Anda di halaman 1dari 17

10 CERITA RAKYAT

1. Malin Kundang

Alkisah, di pesisir pantai daerah Sumatera Barat, hiduplah seorang ibu bersama anak
kesayangannya yang bernama Malin. Sejak suaminya meninggal, Ibu Malin harus berjuang
mati-matian untuk menghidupi Malin. Meskipun begitu, ia tetap merasa bahagia karena
Malin merupakan anak yang penyayang. Dia juga sangat manja. Malin akan selalu menemani
ibunya bekerja menjual ikan.

Semakin hari, Malin semakin beranjak dewasa. Ia merasa sudah saatnya untuk menggantikan
ibunya bekerja. Namun, Malin memiliki keinginan lain ketika melihat banyak teman
sebayanya bisa kaya raya dalam waktu cepat setelah berjualan di kota.

“Mak, Malin ingin merantau ke kota seberang. Malin akan menghasilkan banyak uang untuk
Emak dari sana.” Ibu Malin sangat terkejut mendengar keinginan putra kesayangannya itu.

“Jangan, Malin. Tetaplah di sini bersama Emak. Emak tidak ingin ada hal buruk yang
menimpamu jika merantau ke kota.”

Malin berupaya meyakinkan ibunya bahwa ia akan baik-baik saja di kota. Dengan hati yang
gelisah, Ibu Malin melepaskan putranya yang hendak merantau. “Hati-hati di sana ya, Nak.
Jangan lupa untuk cepat pulang.” Ibu Malin memeluk Malin dengan sangat erat. Dia
melambaikan tangan di tepi Pantai Air Manis untuk mengantarkan kepergian Malin.
Beberapa lama kemudian, Malin tidak kunjung pulang ke rumah. Bertahun-tahun, ibunya
hanya hidup sendirian. Hingga pada suatu hari, Ibu Malin mendapatkan kabar dari salah satu
anak temannya yang juga merantau di kota seberang.

“Malin sudah menikah dengan putri seorang bangsawan, Bu. Dia tidak mungkin akan
kembali ke sini,” jelas anak teman Ibu Malin yang baru saja kembali dari kota seberang.
“Tidak, Malin pasti akan kembali.”

Dua bulan kemudian, Istri Malin yang sedang hamil mengidamkan berlibur ke Pantai Air
Manis. Karena sangat menyayangi istrinya, Malin mengabulkan permintaan istrinya itu. Di
dalam perjalanan, Malin teringat dengan ibunya. Malin merasa malu jika ia harus
mengenalkan ibunya kepada istrinya.

Saat kapal mereka sudah menepi di pinggir pantai, Ibu Malin yang sedang berjualan ikan
melihat anaknya dari kejauhan. Ia sangat yakin itu adalah Malin. Sang ibu bergegas berlari
dan memeluk tubuh Malin.

“Lepaskan! Siapa kau?” Ibu Malin terkejut ketika tubuhnya didorong oleh Malin.

“Malin, ini aku, ibumu.”

“Ibu? Apa perempuan lusuh ini ibumu? Kenapa kau berbohong, Malin? Kau bilang kau anak
bangsawan sepertiku!” Istri Malin sangat marah menemukan kebohongan Malin yang
terungkap.

“Tidak, dia bukan ibuku!”

Malin bersikeras tidak mengakui ibunya. Ia bahkan menarik tubuh istrinya untuk
meninggalkan pantai. Ibu Malin merasa sangat sedih sekaligus marah. Iapun berdoa kepada
Tuhan dan menyumpahi Malin agar dikutuk menjadi batu.

Langit bergemuruh setelah doa itu terdengar. Malin menyesali perbuatan yang ia lakukan
kepada ibunya. “Ibu maafkan anakmu yang durhaka ini!” Teriakan Malin sia-sia karena tidak
lama setelahnya, kapal Malin terombang-ambing oleh ombak hingga karam dan terpecah.
Keesokan paginya, semua orang di Pantai Air Manis terkejut menemukan banyak kepingan
kapal yang berserakan. Namun, mereka lebih terkejut saat menemukan batu berbentuk
manusia tengah bersujud. Kutukan Ibu Malin menjadi nyata. Ia menemukan anaknya yang ia
kutuk menjadi batu. Ibu Malin menangis dan menyesali ucapannya

2. Roro Jonggrang

Dahulu kala, di Desa Prambanan, ada sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Prabu Baka. la
memiliki seorang putri yang sangat cantik bernama Roro Jonggrang. Suatu ketika,
Prambanan dikalahkan oleh Kerajaan Pengging yang dipimpin oleh Bandung Bondowoso.
Prabu Baka tewas di medan perang. Dia terbunuh oleh Bandung Bondowoso yang sangat
sakti.

Bandung Bondowoso kemudian menempati Istana Prambanan. Melihat putri dari Prabu Baka
yang cantik jelita yaitu Roro Jonggrang, timbul keinginannya untuk memperistri Roro
Jonggrang.

Roro Jonggrang tahu bahwa Bandung Bondowoso adalah orang yang membunuh ayahnya.
Karena itu, ia mencari akal untuk menolaknya. Lalu, ia mengajukan syarat dibuatkan 1.000
buah candi dan dua buah sumur yang dalam. Semuanya harus selesai dalam semalam.

Bandung Bondowoso menyanggupi persyaratan Roro Jonggrang. Ia meminta pertolongan


kepada ayahnya dan mengerahkan balatentara roh-roh halus untuk membantunya pada hari
yang ditentukan. Pukul empat pagi, hanya tinggal lima buah candi yang belum selesai dan
kedua sumur hampir selesai.
Mengetahui 1.000 candi telah hampir selesai, Roro Jonggrang ketakutan. “Apa yang harus
kulakukan untuk menghentikannya?” pikirnya cemas membayangkan ia harus menerima
pinangan Bandung Bondowoso yang telah membunuh orangtuanya.

Akhirnya, ia pergi membangunkan gadis-gadis di Desa Prambanan dan memerintahkan untuk


menghidupkan obor-obor dan membakar jerami, memukulkan alu pada lesung, dan
menaburkan bunga-bunga yang harum. Suasana saat itu menjadi terang dan riuh. Semburat
merah memancar di langit dengan seketika.

Ayam jantan pun berkokok bersahut-sahutan. Mendengar suara itu, para roh halus segera
meninggalkan pekerjaan. Mereka menyangka hari telah pagi dan matahari akan segera terbit.
Pada saat itu hanya tinggal satu sebuah candi yang belum dibuat.

Bandung Bondowoso sangat terkejut dan marah menyadari usahanya telah gagal. Dalam
amarahnya, Bandung Bondowoso mengutuk Roro Jonggrang menjadi sebuah arca untuk
melengkapi sebuah buah candi yang belum selesai.

Batu arca Roro Jonggrang diletakkan di dalam ruang candi yang besar. Hingga kini, candi
tersebut disebut dengan Candi Roro Jonggrang. Sementara itu, candi-candi di sekitarnya
disebut dengan Candi Sewu (Candi Seribu) meskipun jumlahnya belum mencapai 1.000.

3. Timun Mas

Mbok Sirni adalah seorang janda yang menginginkan seorang anak. Suatu hari ia didatangi
oleh raksasa yang ingin memberi seorang anak dengan syarat apabila anak itu dewasa harus
diserahkan ke raksasa itu untuk disantap.
Mbok Sirni yang setuju akhirnya menerima biji mentimun dari raksasa yang kemudian
ditanam dan dirawat. Setelah dua minggu diantara buah ketimun yang ditanamnya ada satu
yang paling besar dan berkilau seperti emas. Dengan hati-hati Mbok Sirni membelah buah
dan ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi cantik yang kemudian diberi nama timun
emas.Semakin hari timun emas tumbuh menjadi gadis jelita. Suatu hari datanglah raksasa
untuk menagih janji.

Raksasapun mengejarnya. Timun emaspun kemudian menebarkan biji timun ajaib yang
menjadi ladang mentimun yang lebat buahnya. Raksasapun memakannya tapi buah timun itu
malah menambah tenaga raksasa, lalu timun emas menaburkan jarum, dalam sekejap
tumbuhlan pohon-pohon bambu yang sangat tinggi dan tajam sehingga kaki raksasa menjadi
berdarah-darah.

Timun emas pun membuka bingkisan garam dan ditaburkannya. Dalam Seketika hutanpun
menjadi lautan luas sehingga raksasa dengan kakinya yang luka menjadi kesakitan saat
melewatinya. Yang terakhit Timun Emas akhirnya menaburkan terasi, seketika terbentuklah
lautan lumpur yang mendidih, akhirnya raksasa pun mati. Akhirnya Timun Emas dan Mbok
Sirni hidup bahagia dan damai.

4. Sangkuriang

Gunung Tangkuban Perahu konon terjadi karena kisah Sangkuriang yang menendang perahu
yang ia buat. Seorang anak yang jatuh cinta kepada ibu kandungnya sendiri yaitu Dayang
Sumbi.

Pada jaman dahulu kala, terdengarlah kisah dari salah satu putri di Jawa Barat bernama
Dayang Sumbi yang mempunyai anak bernama sangkuriang, pada suatu hari sangkuriang
pergi berburu di temani oleh seekor anjing bernama Tumang, tetapi Sangkuriang tidak tahu
bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga sekaligus Bapaknya.

Pada saat berburu Sangkuriang bertemu dangan seekor rusa, Sangkuriang teringat bahwa
Ibunya sangat senang hati rusa. Akhirnya Sangkuriang menyuruh Tumang untuk mengejar
rusa tersebut, namun Tumang kehilangan jejak rusa tersebut dan Sangkuriang menjadi marah
karena Sangkuriang sangat ingin memberikan hati rusa kepada ibunya maka Sangkuriang
membunuh Tumang untuk mengambil hatinya dan kemudian ia pulang.

Sesampainya Sangkuriang di rumah ia memberikan hati didapatkannya dari berburu kepada


Ibunya untuk di masak. Saat memakanya Dayang Sumbi teringat pada Tumang dan
menanyakannya pada Sangkuriang, Sangkuriang menjawab dengan wajah ketakutan
“Tumang mati” Dayang Sumbi marah bukan dan memukul kepala Sangkuriang dengan
sendok nasi dan mengusirnya dari rumah.

Setelah kejadian itu Dayang Sumbi sangat menyesalinya, ia selalu berdoa dan sangat tekun
bertapa hingga suatu hari sang dewata memberikan anugerah kepada Dayang Sumbi yaitu
berupa kecantikan abadi dan tidak pernah tua. Setelah di usir Ibunya Sangkuriang berkelana
keberbagai tempat, akhirnya Sangkuriang kembali lagi ketempat Dayang Sumbi kemudian
kedua orang tersebut pun bertemu.

Sangkuriang akhirnya jatuh hati kepada Dayang Sumbi, Sangkuriang pun melamar Dayang
Sumbi dan Dayang Sumbi menerimanya. Pada saat sedang berduaan Dayang Sumbi melihat
bekas luka di kepala Sangkuriang dan menanyainya kepada Sangkuriang, Sangkuriang
menjawab ini bekas luka akibat dipukul dengan sendok nasi oleh Ibunya mendengar
pernyataan tersebut Dayang Sumbi kaget dan memberi tahu sangkuriang bahwa dia adalah
Ibunya namun sangkuriang tidak percaya dan tetap berniat menikahinya.

Dayang Sumbi mengajukan permintaan dia minta di buatkan perahu layar dalam sehari tidak
boleh lebih, Sangkuriang menyanggupinya. Ia membendung sungai Citarum untuk tempat
perahunya dalam pembuatanya Sangkuriang mendapatkan bantuan dari jin hasil taklukanya
dalam perantauanya, karena bantuan dari jin perahu itupun hampir selesai.

Dayang Sumbi memohon kepada Dewa. Dayang Sumbi membuat ayam jago berkokok lebih
awal, dan akhirnya berhasil jin yang membantu sangkuriang lari ketakutan dan meninggalkan
sangkuriang sendirian. Karena kesal perahu itu di tendangnya dan terjatuh diatas gunung dan
menyatu dengan gunung dan bernama Gunung Tangkupan Perahu, Sangkuriang akhirnya
meninggal karena terjatuh kedalam sungai Citarum.

5. Bawang Merah dan Bawang Putih

Alkisah, hiduplah seorang gadis bernama Bawang Putih yang tinggal bersama ibu dan kakak
tirinya yang bernama Bawang Merah. Ibu dan kakak tiri Bawang Putih memiliki sifat yang
jahat. Mereka kerap berbuat buruk pada Bawang Putih, seperti menyuruh mengerjakan semua
pekerjaan rumah layaknya seorang pembantu.

Sebelumnya, kehidupan Bawang Putih amatlah bahagia. Ayahnya seorang pedagang yang
sering bepergian dan ibu kandungnya yang sangat sayang kepadanya. Namun, semua itu
berubah ketika keduanya meninggal.

Praktis, ibu dan kakak tirinya, Bawang Merah bersikap semakin jahat kepada Bawang Putih.
Setiap hari dia harus melayani semua kebutuhan Bawang Merah dan ibu tirinya. Hingga pada
suatu ketika Bawang Putih sedang mencuci di pinggir sungai, tanpa disadari salah satu
selendang kesayangan Bawang Merah hanyut.

Ketika sampai di rumah, Bawang Merah memarahi Bawang Putih karena selendangnya tidak
ditemukan. "Dasar ceroboh!" bentak Bawang Merah. "Pokoknya kamu harus mencari
selendang itu, dan jangan berani pulang ke rumah kalau kamu belum menemukannya!"
Akhirnya, Bawang Putih menyusuri sungai untuk mencari selendang tersebut. Hingga larut
malam, selendang itu belum kunjung ditemukan. Ketika tengah menyusuri sungai, Bawang
Putih melihat sebuah gubuk. Bawang putih segera menghampiri gubuk tersebut dan
mengetuknya. "Permisi!" kata Bawang putih.

Selang berapa lama, seorang perempuan tua membuka pintu. "Siapa kamu, nak?" tanya nenek
itu. Gubuk tersebut ternyata dihuni seorang nenek yang hidup sebatang kara. Bawang Putih
pun akhirnya meminta izin untuk menginap semalam.

"Saya Bawang Putih, nek. Tadi saya sedang mencari baju yang hanyut. Dan sekarang
kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini?" tanya Bawang putih. Nenek itu cukup
baik hati, dia mempersilakan Bawang Putih untuk menginap di gubuknya.

"Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah?" tanya nenek.Ternyata, selendang
yang dicari Bawang Putih ditemukan oleh si nenek. Dan nenek itu mau menyerahkan
selendang itu dengan syarat Bawang Putih harus menemaninya selama seminggu.

"Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu di sini selama
seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana?" pinta nenek.

Bawang Putih dengan senang hati menerima tawaran tersebut. Waktu seminggu pun berlalu,
dan sudah waktunya Bawang Putih untuk beranjak pulang. Karena selama tinggal di sana,
Bawang Putih sangat rajin, nenek itu memberikan selendang yang dulu dia temukan dan
memberi hadiah kepada Bawang Putih.

"Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Aku turut senang karena kau sangat rajin. Untuk
itu sesuai janjiku kau boleh membawa selendangmu pulang. Dan satu lagi, kau boleh memilih
satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah!" kata nenek.

Dia disuruh memilih dua buah labu untuk dibawa pulang. Awalnya Bawang Putih ingin
menolak, namun karena ingin menghormati pemberian si nenek, Bawang Putih akhirnya
memilih labu yang lebih kecil dengan alasan takut tak kuat membawanya. Dan nenek itu
hanya tersenyum mendengar alasan tersebut.

Bawang Putih pun segera pulang dan menyerahkan selendang tersebut kepada Bawang
Merah. Setelah itu, dia segera ke dapur untuk membelah labu dan memasaknya. Namun
betapa terkejutnya dia, karena ketika labu itu dibelah, ternyata berisi emas permata yang
sangat banyak. Ibu tiri Bawang Putih yang tidak sengaja melihatnya, langsung merampas
semua emas permata tersebut. Dia juga memaksa Bawang Putih untuk menceritakan dari
mana mendapatkan labu ajaib itu.

Bawang Putih menceritakan dengan sejujurnya. Mendengar cerita tersebut, muncul niat jahat
di benak ibu tiri yang serakah itu. Besoknya, dia menyuruh Bawang Merah untuk melakukan
hal yang sama seperti yang dilakukan Bawang Putih, dia berharap akan bisa membawa
pulang labu yang lebih besar sehingga isinya lebih banyak.

Singkat cerita, Bawang Merah tiba di gubuk nenek, dan dia pun tinggal di sana selama
seminggu. Tidak seperti Bawang Putih yang rajin, selama seminggu itu, Bawang Merah
hanya bermalas-malasan dan tidak membantu pekerjaan si nenek.

Seminggu berlalu, nenek itu membolehkan Bawang Merah untuk pulang. Dengan perasaan
heran, Bawang Merah pun kemudian bertanya kepada si nenek.

"Bukankah seharusnya nenek memberikan labu sebagai hadiah karena menemanimu selama
seminggu?" tanya bawang merah.

Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah satu dari dua labu yang
ditawarkan. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengambil labu yang besar dan segera berlari
pulang tanpa mengucapkan terima kasih.

Sesampainya di rumah, ibunya sangat senang melihat anaknya membawa labu yang besar.
Dia berpikir pasti emas di dalamnya cukup banyak. Karena tak ingin diketahui oleh Bawang
Putih, mereka menyuruh Bawang Putih untuk mencuci pakaian di sungai. Setelah itu, mereka
masuk ke dalam kamar dan menguncinya dengan rapat.

Dengan tak sabar, mereka segera membelah labu itu. Di luar dugaan, bukan emas permata
yang ada di dalamnya, melainkan berisi ular, kalajengking, dan hewan berbisa lainnya.
Dengan cepat hewan-hewan itu keluar dan menggigit Bawang Merah dan ibunya yang
serakah.
6. Alue Naga

Sultan Meurah mendengar rakyatnya mengeluh karena banyak hewan ternak mereka hilang
di Bukit Lamyong. Juga, belakangan gempa kerap terjadi tanpa ada tanda-tanda.

Sultan Meurah kemudian memerintahkan sahabatnya, Renggali, putra Raja Linge, untuk
menyelidiki bukit itu. Renggali pun melaksanakan tugas tersebut. Setelah menelusuri seluruh
bukit, ia merasakan ada yang aneh pada bukit tersebut. Ia lalu menaiki bagian tertinggi dari
bukit, dan tiba-tiba merasakan kemunculan air hangat di permukaan tanah yang ia injak. Ia
kaget lalu turun sambil berguling.

Tiba-tiba datang suara permintaan maaf entah dari mana. Renggali mencari asal suara, dan
menemukan itu berasal dari bukit yang ia pijak yang ternyata adalah seekor naga. Si Naga
Hijau memperkenalkan diri dan mengatakan bahwa ia adalah sahabat dari ayahnya. Selama
ini Raja Linge hilang, dan ia terakhir kali diketahui bersama dengan Si Naga Hijau. Ketika
Renggali bertanya di mana ayahnya, naga meminta Renggali untuk memanggilkan Sultan
Alam.

Renggali kembali ke istana dan menceritakan kejadian tersebut kepada Sultan Meurah. Sultan
Merah pun setuju menemui naga di bukit. Sesampainya di sana si naga menceritakan kejadian
yang sebenarnya, bahwa ia membunuh Raja Linge dan jasad sang raja ada di bawah
tubuhnya. Saat itu naga tidak bisa menggerakkan tubuhnya karena ada pedang Raja Linge
yang terhunus di tubuhnya.

Renggali tidak mau menghukum Naga Hijau. Ia lalu menarik pedang yang terhunus di tubuh
naga dan meminta si naga kembali ke kampung halamannya. Pada ‘bukit’ bekas tubuh naga
terbentuknya sebuah sungai kecil yang dipenuhi rawa-rawa dengan genangan air. Sultan
Meurah memberi nama wilayah tersebut Alue Naga.
7. Situ Bagendit

Pada sebuah desa yang tanahnya subur di Garut, hidup seorang janda kaya raya bernama Nyi
Endit. Banyak penduduk di desa itu meminjam uang kepada Nyi Endit dengan bunga yang
sangat tinggi. Nyi Endit juga menyuruh para tukang pukulnya untuk menagih utang dari
penduduk dengan paksa apabila ada yang tidak mampu membayar utang dan bunganya tepat
waktu.

Saat musim panen tiba, rumah Nyi Endit penuh dengan hasil panen. Namun, saat musim
paceklik datang, penduduk banyak yang gagal panen dan menderita penyakit busung lapar.
Nyi Endit justru berpesta pora bersama sanak keluarga, kerabat dan para tamunya. Ketika
pesta berlangsung, tiba-tiba ada seorang pengemis yang meminta sedikit makanan kepada
Nyi Endit. Dengan kesal, Nyi Endit menyuruh pengawalnya mengusir pengemis itu.

Namun, saat pengawal akan menangkapnya, tiba-tiba tubuh para pengawal terpental sendiri
beberapa meter jauhnya. Ternyata, pengemis tersebut mempunyai kesaktian. Pengemis itu
lalu mengambil sebatang ranting pohon dan menancapkannya ke tanah. Dirinya meminta Nyi
Endit atau pengawalnya untuk mencabut ranting itu. Nyi Endit lalu menyuruh pengawalnya
untuk mencabut batang ranting tersebut, namun tidak satu pun pengawalnya mampu
mencabut batang ranting itu.

Setelah semuanya menyerah, barulah si pengemis mencabut sendiri ranting itu dengan
mudahnya. Tiba-tiba, dari lubang bekas ranting yang tertancap itu keluar air yang memancar
deras. Bersamaan itu, tiba-tiba si pengemis menghilang entah ke mana. Hujan lebat pun turun
diselingi guncangan gempa bumi hebat.

Dalam sekejap, desa Nyi Endit terendam banjir. Nyi Endit dan para pengawalnya, akhirnya
tewas tenggelam. Saat ini, desa itu berubah menjadi sebuah danau besar dan dalam. Danau itu
lalu dikenal dengan sebutan Situ Bagendit. Situ bermakna danau, sementara Bagendit diambil
dari nama Nyi Endit. Konon di Situ Bagendit hidup seekor lintah besar yang dipercaya
sebagai jelmaan Nyi Endit yang lintah darat.

8. Selendang Bidadari

Pada zaman dahulu, terdapat seorang pemuda tampan dan gagah bernama Datu Awang
Sukma. Suatu hari, Datu Awang Sukma melihat ada 7 bidadari cantik sedang mandi di telaga.
Para bidadari itu tidak tahu apabila Awang Sukma sedang mengintip mereka dan membiarkan
selendang mereka yang digunakan untuk terbang, bertebaran di sekitar telaga.

Awang Sukma kemudian mencuri salah satu selendang terbang milik para bidadari itu.
Setelah mandi para bidadari itu kemudian mengenakan selendangnya masing-masing dan
bersiap-siap terbang pulang ke kahyangan. Namun sayang, selendang milik Putri Bungsu
sudah dicuri Awang Sukma. Sehingga ia tak bisa terbang kembali ke kahyangan.

Mau tidak mau keenam kakaknya pergi meninggalkannya sendirian di bumi. Datu Awang
Sukma pun segera keluar menemui Putri Bungsu dan mengajaknya tinggal bersamanya.
Karena tidak ada pilihan lain lagi, maka Putri Bungsu akhirnya terpaksa menerima
pertolongan Awang Sukma.

Kemudian Putri Bungsu dinikahi Awang Sukma dan melahirkan seorang bayi perempuan.
Namun suatu hari, Putri Bungsu dikejutkan oleh seekor ayam hitam yang naik ke atas peti
berisi padi. Ketika peti dibuka, Putri Bungsu kaget dan berseru gembira karena menemukan
kembali selendangnya yang lama hilang. Akhirnya, Putri Bungsu memutuskan untuk kembali
ke kahyangan. Putri Bungsu kemudian menyampaikan sebuah pesan kepada suaminya bahwa
apabila anaknya rindu, ambillah tujuh biji kemiri dan masukkan ke dalam bakul yang
digoncang-goncangkan dan iringilah dengan lantunan seruling, kelak dirinya akan hadir
melihat anaknya. Putri Bungsu kemudian terbang ke kahyangan meninggalkan Datu Awang
Sukma dan putrinya di bumi.

9. Keong Mas

ilustrasi keong mas


(pexels.com/Erik Scheel)

Pada zaman dahulu kala, hidup seorang raja yang bernama Kertamarta. Ia memimpin sebuah
kerajaan yang makmur dan sentosa, kerajaan tersebut adalah kerajaan Daha. Raja Kertamarta
mempunyai dua orang putri yang cantik, bernama Candra Kirana dan Dewi Galuh. Mereka
hidup berbahagia dan serba berkecukupan.
 
Suatu hari, seorang pangeran yang tampan dan rupawan dari Kerajaan Kahuripan berkunjung
ke Kerajaan Daha. Pangeran tersebut bernama Raden Inu Kartapati. Kedatangan pangeran
tersebut untuk melamar Candra Kirana dan sangat disambut baik oleh Raja Kertamarta. Sang
raja menerima lamaran tersebut dan Candra Kirana akhirnya ditunangkan dengan Raden Inu.

Namun, pertunangan tersebut membuat saudara satu-satunya Candra Kirana, yaitu Dewi
Galuh, merasa iri dengki. Sebab, Dewi Galuh merasa Raden Inu lebih cocok dengannya
dibanding saudara perempuannya tersebut.

Dewi Galuh pun gelap mata hingga akhirnya ia pergi ke kediaman nenek sihir dan meminta
bantuannya untuk membuat Candra Kirana menjadi sesuatu yang menjijikan dan mengerikan,
sehingga dijauhi oleh Raden Inu.

Nenek sihir pun menuruti permintaan Dewi Galuh. Tidak lama kemudian, Candra Kirana
berubah menjadi Keong Mas, lalu dibuang ke sungai. Di lain hari, seorang nenek yang baik
hati mencari ikan dengan jala di sungai. Tanpa disadarinya, Keong Mas tersangkut di jala
nenek tersebut dan terbawa pulang.

Keesokan harinya sang nenek kembali ke sungai, tapi malang nasibnya karena tidak ada satu
pun ikan yang tertangkap di jalanya. Sang nenek lalu pulang dengan perasaan sedih dan
betapa kagetnya ia ketika melihat banyak macam makanan sudah tersedia di meja makan.
Nenek tersebut bertanya-tanya siapakah gerangan yang memasakkan semua makanan itu
untuknya. Kejadian tersebut terjadi setiap hari, sehingga nenek menjadi penasaran.

Pada suatu pagi sebelum pergi ke sungai, nenek mengintip apa yang terjadi di rumahnya.
Betapa kagetnya ia melihat Keong Mas berubah menjadi wanita cantik. Ia pun pergi menyapa
wanita cantik tersebut.

"Siapakah kamu, wahai putri cantik, dan dari manakah asalmu?" tanya sang nenek.

"Aku adalah putri Kerajaan Daha yang disihir menjadi keong emas oleh nenek sihir utusan
saudaraku karena merasa iri kepadaku," kata Keong Mas,

Setelah menjawab pertanyaan nenek, Candra Kirana berubah kembali menjadi Keong Mas.
Sementara itu, Raden Inu tak mau diam saja ketika tahu Candra Kirana menghilang. Ia pun
mencarinya dengan cara menyamar menjadi rakyat biasa.

Nenek sihir pun akhirnya tahu dan mengubah dirinya menjadi gagak untuk mencelakai Raden
Inu. Raden Inu kaget sekali melihat burung gagak yang bisa berbicara dan mengetahui
tujuannya. Ia menganggap burung gagak itu sakti dan menurutinya, padahal Raden Inu
diberikan arah yang salah.

Di perjalanan, Raden Inu bertemu dengan seorang kakek yang sedang kelaparan, lalu
diberinya kakek itu makan. Ternyata kakek itu adalah orang sakti yang baik, ia menolong
Raden Inu dari burung gagak itu. Kakek tersebut membantu mengusir burung gagak hingga
menjadi asap. Sang kakek juga memberi tahu Raden Inu di mana keberadaan Candra Kirana.

Raden Inu segera berjalan menelusuri hutan dan setelah berhari-hari, akhirnya ia menemukan
Candra Kirana yang sedang memasak di sebuah gubuk yang sangat reok. Kutukan dari nenek
sihir pun menghilang karena perjumpaan itu.
Raden Inu kemudian memboyong tunangannya beserta nenek yang baik hati tersebut ke
istana, dan Candra Kirana menceritakan perbuatan Dewi Galuh pada Raja Kertamarta. Raja
Kertamarta meminta maaf kepada Candra Kirana dan sebaliknya, Dewi Galuh mendapat
hukuman yang setimpal.

Dewi Galuh merasa takut, dia melarikan diri ke hutan. Akhirnya, pernikahan Candra Kirana
dan Raden Inu pun berlangsung dengan pesta yang sangat meriah dan mereka hidup bahagia
selamanya.

10. Telaga Warna

Dahulu kala ada seorang Raja dan Permaisurinya yang mendambakan kehadiran seorang
buah hati. Mereka sudah bertahun-tahun menunggu. Hingga akhirnya, Raja memutuskan
untuk bertapa di hutan. Di sana Raja terus berdoa dan memohon kepada Yang Maha Kuasa
untuk segera dikaruniai seorang anak.

Tak lama setelah itu doa sang Raja pun terkabul. Permaisuri hamil dan melahirkan seorang
bayi perempuan yang cantik jelita. Raja dan Permaisuri sangat bahagia. Seluruh rakyat juga
bersuka cita menyambut kelahiran Putri Raja.

Sang Putri hidup dalam kemewahan dan sangat dimanjakan oleh kedua orang tuanya. Apapun
yang ia mau harus selalu dituruti. Oleh karena itu ia tumbuh menjadi gadis yang sombong
dan angkuh.

Suatu hari menjelang tahun sang Putri yang ketujuh belas, Raja pergi berkelana ke penjuru
negeri demi mencari kado istimewa untuk anak gadisnya itu. Di sebuah desa ia bertemu
seorang pengrajin tua. Raja membeli sesuatu paling berharga dari pengrajin tersebut.
"Ini adalah sebuah kalung istimewa, terbuat dari untaian permata berwarna-warni. Tak pernah
kulepaskan kepada siapapun kecuali Yang Mulia," ujarnya sembari terbatuk-batuk.

"Terima kasih, Pak Tua. Anakku pasti senang sekali dengan hadiah indah ini," ucap sang
Raja penuh haru.

Tepat di hari ulang tahun sang Putri, semua rakyat berkumpul dan berpesta di istana. Raja
dan Permaisuri telah menyiapkan hadiah kalung permata warna-warni. "Anakku, ini hadiah
untukmu. Lihat, indah sekali, bukan? Kamu pasti menyukainya," kata Raja.

Raja bersiap mengalungkan kalung itu ke leher putrinya. Sungguh di luar dugaan, Putri
menolak mengenakan kalung itu. "Hadiah apa ini? Jelek sekali," tolak Putri dengan kasar.

Raja dan Permaisuri terkejut dengan sikap putrinya, namun mereka berusaha membujuknya.
"Tidak! Aku tidak suka kalung ini, Ayah! Jelek sekali dan terlihat murah," teriaknya sambil
melempar kalung itu ke lantai hingga permatanya tercerai-berai.

Raja dan Permaisuri sangat sedih. Tiba-tiba Permaisuri menangis terisak. Perlahan tangisan
Permaisuri semakin menjadi dan menyayat hati. Seluruh rakyat yang hadir turut menangis.
Mereka sedih dan kecewa melihat tingkah laku Putri yang mereka sayangi.

Tidak disangka, air mata yang tumpah ke lantai berubah menjadi aliran air. Air tersebut
menghanyutkan permata-permata yang berserakan hingga membentuk sebuah danau.
Anehnya, air danau berwarna-warni seperti warna permata kalung yang dibuang sang Putri.
Kini danau itu dikenal dengan nama Telaga Warna.
10 CERITA RAKYAT

NAMA : FAZLI PERMANA

KELAS : V

SDN 107 SELUMA

T.A. 2022/2023

Anda mungkin juga menyukai