhi struktur


pendapatan masyarakat. Dalam masyarakat dengan ekonomi industry jumlah
lapaisan masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas jauh lebih banyak
dibandingkan dengan awal pembangunan ekonoi Indonesia. Pada awal
pembangunan ekonomi peranaan sector pertanian sebesar46,9 % dari PDB,
sector pertambangan 9,4%, sektor Industri sebesar 8,3 % dari PDB , sektor
Listrik dan gas sebesar 0,4%, sektor bangunan 2,4%, sektor pengangkutan dan
komunikasi 3,3 % dan sektor perdagangan dan jasa- jasasebesar 29,3 % dari
PDB. Dominasi yang besar di sektor pertanian pada tahun 1970 menimbulkan
beragam masalah dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Tingkat kemiskinan
cukup tinggi karena luas tanah pertanian yang sempit dan banyaknya buruh tani
mengakibatkan hasil yang di dapat dari usahapertanian tidak mampu memenuhi
kebutuhan hidup masyarakat petani. Dengan banyaknya masyarakat yang
bekerja disektor ini maka banyak terjadi fenomena under employment dan
pengangguran terselubung.

Dengan demikian tingkat pendapatan penduduk menjadi rendah karena


pekerja tidak mampu bekerja secara penuh waktu. Pemerintah orde baru yang
menggantikan pemerintahan orde lama melakukan program pembangunan
ekonomi secara besar-besaran yang didukung dengan investasi asing dan hutang
luar negeri. Hasil dari program pembangunan nasional dapat dirasakan adanya
perubahan dalam struktur ekonomi. Dalam kurun waktu sekitar 40 tahun terjadi
perubahan komposisi PDB Indonesia berdasarkan sektor ekonomi. Pada tahun
2010 peranan sektor pertanian turun menjadi 13,6 % dari PDB , Sektor
pertambangan 8,3 %, sektor Industri menjadi 26,2 %, sektor listrik dan gas
sebesar 0,8 % , sektor bangunan sebesar 6,4 %, sektor pengangkutan dan
komunikasi sebesar 8,8% dan sektor perdagangan dan jasa-jasa menjadi 35,6 %.
Penurunan peranan sektor pertanian dari 46% menjadi 13,6 % merupakan
konsekuensi dari proses industrialisasi yang dibiayai dengan modal asing dan
hutang luar negri. Peranan sector industri dalam perekonomian nasional
meningkat tajam dari 8,3 % menjadi 26,2 %, hal ini juga terjadi dalam sector
bangunan dan sector pengangkutan yang meningkat masing masing menjadi
6,4% dan 8,8%. Artinya selama proses pembangunan ekonomi telah terjadi
pergeseran dari perekonomian dengan dominasi sektor pertanian menjadi
perekonomian yang didominasi oleh sektor industri, bangunan dan
pengangkutan.

Perubahan ini tentunya merupakan hasil dari pertumbuhan ekonomi selama


proses pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
selama ini rata rata tumbuh lebih dari 6 %. Pertumbuhan ekonomi tersebut telah
merubah Indonesia dari negara miskin dengan pendapatan perkapita kurang dari
US$ 100 pada tahun 1970 menjadi sekitar US$ 3000 padatahun 2010. (lihat
tabel 1). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak lepas dari program kerja
pemerintahan orde baru yang dikenal dengan Trilogi Pembangunan yaitu;

1.Pemerataan pembangunan dan hasil hasilnya.

2.Pertumuhan ekonomi yang tinggi.

3.Stabilitas nasional yang dinamis.

Dengan melaksanakan program tersebut secara konsisten harus diakui


bahwa pemerintah orde baru memang berhasil meningkatkan taraf hidup
masyarakat Indonesia dari negara dengan predikat miskin menjadi negara
dengan pendapatan menengah. Memang keberhasilan dalam pembangunan
ekonomi tersebut tidak menafikan bahwa tingkat kebebasan dalam
mengemukakan pendapat dan organisasi sangat dibatasi. Demikian juga dengan
keberadaan partai politik yang tidak berfungsi secara efektif sehingga tidak ada
pengawasan dan control yang efektif dari partai mengakibatkan banyaknnya
penyimpangan dalam proses pembangunan ekonomi. Hali ini mengakibatkan
munculnya ekonomi biaya tinggi yang menghasilakan inefisiensi dalam proses
pembangunan ekonomi. Tinggginya tingkat korupsi dan birokrasi yang panjang
menybabkan daya saing Indonesia dengan negara negara lain menjadikurang
kompetitif.
c. Pajak Dalam Pembangunan

Agar supaya proses pertumbuhan ekonomi terus berlangsung dengan


tingkat pertumbuhan di atas 6 persen pertahun maka diperlukan investasi dalam
jumlah yang sangat besar. Salah satu sumber investasi itu adalah dari sector
perpajakan. Pada awal periode pembangunan ekonomi pernanan ektor pajak
sekitar 6 % dari PDB dengan jumlah pajak sebesar Rp 174 milyar, PDB
Indonesia pada masa itu masih pada kisaran Rp 2,7 trilyun. Pada tahun1975
peranan sector pajak meningkat menadi 7 % dari PDB dan terus meningkat pada
tahun 1990 menjadi 9%. Pada waktu bonanza minyak pada periode 1980- 1990
peranan sector ini sempat menurun menjadi 5 % dari PDB. Era kejayaan
minyak dengan cepat menyusut sebagai akibat dari tingginya konsumsi minyak
domestic dan melambatnya tingkat produksi minyak domestic.Hal initentu
berimplikasi pada pendapatan pemerintah yang masih mengandalkan sector
migas sebagai sumber pembiayaan pembangunan. Pada tahun 1984 pemerintah
melakukan perubahan UU pajak lama dengan UU pajak baru yang menerapkan
system full assessment yang mampu meningkatkan pendapatan pajak negara.
Jumlah penerimaan pajak meningkat cepat dari sekitar 7 % dari PDB menjadi
9% dari PDB padatahun 1989. Secara bertahap tingkat penerimaan paja terus
mengalami peningkatan menjadi 11% dari PDB pada tahun 1995 sampai tahun
2000. Setelah tahiun 2000 tingat rasio pajak relative konstan pada kisaran 12
sampai 13 persen dari PDB . Persoalan mendasar dari rendahnya tingkat tax
rasio lebih banyak disebabkan oleh perilaku aparat pajak dan system
administrasipajak yang tidak transparan. Berbagai kasus penyelewengan dan
korupsi dari aparat pajak mengindikasikan buruknya moral sebagian aparat
pajak dan lemahnya pengawasan dari pimpinan dan masyarakat. Dari sisi
tingkat pertumbuhan ekonomi nasional selama periode yangsama terlihat bahwa
laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pada tingkat rata rata 6 sampai 10
persen pertahun. Pertumbuhan ekonomi pernah mengalami penurunan bahkan
sampai minus pada waktu krisis ekonomi tahun1998. Setelah dilakukan
restrukturisasi laju pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan menjadi
4 persen dan kemudian meningkat menjadi 6,2 persen pada tahun 2010. Laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini menjadikan Indonesia negara yang
mengalami laju pertumbuhan ekonomi tinggi selain China dan India selama satu
decade terakhir.
E. Konsep Pajak Indonesia

Mekanisme Pembayaran Pajak


1. Membayar sendiri pajak PPh Pasal 25 (LS), PPh Pasal
terutang 29
2. Melalui pemungutan pihak PPh Psl. 4 ayat (2), Psl 15, Psl
lain 21, 22, 23 serta PPh Pasal 26
3. Pemungutan oleh pihak
PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
penjual
PBB , BPHTB, BEA
4. Pembayaran pajak lainnya
METERAI

Mekanisme pelaporan pajak


SPT Tahunan
Surat Pemberitahuan (SPT)
SPT Masa

Tarif Pajak

Presntase Tarif Marginal, Efektif

Proporsional (PPN), Progresif,


Struktur Tarif
Degresif, Tetap (Materai)
F. Sanksi Pajak

Setiap orang yang dengan sengaja :

 Memperlihatkan pembukuan atau pencatatan yang palsu


 Tidak menyelenggarakan pembukaan atau pencatatan di Indonesia
 Tidak memperhatikan atau tidak meminjamkan buku, catatan atau
dokumen lain
 Tidak menyimpan buku, catatan atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan

Dan menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, akan :

 Dipidana dengan pidana penjara 6 bulan – 6 tahun


 Denda 2-4 kali jumlah pajak terutang yang tidak/kurang bayar
G. Pajak Dalam Perusahaan

a. Pajak atas Penghasilan Perusahaan


i. Dibayar langsung oleh perusahaan :
1. Angsuran pajak (PPh 25)
2. Pembayaran pajak akhir tahun (PPh 28/29)
ii. Dipotong oleh pihak lain (final, tidak final, 22, 23)
iii. Laporan laba rugi akan mempengaruhi jumlah beban pajak
dan di Neraca  utang pajak / pajak dibayar dimuka
b. Kewajiban memotong pajak pihak lain (with holding tax)
i. Pajak atas penghasilan yang diterima pihak lain (21, 23, 26)
ii. PPN  pajak atas penyerahan barang / jasa kena pajak
iii. Tidak muncul dalam laporan laba rugi, tetapi di Neraca
sebagai utang atau pajak dibayar dimuka
c. Pajak Lainnya
i. PBB, pajak daerah, PPnBM  beban
ii. Pajak atas pengalihan hak atas tanah dan bangunan (BPHTP)
iii. Pajak Daerah
iv. Bea Materai
d. Perbedaan Akuntansi dan Pajak

Dasar Hukum Pembayaran

Akuntansi PSAK Permanen

Pajak Undang - Undang Temporer

Permanen  Penelitian : Book Tax Gap Eff Tax Rate

Temporer  Pajak Tangguhan : Aktiva & Beban(Pendapatan)


e. Trade Off Akuntansi dan Pajak
i. Pajak  Penghasilan Kena Pajak besar akan menyebabkan
pajak yang harus dibayarkan besar.
ii. Akuntansi : Laba sebelum pajak besar akan menyebabkan
laba yang dilaporkan besar
iii. Trade off ini akan semakin kecil untuk perusahaan terbuka,
karena kepentingan pemegang saham menginginkan laba
yang tinggi  sehingga pajak tidak dapat dikecilkan.
BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS

Pada bab ini, penulis akan menguraikan data dan hasil penelitian tentang
permasalahan yang telah diuraikan pada bab terdahulu, yaitu tentang pajak.
Hasil penelitian ini diperoleh dengan teknik googling secara mendalam dengan
informan sebagai bentuk pencarian data dan dokumenntasi yang kemudian
dianalisis oleh penulis. Fokus penelitian ini adalah tentang pajak, antara lain
berupa pengetahuan, pemahaman, pemanfaatan dan minat wajib pajak.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk melihat kondisi alami dari
suatu fenomena. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman dan
mendapatkan realitas yang kompleks terkait masalah yang terjadi. Penelitian
kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilakan data-data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan yang didasari oleh orang atau
perilaku yang diamati.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Dari penjelasan materi di atas kita dapat mengambil kesimpulan
bahwa pajak adalah pembayaran yang dilakukan rakyat, dan merupakan
sumber dana untuk pembangunan Negara. Selain itu pajak berbeda
dengan retribusi dan sumbangan. Dalam penetapan besaran pajak harus
sesuai dengan pancasila.

Pajak sendiri memiliki banyak jenis dan asas yang digunakan pun
beraneka ragam. Tarif pajak berbeda tergantung dasar yang digunakan.
Selain itu pemerintah telah memberikan batasan segala hal yang berkaitan
dengan pajak di dalam UU perpajakan nasional yang merupakan
modernisasi dari UU pajak jaman kolonial.
DAFTAR PUSTAKA

Harjanto,Totok. 2013. Pajak Dalam Pembangunan Ekonomi Nasional. Jurnal


Ekonomi. Vol 6. No 4. 44-65 (diakses pada 29 April 2016)

Anshari Setia Negara,Tunggul. 2005. Pengantar Hukum Pajak. Malang. Bayu


Media.

Soemitro,Rachmat. 1991. Asas-asas Hukum Perpajakan. Bandung. Binacipta.

GuruIPSGempol.2012.Fungsi Pajak Dalam Perekonomian Nasional.


guruipsgempol1.wordpress.com (diakses pada 01 Mei 2016)

Anda mungkin juga menyukai