Anda di halaman 1dari 64

NAMA :

KELAS : IV.

Cerita Sangkuriang

Pada zaman dahulu, tanah Parahyangan dikuasai oleh raja dan ratu yang
memiliki anak bernama Dayang Sumbi. Dayang Sumbi merupakan anak yang manja
dan ketika suatu hari, ia sedang memintal benang dan terus pintalannya jatuh
hingga ia marah dan bersumpah siapa saja asalkan laki-laki yang mau mengambil
pintalannya maka ia akan menerimanya sebagai suaminya. Begitu selesai ia
mengucap sumpah lalu datanglah seekor anjing jantan bernama Tumang
menyerahkan pintalan ke tangan Dayang Sumbi.

Karena sumpahnya maka ia menikah dengan Tumang seekor anjing sakti.


Mereka pun hidup berbahagia dan dikarunia anak berwujud manusia bernama
Sangkuriang. Sangkuriang memiliki kekuatan sakti seperti ayahnya dan ia pun
hanya mengetahui Tumang sebagai anjing setia. Suatu hari Sangkuriang dan
Tumang berburu ke hutan, saat Sangkuriang menyuruh Tumang menangkap
buruannya namun Tumang tidak mau sehingga Sangkuriang kesal dan
menyembelihnya. Sesampainya di rumah ia memasak daging si Tumang dan makan
bersama ibunya. Setelah ibunya tahu, Dayang Sumbi sangat marah dan memukul
kening Sangkuriang dengan sendok tempurung.

Dayang Sumbi pun diusir dari kerajaan karena perbuatannya itu, dan
Sangkuriang pergi berkelana menuju dunia luar untuk mengetahui keadaan disana.
Suatu hari secara tidak sengaja ia kembali ke tanah kelahirannya dan ia bertemu
wanita cantik dan ia hendak menikahi wanita yang tidak lain adalah ibunya, namun
ia belum mengetahuinya. Saat mendekati hari pernikahannya, Sangkuriang meminta
izin tunangannya untuk berburu, saat Dayang Sumbi merapikan rambut Sangkuriang
ia melihat bekas tanda luka di keningnya dan seketika itu juga ia menyadari bahwa
ia hampir menikahi anaknya sendiri.

Lalu Dayang Sumbi memberikan syarat yang tidak mungkin dapat di


selesaikan oleh Sangkuriang yaitu membuat sebuah bendungan yang bisa
menutupi seluruh bukit dan membuat sebuah perahu untuk menyusuri bendungan
tersebut. Semua itu harus sudah selesai sebelum pagi hari esok. Sangkuriang pun
menyanggupinya, ia pun menggunakan kekuatan gaib memanggil jin untuk
membantunya membuat syarat yang diberikan, ketika hampir selesai, Dayang Sumbi
melihat dari jauh dan ia khawatir kalau Sangkuriang mampu maka ia meminta
bantuan rakyat desa untuk membuat keadaan menjadi pagi. Para jin pun pergi
karena sudah pagi, mengetahui hal itu Sangkuriang marah dan mengutuk Dayang
Sumbi serta menendang perahu, menjebolkan bendungan.

Nilai moral / nilai kehidupan :

1. Seorang anak tidak boleh mencintai ibumu diluar batas cinta anak kepada ibu
2. Jangan durhaka & melakukan incest
3. Jangan melanggar norma agama
NAMA : MGS. DAFFA NUR HAFIZIN

KELAS : IV.E

Legenda Sangkuriang

Pada jaman dahulu kala, terdengarlah kisah dari salah satu putri di jawa
berat bernama Dayang Sumbi mmempunyai anak bernama
sangkuriang,pada suatu hari sangkuriang pergi berburu di temani oleh
seekor anjing bernama Tumang,tetapi Sangkuriang tidak tahu bahwa
anjing itu adalah titisan dewa dan juga sekaligus Bapaknya.

Pada saat berburu Sangkuriang bertemu dangan seekor rusa, Sangkuriang


teringat bahwa Ibunya sangat senang hati rusa. Akhirnya Sangkuriang
menyuruh Tumang untuk mengejar rusa tersebut, namun Tumang
kehilangan jejak rusa tersebut dan Sangkuriang menjadi marah karena
Sangkuriang sangat ingin memberikan hati rusa kepada ibunya maka
Sangkuriang membunuh Tumang untuk mengambil hatinya dan kepudian
pulang.

Sesampainya Sangkuriang di rumah ia memberikan hati didapatkanya dari


berburu kepada Ibunya untuk di masak. Saat memakanya Dayang Sumbi
teringat pada Tumang dan menanyakannya pada Sangkuriang,
Sangkuriang menjawab dengan wajah ketakutan "Tumang mati" Dayang
Sumbi marah bukan dan memukul kepala Sangkuriang dengan sendok
nasi dan mengusirnya dari rumah.

Setelah kejadian itu Dyang Sumbi sangat menyesalinya, ia selalu berdoa


dan sangat tekun bertapa hinga suatu hari sang dewata meberikan
anugerah kepada Dayang Sumbi yaitu berupa kecantikan abadi dan tidak
pernah tua. Setelah di usir Ibunya Sangkuriang berkelana keberbagai
tempat, akhirnya Sangkuriang kembali lagi ketempat Dayang Sumbi
kemudian kedua orang tersebut pun bertemu.

Sangkuriang akhirnya jatuh hati kepada Dayang Sumbi, Sangkuriang pun


melamar Dayang Sumbi dan Dayang Sumbi menerimanya. Pada saat
sedang berduan Dayang Sumbi melihat bekas luka di kepala Sangkuriang
dan menanyainya kepada Sangkuriang, Sangkuriang menjawab " ini bekas
luka akibat dipukul dengan sendok nasi oleh Ibunya "
mendengar pernyataan tersebut Dayang Sumbi kaget dan memberi tahu
sangkuriang bahwa dia adalah Ibunya namun sangkuriang tidak percaya
dan tetap berniat menikahinya.

Dayang Sumbi mengajukan permintaan dia minta di buatkan perahu layar


dalam sehari tidak buloh lebih, Sangkuriang menyanggupinya dan
Sangkuriang membendung sungai Citarum untuk tempat perahunya
dalam pembuatanya Sangkuriang mendapatkan bantuan dari jin hasil
taklukanya dalam perantauanya, karena bantuan dari jin perahu itupun
hampir selesai Dayang Sumbi memohon kepada Dewa. Dayang Sumbi
membuat ayam jago berkokok lebih awal, dan akhirnya berhasil jin yang
membantu sangkuriang lari ketakutan dan meninggalkan sangkuriang
sendirian. Karena kesal perahu itu di tendangnya dan terjatuh diatas
gunung dan menyatu dengan gunung dan bernama Gunung Tangupan
Perahu, Sangkuriang akhirnya meninggal karena terjatuh kedalam sungai
Citarum.
NAMA : FITRI AURA LASIFA

KELAS : IV. E

LEGENDA TANGKUBAN PERAHU

Dahulu kala di tanah Pasundan, Jawa Barat, ada dewi surgawi yang indah.
Namanya Dayang Sumbi. Dia tinggal di sebuah gubuk di hutan dengan
anjing setia, Tumang.

Suatu hari, sementara menenun kain, dia kehilangan salah satu alat.
Menjadi lelah mencari di mana-mana, Dayang Sumbi berkata pada dirinya
sendiri, "Siapa pun yang dapat menemukan alat yang hilang dan
memberikannya kembali kepadaku, jika ia adalah seorang laki-laki, aku
akan membuatnya seorang suami dan jika dia adalah perempuan, Aku
akan membuat dia kakak

Untuk rasa kagetnya, Tumang menemukan alat dan mengembalikannya


kepadanya. Mau tidak mau, Dayang Sumbi harus memenuhi janji sendiri
untuk menikahi Tumang, yang pernah menjadi orang yang telah dikutuk
oleh penyihir jahat menjadi anjing.

Kebetulan Dayang Sumbi melahirkan seorang bayi laki-laki dan


menamainya Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi remaja sehat
yang suka berburu binatang di hutan. Dayang Sumbi tidak pernah
memberitahu Sangkuriang bahwa Tumang adalah ayahnya.

Suatu hari, Sangkuriang dan Tumang berburu rusa di hutan. Tak lama
kemudian mereka bertemu dengan babi hutan. Sangkuriang bertanya-
tanya, "Mengapa tidak ada rusa hari ini? Tapi, saya pikir babi hutan tidak
akan membuat berbeda. "Sangkuriang berteriak Tumang," Pergilah dan
melawan babi hutan. Bunuh saja untuk saya! "

Yang mengejutkan, Tumang tidak membunuh babi hutan karena babi


hutan sebenarnya ibu Dayang Sumbi. Celeng pergi dengan aman. Hal ini
membuat Sangkuriang sangat marah, ia membunuh Tumang. Kemudian,
dia mengeluarkan hati anjing dan memberikannya kepada Dayang Sumbi.

Setelah makan hati, Dayang Sumbi bertanya kepada Sangkuriang,


"Omong-omong, di mana Tumang?
Aku belum pernah melihatnya lagi sejak kau kembali dari berburu. "

"Ibu," jawab Sangkuriang pelan. "Aku membunuh Tumang untuk


ketidaktaatan. Hati yang Anda makan benar-benar hati Tumang. "

"Kau! Kau adalah anak tak tahu diri!" Teriak Dayang Sumbi, memukul
sendok sup ke kepala Sangkuriang keras sampai kepalanya berdarah.
"Keluar dari wajahku, kau pembunuh. Beraninya kau membunuh ayahmu
sendiri? Anda adalah seorang anak laki-laki tak berguna!"

Pendarahan di kepala, Sangkuriang melarikan diri ke dalam hutan dan


naik ke bukit. Bertahun-tahun berlalu, Sangkuriang berubah menjadi
tampan dan pemburu terampil. Dia telah melupakan semua masa lalu
yang pahit karena ia telah kehilangan memori. Dia bahkan lupa namanya.

Suatu hari, Sangkuriang bertemu dengan seorang wanita cantik di hutan


dengan siapa ia jatuh cinta. Wanita itu Dayang Sumbi, yang tidak dapat
menjadi tua karena dia adalah seorang dewi. Sangkuriang tidak mengenali
ibunya sendiri, tetapi Dayang Sumbi mengenali Sangkuriang dari bekas
luka lama di kepalanya.

Mabuk cinta, Sangkuriang melamarnya untuk menikah. Untuk


menghindari perkawinan terlarang antara seorang ibu dan seorang putra,
Dayang Sumbi memintanya untuk membuatkan danau dan perahu dalam
satu malam sebagai hadiah pernikahan untuknya. Dengan bantuan dari
makhluk gaib dari hutan, Sangkuriang membangun danau dan perahu.
Dayang Sumbi tahu tentang hal itu dan dia mengecoh Sangkuriang
sehingga pekerjaan itu tidak sepenuhnya dilakukan. Mengetahui hal ini,
Sangkuriang sangat marah sehingga ia menendang perahu dan perahu
terbalik. Ini menjadi gunung Tangkuban Perahu di Jawa Barat.
DANAU TOBA
Cerita Rakyat Sumatera Utara

Di wilayah Sumatera hiduplah seorang petani yang sangat rajin bekerja. Ia hidup sendiri

sebatang kara. Setiap hari ia bekerja menggarap lading dan mencari ikan dengan tidak

mengenal lelah. Hal ini dilakukannya untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

Pada suatu hari petani tersebut pergi ke sungai di dekat tempat tinggalnya, ia bermaksud

mencari ikan untuk lauknya hari ini. Dengan hanya berbekal sebuah kail, umpan dan tempat

ikan, ia pun langsung menuju ke sungai. Setelah sesampainya di sungai, petani tersebut

langsung melemparkan kailnya. Sambil menunggu kailnya dimakan ikan, petani tersebut

berdoa,Ya Alloh, semoga aku dapat ikan banyak hari ini. Beberapa saat setelah berdoa, kail
yang dilemparkannya tadi nampak bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani

tersebut sangat senang sekali, karena ikan yang didapatkannya sangat besar dan cantik sekali.

Setelah beberapa saat memandangi ikan hasil tangkapannya, petani itu sangat terkejut.

Ternyata ikan yang ditangkapnya itu bisa berbicara. Tolong aku jangan dimakan Pak!!

Biarkan aku hidup, teriak ikan itu. Tanpa banyak Tanya, ikan tangkapannya itu langsung

dikembalikan ke dalam air lagi. Setelah mengembalikan ikan ke dalam air, petani itu

bertambah terkejut, karena tiba-tiba ikan tersebut berubah menjadi seorang wanita yang

sangat cantik.

Jangan takut Pak, aku tidak akan menyakiti kamu, kata si ikan. Siapakah kamu ini?

Bukankah kamu seekor ikan?, Tanya petani itu. Aku adalah seorang putri yang dikutuk,

karena melanggar aturan kerajaan, jawab wanita itu. Terimakasih engkau sudah

membebaskan aku dari kutukan itu, dan sebagai imbalannya aku bersedia kau jadikan istri,

kata wanita itu. Petani itupun setuju. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada

satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul

Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.

Setelah beberapa lama mereka menikah, akhirnya kebahagiaan Petani dan istrinya

bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Anak mereka tumbuh

menjadi anak yang sangat tampan dan kuat, tetapi ada kebiasaan yang membuat heran semua

orang. Anak tersebut selalu merasa lapar, dan tidak pernah merasa kenyang. Semua jatah

makanan dilahapnya tanpa sisa.


Hingga suatu hari anak petani tersebut mendapat tugas dari ibunya untuk mengantarkan

makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi tugasnya tidak

dipenuhinya. Semua makanan yang seharusnya untuk ayahnya dilahap habis, dan setelah itu

dia tertidur di sebuah gubug. Pak tani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus

dan lapar. Karena tidak tahan menahan lapar, maka ia langsung pulang ke rumah. Di tengah

perjalanan pulang, pak tani melihat anaknya sedang tidur di gubug. Petani tersebut langsung

membangunkannya. Hey, bangun!, teriak petani itu.

Setelah anaknya terbangun, petani itu langsung menanyakan makanannya. Mana makanan

buat ayah?, Tanya petani. Sudah habis kumakan, jawab si anak. Dengan nada tinggi petani

itu langsung memarahi anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri! Dasar anak ikan!,"

umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan dari istrinya.

Setelah petani mengucapkan kata-kata tersebut, seketika itu juga anak dan istrinya hilang

lenyap tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang

sangat deras. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan

akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba.
MALIN KUNDANG
Cerita Rakyat Sumatera Barat

Pada suatu hari, hiduplah sebuah keluarga di pesisir pantai wilayah Sumatra. Keluarga itu

mempunyai seorang anak yang diberi nama Malin Kundang. Karena kondisi keluarga mereka

sangat memprihatinkan, maka ayah malin memutuskan untuk pergi ke negeri seberang.

Besar harapan malin dan ibunya, suatu hari nanti ayahnya pulang dengan membawa uang

banyak yang nantinya dapat untuk membeli keperluan sehari-hari. Setelah berbulan-bulan

lamanya ternyata ayah malin tidak kunjung datang, dan akhirnya pupuslah harapan Malin

Kundang dan ibunya.

Setelah Malin Kundang beranjak dewasa, ia berpikir untuk mencari nafkah di negeri seberang

dengan harapan nantinya ketika kembali ke kampung halaman, ia sudah menjadi seorang

yang kaya raya. Akhirnya Malin Kundang ikut berlayar bersama dengan seorang nahkoda

kapal dagang di kampung halamannya yang sudah sukses.

Selama berada di kapal, Malin Kundang banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak

buah kapal yang sudah berpengalaman. Malin belajar dengan tekun tentang perkapalan pada

teman-temannya yang lebih berpengalaman, dan akhirnya dia sangat mahir dalam hal

perkapalan.
Banyak pulau sudah dikunjunginya, sampai dengan suatu hari di tengah perjalanan, tiba-tiba

kapal yang dinaiki Malin Kundang di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para

pedagang yang berada di kapal dirampas oleh bajak laut. Bahkan sebagian besar awak kapal

dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang sangat

beruntung dirinya tidak dibunuh oleh para bajak laut, karena ketika peristiwa itu terjadi,

Malin segera bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu.

Malin Kundang terkatung-katung ditengah laut, hingga akhirnya kapal yang ditumpanginya

terdampar di sebuah pantai. Dengan sisa tenaga yang ada, Malin Kundang berjalan menuju ke

desa yang terdekat dari pantai. Sesampainya di desa tersebut, Malin Kundang ditolong oleh

masyarakat di desa tersebut setelah sebelumnya menceritakan kejadian yang menimpanya.

Desa tempat Malin terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan keuletan dan

kegigihannya dalam bekerja, Malin lama kelamaan berhasil menjadi seorang yang kaya raya.

Ia memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang.

Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi

istrinya.

Setelah beberapa lama menikah, Malin dan istrinya melakukan pelayaran dengan kapal yang

besar dan indah disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak. Ibu Malin Kundang

yang setiap hari menunggui anaknya, melihat kapal yang sangat indah itu, masuk ke

pelabuhan. Ia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Ia yakin kalau

yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang beserta istrinya.

Malin Kundang pun turun dari kapal. Ia disambut oleh ibunya. Setelah cukup dekat, ibunya

melihat belas luka dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang ia
dekati adalah Malin Kundang. "Malin Kundang, anakku, mengapa kau pergi begitu lama

tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi Kundang

segera melepaskan pelukan ibunya dan mendorongnya hingga terjatuh. "Wanita tak tahu diri,

sembarangan saja mengaku sebagai ibuku", kata Malin Kundang pada ibunya. Malin

Kundang pura-pura tidak mengenali ibunya, karena malu dengan ibunya yang sudah tua dan

mengenakan baju compang-camping. "Wanita itu ibumu?", Tanya istri Malin Kundang.

"Tidak, ia hanya seorang pengemis yang pura-pura mengaku sebagai ibuku agar mendapatkan

harta ku", sahut Malin kepada istrinya. Mendengar pernyataan dan diperlakukan semena-

mena oleh anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Ia tidak menduga anaknya menjadi

anak durhaka. Karena kemarahannya yang memuncak, ibu Malin menengadahkan tangannya

sambil berkata "Oh Tuhan, kalau benar ia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu".

Tidak berapa lama kemudian angin bergemuruh kencang dan badai dahsyat datang

menghancurkan kapal Malin Kundang. Setelah itu tubuh Malin Kundang perlahan menjadi

kaku dan lama-kelamaan akhirnya berbentuk menjadi sebuah batu karang.


BAWANG MERAH DAN BAWANG PUTIH
Cerita Rakyat Riau, Sumatera

Jaman dahulu kala di sebuah desa tinggal sebuah keluarga yang terdiri dari Ayah, Ibu dan
seorang gadis remaja yang cantik bernama bawang putih. Mereka adalah keluarga yang
bahagia. Meski ayah bawang putih hanya pedagang biasa, namun mereka hidup rukun dan
damai. Namun suatu hari ibu bawang putih sakit keras dan akhirnya meninggal dunia.
Bawang putih sangat berduka demikian pula ayahnya.

Di desa itu tinggal pula seorang janda yang memiliki anak bernama Bawang Merah.
Semenjak ibu Bawang putih meninggal, ibu Bawang merah sering berkunjung ke rumah
Bawang putih. Dia sering membawakan makanan, membantu bawang putih membereskan
rumah atau hanya menemani Bawang Putih dan ayahnya mengobrol. Akhirnya ayah Bawang
putih berpikir bahwa mungkin lebih baik kalau ia menikah saja dengan ibu Bawang merah,
supaya Bawang putih tidak kesepian lagi.

Dengan pertimbangan dari bawang putih, maka ayah Bawang putih menikah dengan ibu
bawang merah. Awalnya ibu bawang merah dan bawang merah sangat baik kepada bawang
putih. Namun lama kelamaan sifat asli mereka mulai kelihatan. Mereka kerap memarahi
bawang putih dan memberinya pekerjaan berat jika ayah Bawang Putih sedang pergi
berdagang. Bawang putih harus mengerjakan semua pekerjaan rumah, sementara Bawang
merah dan ibunya hanya duduk-duduk saja. Tentu saja ayah Bawang putih tidak
mengetahuinya, karena Bawang putih tidak pernah menceritakannya.

Suatu hari ayah Bawang putih jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu
Bawang merah dan ibunya semakin berkuasa dan semena-mena terhadap Bawang putih.
Bawang putih hampir tidak pernah beristirahat. Dia sudah harus bangun sebelum subuh,
untuk mempersiapkan air mandi dan sarapan bagi Bawang merah dan ibunya. Kemudian dia
harus memberi makan ternak, menyirami kebun dan mencuci baju ke sungai. Lalu dia masih
harus menyetrika, membereskan rumah, dan masih banyak pekerjaan lainnya. Namun
Bawang putih selalu melakukan pekerjaannya dengan gembira, karena dia berharap suatu saat
ibu tirinya akan mencintainya seperti anak kandungnya sendiri.

Pagi ini seperti biasa Bawang putih membawa bakul berisi pakaian yang akan dicucinya di
sungai. Dengan bernyanyi kecil dia menyusuri jalan setapak di pinggir hutan kecil yang biasa
dilaluinya. Hari itu cuaca sangat cerah. Bawang putih segera mencuci semua pakaian kotor
yang dibawanya. Saking terlalu asyiknya, Bawang putih tidak menyadari bahwasalah satu
baju telah hanyut terbawa arus. Celakanya baju yang hanyut adalah baju kesayangan ibu
tirinya. Ketika menyadari hal itu, baju ibu tirinya telah hanyut terlalu jauh. Bawang putih
mencoba menyusuri sungai untuk mencarinya, namun tidak berhasil menemukannya. Dengan
putus asa dia kembali ke rumah dan menceritakannya kepada ibunya.

Dasar ceroboh! bentak ibu tirinya. Aku tidak mau tahu, pokoknya kamu harus mencari
baju itu! Dan jangan berani pulang ke rumah kalau kau belum menemukannya. Mengerti?

Bawang putih terpaksa menuruti keinginan ibun tirinya. Dia segera menyusuri sungai
tempatnya mencuci tadi. Mataharisudah mulai meninggi, namun Bawang putih belum juga
menemukan baju ibunya. Dia memasang matanya, dengan teliti diperiksanya setiap juluran
akar yang menjorok ke sungai, siapa tahu baju ibunya tersangkut disana. Setelah jauh
melangkah dan matahari sudah condong ke barat, Bawang putih melihat seorang
penggembala yang sedang memandikan kerbaunya. Maka Bawang putih bertanya: Wahai
paman yang baik, apakah paman melihat baju merah yang hanyut lewat sini? Karena saya
harus menemukan dan membawanya pulang. Ya tadi saya lihat nak. Kalau kamu
mengejarnya cepat-cepat, mungkin kau bisa mengejarnya, kata paman itu.
Baiklah paman, terima kasih! kata Bawang putih dan segera berlari kembali menyusuri.
Hari sudah mulai gelap, Bawang putih sudah mulai putus asa. Sebentar lagi malam akan tiba,
dan Bawang putih. Dari kejauhan tampak cahaya lampu yang berasal dari sebuah gubuk di
tepi sungai. Bawang putih segera menghampiri rumah itu dan mengetuknya.
Permisi! kata Bawang putih. Seorang perempuan tua membuka pintu.
Siapa kamu nak? tanya nenek itu.

Saya Bawang putih nek. Tadi saya sedang mencari baju ibu saya yang hanyut. Dan sekarang
kemalaman. Bolehkah saya tinggal di sini malam ini? tanya Bawang putih.
Boleh nak. Apakah baju yang kau cari berwarna merah? tanya nenek.
Ya nek. Apanenek menemukannya? tanya Bawang putih.

Ya. Tadi baju itu tersangkut di depan rumahku. Sayang, padahal aku menyukai baju itu,
kata nenek. Baiklah aku akan mengembalikannya, tapi kau harus menemaniku dulu disini
selama seminggu. Sudah lama aku tidak mengobrol dengan siapapun, bagaimana? pinta
nenek.Bawang putih berpikir sejenak. Nenek itu kelihatan kesepian. Bawang putih pun
merasa iba. Baiklah nek, saya akan menemani nenek selama seminggu, asal nenek tidak
bosan saja denganku, kata Bawang putih dengan tersenyum.

Selama seminggu Bawang putih tinggal dengan nenek tersebut. Setiap hari Bawang putih
membantu mengerjakan pekerjaan rumah nenek. Tentu saja nenek itu merasa senang. Hingga
akhirnya genap sudah seminggu, nenek pun memanggil bawang putih.
Nak, sudah seminggu kau tinggal di sini. Dan aku senang karena kau anak yang rajin dan
berbakti. Untuk itu sesuai janjiku kau boleh membawa baju ibumu pulang. Dan satu lagi, kau
boleh memilih satu dari dua labu kuning ini sebagai hadiah! kata nenek.
Mulanya Bawang putih menolak diberi hadiah tapi nenek tetap memaksanya. Akhirnya
Bawang putih memilih labu yang paling kecil. Saya takut tidak kuat membawa yang besar,
katanya. Nenek pun tersenyum dan mengantarkan Bawang putih hingga depan rumah.

Sesampainya di rumah, Bawang putih menyerahkan baju merah milik ibu tirinya sementara
dia pergi ke dapur untuk membelah labu kuningnya. Alangkah terkejutnya bawang putih
ketika labu itu terbelah, didalamnya ternyata berisi emas permata yang sangat banyak. Dia
berteriak saking gembiranya dan memberitahukan hal ajaib ini ke ibu tirinya dan bawang
merah yang dengan serakah langsun merebut emas dan permata tersebut. Mereka memaksa
bawang putih untuk menceritakan bagaimana dia bisa mendapatkan hadiah tersebut. Bawang
putih pun menceritakan dengan sejujurnya.

Mendengar cerita bawang putih, bawang merah dan ibunya berencana untuk melakukan hal
yang sama tapi kali ini bawang merah yang akan melakukannya. Singkat kata akhirnya
bawang merah sampai di rumah nenek tua di pinggir sungai tersebut. Seperti bawang putih,
bawang merah pun diminta untuk menemaninya selama seminggu. Tidak seperti bawang
putih yang rajin, selama seminggu itu bawang merah hanya bermalas-malasan. Kalaupun ada
yang dikerjakan maka hasilnya tidak pernah bagus karena selalu dikerjakan dengan asal-
asalan. Akhirnya setelah seminggu nenek itu membolehkan bawang merah untuk pergi.
Bukankah seharusnya nenek memberiku labu sebagai hadiah karena menemanimu selama
seminggu? tanya bawang merah. Nenek itu terpaksa menyuruh bawang merah memilih salah
satu dari dua labu yang ditawarkan. Dengan cepat bawang merah mengambil labu yang besar
dan tanpa mengucapkan terima kasih dia melenggang pergi.

Sesampainya di rumah bawang merah segera menemui ibunya dan dengan gembira
memperlihatkan labu yang dibawanya. Karena takut bawang putih akan meminta bagian,
mereka menyuruh bawang putih untuk pergi ke sungai. Lalu dengan tidak sabar mereka
membelah labu tersebut. Tapi ternyata bukan emas permata yang keluar dari labu tersebut,
melainkan binatang-binatang berbisa seperti ular, kalajengking, dan lain-lain. Binatang-
binatang itu langsung menyerang bawang merah dan ibunya hingga tewas. Itulah balasan
bagi orang yang serakah.
KEONG MAS
Cerita Rakyat Tanah Jawa

Alkisah pada jaman dahulu kala hiduplah seorang pemuda bernama


Galoran. Ia termasuk orang yang disegani karena kekayaan dan pangkat
orangtuanya. Namun Galoran sangatlah malas dan boros. Sehari-hari
kerjanya hanya menghambur-hamburkan harta orangtuanya, bahkan pada
waktu orang tuanya meninggal dunia ia semakin sering berfoya-foya.
Karena itu lama kelamaan habislah harta orangtuanya. Walaupun
demikian tidak membuat Galoran sadar juga, bahkan waktu
dihabiskannya dengan hanya bermalas-malasan dan berjalan-jalan. Iba
warga kampung melihatnya. Namun setiap kali ada yang menawarkan
pekerjaan kepadanya, Galoran hanya makan dan tidur saja tanpa mau
melakukan pekerjaan tersebut. Namun akhirnya galoran dipungut oleh
seorang janda berkecukupan untuk dijadikan teman hidupnya. Hal ini
membuat Galoran sangat senang ; "Pucuk dicinta ulam pun tiba",
demikian pikir Galoran.

Janda tersebut mempunyai seorang anak perempuan yang sangat rajin


dan pandai menenun, namanya Jambean. Begitu bagusnya tenunan
Jambean sampai dikenal diseluruh dusun tersebut. Namun Galoran sangat
membenci anak tirinya itu, karena seringkali Jambean menegurnya karena
selalu bermalas-malasan.

Rasa benci Galoran sedemikian dalamnya, sampai tega merencanakan


pembunuhan anak tirinya sendiri. Dengan tajam dia berkata pada
istrinya : " Hai, Nyai, sungguh beraninya Jambean kepadaku. Beraninya ia
menasehati orangtua! Patutkah itu ?" "Sabar, Kak. Jambean tidak
bermaksud buruk terhadap kakak" bujuk istrinya itu. "Tahu aku mengapa
ia berbuat kasar padaku, agar aku pergi meninggalkan rumah ini !" seru
nya lagi sambil melototkan matanya. "Jangan begitu kak, Jambean hanya
sekedar mengingatkan agar kakak mau bekerja" demikian usaha sang istri
meredakan amarahnya. "Ah .. omong kosong. Pendeknya sekarang
engkau harus memilih .. aku atau anakmu !" demikian Galoran
mengancam.

Sedih hati ibu Jambean. Sang ibu menangis siang-malam karena bingung
hatinya. Ratapnya : " Sampai hati bapakmu menyiksaku jambean.
Jambean anakku, mari kemari nak" serunya lirih. "Sebentar mak, tinggal
sedikit tenunanku" jawab Jambean. "Nah selesai sudah" serunya lagi.
Langsung Jambean mendapatkan ibunya yang tengah bersedih. "Mengapa
emak bersedih saja" tanyanya dengan iba. Maka diceritakanlah rencana
bapak Jambean yang merencanakan akan membunuh Jambean. Dengan
sedih Jambean pun berkata : " Sudahlah mak jangan bersedih, biarlah aku
memenuhi keinginan bapak. Yang benar akhirnya akan bahagia mak".
"Namun hanya satu pesanku mak, apabila aku sudah dibunuh ayah
janganlah mayatku ditanam tapi buang saja ke bendungan" jawabnya lagi.
Dengan sangat sedih sang ibu pun mengangguk-angguk. Akhirnya
Jambean pun dibunuh oleh ayah tirinya, dan sesuai permintaan Jambean
sang ibu membuang mayatnya di bendungan. Dengan ajaib batang tubuh
dan kepala Jambean berubah menjadi udang dan siput, atau disebut juga
dengan keong dalam bahasa Jawanya.

Tersebutlah di Desa Dadapan dua orang janda bersaudara bernama Mbok


Rondo Sambega dan Mbok Rondo Sembadil. Kedua janda itu hidup dengan
sangat melarat dan bermata pencaharian mengumpulkan kayu dan daun
talas. Suatu hari kedua bersaudara tersebut pergi ke dekat bendungan
untuk mencari daun talas. Sangat terpana mereka melihat udang dan
siput yang berwarna kuning keemasan. "Alangkah indahnya udang dan
siput ini" seru Mbok Rondo Sambega "Lihatlah betapa indahnya warna
kulitnya, kuning keemasan. Ingin aku bisa memeliharanya" serunya lagi.
"Yah sangat indah, kita bawa saja udang dan keong ini pulang" sahut
Mbok Rondo Sembadil. Maka dipungutnya udang dan siput tersebut untuk
dibawa pulang. Kemudian udang dan siput tersebut mereka taruh di
dalam tempayan tanah liat di dapur. Sejak mereka memelihara udang dan
siput emas tersebut kehidupan merekapun berubah. Terutama setiap
sehabis pulang bekerja, didapur telah tersedia lauk pauk dan rumah
menjadi sangat rapih dan bersih. Mbok Rondo Sambega dan Mbok Rondo
Sembadil juga merasa keheranan dengan adanya hal tersebut. Sampai
pada suatu hari mereka berencana untuk mencari tahu siapakah
gerangan yang melakukan hal tersebut.

Suatu hari mereka seperti biasanya pergi untuk mencari kayu dan daun
talas, mereka berpura-pura pergi dan kemudian setelah berjalan agak
jauh mereka segera kembali menyelinap ke dapur. Dari dapur terdengar
suara gemerisik, kedua bersaudara itu segera mengintip dan melihat
seorang gadis cantik keluar dari tempayan tanah liat yang berisi udang
dan Keong Emas peliharaan mereka. "tentu dia adalah jelmaan keong dan
udang emas itu" bisik Mbok Rondo Sambega kepada Mbok Rondo
Sembadil. "Ayo kita tangkap sebelum menjelma kembali menjadi udang
dan Keong Emas" bisik Mbok Rondo Sembadil. Dengan perlahan-lahan
mereka masuk ke dapur, lalu ditangkapnya gadis yang sedang asik
memasak itu. "Ayo ceritakan lekas nak, siapa gerangan kamu itu" desak
Mbok Rondo Sambega "Bidadarikah kamu ?" sahutnya lagi. "bukan Mak,
saya manusia biasa yang karena dibunuh dan dibuang oleh orang tua
saya, maka saya menjelma menjadi udang dan keong" sahut Jambean
lirih. "terharu mendengar cerita Jambean kedua bersaudara itu akhirnya
mengambil Keong Emas sebagai anak angkat mereka. Sejak itu Keong
Emas membantu kedua bersaudara tersebut dengan menenun.
Tenunannya sangat indah dan bagus sehingga terkenallah tenunan
terebut keseluruh negeri, dan kedua janda bersaudara tersebut menjadi
bertambah kaya dari hari kehari.

Sampailah tenunan tersebut di ibu kota kerajaan. Sang raja muda sangat
tertarik dengan tenunan buatan Jambean atau Keong Emas tersebut.
Akhirnya raja memutuskan untuk meninjau sendiri pembuatan tenunan
tersebut dan pergi meninggalkan kerajaan dengan menyamar sebagai
saudagar kain. Akhirnya tahulah raja perihal Keong Emas tersebut, dan
sangat tertarik oleh kecantikan dan kerajinan Keong Emas. Raja
menitahkan kedua bersaudara tersebut untuk membawa Jambean atau
Keong Emas untuk masuk ke kerajaan dan meminang si Keong Emas
untuk dijadikan permaisurinya. Betapa senang hati kedua janda
bersaudara tersebut.
LUTUNG KASARUNG
Cerita Rakyat Jawa Barat

Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja
yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.

Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya
Purbasari.

Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri
bungsunya sebagai pengganti. Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta, kata Prabu
Tapa.

Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat
menggantikan Ayah mereka. Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai
penggantinya, gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya.
Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya.
Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai
Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam.
Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. Orang yang dikutuk seperti
dia tidak pantas menjadi seorang Ratu ! ujar Purbararang.

Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di


hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari.
Ia pun menasehati Purbasari, Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang
Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri. Terima kasih paman, ujar Purbasari.

Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik
kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi
kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu
menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga bunga yang indah serta buah-
buahan bersama teman-temannya.

Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang
sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa
Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung
merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat
yang sangat harum.

Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di
telaga tersebut. Apa manfaatnya bagiku ?, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak
lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih
seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia
bercermin ditelaga tersebut.

Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama


tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan
adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti
semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut.
Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !, kata Purbararang. Awalnya
Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut
Purbasari lebih panjang.

Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku, kata
Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan.
Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-
lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, Jadi
monyet itu tunanganmu ?.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban.
Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari
Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang
akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada
adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka.
Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.

Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang
ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.
TIMUN MAS
Cerita Rakyat Jawa Tengah

Pada zaman dahulu, hiduplah sepasang suami istri petani. Mereka tinggal di sebuah desa di
dekat hutan. Mereka hidup bahagia. Sayangnya mereka belum saja dikaruniai seorang anak
pun.

Setiap hari mereka berdoa pada Yang Maha Kuasa. Mereka berdoa agar segera diberi seorang
anak. Suatu hari seorang raksasa melewati tempat tinggal mereka. Raksasa itu mendengar doa
suami istri itu. Raksasa itu kemudian memberi mereka biji mentimun.

Tanamlah biji ini. Nanti kau akan mendapatkan seorang anak perempuan, kata Raksasa.
Terima kasih, Raksasa, kata suami istri itu. Tapi ada syaratnya. Pada usia 17 tahun anak
itu harus kalian serahkan padaku, sahut Raksasa. Suami istri itu sangat merindukan seorang
anak. Karena itu tanpa berpikir panjang mereka setuju.

Suami istri petani itu kemudian menanam biji-biji mentimun itu. Setiap hari mereka merawat
tanaman yang mulai tumbuh itu dengan sebaik mungkin. Berbulan-bulan kemudian
tumbuhlah sebuah mentimun berwarna keemasan.
Buah mentimun itu semakin lama semakin besar dan berat. Ketika buah itu masak, mereka
memetiknya. Dengan hati-hati mereka memotong buah itu. Betapa terkejutnya mereka, di
dalam buah itu mereka menemukan bayi perempuan yang sangat cantik. Suami istri itu sangat
bahagia. Mereka memberi nama bayi itu Timun Mas.

Tahun demi tahun berlalu. Timun Mas tumbuh menjadi gadis yang cantik. Kedua orang
tuanya sangat bangga padanya. Tapi mereka menjadi sangat takut. Karena pada ulang tahun
Timun Mas yang ke-17, sang raksasa datang kembali. Raksasa itu menangih janji untuk
mengambil Timun Mas.

Petani itu mencoba tenang. Tunggulah sebentar. Timun Mas sedang bermain. Istriku akan
memanggilnya, katanya. Petani itu segera menemui anaknya. Anakkku, ambillah ini,
katanya sambil menyerahkan sebuah kantung kain. Ini akan menolongmu melawan Raksasa.
Sekarang larilah secepat mungkin, katanya. Maka Timun Mas pun segera melarikan diri.

Suami istri itu sedih atas kepergian Timun Mas. Tapi mereka tidak rela kalau anaknya
menjadi santapan Raksasa. Raksasa menunggu cukup lama. Ia menjadi tak sabar. Ia tahu,
telah dibohongi suami istri itu. Lalu ia pun menghancurkan pondok petani itu. Lalu ia
mengejar Timun Mas ke hutan.

Raksasa segera berlari mengejar Timun Mas. Raksasa semakin dekat. Timun Mas segera
mengambil segenggam garam dari kantung kainnya. Lalu garam itu ditaburkan ke arah
Raksasa. Tiba-tiba sebuah laut yang luas pun terhampar. Raksasa terpaksa berenang dengan
susah payah.

Timun Mas berlari lagi. Tapi kemudian Raksasa hampir berhasil menyusulnya. Timun Mas
kembali mengambil benda ajaib dari kantungnya. Ia mengambil segenggam cabai. Cabai itu
dilemparnya ke arah raksasa. Seketika pohon dengan ranting dan duri yang tajam
memerangkap Raksasa. Raksasa berteriak kesakitan. Sementara Timun Mas berlari
menyelamatkan diri.

Tapi Raksasa sungguh kuat. Ia lagi-lagi hampir menangkap Timun Mas. Maka Timun Mas
pun mengeluarkan benda ajaib ketiga. Ia menebarkan biji-biji mentimun ajaib. Seketika
tumbuhlah kebun mentimun yang sangat luas. Raksasa sangat letih dan kelaparan. Ia pun
makan mentimun-mentimun yang segar itu dengan lahap. Karena terlalu banyak makan,
Raksasa tertidur.

Timun Mas kembali melarikan diri. Ia berlari sekuat tenaga. Tapi lama kelamaan tenaganya
habis. Lebih celaka lagi karena Raksasa terbangun dari tidurnya. Raksasa lagi-lagi hampir
menangkapnya. Timun Mas sangat ketakutan. Ia pun melemparkan senjatanya yang terakhir,
segenggam terasi udang. Lagi-lagi terjadi keajaiban. Sebuah danau lumpur yang luas
terhampar. Raksasa terjerembab ke dalamnya. Tangannya hampir menggapai Timun Mas.
Tapi danau lumpur itu menariknya ke dasar. Raksasa panik. Ia tak bisa bernapas, lalu
tenggelam.

Timun Mas lega. Ia telah selamat. Timun Mas pun kembali ke rumah orang tuanya. Ayah dan
Ibu Timun Mas senang sekali melihat Timun Mas selamat. Mereka menyambutnya. Terima
Kasih, Tuhan. Kau telah menyelamatkan anakku, kata mereka gembira.

Sejak saat itu Timun Mas dapat hidup tenang bersama orang tuanya. Mereka dapat hidup
bahagia tanpa ketakutan lagi.
CINDELARAS
Cerita Rakyat Jawa Timur

Kerajaan Jenggala dipimpin oleh seorang raja yang bernama Raden Putra. Ia didampingi oleh
seorang permaisuri yang baik hati dan seorang selir yang memiliki sifat iri dan dengki. Raja
Putra dan kedua istrinya tadi hidup di dalam istana yang sangat megah dan damai. Hingga
suatu hari selir raja merencanakan sesuatu yang buruk pada permaisuri raja. Hal tersebut
dilakukan karena selir Raden Putra ingin menjadi permaisuri.

Selir baginda lalu berkomplot dengan seorang tabib istana untuk melaksanakan rencana
tersebut. Selir baginda berpura-pura sakit parah. Tabib istana lalu segera dipanggil sang Raja.
Setelah memeriksa selir tersebut, sang tabib mengatakan bahwa ada seseorang yang telah
menaruh racun dalam minuman tuan putri. "Orang itu tak lain adalah permaisuri Baginda
sendiri," kata sang tabib. Baginda menjadi murka mendengar penjelasan tabib istana. Ia
segera memerintahkan patih untuk membuang permaisuri ke hutan dan membunuhnya.

Sang Patih segera membawa permaisuri yang sedang mengandung itu ke tengah hutan
belantara. Tapi, patih yang bijak itu tidak mau membunuh sang permaisuri. Rupanya sang
patih sudah mengetahui niat jahat selir baginda. "Tuan putri tidak perlu khawatir, hamba akan
melaporkan kepada Baginda bahwa tuan putri sudah hamba bunuh," kata patih. Untuk
mengelabui raja, sang patih melumuri pedangnya dengan darah kelinci yang ditangkapnya.
Raja merasa puas ketika sang patih melapor kalau ia sudah membunuh permaisuri.
Setelah beberapa bulan berada di hutan, sang permaisuri melahirkan seorang anak laki-laki.
Anak itu diberinya nama Cindelaras. Cindelaras tumbuh menjadi seorang anak yang cerdas
dan tampan. Sejak kecil ia sudah berteman dengan binatang penghuni hutan. Suatu hari,
ketika sedang asyik bermain, seekor rajawali menjatuhkan sebutir telur ayam. Cindelaras
kemudian mengambil telur itu dan bermaksud menetaskannya. Setelah 3 minggu, telur itu
menetas menjadi seekor anak ayam yang sangat lucu. Cindelaras memelihara anak ayamnya
dengan rajin. Kian hari anak ayam itu tumbuh menjadi seekor ayam jantan yang gagah dan
kuat. Tetapi ada satu yang aneh dari ayam tersebut. Bunyi kokok ayam itu berbeda dengan
ayam lainnya. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun
kelapa, ayahnya Raden Putra...", kokok ayam itu

Cindelaras sangat takjub mendengar kokok ayamnya itu dan segera memperlihatkan pada
ibunya. Lalu, ibu Cindelaras menceritakan asal usul mengapa mereka sampai berada di hutan.
Mendengar cerita ibundanya, Cindelaras bertekad untuk ke istana dan membeberkan
kejahatan selir baginda. Setelah di ijinkan ibundanya, Cindelaras pergi ke istana ditemani
oleh ayam jantannya. Ketika dalam perjalanan ada beberapa orang yang sedang menyabung
ayam. Cindelaras kemudian dipanggil oleh para penyabung ayam. "Ayo, kalau berani, adulah
ayam jantanmu dengan ayamku," tantangnya. "Baiklah," jawab Cindelaras. Ketika diadu,
ternyata ayam jantan Cindelaras bertarung dengan perkasa dan dalam waktu singkat, ia dapat
mengalahkan lawannya. Setelah beberapa kali diadu, ayam Cindelaras tidak terkalahkan.

Berita tentang kehebatan ayam Cindelaras tersebar dengan cepat hingga sampai ke Istana.
Raden Putra akhirnya pun mendengar berita itu. Kemudian, Raden Putra menyuruh
hulubalangnya untuk mengundang Cindelaras ke istana. "Hamba menghadap paduka," kata
Cindelaras dengan santun. "Anak ini tampan dan cerdas, sepertinya ia bukan keturunan
rakyat jelata," pikir baginda. Ayam Cindelaras diadu dengan ayam Raden Putra dengan satu
syarat, jika ayam Cindelaras kalah maka ia bersedia kepalanya dipancung, tetapi jika
ayamnya menang maka setengah kekayaan Raden Putra menjadi milik Cindelaras.
Dua ekor ayam itu bertarung dengan gagah berani. Tetapi dalam waktu singkat, ayam
Cindelaras berhasil menaklukkan ayam sang Raja. Para penonton bersorak sorai mengelu-
elukan Cindelaras dan ayamnya. "Baiklah aku mengaku kalah. Aku akan menepati janjiku.
Tapi, siapakah kau sebenarnya, anak muda?" Tanya Baginda Raden Putra. Cindelaras segera
membungkuk seperti membisikkan sesuatu pada ayamnya. Tidak berapa lama ayamnya
segera berbunyi. "Kukuruyuk... Tuanku Cindelaras, rumahnya di tengah rimba, atapnya daun
kelapa, ayahnya Raden Putra...," ayam jantan itu berkokok berulang-ulang. Raden Putra
terperanjat mendengar kokok ayam Cindelaras. "Benarkah itu?" Tanya baginda keheranan.
"Benar Baginda, nama hamba Cindelaras, ibu hamba adalah permaisuri Baginda."

Bersamaan dengan itu, sang patih segera menghadap dan menceritakan semua peristiwa yang
sebenarnya telah terjadi pada permaisuri. "Aku telah melakukan kesalahan," kata Baginda
Raden Putra. "Aku akan memberikan hukuman yang setimpal pada selirku," lanjut Baginda
dengan murka. Kemudian, selir Raden Putra pun di buang ke hutan. Raden Putra segera
memeluk anaknya dan meminta maaf atas kesalahannya Setelah itu, Raden Putra dan
hulubalang segera menjemput permaisuri ke hutan.. Akhirnya Raden Putra, permaisuri dan
Cindelaras dapat berkumpul kembali. Setelah Raden Putra meninggal dunia, Cindelaras
menggantikan kedudukan ayahnya. Ia memerintah negerinya dengan adil dan bijaksana.
BATU MENANGIS
Cerita Legenda Kalimantan

Disebuah bukit yang jauh dari desa, didaerah Kalimantan hiduplah seorang janda miskin dan
seorang anak gadisnya.

Anak gadis janda itu sangat cantik jelita. Namun sayang, ia mempunyai prilaku yang amat
buruk. Gadis itu amat pemalas, tak pernah membantu ibunya melakukan pekerjaan-pekerjaan
rumah. Kerjanya hanya bersolek setiap hari.

Selain pemalas, anak gadis itu sikapnya manja sekali. Segala permintaannya harus dituruti.
Setiap kali ia meminta sesuatu kepada ibunya harus dikabulkan, tanpa memperdulikan
keadaan ibunya yang miskin, setiap hari harus membanting tulang mencari sesuap nasi.

Pada suatu hari anak gadis itu diajak ibunya turun ke desa untuk berbelanja. Letak pasar desa
itu amat jauh, sehingga mereka harus berjalan kaki yang cukup melelahkan. Anak gadis itu
berjalan melenggang dengan memakai pakaian yang bagus dan bersolek agar orang dijalan
yang melihatnya nanti akan mengagumi kecantikannya. Sementara ibunya berjalan
dibelakang sambil membawa keranjang dengan pakaian sangat dekil. Karena mereka hidup
ditempat terpencil, tak seorangpun mengetahui bahwa kedua perempuan yang berjalan itu
adalah ibu dan anak.
Ketika mereka mulai memasuki desa, orang-orang desa memandangi mereka. Mereka begitu
terpesona melihat kecantikan anak gadis itu, terutama para pemuda desa yang tak puas-
puasnya memandang wajah gadis itu. Namun ketika melihat orang yang berjalan dibelakang
gadis itu, sungguh kontras keadaannya. Hal itu membuat orang bertanya-tanya.

Di antara orang yang melihatnya itu, seorang pemuda mendekati dan bertanya kepada gadis
itu, "Hai, gadis cantik. Apakah yang berjalan dibelakang itu ibumu?"
Namun, apa jawaban anak gadis itu ?
"Bukan," katanya dengan angkuh. "Ia adalah pembantuku !"
Kedua ibu dan anak itu kemudian meneruskan perjalanan. Tak seberapa jauh, mendekati lagi
seorang pemuda dan bertanya kepada anak gadis itu.
"Hai, manis. Apakah yang berjalan dibelakangmu itu ibumu?"
"Bukan, bukan," jawab gadis itu dengan mendongakkan kepalanya. " Ia adalah budakk!"
Begitulah setiap gadis itu bertemu dengan seseorang disepanjang jalan yang menanyakan
perihal ibunya, selalu jawabannya itu. Ibunya diperlakukan sebagai pembantu atau budaknya.

Pada mulanya mendengar jawaban putrinya yang durhaka jika ditanya orang, si ibu masih
dapat menahan diri. Namun setelah berulang kali didengarnya jawabannya sama dan yang
amat menyakitkan hati, akhirnya si ibu yang malang itu tak dapat menahan diri. Si ibu
berdoa.

"Ya Tuhan, hamba tak kuat menahan hinaan ini. Anak kandung hamba begitu teganya
memperlakukan diri hamba sedemikian rupa. Ya, tuhan hukumlah anak durhaka ini !
Hukumlah dia...."
Atas kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa, perlahan-lahan tubuh gadis durhaka itu berubah
menjadi batu. Perubahan itu dimulai dari kaki. Ketika perubahan itu telah mencapai setengah
badan, anak gadis itu menangis memohon ampun kepada ibunya.

" Oh, Ibu..ibu..ampunilah saya, ampunilah kedurhakaan anakmu selama ini.


Ibu...Ibu...ampunilah anakmu.." Anak gadis itu terus meratap dan menangis memohon kepada
ibunya. Akan tetapi, semuanya telah terlambat. Seluruh tubuh gadis itu akhirnya berubah
menjadi batu. Sekalipun menjadi batu, namun orang dapat melihat bahwa kedua matanya
masih menitikkan air mata, seperti sedang menangis. Oleh karena itu, batu yang berasal dari
gadis yang mendapat kutukan ibunya itu disebut " Batu Menangis ".
SANGKURIANG
Cerita Rakyat Jawa Barat

Pada jaman dahulu, di Jawa Barat hiduplah seorang putri raja yang bernama Dayang Sumbi.
Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar
berburu di dalam hutan. Setiap berburu, dia selalu ditemani oleh seekor anjing
kesayangannya yang bernama Tumang. Tumang sebenarnya adalah titisan dewa, dan juga
bapak kandung Sangkuriang, tetapi Sangkuriang tidak tahu hal itu dan ibunya memang
sengaja merahasiakannya.

Pada suatu hari, seperti biasanya Sangkuriang pergi ke hutan untuk berburu. Setelah
sesampainya di hutan, Sangkuriang mulai mencari buruan. Dia melihat ada seekor burung
yang sedang bertengger di dahan, lalu tanpa berpikir panjang Sangkuriang langsung
menembaknya, dan tepat mengenai sasaran. Sangkuriang lalu memerintah Tumang untuk
mengejar buruannya tadi, tetapi si Tumang diam saja dan tidak mau mengikuti perintah
Sangkuriang. Karena sangat jengkel pada Tumang, maka Sangkuriang lalu mengusir Tumang
dan tidak diijinkan pulang ke rumah bersamanya lagi.

Sesampainya di rumah, Sangkuriang menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya. Begitu


mendengar cerita dari anaknya, Dayang Sumbi sangat marah. Diambilnya sendok nasi, dan
dipukulkan ke kepala Sangkuriang. Karena merasa kecewa dengan perlakuan ibunya, maka
Sangkuriang memutuskan untuk pergi mengembara, dan meninggalkan rumahnya.

Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali perbuatannya. Ia berdoa setiap hari,
dan meminta agar suatu hari dapat bertemu dengan anaknya kembali. Karena kesungguhan
dari doa Dayang Sumbi tersebut, maka Dewa memberinya sebuah hadiah berupa kecantikan
abadi dan usia muda selamanya.

Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang mengembara, akhirnya ia berniat untuk pulang


ke kampung halamannya. Sesampainya di sana, dia sangat terkejut sekali, karena kampung
halamannya sudah berubah total. Rasa senang Sangkuriang tersebut bertambah ketika saat di
tengah jalan bertemu dengan seorang wanita yang sangat cantik jelita, yang tidak lain adalah
Dayang Sumbi. Karena terpesona dengan kecantikan wanita tersebut, maka Sangkuriang
langsung melamarnya. Akhirnya lamaran Sangkuriang diterima oleh Dayang Sumbi, dan
sepakat akan menikah di waktu dekat. Pada suatu hari, Sangkuriang meminta ijin calon
istrinya untuk berburu di hatan. Sebelum berangkat, ia meminta Dayang Sumbi untuk
mengencangkan dan merapikan ikat kapalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi, karena
pada saat dia merapikan ikat kepala Sangkuriang, Ia melihat ada bekas luka. Bekas luka
tersebut mirip dengan bekas luka anaknya. Setelah bertanya kepada Sangkuriang tentang
penyebab lukanya itu, Dayang Sumbi bertambah tekejut, karena ternyata benar bahwa calon
suaminya tersebut adalah anaknya sendiri.

Dayang Sumbi sangat bingung sekali, karena dia tidak mungkin menikah dengan anaknya
sendiri. Setelah Sangkuriang pulang berburu, Dayang Sumbi mencoba berbicara kepada
Sangkuriang, supaya Sangkuriang membatalkan rencana pernikahan mereka. Permintaan
Dayang Sumbi tersebut tidak disetujui Sangkuriang, dan hanya dianggap angin lalu saja.

Setiap hari Dayang Sumbi berpikir bagaimana cara agar pernikahan mereka tidak pernah
terjadi. Setelah berpikir keras, akhirnya Dayang Sumbi menemukan cara terbaik. Dia
mengajukan dua buah syarat kepada Sangkuriang. Apabila Sangkuriang dapat memenuhi
kedua syarat tersebut, maka Dayang Sumbi mau dijadikan istri, tetapi sebaliknya jika gagal
maka pernikahan itu akan dibatalkan. Syarat yang pertama Dayang Sumbi ingin supaya
sungai Citarum dibendung. Dan yang kedua adalah, meminta Sangkuriang untuk membuat
sampan yang sangat besar untuk menyeberang sungai. Kedua syarat itu harus diselesai
sebelum fajar menyingsing.

Sangkuriang menyanggupi kedua permintaan Dayang Sumbi tersebut, dan berjanji akan
menyelesaikannya sebelum fajar menyingsing. Dengan kesaktian yang dimilikinya,
Sangkuriang lalu mengerahkan teman-temannya dari bangsa jin untuk membantu
menyelesaikan tugasnya tersebut. Diam-diam, Dayang Sumbi mengintip hasil kerja dari
Sangkuriang. Betapa terkejutnya dia, karena Sangkuriang hampir menyelesaiklan semua
syarat yang diberikan Dayang Sumbi sebelum fajar.

Dayang Sumbi lalu meminta bantuan masyarakat sekitar untuk menggelar kain sutera
berwarna merah di sebelah timur kota. Ketika melihat warna memerah di timur kota,
Sangkuriang mengira kalau hari sudah menjelang pagi. Sangkuriang langsung menghentikan
pekerjaannya dan merasa tidak dapat memenuhi syarat yang telah diajukan oleh Dayang
Sumbi.

Dengan rasa jengkel dan kecewa, Sangkuriang lalu menjebol bendungan yang telah dibuatnya
sendiri. Karena jebolnya bendungan itu, maka terjadilah banjir dan seluruh kota terendam air.
Sangkuriang juga menendang sampan besar yang telah dibuatnya. Sampan itu melayang dan
jatuh tertelungkup, lalu menjadi sebuah gunung yang bernama Tangkuban Perahu.
Legenda dari tanah Sumatera Selatan, Palembang

PULAU KEMARO
Kisah Cinta Sejati Antara Tan Bun An Dan Siti Fatimah

Pulau Kemaro adalah sebuah pulau kecil yang membentang diatas Sungai Musi. Sungai yang
memisahkan antara seberang ulu dan seberang ilir kota Palembang.

Dalam Bahasa Indonesia, Pulau Kemaro artinya sama dengan Pulau Kemarau. Dikatakan
demikian karena pulau ini tidak pernah dibanjiri oleh air walaupun pada saat sungai musi
mengalami pasang naik.

Pulau Kemaro ini selalu ramai dikunjungi oleh warga khususnya warga Tiong Hoa. Apalagi
ketika Cap Go Meh tiba.

Diatas pulau ini ada sebuah Pagoda China. Dan yang paling terkenal adalah "POHON
CINTA". Konon menurut penduduk asli setempat, bila dua orang pasang kekasih mengukir
namanya di Pohon Cinta tersebut maka cinta mereka akan abadi.
Ada sepenggal kisah cinta yang romantis dibalik terbentuknya Pulau Kemaro ini. Mari kita
simak ceritanya.

Dahulu kala ada seorang putri raja Palembang yang cantik jelita bernama Siti Fatimah.
Wajahnya sangat menawan. Sehingga banyak pemuda-pemuda kaya yang datang
berbondong-bondong untuk mempersuntingnya. Namun tidak ada satupun dari mereka yang
berhasil, karena sang raja hanya menginginkan menantu yang berasal dari keturunan
bangsawan dan yang sederajat dengannya.

Bersamaan pada waktu itu ada seorang pemuda dari negeri China bernama Tan Bun An
bersama awak kapalnya berlabuh di negeri melayu tersebut dengan maksud untuk berdagang.

Tan Bun An rupanya bukanlah seorang pelayar biasa. Dia adalah putra mahkota dari raja
China yang bermaksud untuk membuat hubungan dagang dengan kerajaan Palembang. Lalu
dia menemui raja Palembang untuk menyampaikan maksud dari kedatangannya tersebut.

Raja Palembang menyambut kedatangan Tan Bun An dengan baik dan ramah. Sejak itu,
setiap hasil yang didapat oleh Tan Bun An dari perdagangannya dibagikan kepada raja
Palembang sesuai dengan perjanjian.

Hingga pada suatu waktu, Tan Bun An bertemu dengan Siti Fatimah. Tan Bun An sangat
terpesona melihat kecantikan Siti Fatimah. Siti Fatimah pun tertarik dengan sosok pemuda
yang gagah dan penuh sopan-santun tersebut. Akhirnya mereka pun saling jatuh cinta.

Tan Bun An tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Lalu dia membulatkan hatinya untuk
melamar Siti Fatimah. Alangkah senangnya sang raja mendengar berita yang disampaikan
oleh sang putra mahkota raja China tersebut. Karena Tan Bun An sangat memenuhi kriteria
yang diinginkannya.

Namun sang raja meminta sebuah persyaratan yang harus dipenuhi oleh Tan Bun An, yaitu
sembilan buah guci yang berisi emas sebagai mas kawin untuk putrinya. Tan Bun An pun
menyanggupi persyaratan sang raja tersebut. Lalu ia menyuruh para pengawal dan awak
kapalnya untuk menyampaikan berita ini kepada orang tuanya yang tidak lain adalah
penguasa negeri china pada saat itu.

Awak bersama kapalnya pun kembali ke negeri China untuk menyampaikan surat dari Tan
Bun An kepada raja mereka. Sementara pernikahan Tan Bun An dan Siti Fatimah
dilangsungkan secara besar-besaran di Palembang.

Setelah enam bulan purnama, para awak kapal dan pengawal Tan Bun An kembali dari negeri
China bersama sebuah surat dari orang tuanya dan sembilan buah guci berisi emas yang
dipinta oleh raja Palembang. Namun guci-guci tersebut sengaja ditutupi oleh sayur-sayuran
agar agar terhindar dari perompak laut.
Mendengar berita ini, Tan Bun An bersama Siti Fatimah dan dayang-dayang bergegas
menemui awak kapal dan pengawalnya tersebut dibantaran sungai Musi Palembang.

Dalam surat yang disampaikan oleh orang tuanya itu, mereka meminta maaf kepada Tan Bun
An putranya karena tidak dapat berkunjung ke Palembang untuk melihat menantu mereka
yang cantik jelita tersebut. Sedangkan sesuai dengan permintaan raja Palembang, mereka
sudah menyiapkan sembilan buah guci berisi emas tersebut diatas kapal.

Alangkah senangnya Tan Bun An setelah membaca surat dari orang tuanya itu. Dengan
semangat, kemudian ia pun naik ke atas kapal bersama Siti Fatimah untuk memeriksa ke
sembilan guci tersebut.

Namun alangkah terkejutnya Tan Bun An saat mendapati isi dari guci pertama hanyalah
berupa sayur-sayuran. Belum lagi sayur-sayuran tersebut sudah membusuk dan melepaskan
aroma yang tidak sedap.

Dalam hatinya berkata, bagaimana dia bisa menemui mertuanya raja Palembang itu kalau
ternyata yang ia bawa adalah guci berisi sayur-sayuran yang sudah membusuk. Pastinya dia
akan sangat malu sekali. Tan Bun An pun marah dan melemparkan guci tersebut keatas
sungai musi. Begitu juga dengan guci-guci kedua, ketiga, ke-empat dan seterusnya. Hingga
guci yang ke-sembilan, saat Tan Bun An ingin melemparkannya keatas sungai musi tiba-tiba
ia tersandung sesuatu dan jatuhlah guci tersebut hingga pecah diatas kapal.

Betapa terkejutnya Tan Bun An, saat ia melihat ada batangan-batangan emas berhamburan
dari dalam guci itu. Ia pun menyesal. Lalu menyeburkan diri kedalam sungai Musi dengan
maksud mengambil emas-emas itu.

Siti Fatimah yang cemas dengan keadaan Tan Bun An yang tak kunjung timbul ke permukaan
sungai ikut menceburkan diri kedalam sungai Musi. Sebelum itu ia mengatakan sesuatu
kepada para dayangnya. Jika ada seonggok tanah muncul diatas permukaan sungai Musi ini,
maka berarti itu adalah makamnya.

Para dayang, awak kapal, dan pengawal Tan Bun An yang setia kemudian ikut
menenggelamkan diri kedalam sungai Musi bersama kapalnya.

Setelah beberapa bulan dari peristiwa itu Tan Bun An, Siti Fatimah, beserta dayang-dayang
dan para pengawal Tan Bun An tak kunjung ditemukan lagi. Mereka hilang dikedalaman
sungai Musi bagaikan ditelan bumi.

Lalu muncul sedikit demi sedikit seonggok tanah diatas permukaan sungai Musi seperti yang
dikatakan oleh Siti Fatimah sebelum ajalnya. Hingga sekarang seonggok tanah yang sedikit
demi sedikit itu membentuk sebuah pulau kecil ditengah-tengah sungai Musi yang dinamakan
Pulau Kemaro. Pulau yang selalu tampak seperti mengalami musim kemarau yang tak pernah
usai. Walaupun keadaan sungai Musi sedang pasang naik.
NAMA :

KELAS :

Si Pahit Lidah Dan Si Mata Empat

Zaman dahulu, di daerah Banding Agung, Sumatera Selatan, hiduplah dua jawara yang gagah
perkasa. Mereka sangat dikenal oleh masyarakat Banding Agung dan disegani lawan-
lawannya. Kedua pendekar itu memiliki julukan si Pahit Lidah dan si Mata Empat.

Suatu hari, si Pahit Lidah datang menemui si Mata Empat. Ia berkata, "Hai Mata Empat,
kudengar kau sangat sakti. Tapi, kurasa kesaktianmu tidaklah sebanding denganku."

Merasa diremehkan oleh si Pahit Lidah, si Mata Empat pun berkata, "Apa maksudmu? Kau
pikir sehebat apa dirimu? Untuk membuktikan siapa yang paling sakti diantara kita, ayo kita
adu kesaktian!"

"Baiklah, aku terima tantanganmu. Masing-masing dari kita nanti harus menelungkup di
bawah rumpun bunga aren. Kemudian, bunga aren itu dipotong. Siapa yang bisa menghindar
dari bunga aren tersebut, dialah yang menang," jelas si Pahit Lidah menantang.

Akhirnya, mereka bersepakat menentukan waktu untuk beradu kekuatan. Hari berganti,
waktu yang telah ditentukan pun tiba. Si Mata Empat mendapat giliran pertama. Sesuai
dengan namanya, si Mata Empat memiliki empat mata, yaitu dua di depan dan dua di
belakang (kepalanya).

Dengan gesit, si Pahit Lidah memanjat pohon aren dan berhasil memotong bunganya.
Sementara, si Mata Empat menelungkup badannya di bawah rumpun pohon tersebut. Dibantu
oleh kedua matanya yang terletak dibelakang kepala, si mata empat pun berhasil menghindari
bunga aren yang telah dipotong dari pohonnya oleh si pahit lidah. selamatlah si Mata Empat.

Kini, giliran si Mata Empat untuk memanjat pohon aren. Sedangkan, si Pahit Lidah
menelungkupkan badannya di bawah rumpun pohon tersebut. Tidak kalah gesitnya si Mata
Empat memanjat. Setelah sampai di atas, ia memotong bunga aren. Dengan cepat, bunga aren
tersebut meluncur ke bawah. Si Pahit Lidah yang tidak mengetahui bunga aren itu telah
dipotong, hanya menelungkup tanpa menghindar. Akibatnya, tubuh si Pahit Lidah terkena
hujaman bunga aren. Seketika itu juga ia tewas.

Melihat kematian si Pahit Lidah, hati si Mata Empat menjadi puas. Kini, dialah yang paling
sakti di antara jawara yang lain. Namun, dibalik rasa puasnya, si Mata Empat masih merasa
penasaran tentang nama si Pahit Lidah.

"Dia pikir dia itu hebat?" Ucap Mata Empat melihat ke arah mayat Pahit Lidah.

"Tapi, mengapa dia dipanggil si Pahit Lidah? Apakah lidahnya benar-benar pahit?" pikir si
Mata Empat.

Karena penasaran, si Mata Empat pun menghampiri mayat si Pahit Lidah. Setelah itu,
dibukalah mulut si Pahit Lidah. Setelah dilihat-lihat dengan teliti, ternyata lidah milik si Pahit
Lidah tidak jauh berbeda dengan lidah miliknya.

"Benarkah lidah pahit?" tanya si Mata Empat dalam hati sambil menempelkan telunjuknya ke
lidah si Pahit Lidah. Kemudian, ia kecap jari telunjuknya yang telah terkena liur si Pahit
Lidah itu ke lidahnya. "Memang terasa sangat pahit," ujarnya kembali dalam hati.

Akan tetapi, ia tidak mengetahui bahwa rasa pahit itu adalah racun yang berada di lidah si
Pahit Lidah. Akibatnya, si Mata Empat pun tewas.
Kini, tidak ada lagi jawara yang terkenal saat itu. Mereka tewas akibat kesombongannya
sendiri. Mayat si Mata Empat dan si Pahit Lidah pun dimakamkan di tepi Danau Ranau.
Danau itu masih ada sampai sekarang dan menjadi objek wisata yang pemandangannya
sangat indah.

Pesan Moral :

Tidak ada gunanya menyombongkan diri. Sebab, sifat sombong dapat mencelakakan diri kita
sendiri. Jadilah orang yang rendah diri walaupun memiliki kemampuan lebih dari orang lain.
Sejarah kisah hidup Gajah Mada sebagai seorang sosok yang berpengaruh
dimulai kira-kira tahun 1313, dan berdasarkan manuskrip, puisi, dan
mitologi dari tanah Jawa, Gajah Mada merupakan seorang panglima
perang yang sangat berpengaruh di kerajaan Majapahit pada zaman itu.
Kejadian yang menjadikannya patih adalah ketika Sri Jayanagara
memerintah. Dilanjutikan pada masa Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi,
Gajah Mada menanjaki tangga jabatannya lagi dan diangkat menjadi
Mahapatih. Kedudukan tertinggi yang pernah ia pegang adalah
Amangkubumi yang setara dengan Perdana Mentri, dimana pada saat ia
menjadi Amangkubumi inilah Majapahit ia hantarkan kepada puncak
gunung emas kejayaan.

Sejarah Kisah Hidup Gajah Mada Yang Menginspirasi


Hampir tidak ada yang diketahui tentang sejarah kisah hidup Gajah Mada
kecil, selain beberapa tulisan yang menceritakan bahwa ia merupakan
anak dari kalangan rakyat jelata. Namun ada beberapa catatan mengenai
awal karirnya sebagai Begelen, kepala Bhayangkara yang merupakan
tentara elit bertugas untuk menjaga raja-raja serta keluarga dari para raja
Majapahit. Suatu ketika, Rakrian Kuti yang merupakan salah satu elit
Majapahit merencanakan sebuah pemberontakan terhadap raja Majapahit
di tahun 1321, Jayanegara. Hal ini menyebabkan Gajah Mada dan
mahapatih masa itu yang bernama Arya Tadah membantu sang Raja
bersama keluarganya untuk kabur menuju ibukota Trowulan. Beberapa
saat setelah kejadian itu, Gajah Mada kembali ke kerajaan dan membantu
mengakhiri pemberontakan oleh Ra Kuti sehingga ia mendapatkan gelar
Patih.
Ada beberapa sumber yang menceritakan masa akhir pemerintahan
Jayanegara sebelum akhirnya digantikan oleh Tribhuwana. Satu versi
mengatakan bahwa Jayanegara dibunuh oleh Rakrian Tanca yang pada
masa itu menjabat menjadi tabib kerajaan yang merupakan antek dari
Rakrian Kuti. Versi lainnya yang tertulis dalam Negarakertagama dan
dipastikan kebenarannya lewat beberapa prasasti yang ada pada abad ke-
13 dan awal abad ke-14, menyatakan yang membunuh Jayanegara adalah
Gajah Mada dan hal itu terjadi pada tahun 1328. Dalam tulisan di prasasti
dan Negarakertagama, diceritakan bahwa Jayanegara amat berlebihan
dalam hal proteksi terhadap dua adiknya yang lahir dari ratu termuda
Kertarajasa yaitu Dyah Dewi Gayatri. Komplain yang datang dari kedua
putri muda ini menuntun kepada intervensi Gajah Mada dimana ia
mengambil solusi yang drastis, yaitu memerintahkan seorang ahli bedah
untuk membunuh sang raja sambil berpura-pura sedang melakukan
operasi penting.
Sejarah kisah hidup Gajah Mada sebagai Mahapatih dimulai pada
masa pemerintahan Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi. Tepatnya tahun
1329, Arya Tadah yang masih duduk di posisi Mahapatih menyatakan
bahwa ia ingin mengundurkan diri, dan menunjuk Gajah Mada sebagai
penerusnya. Hal ini tidak langsung disetujui oleh Gajah Mada sendiri,
karena ia berpikir bahwa jasanya kepada Majapahit belum cukup, dan
demi hal itu ia berjanji untuk menghentikan terlebih dahulu
pemberontakan yang sedang terjadi yang didalangi oleh Keta dan Sadeng.
Benar saja, tak butuh waktu lama, Keta dan Sadeng langsung tunduk,
membuat Gajah Mada akhirnya diangkat sebagai Mahapatih secara resmi
oleh Tribhuwana pada tahun 1334.
Mungkin salah satu hal yang paling bisa diingat tentang Gajah Mada dan
Majapahit adalah sumpah yang disuarakan olehnya yaitu sumpah Palapa.
Sumpah ini disuarakan oleh Gajah Mada pada saat ia diangkat menjadi
Amangkubumi di tahun 1336. Isi dari sumpah tersebut adalah bagaimana
Gajah Mada tidak akan mengecap rempah sebelum Nusantara berhasil
ditundukkan. Sumpah ini memiliki banyak makna, dan arti sesungguhnya
hanya Gajah Mada yang tahu. Beberapa orang menganggap bahwa Gajah
Mada tidak akan memperbolehkan makanannya diberikan rempah apapun
(pala apa = rempah apapun). Beberapa orang lain juga menganggap
sumpah ini berarti Gajah Mada tidak akan mencicipi kenikmatan dunia
berbentuk apapun sebelum ia berhasil menaklukkan seluruh daerah di
kepulauan yang kelak menjadi Indonesia tersebut.
Perjalanan hidup Gajah Mada mencapai puncaknya ketika ia berhasil
memenuhi sumpah Palapa yang bahkan diragukan oleh teman-teman
dekat dari Gajah Mada sendiri. Meski begitu, ia berhasil menepis ketidak
percayaan orang-orang yang menganggapnya terlalu ambisius dengan
pertama menaklukkan Bedahlu di Bali dan Lombok pada tahun 1343.
Setelah mengurus kedua area baru itu, ia mengirim pasukan laut ke arah
barat untuk menyerang sisa-sisa kerajaan maritim Sriwijaya yang ada di
Palembang. Ia juga menempatkan Adityawarman yang saat itu merupakan
pangeran dari Majapahit untuk menjadi pemimpin daerah jajahan di
Minangkabau, Sumatra Barat. Penundukkan yang ia lakukan berlanjut
hingga kesultanan pertama di Asia Tenggara, yaitu Samudra Pasai. Gajah
Mada juga berhasil menundukkan Bintan, Tumasik (Singapura), Melayu,
dan Kalimantan.
Ketika Tribhuwana mengundurkan diri sebagai ratu, anaknya yang
bernama Hayam Wuruk naik tahta menjadi raja, dan Gajah Mada tetap
ditunjuk sebagai Amangkubumi. Di bawah pemerintahan raja yang baru,
Gajah Mada berhasil menundukkan Logajah, Seram, Gurun, Sasak, Buton,
Hutankadali, Banggai, Kunir, Salayar, Galiyan, Solor, Bima, Banda, Sumba,
Dompo, Ambon, dan Timur. Dengan begini, ia juga berhasil mencapai
janjinya dan membentuk purwarupa daerah Indonesia modern ditambah
dengan Temasek (sekarang Singapura), Malaysia, Brunei, Timor Timur,
dan Filipina bagian selatan.
Sejarah kisah hidup Gajah Mada menginspirasi banyak hal kepada
nasionalisme bangsa Indonesia. Soekarno juga sering mengutip kata-kata
Gajah Mada yang ia nilai adalah sebuah inspirasi dan bukti sejarah
kejayaan Indonesia. Nama Mahapatih yang satu ini juga diabadikan
sebagai nama jalan di beberapa daerah di Indonesia dan sebagai nama
salah satu universitas di Yogyakarta. Dalam kultur pop, sosok Gajah Mada
sendiri bisa ditemui pada permainan video yang berjudul Sid Meiers
Civilization V sebagai pemimpin peradaban Indonesia.
LEGENDA CANDI BOROBUDUR

Di Indonesia ada bangunan raksasa yang masih banyak misteri tak terpecahkan. Yaitu Candi
Borobudur.
Menurut sejarah Candi Borobudur dibangun oleh Raja Smaratungga salah satu raja kerajaan
Mataram kuno dari dinasti Syailendra pada abad ke-8. Menurut legenda Candi Borobudur
dibangun oleh seo...rang arsitek bernama Gunadharma, namun kebenaran berita tersebut
secara hirtoris belum diketahui secara pasti.
Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti susunan bangunan berundak atau
semacam piramida dan sebuah stupa. Berbeda dengan piramida raksasa di Mesir dan Piramida
Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan versi lain bangunan piramida. Piramida
Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan ditemukan di daerah dan negara
manapun.
Sedangkan ketika dilihat dari udara, bentuk Candi Borobudur mirip dengan teratai. Teratai
memang salah satu dari simbol-simbol yang dipakai dalam penghormatan (puja) agama Buddha,
melambangkan kesucian, mengingatkan umat Buddha untuk senantiasa menjaga pikiran dan
hati tetap bersih meski berada di lingkungan yang tidak bersih.
Tahun 1930-an W.O.J. Nieuwenkamp pernah memberikan khayalan ilmiah terhadap Candi
Borobudur. Didukung penelitian geologi, Nieuwenkamp mengatakan bahwa Candi Borobudur
bukannya dimaksud sebagai bangunan stupa melainkan sebagai bunga teratai yang mengapung
di atas danau. Danau yang sekarang sudah kering sama sekali, dulu meliputi sebagian dari
daerah dataran Kedu yang terhampar di sekitar bukit Borobudur. Foto udara daerah Kedu
memang memberi kesan adanya danau yang amat luas di sekeliling Candi Borobudur.
Menurut kitab-kitab kuno, sebuah candi didirikan di sekitar tempat bercengkeramanya para
dewa. Puncak dan lereng bukit, daerah kegiatan gunung berapi, dataran tinggi, tepian sungai
dan danau, dan pertemuan dua sungai dianggap menjadi lokasi yang baik untuk pendirian
sebuah candi.
Yang menarik dari Candi Borobudur adalah nama arsiteknya, yang bernama Gunadharma. Tapi
siapakah Gunadharma?
Tidak ada catatan sejarah mengenai tokoh bernama Gunadharma ini. Diperkirakan Gunadharma
merupakan simbol dari nama seseorang yang punya intelektual luar biasa. Ada anggapan bahwa
Candi Borobudur dibangun dengan bantuan 'makhluk lain'.
Bahan dasar penyusun Candi Borobudur adalah batuan yang mencapai ribuan meter kubik
jumlahnya. Sebuah batu beratnya ratusan kilogram. Hebatnya, untuk merekatkan batu tidak
digunakan semen. Antarbatu hanya saling dikaitkan, yakni batu atas-bawah, kiri-kanan, dan
belakang-depan. Bila dilihat dari udara, maka bentuk Candi Borobudur dan arca-arcanya relatif
simetris. Kehebatan lain, di dekat Candi Borobudur terdapat Candi Mendut dan Candi Pawon.
Ternyata Borobudur, Mendut, dan Pawon jika ditarik garis khayat, berada dalam satu garis lurus.
Candi Borobudur merupakan candi Budha, terletak di desa Borobudur kabupaten Magelang,
Jawa Tengah, dibangun oleh Raja Samaratungga, salah satu raja kerajaan Mataram Kuno,
keturunan Wangsa Syailendra.
Nama Borobudur merupakan gabungan dari kata Bara dan Budur. Bara dari bahasa Sansekerta
berarti... kompleks candi atau biara. Sedangkan Budur berasal dari kata Beduhur yang berarti di
atas, dengan demikian Borobudur berarti Biara di atas bukit. Sementara menurut sumber lain
berarti sebuah gunungyang berteras-teras (budhara), sementara sumber lainnya mengatakan
Borobudur berarti biara yang terletak di tempat tinggi. Bangunan Borobudur berbentuk punden
berundak terdiri dari 10 tingkat, berukuran 123 x 123 meter. Tingginya 42 meter sebelum
direnovasi dan 34,5 meter setelah direnovasi karena tingkat paling bawah digunakan sebagai
penahan. Candi Budha ini memiliki 1460 relief dan 504 stupa Budha di kompleksnya. Enam
tingkat paling bawah berbentuk bujur sangkar dan tiga tingkat di atasnya berbentuk lingkaran
dan satu tingkat tertinggi yang berupa stupa Budha yang menghadap ke arah barat.
Setiap tingkatan melambangkan tahapan kehidupan manusia. Sesuai mahzab Budha Mahayana,
setiap orang yang ingin mencapai tingkat sebagai Budha mesti melalui setiap tingkatan
kehidupan tersebut.
* Kamadhatu, bagian dasar Borobudur, melambangkan manusia yang masih terikat nafsu.
* Rupadhatu, empat tingkat di atasnya, melambangkan manusia yang telah dapat membebaskan
diri dari nafsu namun masih terikat rupa dan bentuk. Pada tingkat tersebut, patung Budha
diletakkan terbuka.
* Arupadhatu, tiga tingkat di atasnya dimana Budha diletakkan di dalam stupa yang berlubang-
lubang. Melambangkan manusia yang telah terbebas dari nafsu, rupa, dan bentuk.
* Arupa, bagian paling atas yang melambangkan nirwana, tempat Budha bersemayam.
Setiap tingkatan memiliki relief-relief yang akan terbaca secara runtut berjalan searah jarum jam
(arah kiri dari pintu masuk candi). Pada reliefnya Borobudur bercerita tentang suatu kisah yang
sangat melegenda, bermacam-macam isi ceritanya, antara lain ada relief-relief tentang wiracarita
Ramayana, ada pula relief-relief cerita jtaka. Selain itu, terdapat pula relief yang
menggambarkan kondisi masyarakat saat itu. Misalnya, relief tentang aktivitas petani yang
mencerminkan tentang kemajuan sistem pertanian saat itu dan relief kapal layar merupakan
representasi dari kemajuan pelayaran yang waktu itu berpusat di Bergotta (Semarang).
Keseluruhan relief yang ada di candi Borobudur mencerminkan ajaran sang Budha. Seorang
budhis asal India bernama Atisha, pada abad ke 10, pernah berkunjung ke candi yang dibangun
3 abad sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 4 abad sebelum Katedral Agung di Eropa ini.
Berkat mengunjungi Borobudur dan berbekal naskah ajaran Budha dari Serlingpa (salah satu
raja Kerajaan Sriwijaya), Atisha mampu mengembangkan ajaran Budha. Ia menjadi kepala biara
Vikramasila dan mengajari orang Tibet tentang cara mempraktekkan Dharma. Enam naskah dari
Serlingpa pun diringkas menjadi sebuah inti ajaran disebut The Lamp for the Path to
Enlightenment atau yang lebih dikenal dengan nama Bodhipathapradipa.
Salah satu pertanyaan yang kini belum terjawab tentang Borobudur adalah bagaimana kondisi
sekitar candi ketika dibangun dan mengapa candi itu ditemukan dalam keadaan terkubur.
Beberapa mengatakan Borobudur awalnya berdiri dikelilingii rawa kemudian terpendam karena
letusan Merapi. Hal tersebut berdasarkan prasasti Kalkutta bertuliskan Amawa berarti lautan
susu. Kata itu yang kemudian diartikan sebagai lahar Merapi, kemungkinan Borobudur tertimbun
lahar dingin Merapi. Desa-desa sekitar Borobudur, seperti Karanganyar dan Wanurejo terdapat
aktivitas warga membuat kerajinan. Selain itu, puncak watu Kendil merupakan tempat ideal untuk
memandang panorama Borobudur dari atas. Gempa 27 Mei 2006 lalu tidak berdampak sama
sekali pada Borobudur sehingga bangunan candi tersebut masih dapat dikunjungi.
Materi Candi Borobudur
Candi Borobudur merupakan candi terbesar kedua setelah Candi Ankor Wat di Kamboja. Luas
bangunan Candi Borobudur 15.129 m2 yang tersusun dari 55.000 m3 batu, dari 2 juta potongan
batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 cm X 10 cm X 15 cm. Panjang potongan batu secara
keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi
Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang
terususun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jika rangkaian relief itu
dibentangkan maka kurang lebih panjang relief seluruhnya 3 km. Jumlah tingkat ada sepuluh,
tingkat 1-6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7-10 berbentuk bundar. Arca yang
terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Tinggi candi dari permukaan tanah
sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter, namun sekarang tinggal 34,5 meter setelah
tersambar petir.
Menurut hasil penyelidikan seorang antropolog-etnolog Austria, Robert von Heine Geldern,
nenek moyang bangsa Indonesia sudah mengenal tata budaya pada zaman Neolithic dan
Megalithic yang berasal dari Vietnam Selatan dan Kamboja. Pada zaman Megalithic itu nenek
moyang bangsa Indonesia membuat makam leluhurnya sekaligus tempat pemujaan berupa
bangunan piramida bersusun, semakin ke atas semakin kecil. Salah satunya yang ditemukan di
Lebak Sibedug Leuwiliang Bogor Jawa Barat. Bangunan serupa juga terdapat di Candi Sukuh di
dekat Solo, juga Candi Borobudur. Kalau kita lihat dari kejauhan, Borobudur akan tampak seperti
susunan bangunan berundak atau semacam piramida dan sebuah stupa. Berbeda dengan
piramida raksasa di Mesir dan Piramida Teotihuacan di Meksiko Candi Borobudur merupakan
versi lain bangunan piramida. Piramida Borobudur berupa kepunden berundak yang tidak akan
ditemukan di daerah dan negara manapun, termasuk di India. Hal tersebut merupakan salah
satu kelebihan Candi Borobudur yang merupakan kekhasan arsitektur Budhis di Indonesia.
Asal Usul dan Legenda Danau Ranau

Menurut cerita, danau ini tercipta dari gempa besar dan letusan vulkanik gunung
berapi yang membuat cekungan besar. Sungai besar yang sebelumnya mengalir di
kaki gunung berapi itu, kemudian menjadi sumber air utama, mengisi cekungan,
lama-kelamaan lubang besar itu penuh dengan air.

Sekeliling danau ditumbuhi berbagai tumbuhan semak, warga setempat


menyebutnya ranau. Maka danau itu pun dinamakan Danau Ranau. Sisa gunung api
itu kini menjadi Gunung Seminung, berdiri kokoh di tepi danau berair jernih tersebut.

Pada sisi lain di kaki gunung Seminung terdapat sumber air panas dari dasar danau.
Di sekitar danau ini juga dapat ditemui air terjun Subik. Tempat lain yang menarik
untuk dikunjungi adalah Pulau Marisa.

Pulau Marisa sebenarnya daratan yang terpisah dari kaki Gunung Seminung karena
genangan air danau. Di daratan yang luasnya tidak lebih dari satu hektar itu
terdapat pohon-pohon kelapa, dan pengunjung bisa sekadar mampir untuk
menikmati keindahan secuil daratan itu.

Danau Ranau memang memiliki pesona. Bagaimana tidak? Bekas letusan gunung
berapi tersebut seolah membentuk panggung alam nan elok. Gunung Seminung
menjulang 1.880 meter di atas permukaan laut menjadi latar belakang dengan
nuansa magis. Tebing dan barisan perbukitan menjadi pagar pembatas panggung
megah itu.
Hamparan sawah hijau berpadu dengan air Danau Ranau yang biru seolah menjadi
pelataran tempat berbagai jenis ikan berenang. Butir-butir kopi yang merah seakan-
akan menjadi pemanis keindahan itu. Keelokan itu menjadi lengkap dengan bingkai
indah pantai berpasir dan kerikil putih di sepanjang tepian.

Danau Ranau dari sisi Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan maupun Liwa, Lampung
Barat, sama-sama indah. Wisatawan ingin kembali ke sana, meskipun hanya
berperahu atau sekadar menikmati deburan ombak. Pesona Danau Ranau tetap
mengundang keinginan datang kembali.

Pengunjung yang tidak suka berperahu bisa menghabiskan waktu dengan


beristirahat di penginapan. Di tepi Danau Ranau terdapat beberapa penginapan,
yakni Seminung Lumbok Resort, Kotabatu di Banding Agung, dan cottage PT Pusri di
Sukamarga.

Di kawasan wisata itu juga terdapat obyek tambahan bagi pengunjung, yakni air
panas dengan kekhasan sendiri, karena mengalir langsung dari lubang-lubang di
tebing. Air panas yang mengandung kadar belerang cukup tinggi ini terletak di Desa
Air Panas di kaki Gunung Seminung. Lokasinya persis di seberang cottage milik PT
Pusri di Sukamarga. Perjalanan dengan perahu motor dari Sukamarga ke lokasi air
panas hanya sekitar 20 menit.

Pengunjung bisa datang kapan saja dan menikmati air panas yang tak pernah habis
mengucur dari perut bumi tersebut. Saat berperahu motor di danau dengan tujuan
air panas, pesona keindahan Danau Ranau pun begitu terasa. Ombaknya tidak terlalu
besar, airnya biru bening, dan pesona alam sekelilingnya yang bergunung-gunung,
niscaya memberi kesan mendalam bagi pengunjung.

Air panas di tepian Danau Ranau mengucur langsung dari celah-celah kaki Gunung
Seminung. Ketika kaki dicelupkan ke aliran air tersebut, rasa panas langsung
menyengat. Pengunjung tidak sekadar mandi di air hangat. Air panas itu dipercaya
mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit kulit.

Bagi pengunjung yang tidak mandi, mereka bisa menikmati keindahan danau di
sekitar air panas dengan duduk-duduk di warung atau dermaga. Sejumlah warung
makanan terdapat di lokasi itu, berdampingan dengan kolam air panas. Di warung-
warung inilah dijajakan hasil alam Gunung Seminung, terutama alpokat dan petai.

Legenda Danau Ranau

Tempat wisata dalam wilayah Lampung Barat terletak di Desa Lombok. Di sini telah
dibangun daerah wisata terpadu meliputi hotel, tempat penangkaran rusa dan lain-
lain. Rumah penduduk juga dijadikan tempat menginap wisatawan, sehingga mereka
bisa merasakan tinggal di rumah panggung.

Penduduk sekitar danau menurutkan banyak kisah yang menceritakan asal usul
Danau Ranau. Meskipun secara teori ilmiah diyakini danau ini terjadi akibat gempa
tektonik, seperti Danau Toba di Sumatera Utara dan Danau Maninjau di Sumbar,
sebagian besar masyarakat sekitar masih percaya danau ini berasal dari pohon ara.
Konon, di tengah daerah yang kini menjadi danau itu tumbuh pohon ara sangat besar
berwarna hitam.

Konon masyarakat dari berbagai daerah seperti Ogan, Krui, Libahhaji, Muaradua,
Komering, berkumpul di sekeliling pohon. Mereka mendapat kabar jika ingin
mendapatkan air, harus menebang pohon ara tersebut. Masyarakat dari berbagai
daerah itu berkumpul dengan membawa makanan seperti sagon, kerak nasi, dan
makanan lainnya.

Persis saat akan menebang pohon, masyarakat kebingungan cara memotongnya.


Ketika itulah muncul burung di puncak pohon mengatakan warga harus membuat
alat berbentuk mirip kaki manusia. Mereka membuat alat menggunakan batu dengan
gagang kayu. Akhirnya pohon ara pun tumbang.

Dari lubang bekas pohon ara itu keluar air dan akhirnya meluas hingga membentuk
danau. Sementara pohon ara yang melintang kemudian membentuk Gunung
Seminung. Karena marah, jin di Gunung Pesagi meludah hingga membuat air panas
di dekat Danau Ranau. Sedangkan serpihan batu dan tanah akibat tumbangnya
pohon ara menjadi bukit di sekeliling danau.

Masih di sisi Danau Ranau, tepatnya di Pekon Sukabanjar, berseberangan dengan


Lombok, terdapat kuburan yang diyakini masyarakat sebagai makam Si Pahit Lidah
dan Si Mata Empat. Makam keduanya terletak di kebun warga Sukabanjar bernama
Maimunah. Untuk menuju ke lokasi, selain naik perahu motor dari Lombok, bisa juga
dengan berkendaraan.

Menurut juru kunci kuburan, H Haskia, di sini terdapat dua buah batu besar. Satu
batu telungkup diyakini sebagai makam Si Pahit Lidah dan satu batu berdiri sebagai
makam Si Mata Empat. Si Pahit Lidah disebut sebagai Serunting Sakti dari Kerajaan
Majapahit. Karena dianggap nakal, Si Pahit Lidah yang bernama asli Raden Sukma
Jati ini oleh raja diusir ke Sumatera. Akhirnya, dia menetap di Bengkulu, Pagaralam,
dan Lampung.

Si Pahit Lidah memiliki kelebihan, yakni setiap apa yang dikemukakannya terkabul
menjadi batu. Akibatnya, Si Mata Empat dari India mencarinya hingga bertemu di
Lampung, tepatnya di Way Mengaku. Di Way Mengaku keduanya saling mengaku
nama. Lalu, keduanya beradu ketangguhan.

Salah satu yang dilakukan adalah memakan buah berbentuk seperti aren. Ternyata
buah aren itu pantangan bagi Si Pahit Lidah. Karena makan, ia tewas. Sementara Si
Mata Empat yang mendengar kabar lidah Si Pahit Lidah beracun tidak percaya dan
mencoba menjilatnya. Akhirnya, dia pun tewas. Peristiwanya, menurut penuturan H
Haskia, terjadi di Pulau Pisang. Lalu, kuburannya ditemukan di pinggir Danau Ranau.
(Dari berbagai sumber)
Cerita Rakyat Sumatera Selatan, Hikayat Antu Ayek

Konon kabarnya, dahulu kala di wilayah Sumatera Selatan,


hiduplah seorang gadis dari keluarga sederhana bernama Juani. Juani
merupakan gadis kampung yang elok rupawan, berkulit kuning langsat
dan memilik rambut yang hitam lebat. Keelokan wajah Juani telah
terkenal di kalangan masyarakat, wajar kiranya jika banyak bujang
yang berharap bisa duduk bersanding dengannya. Namun apalah daya.
Gadis Juani belum mau menentukan pilihan hati kepada satu bujang
pun di kampungnya. Hingga, pada suatu masa, bapak Gadis Juani
terpaksa menerima pinangan dari Bujang Juandan, karena terjerat
hutang dengan keluarga Bujang Juandan. Bujang Juandan adalah
pemuda dari keluarga kaya raya, namun yang menjadi masalah adalah
Bujang Juandan bukanlah pemuda tampan. Bahkan tidak sekedar
kurang tampan, Bujang Juandan pun menderita penyakit kulit di
sekujur tubuhnya, sehingga ia pun dikenal sebagai Bujang Kurap.

Mendengar kabar itu, Gadis Juani pun bersedih hati. Ia hendak


menolak. Namun, tak kuasa karena kasihan kepada bapaknya. Berhari-
hari ia menangisi nasibnya yang begitu malang. Namun apa hendak
dikata, pesta pernikahan pun telah dipersiapkan. Orang sekampung
ikut sibuk menyiapkan upacara perkawinan Gadis Juani dan Bujang
Juandan. Akhirnya malam perkawinan itu pun tiba, Gadis Juani yang
cantik itu dirias dan mengenakan pakaian pengantin yang begitu
anggun, ia menunggu di kamar tidurnya sambil berurai air mata.

Ketika orang serumah turun menyambut kedatangan arak-arakan


rombongan Bujang Juandan, hati Gadis Juani semakin hancur. Di
tengah kekalutan pikiran, ia pun mengambil keputusan, dengan berurai
air mata ia keluar lewat pintu belakang dan berlari menuju sungai.
Akhirnya dengan berurai air mata Gadis Juani pun mengakhiri hidupnya
dengan terjun ke sungai. Kematiannya yang penuh derita
menjadikannya arwah penunggu sungai yang dikenal sebagai Antu
Ayek yang sering mencari korban anak-anak.
CERITA RAKYAT ASAL MULA NAMA SUNGAI MUSI

Zaman dahulu kala, hubungan lalu lintas laut di seluruh dunia


dilakukan dengan perahu layar. Pada zaman itu, banyak pula bajak laut.
Ketika itu perdagangan tidak memakai sistem jual beli tetapi dengan
sistem barter. Menurut cerita, ada kelompok bajak laut negeri Cina yang
terdiri dari tiga perahu layar, berlayar ke Selat Bangka. Perompak itu
dipimpin oleh seorang yang bergelar Kapten. Mereka tertarik ketika
melalui muara Sungai Musi, terutama karena lebarnya. Kapten mencari
dalam peta, ternyata sungai itu belum ada nama di peta.

Para perompak itu melihat banyak perahu besar dan tongkang


datang dari hulu sarat dengan muatan hasil bumi, Mereka pun mulai
membentuk kelompok-kelompok untuk menjelajah daerah-daerah hulu.
Ada kelompok mereka yang sampai di daerah dataran rendah Gunung
Dempo (daerah Lahat sekarang), mereka kagum melihat betapa suburnya
tanah. Tanaman kopi dengan buahnya yang besar-besar. Begitu juga
cengkih, kayu manis dan berbagai tanaman lainnya.
Kelompok yang menjelajah Muara Enim sekarang juga kagum
dengan melihat tanaman rempah-rempah dan batubara yang muncul di
permukaan tanah. Sementara itu yang sampai di wilayah Ranau, begitu
takjub ketika melihat tembakau pun tumbuh disana. Kapitan pun begitu
tertarik dengan Wilayah Sumatera Selatan yang berpusat di Sungai Musi,
dia pun memutuskan untuk tinggal lama di Palembang. Dia memberi
tanda melingkari daerah Sumatera Selatan dalam peta seraya
berkata,"Kita sekarang berada di daerah ini. Ternyata daerah dan sungai
ini belum ada namanya di peta. Sudah ku pikir-pikir, kita menamakan
daerah ini Mu Ci (dalam bahasa tua Cina Han, Mu Ci berarti Ayam Betina,
dan Mu Ci adalah nama bagi Dewi Ayam Betina yang memberikan
keberuntungan pada manusia).

Seorang perompak bertanya,Mengapa Tuan menamakan daerah ini


Mu Ci? Bukankah Mu Ci (Ayam Betina) adalah makhluk yg memberikan
keuntungan buat manusia? Sekali bertelur belasan butir. Telur adalah
sumber makanan dan rezeki. Daerah ini pun sangat subur, luar biasa
suburnya, hasil rempah-rempahnya bermutu tinggi. Ada tambang
batubara, emas dan lain-lain. Maka daerah ini layak di sebut Mu Ci,
karena tanahnya demikian kaya raya memberi keberuntungan bagi
manusia. "Kalian ingat, penduduk di daerah ini juga memiliki sifat yang
baik yang dimiliki ayam. Kaum pria daerah ini ramah, dapat bergaul
dengan baik dan suka menolong. Akan tetapi jangan berbuat curang atau
menipu mereka. Bukankah ada empat orang teman kita yang mati karena
di tusuk penduduk dengan pisau?" Pemimpin Perompak melanjutkan
pembicaraannya.

Itu salah teman kita sendiri, sudah saya perintahkan untuk


berperangai baik. Daerah ini dan seluruh penduduknya akan jadi mitra
dagang kita dalam jangka panjang. Selain itu, wanita di daerah Mu Ci ini
juga sangat baik, kulit mereka kuning seperti kita. Kaum wanita daerah
ini hebat dan mengagumkan. Mereka bekerja keras mencari makanan
untuk anak-anaknya, hormat dan baik pada sesamanya. Akan tetapi
jangan coba-coba mengganggu mereka dan anak-anaknya. Mereka bisa
lebih ganas dari elang sekalipun. Beratus tahun kemudian kata Mu Ci
berubah menjadi Musi.
Legenda Pulau Kapal (Cerita Rakyat Sumatra
Selatan )

Dahulu kala ada keluarga miskin yang berdiam di sekat sungai Cerucuk.
Mereka dalam memenuhi hidup sehari-hari hanya mencari dedaunan serta
buah-buahan yang ada di hutan belantara. Hasil dari hutan itu, lalu dijual
ke pasar. Dari hasil jualnya kemudian untuk keperluan sehari-hari. Mereka
benar-benar miskin, tapi hidupnya biasa- biasa saja, tidak pernah
menderita, meskipun mereka serba kekurangan. Keluarga itu mempunyai
anak laki-laki bernama Si Kulup, dia benar-benar giat bekerja, sehingga
sehari-harinya selalu membantu orang tuanya.
Suatu hari ayah Si Kulup pergi ke hutan untuk mencari rebung. Rebung itu
sayur dan dimakan bertiga. Pada saat memotong rebung, maka terlihatlah
ayah Si Kulup sebatang tongkat. Lalu tongkat itu diamati dan dibersihkan
ternyata bertaburkan intan dan merah delima. Pulang dari hutan ayah Si
Kulup tetap membawa rebung karena memang sebagai mata
pencahariannya. Tongkatpun juga dibawah pulang dengan perasaan yang
was-was itu.

Setiba di rumah Si Kulup tidur sedangkan istrinya berada di tetangga. Si


Kulup dibangunkan ayahnya dari tempat tidurnya lalu disuruh memanggil
ibunya yang berada di tetangga, tetapi dia tidak mau, karena tenaganya
masih lelah setelah mendorong kereta. Akhirnya ayahnya sendiri
yang harus memanggil ibunya. Si Kulup juga menyusul ikut memanggil
ibunya. Setelah kembali mereka lagi berbincang-bincang tentang tongkat
yang ditemukan di tengah hutan kemarin, karena tongkat itu bertaburan
intan permata dan merah delima. Mereka bertiga musyawarah. Ayahnya
usul, sebaiknya tongkat itu disimpan saja, kemungkinan suatu saat ada
yang mencarinya. Istrinya menjawab; dimana kita harus menyimpan
padahal tidak punya lemari.

Si Kulup usul; sebaiknya kita jual saja, agar kita tidak sulit menyimpannya.
Ketiga itu akhirnya bersepakat, bahwa tongkat itu sebaiknya dijual saja.
Yang mendapat tugas menjual tongkat itu ialah Si Kulup. Berangkatlah Si
Kulup ke negeri lain dengan keperluan menjual tongkat. Hingga
tongkatnya terjual dengan harga yang sangat mahal. Dalam waktu yang
relatif singkat Si Kulup menjadi karya raya dan tidak mau pulang ke
tempat orang tuanya. Dia hidup di rantauan dan banyak sekali teman-
teman saudagar kaya, hingga dia diambil menantu saudagar kaya. Si
Kulup sekarang sudah beristri.

Kehidupan sehari-harinya selalu serba ada, lain kehidupan sebelumnya


yang selalu dirundung kesedihan, karena kemiskinan yang dirasakan. Si
Kulup berbahagia dengan istrinya, sementara sudah lupa dengan orang
tuanya yang hidup serba kekurangan itu. Dia lupa ditugasi menjual
tongkat, tetapi uangnya tidak diberikan sama orang tuanya. Pada suatu
hari Si Kulup bersama istrinya diperintah oleh mertuanya, agar berdagang
ke negeri lain. Perintah mertuanya itu selalu diindahkan, sehingga Si Kulup
punya rencana ingin membeli sebuah kapal, serta mempersiapkan
beberapa karyawan untuk diajak berdagang ke negeri lain. Sebelum
berangkat Si Kulup minta izin serta mohon doa restu kepada mertuanya,
agar dalam perjalanan yang akan ditempuh dalam keadaan selamat, serta
bisa berkembang pesat dagangannya.
Mereka mulai berlayar dan meninggalkan tempat rantauannya. Si Kulup
teringat juga kampung kelahirannya. Ketika hampir mendekati sungai
Cerucuk, maka mereka tambah teringat masa-masa lalu. Sampai di sungai
Cerucuk mereka berlabuh. Ternyata kedatangan Si Kulup sempat didengar
ayah dan ibunya. Oleh karena itu ibunya menyiapkan makanan kesukaan
Si Kulup, Orang tuanya sangat rindu sekali, karena dari sekian tahun tidak
berjumpa dengannya Kedua orang tuanya datang ke kapal sambil
membawa makanan itu.

Setiba di kapal orang tuanya mencari anaknya yang bernama Si Kulup.


Sikap Si Kulup acuh tak acuh, bahkan malu sekali punya orang tua yang
miskin itu, sampai kedua orang tuanya diusir dari kapal tersebut, hingga
makanan yang dibawa ibunya itu dibuang. Kedua orang itu akhirnya
meninggalkan kapal dan tidak sampai melepas kerinduannya, karena
sudah didahului dengan caci maki, serta berbagai omongan yang
menyakitkan hati. Saat di darat ibunya merasa terpukul hatinya, hingga
kemarahannya tidak lagi terbendung, lalu dia mengucapkan : Bila
saudagar itu benar-benar anakku Si Kulup tetapi tidak mau mengakui aku
sebagai orang tuanya, mudah-mudahan saja kapal besar itu tenggelam.

Setelah ibunya selesai berdoa itu, kemudian Usai ibunya mengeluarkan


kata-kata tersebut, lalu keduanya yang singat tiba-tiba ada gelombang
laut yang tinggi sekali semua awak kapal mulai panik. Kapal besar itu
bergoncang dengan keras, sementara gelombang bertambah tinggi dan
besar. Tidak bisa dipertahankan lagi, akhirnya kapal besar itu terbalik dan
semua penumpangnya tewas. Tempat tenggelamnya kapal itu suatu hari
muncul sebuah pulau yang menyerupai kapal. Terkadang di pulau itu
terdengar suara hewan bawaan kapal yang tenggelam itu. Sehingga
sampai sekarang pulau itudinamakan Pulau Kapal.

http://tempatcerita.com/rakyat/cerita-rakyat-sumatra-selatan-legenda-
pulau-kapal_57.html
Asal Mula Nama Palembang

Pada zaman dahulu, daerah Sumatra Selatan dan sebagian Provinsi Jambi
berupa hutan belantara yang unik dan indah. Puluhan sungai besar dan
kecil yang berasal dari Bukit Barisan, pegunungan sekitar Gunung Dempo,
dan Danau Ranau mengalir di wilayah itu. Maka, wilayah itu dikenal
dengan nama Ba*tanghari Sembilan. Sungai besar yang mengalir di
wilayah itu di antaranya Sungai Komering, Sungai Lematang, Sungai
Ogan, Sungai Rawas, dan beberapa sungai yang bermuara di Sungai Musi.
Ada dua Sungai Musi yang bermuara di laut di daerah yang berdekatan,
yaitu Sungai Musi yang melalui Palembang dan Sungai Musi Banyuasin
agak di sebelah utara.

Karena banyak sungai besar, dataran rendah yang melingkar dari daerah
Jambi, Sumatra Selatan, sampai Provinsi Lampung merupakan daerah
yang banyak mempunyai danau kecil. Asal mula danau-danau kecil itu
adalah rawa yang digenangi air laut saat pasang. Sedangkan kota
Palembang yang dikenal sekarang menurut sejarah adalah sebuah pulau
di Sungai Melayu. Pulau kecil itu berupa bukit yang diberi nama Bukit
Seguntang Mahameru.

Keunikan tempat itu selain hutan rimbanya yang lebat dan banyaknya
danau-danau kecil, dan aneka bunga yang tumbuh subur, sepanjang
wilayah itu dihuni oleh seorang dewi bersama dayang-dayangnya. Dewi
itu disebut Putri Kahyangan. Sebenarnya, dia bernama Putri Ayu Sundari.
Dewi dan dayang-dayangnya itu mendiami hutan rimba raya, lereng, dan
puncak Bukit Barisan serta kepulauan yang sekarang dikenal dengan
Malaysia. Mereka gemar datang ke daerah Batanghari Sembilan untuk
bercengkerama dan mandi di danau, sungai yang jernih, atau pantai yang
luas, landai, dan panjang.

Karena banyaknya sungai yang bermuara ke laut, maka pada zaman itu
para pelayar mudah masuk melalui sungai-sungai itu sampai ke dalam,
bahkan sampai ke kaki pegunungan, yang ternyata daerah itu subur dan
makmur. Maka terjadilah komunikasi antara para pedagang termasuk
pedagang dari Cina dengan penduduk setempat. Daerah itu menjadi
ramai oleh perdagangan antara penduduk setempat dengan pedagang.
Akibatnya, dewi-dewi dari kahyangan merasa terganggu dan mencari
tempat lain.

Sementara itu, orang-orang banyak datang di sekitar Sungai Musi untuk


membuat rumah di sana. Karena Sumatra Selatan merupakan dataran
rendah yang berawa, maka penduduknya membuat rumah yang disebut
dengan rakit.

Saat itu Bukit Seguntang Mahameru menjadi pusat perhatian manusia


karena tanahnya yang subur dan aneka bunga tubuh di daerah itu. Sungai
Melayu tempat Bukit Seguntang Mahameru berada juga menjadi terkenal.

Oleh karena itu, orang yang telah bermukim di Sungai Melayu, terutama
penduduk kota Palembang, sekarang menamakan diri sebagai penduduk
Sungai Melayu, yang kemudian berubah menjadi pen*duduk Melayu.

Menurut bahasa Melayu tua, kata lembang berarti dataran rendah yang
banyak digenangi air, kadang tenggelam kadang kering. Jadi, penduduk
dataran tinggi yang hendak ke Palembang sering me*ngatakan akan ke
Lembang. Begitu juga para pendatang yang masuk ke Sungai Musi
mengatakan akan ke Lembang.

Alkisah ketika Putri Ayu Sundari dan pengiringnya masih berada di Bukit
Seguntang Mahameru, ada sebuah kapal yang mengalami kecelakaan di
pantai Sumatra Selatan. Tiga orang kakak beradik itu ada*lah putra raja
Iskandar Zulkarnain. Mereka selamat dari kecelakaan dan terdampar di
Bukit Seguntang Mahameru.

Mereka disambut Putri Ayu Sundari. Putra tertua Raja Iskandar Zulkarnain,
Sang Sapurba kemudian menikah dengan Putri Ayu Sundari dan kedua
saudaranya menikah dengan keluarga putri itu.
Karena Bukit Seguntang Mahameru berdiam di Sungai Melayu, maka Sang
Sapurba dan istrinya mengaku sebagai orang Melayu. Anak cucu mereka
kemudian berkembang dan ikut kegiatan di daerah Lembang. Nama
Lembang semakin terkenal. Kemudian ketika orang hendak ke Lembang
selalu mengatakan akan ke Palembang. Kata pa dalam bahasa Melayu tua
menunjukkan daerah atau lokasi. Pertumbuhan ekonomi semakin ramai.
Sungai Musi dan Sungai Musi Banyuasin menjadi jalur per*dagangan kuat
terkenal sampai ke negara lain. Nama Lembang pun berubah menjadi
Palembang.
Daftar Lengkap Cerita Rakyat Sumatera Selatan

1. Asal Mula Nama Palembang

2. Asal Usul Silampari

3. Baginde Lubuk Gong

4. Bute Puru

5. Legenda Asal Mula Lomba Bidar

6. Legenda Pulau Kemaro

7. Pati Enggang Dan Rio Brani

8. Pengorbanan Putri Kemarau

9. Putri Berias

10. Raden Alit

11. Raja Empedu

12. Semesat Dan Semesit

13. Si Pahit Lidah

14. Ting Gegenting

Anda mungkin juga menyukai